Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Isu Kontemporer Filsafat Administrasi Merajut Reformasi Birokrasi Melalui


Pelayanan Publik Berkualitas
Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Administrasi
Dosen Pengampu : Ade Burhanudin,S.I.P.,M.Si.

Disusun oleh
Nama : Liliek Iklimah
NIM : A1A1210035

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK SAMUDERA INDONESIA
SELATAN
(STISIP SAINS)
2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai selesai.Dan dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Filsafat Administrasi
yang berjudul Merajut Reformasi Birokrasi Melalui Pelayanan Publik yang Berkualitas.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman.Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah
ini.

Cijayana,15 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan pembahasan.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Filsafat administrasi dan isu kontemporer filsafat administrasi..........................................2
B. Sistem pelayanan publik di Indonesia.................................................................................2
C. Perubahan Mindset Birokrasi dalam Pelayanan Publik.......................................................4
D. Hubungan filsafat administrasi dengan reformasi birokrasi dalam pelayanan public.........6
BAB 111 PENUTUP
2.1 Kesimpulan.........................................................................................................................7
2.2 Saran...................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ungkapan "jika bisa dipersulit, mengapa harus dipermudah?" merupakan istilah yang
sudah tidak asing lagi untuk menggambarkan wajah birokrasi di Indonesia. Birokrasi telah
memegang peran utama dalam pemberian pelayanan publik dan telah berperan menjadi
instrumen politik praktis. Birokrasi merupakan suatu jalan bagi pemerintah untuk melaksanakan
kebijakan-kebijakan yang pada umumnya berkaitan dengan fungsi pelayanan publik. Alokasi
berbagai sumber daya publik tidak dapat berjalan tanpa adanya birokrasi. Dapat dikatakan bahwa
semakin berkualitas suatu pelayanan publik, maka semakin baik birokrasinya. Tingkat
kepercayaan masyarakat kepada pemerintah bergantung pada kualitas pelayanan publik yang
dihasilkan.
Sayangnya, pelayanan publik saat ini masih terkesan berbelit-belit, tidak terdapat
kejelasan biaya maupun waktu, dan tidak transparan sehingga masyarakat seringkali tindak
mendapatkan kepastian pelayanan. Panjangnya birokrasi mengakibatkan masyarakat menempuh
jalan pintas karena tidak sabar. Bagai gayung bersambut, keadaan tersebut dimanfaatkan oleh
oknum-oknum tertentu guna memperoleh keuntungan secara ilegal sehingga memicu tindakan
koruptif. Gray dan Kaufmann (1998) menyatakan bahwa korupsi tersebar luas bukan karena
masyarakat mereka berbeda dari masyarakat di tempat lain, melainkan karena terdapat kondisi
yang mendukung untuk itu. Dalam suatu sistem politik, pemerintah atau pejabat memiliki
kekuatan yang begitu besar, apabila hal tersebut tidak diimbangi dengan pengawasan dan
pemantauan maka dapat menyebabkan korupsi. Permasalahan tersebut seringkali disebut sebagai
patologi birokrasi yang mengakibatkan disfungsi birokrasi.
1.2 Rumusan masalah
A. Apa yang dimaksud dengan filsafat administrasi dan isu kontemporer filsafat
administrasi?
B. Bagaimana sistem pelayanan publik di Indonesia?
C. Bagaimana perubahan Mindset Birokrasi dalam Pelayanan Publik?
D. Hubungan filsafat administrasi dengan reformasi birokrasi dalam pelayanan publik
1.3 Tujuan pembahasan
Mengetahui mengenai apa itu filsafat administrasi dan mengetahui isu kontemporer
filsafat administrasi serta dapat menghubungkannya dalam sistem pelayanan publik di Indonesia
saat ini

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Filsafat administrasi dan isu kontemporer


