Anda di halaman 1dari 9

Tugas Prof.

Erliana Hasan

AKSIOLOGI ILMU PEMERINTAHAN

Oleh: Anindita Primastuti

Program Doktoral IPDN, 2017


A. Definisi dan Syarat Ilmu
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia.
Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian
ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih
jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari
epistemologi.
Agar suatu pengetahuan atau suatu hasil pemikiran dapat dikatakan sebagai
suatu ilmu, maka diperlukan beberapa syarat sebagai berikut:
1. Objektif
2. Metodis, adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran
3. Sistematis, yakni terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur
dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh,
menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat
menyangkut objeknya
4. Universal, yakni bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua
segitiga bersudut 180
Menurut beberapa pakar, pemerintahan sudah layak disebut sebagai ilmu
karena telah memenuhi ke empat syarat diatas.

B. Definisi Pemerintah dan Pemerintahan


C.F. Strong (1960,6) menyatakan pemerintah(an) adalah organisasi dalam
mana diletakkan hak untuk melaksanakan kekuasaan berdaulat atau tertinggi.
Strong menyatakan pemerintahan itu mempunyai kekuasaan legislatif, kekuasaan
eksekutif dan kekuasaan yudikatif.
a. Ramlan Surbakti (1992, 168), mengatakan istilah pemerintah dan
pemerintahan berbeda artinya. Dimana Pemerintahan menyangkut tugas dan
kewenangan, sedangkan pemerintah merupakan aparat yang
menyelenggarakan tugas dan kewenangan negara.
Istilah pemerintahan itu sendiri pengertiannya dapat dikaji atau ditinjau dari
tiga aspek yaitu:
1. Ditinjau dari aspek kegiatan (dinamika), pemerintahan berarti segala kegiatan
atau usaha yang terorganisasikan, bersumber pada kedaulatan dan
berlandaskan pada dasar negara.
2. Ditinjau dari aspek struktural fungsional, pemerintahan mengandung arti
seperangkat fungsi negara, yang satu sama lain saling berhubungan secara
fungsional, dan melaksanakan fungsinya atas dasar-dasar tertentu demi
tercapainya tujuan negara.
3. Ditinjau dari aspek tugas dan kewenangan negara, maka pemerintahan berarti
seluruh tugas dan kewenangan negara.

C. Definisi Ilmu Pemerintahan


Konsep Ilmu Pemerintahan terapan pertama kali dirintis oleh G. A. Van Poelje
dengan nama Bestuurskunde. Ilmu Pemerintahan adalah Ilmu yang mempelajari
bagaimana melaksanakan koordinasi dan kemampuan memimpin bidang legislasi,
eksekusi dan yudikasi, dalam hubungan Pusat dan Daerah, antar lembaga serta antar
yang memerintah dengan yang diperintah Ndraha ( 2000 : 7 ) mendefenisikan ilmu
pemerintahan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana pemerintah (unit kerja
publik) bekerja memenuhi dan melindungi tuntutan (harapan, kebutuhan) yang
diperintah akan jasa publik dan layanan civil, dalam hubungan pemerintahan.
R. Mac Iver, memandang pemerintah dari sudut disiplin ilmu politik,
government is the organizationof men under authority how men can be governed.
Maksudnya pemerintahan itu adalah sebagai organisasi dari orang-orang yang
mempunyai kekuasaan bagaimana manusia itu bisa diperintah (R. Mac Iver, The
Web of Government, The Mac Milan Compony Ltd New York, 1947). Jadi bagi Mac
Iver, ilmu pemerintahan adalah sebuah ilmu tentang bagaimana manusia-manusia
dapat diperintah (a science of how men are governed).
Soemendar Soerjosoedarmo berpendapat bahwa ilmu pemerintahan adalah
ilmu yang mempelajari kegiatan-kegiatan kenegaraan dalam rangka memenuhi
kepentingan masyarakat secara menyeluruh.
Syafiie menyatakan bahwa ilmu pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana melaksanakan koordinasi dan kemampuan memimpin bidang legislatif,
eksekutif, dan yudikatif dalam hubungan Pusat dan Daerah antar lembaga serta
antara yang memerintah dengan yang diperintah.

D. Pengertian Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi


Ontologi membahas apa (what) Epistemologi membahas bagaimana (how)
Aksiologi membahas mengapa (why). Apabila dihubungkan dengan konsep Bahm
dalam artikelnya What is Science ? Maka ontologi dari ilmu adalah problems,
epistemologinya adalah methods, dan aksiologinya adalah attitudes.

