Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ciara Citra Devy Framestica

NIM : 201610360311105
Kls./Smt. : HI-C/II

SISTEM EKOSOSBUD & POLITIK INDOSESIA


“DINAMIKA SOSIAL BUDAYA INDONESIA DALAM PEMBANGUNAN”
Sejak dari masa kolonial sudah banyak banyak pengetahuan mengenai masyarakat dan
kebudayaan penduduk pribumi dalam berbagai kepentingan pemerintah jajahan, sedangkan pada
dalam masa mengisi kemerdekaan ini bertujuan untuk meningkatkan persatuan dan mendukung
pembangunan melalui modernisasi masyarakat Indonesia. Dalam konteks ini, pembangunan
diartikan sebagai usaha berencana ke arah peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam segala
segi bidang kehidupan secara lebih baik dalam proses kegiatannya mendorong pada pengambilan
teknologi dan ilmu pengetahuan guna mempercepat usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat
tersebut. Kemajuan teknologi, khususnya di bidang komunikasi dan transportasi telah sangat
memperlancar kontak antarbudaya bangsa. Interaksi sosial, tukar-menukar pengalaman,
pengetahuan, dan gagasan dapat terlaksana tanpa mengenal batas geografis politik maupun
kebudayaan.

1. Landasan Pemikiran

Dalam penjelasan pokok-pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945


dinyatakan bahwa “Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah
dan lain-lain penyelenggaraan negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur
dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur”. Landasan pemikiran ini tercantum
dalam beberapa pasal pada Undang-Undang Dasar 1945 sebagai berikut:

a. Pasal 27 ayat (2), menyatakan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal ini memancarkan asas keadilan
sosial dan kerakyatan.
b. Pasal 28, menyatakan bahwa setiap warga negara berhak atas kebebasan berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat yang ditetapkan dengan undang-undang.
c. Pasal 29 ayat (1), menyatakan bahwa negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa.
d. Pasal 29 ayat (2), menyatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan setiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan
kepercayaan.
e. Pasal 31 ayat (1), menetapkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan.
f. Pasal 31 ayat (3), mewajibkan pemerintah mengusahakan dan menyelenggaraan suatu
sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak
yang mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur oleh Undang-
Undang.
g. Pasal 34 mengatur fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
h. Pasal 36 menetapkan bahasa negara ialah bahasa Indonesia (dalam Undang-Undang
Dasar 1945 menjelaskan bahwa bahasa daerah akan tetap dihormati dan dipelihara
oleh negara).
i. Pasal 37 menetapkan agar pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia di
tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dan memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya.

Untuk menyusun daan membentuk sistem sosial nudaya maka apa yang telah tertuang
dalam berbagai pokok pikiran di atas harus terangkum dalam satu susunan terpadu dan
membentuk integralistik, sehingga sistem sosial budaya Indonesia benar-benar dapat mendukung
proses pembangunan nasional. Kemudian pelaksanaan pembangunan nasional akan dikatakan
berhasil apabila dilandasi terlebih dahulu oleh pembangunan di bidang sosial budaya, termasuk
penyususnan dan pembentukan sistemnya, karena di bidang inilah tempat penentuan
pembentukan manusia sebagai pelaksana pembangunan. Hal ini penting karena bagaimanapun
juga baiknya suatu rencana dan program pembangunan, hasilnya akan bergantung pada kualitas
manusianya. Oleh sebab itu, diperlukanlah pembangunann sistem sosial budaya yang bertujuan
untuk membina mental, sikap hidup, dan sikap budaya Indonesia, baik kedudukannya sebagai
individu, maupun sebagai bangsa yang yakin akan kebenaran Pancasila, sehingga mampu
dihadapkan kepada tuntutan pembangunan beserta permasalahannya dalam lingkungan yang
dinamis dan tuntutan kemajuan global.

2. Pengertian dan Makna Sistem Sosial Budaya Indonesia

Istilah sosial budaya merupakan bentuk gabungan dari istilah sosial dan budaya. Sosial
berarti masyarakat, sedangkan budaya atau kebudayaan berarti semua hasil karya, rasa dan cipta
dari masyarakat. Sosial budaya dalam artian yang lebih luas mencakup segala aspek kehidupan.
Oleh sebab itu, atas dasar landasan pemikiran tersebut maka pengertian sistem sosial budaya
Indonesia dapat dirumuskan: sebagai totalitas nilai, tata sosial dan tata laku manusia Indonesia
yang merupakan manifestasi dari karya, rasa, dan cipta di dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernrgara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945. Pengertian system
sosial budaya mencakup dua segi utama kehidupan manusia yaitu:

a. Segi Kemasyarakatan, hakikatnya merupakan pergaulan hidup manusia dalam


kehidupan bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai kebersamaanm senasib
sepenanggungan dan solidaritas yang merupakan unsur pemersatu kelompok sosial.
b. Segi Kebudayaan, merupakan totalitas cara hidup yang maifestasinya tampak di dalam
tingkah laku dan hasil tingkah laku yang terlembagakan. Hakikatnya budaya adalah
sistem nilai yang merupakan hasil hubungan manusia dengan cipta, rasa, dan karsa
yang menumbuhkan gagasan-gagasan utama serta merupakan kekuatan pendukung
dan penggerak kehidupan.