Falsafah atau filsafat adalah kata yang diadopsi dari bahasa Arab yang diartikan sebagai
hakikat atau hikmah. Uyoh Sadulloh. (2012). filsafat diartikan sebagai suatu pandangan kritis
yang sangat mendalam sampai ke akar-akarnya mengenai segala sesuatu yang ada. Maka filsafat
mengajarkan dan memberikan pengertian bahwa dalam penggunaan sebuah ilmu haruslah
diiringi dengan kebijaksanaan sedangkan Menurut Siagian (2003) administrasi adalah
keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas
rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Rahmat
(2012), ilmu administrasi merupakan hasil pemikiran dan penalaran manusia yang disusun
berdasarkan dengan rasionalitas dan sistematika yang mengungkapkan kejelasan tentang objek
forma, yaitu pemikiran untuk menciptakan suatu keteraturan dari berbagai aksi dan reaksi yang
dilakoni oleh manusia.
Filsafat administrasi merupakan pemikiran mendalam, logis, sistematis, rasional, dan
radikal dalam mendalami administrasi secara teoritis dan praktis. Secara ontologis, filsafat
administrasi mengkaji secara kontemplatif hakikat administasi yang di dalamnya terdapat kajian
hakikat organisasi, hakikat kepemimpinan, hakikat tugas dan kewajiban administratir, dan
hakikat kerja sama dalam menerapkan prinsip-prinsip administrasi dan sistem pengelolaannya.
Dalam prinsip epistemologis, pengkajian administrasi menekankan pada penggalian sumber
pengetahuan administrasi, dilihat dari perkembangan administrasi, hingga administrasi sebagai
ilmu yang dapat diteliti dan diterapkan dalam kehidupan manusia. Dilihat secara aksiologis,
fokus kajian administrasi berkaitan dengan manfaat administrasi secara pragmatis yang berkaitan
dengan kehidupan ketatausahaan, pengorganisasian, pelimpahan wewenang, dan kerja sama
dalam melaksankan tugas perkantoran ataupun organisasi demi tercapinya tujuan.
Isu-isu kontemporer adalah suatu pokok persoalan yang terjadi pada masa sekarang atau
menjadi trending topik pada saat ini jadi solusi penyelesaian nya harus sesuai dengan masa
sekarang yaitu masa modern.Jadi isu kontemporer filsafat administrasi adalah suatu pokok
persoalan yang harus diselesaikan dengan pemikiran yang mendalam,kritis,dan rasional yang
berkaitan dengan administrasi atau pelayanan yang ada di Indonesia.
B.Sistem pelayanan publik di Indonesia
Pelayanan kepada masyarakat sudah menjadi tujuan utama dalam penyelenggaraan
administrasi publik. Di Indonesia penyelenggaraan pelayanan publik menjadi isu kebijakan yang
semakin strategis karena perbaikan pelayanan publik di negara ini cenderung berjalan di tempat,
sedangkan implikasinya sebagaimana diketahui sangat luas karena menyentuh seluruh ruang-

2
ruang kepublikan baik dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik,budaya dan lain-lain. Dalam
bidang ekonomi,buruknya pelayanan publik akan berimplikasi pada penurunan investasi yang
dapat berakibat terhadap pemutusan hubungan kerja pada industri-industri dan tidak terbukanya
lapangan kerja baru yang juga akan berpengaruh terhadap meningkatnya angka pengangguran.
Akibat lebih lanjut dari masalah ini adalah timbulnya kerawanan social.
Birokrasi telah memegang peran utama dalam pemberian pelayanan publik dan telah
berperan menjadi instrumen politik praktis. Birokrasi merupakan suatu jalan bagi pemerintah
untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan yang pada umumnya berkaitan dengan fungsi
pelayanan publik. Alokasi berbagai sumber daya publik tidak dapat berjalan tanpa adanya
birokrasi. Dapat dikatakan bahwa semakin berkualitas suatu pelayanan publik, maka semakin
baik birokrasinya. Tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah bergantung pada kualitas
pelayanan publik yang dihasilkan.Sayangnya, pelayanan publik saat ini masih terkesan berbelit-
belit, tidak terdapat kejelasan biaya maupun waktu, dan tidak transparan sehingga masyarakat
seringkali tindak mendapatkan kepastian pelayanan. Panjangnya birokrasi mengakibatkan
masyarakat menempuh jalan pintas karena tidak sabar. Bagai gayung bersambut, keadaan
tersebut dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu guna memperoleh keuntungan secara ilegal
sehingga memicu tindakan koruptif. Gray dan Kaufmann (1998) menyatakan bahwa korupsi
tersebar luas bukan karena masyarakat mereka berbeda dari masyarakat di tempat lain,
melainkan karena terdapat kondisi yang mendukung untuk itu. Dalam suatu sistem politik,
pemerintah atau pejabat memiliki kekuatan yang begitu besar, apabila hal tersebut tidak
diimbangi dengan pengawasan dan pemantauan maka dapat menyebabkan korupsi.
Permasalahan tersebut seringkali disebut sebagai patologi birokrasi yang mengakibatkan
disfungsi birokrasi.
Merujuk pada data pengaduan masyarakat di Ombudsman RI sebagai Lembaga Negara
pengawas pelayanan publik tahun 2015-2020, total terdapat 56.433 laporan masyarakat dengan
grafik yang meningkat setiap tahunnya. Penundaan berlarut, penyimpangan prosedur, dan tidak
memberikan pelayanan selalu menempati 3 peringkat teratas dugaan maladministrasi yang
dilaporkan.Penundaan berlarut terjadi karena penyelenggara pelayanan publik masih mengulur
waktu dalam penyelesaian layanan melebihi baku mutu waktu dari janji layanan yang ditetapkan.
Penyelenggaraan pelayanan publik yang tidak sesuai dengan prosedur layanan mengakibatkan
terjadinya penyimpangan prosedur. Sikap acuh pemberi layanan saat berhadapan dengan
masyarakat pengguna layanan sehingga mengabaikan tugasnya dalam memberikan pelayanan
merupakan tindakan maladministrasi tidak memberikan pelayanan. Maladministrasi sangat lekat
dengan tugas dan fungsi Ombudsman dalam menjalankan pengawasan dan mengawal
berlangsungnya reformasi birokrasi.
Adanya pengaduan masyarakat kepada Ombudsman RI mengisyaratkan bahwa
penyelenggaraan pelayanan publik masih memerlukan atensi khusus. Filosofi penyelenggaraan
pelayanan publik berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
tidak terlepas dari asas-asas pelayanan publik yang mengutamakan kepentingan umum,
profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, berkepastian hukum, responsif, inklusif, efektif dan
efisien, serta mengajak seluruh elemen untuk memperhatikan keseimbangan hak dan kewajiban

