PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita penjatkan kehadirat Alloh SWT, sehingga dengan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul 'FENOMENA CINCIN MATAHARI. Penulisan makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah IPBA. Dalam penulisan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersiIat membangun dari semua pihak demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dan semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal Alamiin.
Bandar Lampung, 28 Oktober 2011 Penulis,
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Fenomena helo matahari merupakan Ienomena optik yang menampilkan bentuk cincin di sekitar sumber matahari (seperti berbentuk mata/optik) dan disekitarnya ada warna-warni seperti pelangi. Halo juga bisa terjadi di sekitar bulan pada malam hari (gerhana bulan parsial). Fenomena halo (lingkaran cahaya) alam seperti ini, sebelumnya juga pernah/sering terjadi di berbagai daerah dibelahan bumi, seperti di Bandung dan Jakarta, terjadi pada tanggal 27 September 2007; di Sumatra Barat, tanggal 30 September 2009, setelah peristiwa gempa, Ienomena optik ini berlangsung selama 2 minggu, dan diwaktu malam juga terjadi bulan purnama dengan cincinnya; di Tawau dan Pahang Malaysia juga pernah terjadi pada tahun 2008; di German pada tanggal 12 Desember 2004 terjadi Ienomena 'Halo Bulan; bahkan Ienomena halo Matahari ini sering juga terjadi di benua Eropa dan Amerika, 2 kali dalam seminggu.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas; a. bagaimana proses terjadinya cincin matahari.
1.3. Tujuan Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan kami dapat; a. mengetahui proses terjadinya cincin matahari.
BAB II PEMBAHASAN
Halo, dalam bahasa dan tulisan Latin , juga disebut sebagai nimbus atau gloriole. Merupakan Ienomena optik yang menampilkan bentuk cincin di sekitar sumber cahaya. Di alam biasanya kita lihat saat bulan purnama atau saat matahari terang di siang hari. Fenomena tersebut terjadi akibat reIleksi dan reIraksi cahaya matahari/bulan oleh kristal-kristal es yang terdapat di awan cirrus, awan yang terletak di tingkatan atmosIer yang disebut troposIer, sekitar 5-10 km dari permukaan bumi. Halo dideIinisikan sebagai Ienomena optikal berupa lingkaran cahaya di sekitar sumber cahaya Matahari atau Bulan yang melingkar seperti pelangi yang mengelilingi matahari dan lebih sering terjadi di langit. Lihat gambar 2.1.
Gambar 2.1. Fenomena cincin matahari
Pada umumnya halo melibatkan putaran radius 22 halo dan sundogs (Parhelia). Dalam gambar diatas, menunjukan matahari di kelilingi oleh 22 halo dan dilambungi (sisi) oleh sundogs. Parhelic circle adalah biasan cahaya kristal yang melepasi sundogs dan mengelilinginya. Kadangkala ia melapisi keseluruhan ruang langit dalam latitut yang sama dengan matahari. Pembinaan tangen ketinggian dan rendah (Upper Tangent arc and Lower Tangent arc) menyentuh secara terus dengan 22 halo sama ada di atas atau dibawah matahari. Pembuatan Lengkungan (Circumzenithal arc) akan terjadi di atas kristal tersebut. Radius 22 gerhana matahari tidak kelihatan. Ia seperti helaian yang berlapis-lapis atau habuk pada permukaan awan cirrus yang nipis. Awan ini sejuk dan mengandung kristal es walaupun pada iklim yang sangat panas. Gerhana matahari sangat besar, selalu mempunyai diameter yang sama dalam posisinya di langit. Kadang-kadang hanya sebagian saja yang muncul. Semakin kecil cincin cahaya yang terbias muncul mengelilingi matahari atau bulan, dihasilkan oleh corona dari lebih banyak tetesan air daripada dibiaskan oleh kristal es, hal ini bukan berarti menunjukkan bahwa hujan akan turun. Saat awan cirus hanya mereIleksikan dan mereIraksikan cahaya matahari, biasanya halo yang terbentuk hanya cincin yang tak berwarna. Namun jika pada sudut yang tepat, bisa terjadi juga dispersi sehingga cincin yang terjadi juga berwarna seperti halnya pelangi.