3. Perkembangan Manusia dalam Konteks Sosial dan Budaya di Indonesia

Pembagian manusia dalam berbagai kelompok ras tidak mudah karena ciri-ciri yang
membedakan sering kali tunpang tindih oleh bagian preferinya. Manusia dapat diklasifikasikan
dalam tiga ras pokok, yaitu Kaukasoid, Negroid, dan Mongoloid serta empat ras campuran yaitu,
Australoid, Viddoid, Polynesia, dan Aino (Koeber, 1963). Sedangkan Garn (1963)
mengklasifikasikan Homo Sapiens dalam sembilan kelompok ras menurut wilayah geografi,
yaitu Amerika, Polinesia, Mikronesia, Papuomelanesia, Australia, Asia, India, Eropa, dan
Afrika.

Dua teori persebaran ras di nusantara yaitu (1) teori migrasi empat ras, dan (2) teori
migrasi dua ras. Menurut teori empat ras yang juga dipengaruhi oleh persebaran konsentris Von
Eickstadt, terjadi empat kali urutan migrasi dari daratan benua Asia melalui daerah Indonesia.
Migrasi pertama dilakukan oleh ras Negrito, ke dua ras Australoid, ke tiga ras Melayu Awal, ke
empat ras Melayu Akhir (deutromelayu). Teori persebaran dua ras mengemukakan percampuran
antara ras Australoid (Australia, Melanesia, Papua atau secara lengkap disebut
Australomelanesoid) denga Mongoloid. Teori ini menjelaskan tentang mengapa penduduk
Indonesia Bagian Timur yang memiliki ciri-ciri lebih Autraloid, sedangan Indonesia Bagian
Barat lebih Melayu, dan wilayah yang menjadi kontak dari kedua ras tersebut memiliki ciri
percampuran.

4. Pembangunan Nasional: Lingkungan Sosial dan Kebudayaan Indonesia

Masyarakat majemuk Indonesia dengan berbagai etnik yang memiliki budaya


beranekaragam adalah sumber acuan kepada satu budaya sosial. Kebudayaan sosial yang dalam
proses pembentukannya tersebut telah mampu membuat ikatan kesatuan melalui bahasa
Indonesia dan semangat kesatuan lainnya. Jalinan kesatuan dari keanekaragaman tersebut
dimanfaatkan oleh dasar negara yaitu Pancasila, sehingga bagaimana pembangunan sosial
tersebut tidak hanya untuk meningkatkan pemahaman Pancasila belaka, tetapi juga sebagai
sarana situasi agar warga masyarakat mampu mengikuti serta menerima manfaat dari
pembangunan.

Pembanguana sosial merupakan salah satu upaya dalam kerangka pembangunan nasional
dengan sistem desentralisasi, sebagaimana yang diungkapkan dari berbagai program-programnya
supaya kualitas hidup dari warga masyarakat mencapai derajat yang dituju oleh pembangunan
nasional dengan sistem desentralisasi.
a. Budaya dan Rekayasa Tata Kelakuan Masyarakat

Kebudayaan pada hakikatnya ialah rekayasa warga masyarakat pendukung budaya


tersebut dalam menciptakan, menata dan melaksakan tingkah laku yang disepakati bersama guna
menjalankan kehidupan. Dilakukan bersama oleh warga suatu kelompok masyarakat dan
berulang terhadap situasi sosial yang dihadapi, maka menjadi berpola, mengikuti alur piker serta
tingkah laku tertentu. Bagi warga masyarakat pendukung suatu budaya tertentu cendrung makin
lama seseorang dalam budaya tersebut, maka makin sulit mininggalkan perilakunya yang sudah
menjadi tradisi kehidupan mereka.

Dalam rangka kesatuan nasional, maka pembangunan tersebut harus dilihat sebagai
rekayasa kebudayaan yang berlaku pada tahap lokal, regional, dan nasional, rekaan tersebuut
yaitu bertumpu pada program-program yang direncanakan dan dilaksanakan dalam perilaku
organisasi pembangunan tersebut. Pembangua tersebut perlu organisasi yang tidak hanya
menampung gagasan, perencanaan, dan pelaksanaannya. Selain itu, warga masyarakat sendiri
adalah sebagai organisasi sosial yang berada dalam suatu ikatan keluarga, kerabat, kelompok
kerja maupun komunitas etnik, dan sebagainya yang berfungsi dalam kehidupan masyarakat.
Organisasi inilah yang mampu memahami lingkunan sosial dari sasaran pembangunan manakala
melakukan implementasi pembangunan sosial dan umpan balik dari hasilnya bagi revisi datau
perubahan program.

b. Pembangunan Sosial: Meningkatkan Kualitas Manusia


Pembangunan sosial dalam lingkup pembangunan nasional meliputi program yang
langsung seperti kependudukan, pendidikan dan kesejahteraan sosial, sedangkan yang tidak
langsung seperti daampak dari program-program pembangunan. Manakala peluang dab
perolehan pembangunan sosial tersebut tidak merata, dari analisis fungsional dapat dipahami
ialah sebagai akibat dari derajat intensitas dan jangkauan program terhadap kelompok sasaran,
daya paham, kurangnya peluang, dan kendala luar ataupun dalam lainnya.

Anda mungkin juga menyukai