3
dalam partisipasi implementasinya. Reformasi birokrasi dipandang sebagai upaya pemerintah
dalam rangka meningkatkan kinerja dengan tujuan efektifitas, efisiensi, dan akuntabilitas.
Penerapan asas pelayanan publik merupakan wujud dari upaya pemerintah dalam melakukan
reformasi birokrasi. Guna mewujudkan reformasi birokrasi, penyelenggara pelayanan publik
berkewajiban melaksanakan evaluasi terhadap kinerja pelaksana secara berkala dan
berkelanjutan. Apabila dalam evaluasi tersebut didapatkan temuan, maka sudah seyogyanya
penyelenggara pelayanan publik berupaya meningkatkan kapasitas pelaksana.
C. Perubahan Mindset Birokrasi dalam Pelayanan Publik
Kata birokrasi banyak digunakan dalam pemerintahan. Birokrasi penting dalam sebuah
negara dan kinerja masyarakat. Adanya birokrasi ini membantu meningkatkan kinerja
masyarakat, kelompok, dan organisasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
birokrasi adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah, karena telah
berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan. Arti lain birokrasi yaitu cara bekerja atau susunan
pekerjaan yang serba lamban, serta tata aturan yang banyak likunya. Dari arti kata tersebut,
masyarakat beranggapan pemerintah lamban dan berbelit dalam menyelesaikan sesuatu. Awal
kata birokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu bureau artinya meja dan kratia artinya aturan.
Secara harfiah birokrasi adalah orang yang bekerja di meja dengan aturan yang ketat.
Ciri-ciri Birokrasi Mengutip buku Birokrasi Pemerintahan, berikut ciri-ciri birokrasi:
 Adanya peraturan yang harus ditaati
 Pejabat bekerja penuh perhatian sesuai kemampuan masing-masing,
 Pejabat terikat dan disiplin melaksanakan prinsip organisasi
 Pejabat diangkat sesuai syarat teknis dan peraturan Adanya pemilahan yang tegas antara
urusan dinas dan pribadi
Negara berkewajiban melayani setiap warga negara untuk memenuhi hak dan kebutuhan
dasarnya dalam kerangka pelayanan publik sebagaimana amanat UUD 1945. Pemenuhan hak
dan kewajiban tersebut dilaksanakan melalui birokrasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa birokrasi
mempunyai kontribusi terhadap krisis multi dimensi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
baik dalam dimensi politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Patologi birokrasi mengakibatkan
birokrasi hanya menjadi jalan bagi penguasa untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Larmour
(2007) menyatakan bahwa patologi birokrasi menjauhkan negara dari tipe ideal, dimana sebuah
negara semestinya harus memenuhi fungsi-fungsi keadilan dalam pelayanan publik, persamaan
terhadap masyarakat, dan kemerdekaan dalam kompetisi ekonomi. Peraturan Presiden Nomor 81
Tahun 2010 tentang Grand Design Birokrasi 2010-2025 memberikan landasan hukum
pelaksanaan reformasi birokrasi. Birokrasi di Indonesia memerlukan pembaharuan dan
perubahan terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama dalam aspek kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan sumber daya manusia aparatur.
Sektor pelayanan publik telah menjadi lahan basah bagi oknum yang tidak bertanggung
jawab dengan memanfaatkan posisi dan kekuasaan yang dimiliki, sehingga menimbulkan
tindakan koruptif dan maladministrasi. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Philip (2002)
yang menyatakan bahwa korupsi dalam birokrasi terjadi ketika birokrat menerima manfaat atau
4
keuntungan melalui proses politik yang diperoleh dari posisinya sebagai politisi atau pejabat
dalam birokrasi tersebut. Birokrasi yang melayani dapat dijadikan sebagai langkah awal
reformasi birokrasi. Pendekatan yang bersifat holistik dapat digunakan untuk melakukan
reformasi birokrasi dengan memperbaiki perilaku dan kinerja pemberi layanan. Reformasi yang
dilakukan harus mencakup seluruh unsur birokrasi, termasuk mindset sumber daya manusia
aparatur, struktur birokrasi, dan budaya birokrasi. Perubahan mindset sumber daya manusia yang
bertugas memberikan pelayanan merupakan tantangan terbesar karena sudah terbentuk sekian
lama dan melekat, sehingga sulit untuk menerima perubahan.
Reformasi birokrasi dalam penyusunan standar pelayanan juga diperlukan. Sejauh ini
penyelenggara layanan masih jarang melibatkan masyarakat dalam penyusunan standar
pelayanan. Kewajiban penyelenggara untuk menyusun dan menetapkan standar pelayanan
hendaknya turut melibatkan masyarakat agar dapat diketahui kebutuhan masyarakat dan kondisi
lingkungan. Oleh karenanya, penyelenggara wajib mengikutsertakan masyarakat dan pihak
terkait dengan prinsip tidak diskriminatif, terkait langsung dengan jenis pelayanan, memiliki
kompetensi dan mengutamakan musyawarah, serta memperhatikan keberagaman.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik secara eksplisit telah
mengatur mengenai hak dan kewajiban penyelenggara dan pelaksana pelayanan publik maupun
masyarakat sebagai penerima pelayanan. Lebih lanjut, diatur pula mengenai konsekuensi apabila
penyelenggara atau pelaksana pelayanan publik melakukan maladministrasi atau tidak
melaksanakan kewajibannya. Konsekuensi tersebut berupa pengenaan sanksi teguran tertulis,
sanksi pembebasan dari jabatan, sanksi penurunan kenaikan gaji berkala, sanksi penurunan
pangkat yang lebih rendah, sanksi pemberhentian dengan hormat maupun tidak dengan hormat,
denda, dan/ atau sanksi pidana. Meskipun secara tegas telah diatur konsekuensi bagi
penyelenggara atau pelaksana yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dalam prakteknya masih terdapat
temuan dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Kerelaan pejabat publik untuk melayani masyarakat tanpa memikirkan keuntungan
pribadi diperlukan untuk mendorong reformasi birokrasi. Hal tersebut harus didukung pula
dengan perubahan pola pikir masyarakat dengan mengikuti alur pelayanan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan. Selain itu, pengaduan dari masyarakat hendaknya tidak
diabaikan begitu saja. Penyelenggara dapat melibatkan masyarakat dalam setiap proses
penyusunan standar pelayanan hingga mencari solusi atas permasalahan dalam pelayanan.
Pemberi layanan wajib memahami tugasnya dengan baik, mampu memahami tuntutan
lingkungan, serta dapat bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan. Sementara itu,
masyarakat dapat memenuhi kewajibannya dengan turut berpartisipasi aktif mematuhi dan
memenuhi ketentuan sebagaimana telah ditetapkan dalam standar pelayanan. Kepentingan publik
harus dikedepankan dari pada kepentingan pribadi dalam penyelenggaraan pelayanan, dengan
demikian nilai dan manfaat pelayanan tersebut dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat
sehingga terwujud reformasi birokrasi melalui pelayanan publik berkualitas.