Gambar 2.2. Pembiasan cahaya pada prisma
Contoh reIraksi yang sederhana adalah saat anda melihat pensil dalam gelas berisi air terlihat patah, atau permukaan dasar kolam yang terlihat menjadi lebih dekat ke permukaan daripada yang sebenarnya.
Gamabar 2.3. Pembiasan pada pensil
ReIleksi yang terjadi saat cahaya melewati titik air, es atau kristal yang transparan hanya terjadi pada sudut tertentu saja. Sudut ini ditentukan oleh index reIraksi medium tersebut. Contoh sederhana saat kita melihat akuarium pada sudut tertentu kaca akuarium yang tembus pandang tiba-tiba menjadi cermin, memantulkan bayangan isi akuarium. Pada gambar dibawah ini, juga terlihat adanya halo pada cahaya lampu di daerah yang bersalju;
Gambar 2.4. Fenomena helo pada cahaya lampu
Fenomena Halo, Fenomena Biasa Prakirawan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan GeoIisika (BMKG), Susi Susiana, menyebutkan bahwa Ienomena halo merupakan Ienomena biasa yang bisa terjadi di seluruh muka bumi. Bulatan halo di langit terbentuk karena adanya reaksi optik ketika sinar matahari dibiaskan kristal-kristal air pada lapisan awan tipis cirrus. 'Fenomena alam itu lumrah dan bisa terjadi di mana saja, seperti pelangi mengelilingi matahari atau bulan. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan cuaca, kata Susiana saat menghadiri Peringatan Hari Meteorologi Dunia ke-60 tahun 2010 di Lembang Kabupaten Bandung. Ia menyebutkan, Ienomena halo mungkin jarang terjadi di daerah tropis, namun di belahan bumi Eropa Ienomena itu sering terjadi. Halo, selain terjadi dalam bentuk lingkaran penuh dengan bagian pinggir berbingkai warna pelangi, juga bisa terjadi dalam lingkaran separuh dengan pusat pada cahaya matahari. Susiana menyebutkan, bila ingin melihat halo, kedua mata harus dilindungi dari pancaran sinar matahari. 'Jangan sesekali terlalu lama memandang halo, kalau perlu memakai kacamata hitam atau tiga dimensi, hindari kilauan pada kaca atau cermin, katanya. Khusus bagi mereka yang hendak mengambil Ioto dengan menggunakan kamera single lens reIlex (SLR), sebaiknya tidak langsung membidik melalui kotak bidik ke arah halo, karena cahaya matahari akan masuk ke dalam lensa Iokus dan bisa merusak retina mata.
Renungan Tentang Fenomena Matahari Allah SWT telah berIirman dalam Al-Qur`an surat Asy-Syams ayat 1 10, yang artinya: 1. Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, 2. Demi bulan ketika mengiringinya, 3. Demi siang ketika menampakkannya, 4. Demi malam ketika menutupinya, 5. Demi langit dan (Allah) yang membangunnya, 6. Demi bumi dan (Allah) yang menghamparkannya, 7. Demi jiwa dan (Allah) yang menyempurnakannya, 8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa keIasikan dan ketakwaan, 9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, 10.dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya, Bila kita baca dan renungkan ayat-ayat pendek surat Asy-Syams tersebut, terasa ada nuansa psiko-astronomis (kalau boleh disebut demikian) yang sangat kuat. Allah bersumpah untuk menjadi perhatian hamba-hamba-Nya dengan menyebut Ienomena-Ienomena astronomis yang diakhiri dengan Ienomena kejiwaan. Banyak makna bisa diungkap dari Ienomena astronomis itu yang mungkin jarang kita renungkan untuk menyucikan jiwa kita. Misalnya, matahari sesaat setelah terbit yang disebut di awal surat. Matahari di kaki langit tampak lebih besar daripada ketika berada di atas kepala. Padahal, ukuran piringan matahari itu tidak berubah, selain eIek reIraksi atmosIer