“Permasalahan Urbanisasi”
DISUSUN OLEH :
Nama : 1.Bagas Fadhilah ( 1701010045)
2. M.Fadhli
3. Iin indriyati ( 1701010056)
4. Aniza Lestari Ranama (1701010059)
5. Adhiati Dewi Anggraini (1701010062)
6. Abdul roji ( 1701010063)
RESUME
MASALAH
Jakarta - Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Jakarta, Yayat Supriyatna,
mengatakan urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota merupakan masalah
pelik yang kini dihadapi kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta. Jakarta selama ini masih
menjadi tujuan utama untuk mencari penghidupan yang layak sehingga orang berbondong-
bondong datang ke Ibukota Negara ini.
Urbanisasi identik dengan sebuah tujuan untuk memperbaiki kondisi hidup yang
semula serba kekurangan untuk menjadi lebih baik. Urbanisasi bagi kota besar seperti Jakarta
merupakan problema pelik yang setiap tahun pasti datang menghampiri. Hal ini
mengidentifikasikan bahwa tempat asal mereka lahan ekonominya tidak cukup prospektif.
Terlebih mereka melihat bahwa kota besar khususnya Jakarta merupakan pusatnya
perekonomian, maka ketertarikan untuk mengadu nasib dengan urbanisasi semakin
bertambah.
Nalarnya, dengan meningkatnya jumlah penduduk suatu kota, juga akan mempengaruhi
meningkatnya Produk Domestic Bruto (PDB) dan pencapaian pembanguan kota tersebut, itu
hanya terjadi bila urbanisasi di kota besar masih pada tingkat yang bisa dikendalikan. Namun
beda halnya yang terjadi di kota Jakarta yang sudah sangat tidak terkontrol, bahkan
meningkat dari tahun ke tahun. Bukannya pencapaian pembangunan justru muncul masalah
yang baru, misalnya: kemiskinan, pengangguran, tatakota yang carut marut, kesejahteraan
yang kurang merata, bahkan timbulnya kriminalitas yang semakin merajalela.
Secara empiris, arus urbanisasi selalu searah dengan arus pembangunan. Dan saat ini
pembangunan di Jakarta masih dianggap yang paling baik di negeri ini. Fakta ini
menunjukkan bahwa kesalahan bukan hanya terletak dari urbanisasi, namun juga pada
kebijakan pembangunan yang tidak merata. Hal ini menunjukkan bahwa progam otonomi
daerah juga kurang maksimal, padahal bila progam tersebut bisa tercapai dengan
memaksimalkan potensi daerahnya masing-masing akan menekan jumlah arus urbanisasi dan
pembangunan daerah juga akan tercapai.
“Hal ini dapat dimaklumi karena sekitar 70 persen perputaran ekonomi ada di Jakarta.
Sehingga apa yang dilakukan atau dikerjakan di Jakarta akan mudah menghasilkan uang.
Sementara di kampung halaman, untuk menjadi petani saja sangat sulit karena lahan
pertanian sudah dikuasai pemodal,” ujar Yayat. Menurut dia, urbanisasi saat ini tidak lagi
terjadi pada saat lebaran. Akibatnya beban Pemprov DKI juga semakin berat. Bila Pemprov
DKI gagal mempersipkan tempat tinggal maka akan semakin banyak kawasan kumuh. Bila
gagal membenahi sarana transportasi public maka kemacetan akan semakin parah dan bila
pengangguran semakin banyak kerawan sosial akan semakin meningkat.
Kepala Dinas Dukcapil DKI Jakarta, Dhany Sukma, mengatakan, perpindahan
penduduk adalah hal yang lumrah dan kebijakan pembatasan tidak tepat untuk diterapkan.
Pemerintah DKI Jakarta memperkirakan jumlah pendatang baru di Jakarta setelah masa Idul
Fitri akan mencapai 71.000 atau meningkat sebanyak 2.000 orang dibandingkan tahun lalu.
"Dari sisi di alam demokrasi dan pemenuhan hak-hak sekarang, sudah tidak pas. Kita
bisa bayangkan kalau setiap daerah melakukan itu, kita seperti tinggal di negara yang
ada barrier -nya." kata Dhany. Yang paling penting, kata Dhany, orang-orang itu memiliki
alamat tinggal yang jelas, di mana mereka bisa bernaung sambil mencari pekerjaan. Ia
mengatakan pihaknya akan melaksanakan bina layanan kependudukan pada tanggal 14
hingga 25 Juni dengan melakukan pendataan di RT dan RW di Jakarta. Dhany mengatakan
dinas akan mengeluarkan surat keterangan domisili sementara untuk pendatang yang tidak
memiliki KTP DKI Jakarta. Sementara, kata Dhany, warga yang tidak memiliki identitas
apapun, atau masuk golongan rentan, akan ditangani oleh Dinas Sosial.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
KESIMPULAN
Dari beberapa pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemerintah
harus tepat dalam mengambil kebijakan dalam menanggani arus urbanisasi yang ada di
Jakarta, dan kesimpulan ini dapat ditarik poin-poin penting dari pembahasan diatas yaitu :
1. Arus urbanisasi merupakan dampak adanya pembangunan yang tidak merata antara
daerah yang jauh dari pusat atau di pedesaan dengan yang berada di pusat.
2. Arus urbanisasi merupakan dampak adanya penyedian fasilitas yang kurang memadai di
masyarakat yang tinggal di daerah atau pedesaan sehingga menyebabkan masyarakat
melakukan urbanisasi..
3. Fenomena urbanisasi merupakan bukti bahwa kesedian lapangan pekerjaan yang berada
di pusat dan di daerah tidaklah sama sehingga menyebabkan adanya urbanisasi.
4. Selain mengadakan urbanisasi pemerintah juga melakukan peningkatan sektor pertanian
agar lebih menunjang peningkatan pendapatan bagi masyarakat daerah.
5. Pemberian modal badan pelatihan kewirausahaan juga merupakan suatu cara agar
masyarakat yang tinggal di daerah dapat mengembangkan usahanya dan pendapatan
perkapitanya pun juga meningkat.
6. Melakukan pemerataan pembangunan juga merupakan suatu cara agar pembagunan tidak
hanya berpusat di Jawa atau Sumatera saja tetapi juga di daerah lain dengan
menyediakan perbaikan sarana infrastruktur, perumahan, dan kegiatan ekonomi.
SARAN
Progam pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk menanggani permasalahan
urbanisasi sebenarnya sudah baik, yang perlu dilakukan saat ini adalah adanya kerjasama
yang baik antara pemerintah dan masyarakat serta lembaga lain untuk mengoptimalisasikan
kebijakan publik yang sudah ada tersebut. Dalam menanggani permasalahan urbanisasi
membutuhkan waktu yang tidaklah singkat tetapi setidaknya permasalahan urbanisasi yang
berada di Jakarta dapat terminimalisir sehingga dapat menciptakan keseimbangan antara
pusat dan daerah.