5
D. Hubungan Filsafat administrasi dengan reformasi birokrasi pelayanan publik di
Indonesia
Secara basis ontologi bahwa pengembangan keilmuan administrasi publik dalam konteks
filsafat ilmu administrasi, adalah hakikat apa yang dikaji dari aspek bagaimana proses
administrasi publik dikelola secara baik untuk mengatur, melayani dan melindungi kepentingan
publik. Maka disini birokrasi pemerintah dan juga organisasi-organisasi non-pemerintah yang
berperan terlibat dalam menjalankan fungsi pemerintahan, baik dalam hal penyelenggaraan
pelayanan publik maupun pembangunan ekonomi, sosial maupun bidang-bidang pembangunan
yang lain secara kolektif. Menurut Suryadi, secara substansial wilayah kajian pekerjaan manajer
memiliki variasi kepentingan dari pemerintahan dan masalah-masalah publik, mulai dari
pertahanan dan keamanan sampai pada kesejahteraan sosial dan kualitas lingkungan, dari desain
dan konstruksi jalan dan jembatan sampai eksplorasi ruang angkasa dan dari masalah pajak dan
administrasi keuangan sampai manajeman sumber daya manusia.
Administrasi publik menginginkan bagaimana memfokuskan pelayanan yang lebih baik
kepada semua manusia warga negara dengan kreativitas barunya. Kita harus memikirkan jalan
terbaik untuk bekerja disemua tingkatan pemerintahan. Kita menghendaki dan mengembangkan
kemitraan dengan institusi yang nirlaba dan organisasi-organisasi non-pemerintah (lembaga
swadaya masyarakat). Kita harus mulai dengan pola pendekatan Millennium memiliki tingkat
kehirauan dari sejumlah pertanggungjawaban dan yang diminta ditunjukan kepada kita sebagai
petugas administrasi publik.Pola pikir manusia seharusnya dibentuk dalam dua pola pikir.
Pertama, bagaimana manusia masuk dalam proses penyelengaraan pelayanan publik, membantu
membangun proses tersebut secara sistemik sampai kepada hasil yang maksimal. Kedua,
manusia masuk ke dalam masyarakat, membantu menyadarkan terkait bagaimana pelayan publik
sebetulnya sudah memberikan pelayanan yang terbaik. Sehingga tidak ada lagi saling benturan
antara pelaksana penyelengaraan pelayan publik dengan penerima dari penyelengaraan tersebut.
Filsafat menelaah hal-hal yang menjadi objeknya, dari sudut intinya yang mutlak,
terdalam tetapi tidak berubah (Notonegoro), atau perenungan yang sedalam-dalamnya tentang
sebab “ada” dan “perbuat”. Kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai kepada “mengapa” yang
penghabisan (Drijarkara). Filsafat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terakhir, tidak dangkal
dan dogmatis, melainkan kritis sehingga kita sadar akan kekaburan dan kekcauan pengertian
sehari-hari. Selanjutnya bila kita berbicara tentang administrasi publik secara filsafati maka para
administrator publik yang menjalankan roda administrasi publik harus selalu bijaksana sehingga
kebijakan yang diambil dalam pengambilan keputusan administrasi, skala prioritas, dan alternatif
pilihan berangkat dari pengkajian kebenaran itu sendiri dengan dasar kebijaksanaan.