yang menyebabkannya tampak sedikit lonjong. Besarnya sekitar setengah derajat atau kira-kira setengah lebar ujung telunjuk bila direntangkan ke depan sepanjang lengan. Pola pikir manusia yang bersiIat nisbi menyebabkan kesan besarnya matahari di kaki langit. Ketika itu matahari tampak besar karena dibandingkan dengan latar depan pepohonan, bangunan, atau benda lainnya yang tampak kecil di kejauhan. Demikianlah, jiwa manusia cenderung merasa diri besar, kuat, kaya, pandai, atau terhormat karena membandingkannya dengan yang kecil, lemah, miskin, bodoh, atau jelata. Matahari ketika tengah hari tampak kecil karena dibandingkan dengan langit yang luas. Demikian pula pola pikir yang nisbi akan membawa kita sampai pada kesimpulan diri kita kecil, lemah, miskin, bodoh, atau terhina bila kita menyadari ada yang lebih besar, lebih kuat, lebih kaya, lebih pandai, dan lebih terpuji. Itulah psiko-astronomis Ienomena matahari. Memang, Ienomena alam dengan proses spesiIik yang disebut di dalam Surat Asy-Syams kaya akan pelajaran untuk direnungkan. Matahari sebagai objek sentral pada empat ayat pertama tampaknya dijadikan perlambang untuk perenungan. Matahari memberikan sinar pada bulan yang mengiringinya sehingga manusia bisa menentukan penanggalan qamariyah. Matahari memberikan cahaya terang dan kehangatan pada siang hari sehingga manusia bisa beraktivitas. Matahari bersembunyi di balik horizon pada malam hari agar manusia bisa beristirahat. Perenungan Ienomena alam semestinya membimbing kearah penyucian jiwa, menyadari kenisbian manusia. SiIat dan sikap takabur merupakan pengotor jiwa yang bisa muncul dalam bentuk sikap otoriter, diskriminatiI, dan menindas. Imam Ghozali pernah berpesan, jadilah Muslim seperti matahari. Ia bersinar karena kualitas pribadinya. Dan ia mampu menerangi dan menghangatkan sekitarnya. Mampu memberi manIaat bagi masyarakatnya.
BAB III KESIMPULAN
Dalam bagian akhir dari tulisan ini, penulis akan memberikan suatu kesimpulan dari apa yang sudah dibahas pada tulisan ini : 1. Halo dideIinisikan sebagai Ienomena optikal berupa lingkaran cahaya di sekitar sumber cahaya Matahari atau Bulan yang melingkar seperti pelangi yang mengelilingi matahari dan lebih sering terjadi di langit 2. Bulatan halo di langit terbentuk karena adanya reaksi optik ketika sinar matahari dibiaskan kristal-kristal air pada lapisan awan tipis cirrus. 3. Allah SWT telah berIirman dalam Al-Qur`an surat Asy-Syams ayat 1 10, yang artinya: 1. Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, 2. Demi bulan ketika mengiringinya, 3. Demi siang ketika menampakkannya, 4. Demi malam ketika menutupinya, 5. Demi langit dan (Allah) yang membangunnya, 6. Demi bumi dan (Allah) yang menghamparkannya, 7. Demi jiwa dan (Allah) yang menyempurnakannya, 8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa keIasikan dan ketakwaan, 9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, 10.dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya, Ienomena alam dengan proses spesiIik yang disebut di dalam Surat Asy- Syams kaya akan pelajaran untuk direnungkan. Matahari sebagai objek sentral pada empat ayat pertama tampaknya dijadikan perlambang untuk perenungan. Matahari memberikan sinar pada bulan yang mengiringinya sehingga manusia bisa menentukan penanggalan qamariyah. Matahari memberikan cahaya terang dan kehangatan pada siang hari sehingga manusia bisa beraktivitas. Matahari bersembunyi di balik horizon pada malam hari agar manusia bisa beristirahat.