D.1 Ontologi
Adalah hakikat apa yang dikaji. Ontologi ilmu meliputi apa hakekat ilmu itu,
apa hakekat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah,
yang tidak terlepas dari persepsi filsafati tentang apa dan bagaimana (yang) Ada itu
(being, sein, het zijn). Ilmu pemerintahan secara obyek materi adalah negara
sedangkan obyek fomanya adalah hubungan pemerintah dengan publik dalam kaitan
kewenangan dan pelayanan. Ontologi ilmu pemerintahan, meliputi :
1. Hubungan pemerintah dengan yang diperintah
2. Tuntutan yang diperintah (jasa publik layanan civil)
3. Pemerintah
4. Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah
5. Pemerintah yang dipandang mampu memenuhi kewajiban dan tanggung
jawab tersebut
6. Bagaimana membentukpemerintah yang sedemikian itu
7. Bagaimana pemerintah menunaikan kewajiban dan memenuhi tanggung
jawabnya
8. Bagaimana supaya kinerja pemerintah sesuai dengan tuntutan yang
diperintah.
D.2 Epistemologi
Adalah bagaimana caranya memperoleh yang dikaji (penegetahuan/ilmu)
secara benar , berkaitan dengan metodologi ilmu pemerintahan dan ciri khas ilmu
pemerintahan
Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana dan tatacara menggunakan sarana
tersebut untuk mencapai mencapai pengetahuan.
Jika seorang atau suatu kelompok kita jadikan variabel X dan orang atau
kelompok lain kita jadikan variabel Y. Jika X disebut pemerintah (P) dan Y yang
diperintah (YD), maka hubungan antara P dan YD telah terjadi suatu kegiatan yang
disebut pemerintahan atau peristiwa, gejala-gejala pemerintahan. Pengkajian
terhadap peristiwa atau gejala-gejala pemerintahan yang terjadi baik sekali lalu
maupun berulang telah menjadi sumber bahan konstruksi ilmu pemerintahan.

D.3 Aksiologi
Adalah mengapa dan untuk apa maanfaat suatu ilmu bagi kehidupan manusia.
Aksiologi meliputi nilai-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna
terhadap kebenaran atau kenyataan.
Secara konkrit aksiologi ilmu pemerintahan dilihat pada peran pemerintahan
melalui sudut pandang pendekatan historis meliputi berbagai sejarah peristiwa /
kejadian dimana pemerintah menerapkan keadilan, menyelengarakan demokrasi,
menyelenggarakan pemerintahan, melaksanakan desentralisasi, mengatur
perekonomian, menjaga persatuan, memelihara lingkungan, melindungi HAM,
meningkatkan kemampuan masyarakat, meningkatkan moral masyarakat yang
dilandasi berbagai aturan yang mengikutinya baik tertulis maupun tidak tertulis yang
dibuat pemerintah (negara).