6
BAB III
PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Secara basis ontologi bahwa pengembangan keilmuan administrasi publik dalam konteks
filsafat ilmu administrasi, adalah hakikat apa yang dikaji dari aspek bagaimana proses
administrasi publik dikelola secara baik untuk mengatur, melayani dan melindungi kepentingan
publik. Maka disini birokrasi pemerintah dan juga organisasi-organisasi non-pemerintah yang
berperan terlibat dalam menjalankan fungsi pemerintahan, baik dalam hal penyelenggaraan
pelayanan publik maupun pembangunan ekonomi, sosial maupun bidang-bidang pembangunan
yang lain secara kolektif.
2.2 Saran
Untuk mewujudkan reformasi birokrasi, penyelenggara pelayanan publik berkewajiban
melaksanakan evaluasi terhadap kinerja pelaksana secara berkala dan berkelanjutan. Apabila
dalam evaluasi tersebut didapatkan temuan, maka sudah seyogyanya penyelenggara pelayanan
publik berupaya meningkatkan kapasitas pelaksana.

7
8
DAFTAR PUSTAKA

Wulandari,dewi ayu.2021."Merajut Reformasi Birokrasi Melalui Pelayanan Publik


Berkualitas",https://www.ombudsman.go.id/artikel/r/pwkinternal--merajut-reformasi-birokrasi-
melalui-pelayanan-publik-berkualitas,diakses pada tanggal 14 Februari 2023 pukul 10.30
Fauzan, Shiddiq hasbi.2017. "Filsafat ilmu administrasi sebagai hakikat dan makna dalam
keilmuan administrasi publik".Jurnal Pembangunan dan Kebijakan Publik Fauzan
Vol.8; No. 01.
Santosa, Pandji. (2012). Administrasi Publik, Teori dan Aplikasi Good Governance. Bandung:
Refika Aditama.
Saebani,Ahmadbeni.2013.filsafatadministrasi.http://lib.unsub.ac.id/index.php?
p=show_detail&id=2510,diakses pada tanggal 14 Februari 2023 pukul 10.45

Anda mungkin juga menyukai