E. Aksiologi Ilmu Pemerintahan


Sebagaimana disebutkan diatas bahwa aksiologi adalah berbicara mengenai
mengapa ilmu itu ada serta nilai kegunaannya bagi kehidupan manusia. Pada sub bab
ini selanjutnya akan membahas terkait mengapa ilmu pemerintahan ada dan nilai
kegunaannya bagi kehidupan manusia:
1. Mengapa Ilmu pemerintahan ada?
Alasan kuat perlunya ada ilmu pemerintahan adalah adanya gejala-gejala
pemerintahan. Gejala pemerintahan dilihat dari dua sisi; Pemerintahan sebagai
sebuah sistem sosial dan pemerintahan sebagai sistem kekuasaan.
Sebagai suatu sistem sosial, pemerintahan adalah gejala yang berkaitan
dengan suatu peran, status dan organisasi sosial. Peran dan status merupakan unsur
sistem sosial yang paling kecil.
Ada 2 macam analisis terhadap suatu sistem sosial:
1. Indiographic analysis: deals with the uniqueness of the single case in al its
individual glory-the problem of clinician or humanist.
2. Nomothetic analysis: deals with the characteristics that different chases have a
common: it abstract from reality the traits of multiple instance. (Alfred Kuhn, 1974:
The Logic of Social System p. 14).
Gejala pemerintahan sebagai suatu sistem sosial dapat dilihat secara idiografis
maupun nomotesis. Analisis idiografis ini memiliki dengan kasus tunggal yang
bersifat unik berkaitan dengan kecemerlangan individual. Analisis idiografis ini
memiliki kaitan erat dengan metodologi penelitian kualitatif maupun studi kasus.
Analisis nomotesis berkaitan dengan karakteristik dimana kasus-kasus
berbeda dengan persamaan. Analisis nomotesis diabstraksikan dari realitas sifat-sifat
dari rangkaian kejadian-kejadian.
Analisis idiografis maupun nomotesis dpat dilakukan melalui pendekatan
longitudinal maupun cross sectional. Pendekatan longitudinal adalah pendekatan
mengatamati sesuatu gejala secara memanjang dilihat dari dimensi waktu, sedangkan
pendekatan cross-sectional adalah pendekatan mengamati suatu gejala lintas
menyolang dengan memotong rentangan waktu.
Di dalam analisis nomotesis, proprosi menjadi berkurang positifnya dan
menjadi lebih bersifat probabilistic, semakin berkurang ketepatannya dan semakin
bertambah ketidakpastiannya. Analisis nomotesis menggunakan proposisi yang
disarikan dari waktu dan tempat.
Pada sisi lain analisis idiografis berkaitan dengan rincian yang kaya dari
kasus-kasus tertentu. Di dalam menarik kesimpulan pengamatan gejala sosial, ada
dua pendekatan yang digunakan.
1. Pendekatan a-priori: artinya mengambil kesimpulan sebelum tersedia cukup
bukti lebih didasarkan pada akal sehat (common sense) dan pandangan otoritas.
2. Pendekatan a-posteriori: menarik kesimpulan setelah memperoleh cukup fakta,
data dan informasi.
Untuk gejala sosial yang bersifat kompleks dan multidimensional, di dalam
menarik kesimpulan dengan pendekatan a-priori. Sedangkan untuk gejala-gejala
sosial yang bersifat kompleks dan multidimensional, di dalam menarik kesimpulan
perlu dukungan fakta, data dan informasi yang akurat dan aktual. Dari ruang lingkup
kajian terhadap gejala sosial, dapat dibedakan antara: pendekatan redaksionistik,
pendekatan teleologis.
Pendekatan reduksionis adalah sebuah pendekatan yang melihat gejala sosial
dan sudut yang lebih sempit, tapi mendalam. Sebaliknya, pendekatan teologis melihat
gejala sosialdari sudut pandang yang luas dan jangka panjang. Pemerintah sebagai
salah satu gejala sosial dapat dilihat dari pendekatan teleologis.
Gejala pemerintahan berkaitan dengan sistem kekuasaan. Kekuasaan yang
dibahas disini adalah kekuasaan yang sah atau kewenangan (otoritas/authority).
Ilmu pemerintahan tidak berbicara bagaimana memperoleh kekuasaan, melainkan
bagaimana menjalankan kekuasaan yang sah.
Adanya gejala-gejala diatas yang merupakan fakta dilapangan membuka ruang
untuk dikaji lebih jauh dalam suatu keilmuan yaitu Ilmu pemerintahan. Dengan
adanya Ilmu pemerintahan maka gejala-gejala tersebut dapat dipelajari sehingga
menghasilkan suatu metodologi yang bisa dilakukan melalui pendekatan kuantitatif
maupun kualitatif sehingga menghasilkan suatu teori.

2. Apa kegunaan Ilmu Pemerintahan bagi kehidupan manusia?


Nilai kegunaan sebuah ilmu akan sangat tergantung pada pelaksanaan fungsi-
fungsi ilmu bagi kepentingan umat manusia. Ada 5 (lima) fungsi ilmu yaitu sebagai
berikut:
a. Mendeskripsikan (to describe), adalah fungsi untuk memberikan
gambaran-gambaran, definisi-definisi mengenai obyek yang dikaji
suatu ilmu.
b. Menjelaskan (to explain), adalah fungsi untuk melihat kaitan antara
sebab dan akibat (kausalitas) dari suatu gejala dan peristiwa.
c. Memverifikasi (to verify), adalah fungsi untuk menguji berbagai
proposisi atau teori untuk diuji kebenarannya dengan fakta empirik.
d. Memprediksikan (to predict), adalah untuk memperkirakan keadaan
masa yang akan datang berdasarkan keadaan sekarang.
e. Membentuk Teori (theory formulation), adalah fungsi ilmu yang
tertinggi, yang sekaligus merupakan akumulasi dari fungsi-fungsi ilmu
lainnya.
(sumber: wasistiono:69)
Kelima fungsi diatas sudah dipenuhi oleh ilmu pemerintahan, dimana ilmu
pemerintahan udah mampu memberikan gambaran, mendefinisikan objeknya yaitu
pemerintah dengan yang diperintah/masyarakat, kemudian menjelaskan adanya
gejala pemerintahan sehingga diperoleh bukti untuk menguji kebenaran suatu teori
yang pada gilirannya akan dapat digunakan untuk memprediksi kondisi suatu negara
dimasa yang akan datang berdasarkan kondisi saat ini.
Terkait kegunaan diatas, untuk mempelajari ilmu pemerintahan dihasilkan
beberapa cabang seperti: kepamongprajaan, kebijakan pemerintahan, manajemen
pemerintahan, seni dan teknik pemerintahan, etika pemerintahan, reformasi
birokrasi dan bukan tidak mungkin kedepannya cabang tersebut akan bertambah.

Anda mungkin juga menyukai