Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEORI ADMINISTRASI PUBLIK

Disusun oleh :

KELOMPOK 4

1. SUTARNI S. MUSA
2. EKA APRIANA
3. JARWADI

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


STISIPOL BUOL
TAHUN AKADEMIK 2023-2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah puji syukur kami


panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
serta memberikan perlindungan dan kesehatan sehingga saya dapat
menyusun makalah dengan judul “Teori Administrasi Publik” . dimana
makalah ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Pengantar Ilmu Administrasi.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah


ini kami banyak menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan referensi dan
keterbatasan kami sendiri. Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang
kami miliki maka kami berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun
makalah dengan sebaik-baiknya.

Dalam kesempatan ini tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam

Sebagai manusia saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak yang membaca makalah ini agar kami dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi


pembaca pada umumnya. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.

i
DAFTAR ISI

Cover .............................................................................................................. i

Kata Pengantar................................................................................................ ii

Daftar Isi ........................................................................................................ iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 2


B. Rumusan Masalah ...............................................................................
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................

BAB II. PEMBAHASAN

A. Kecenderungan Awal Teori Administrasi Publik............................... 5


B. Teori Kebijakan .................................................................................. 7
C. Teori Asministrasi Publik ................................................................... 11

BAB. III. PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 13
B. Saran .................................................................................................... 14

Dafar Pustaka .................................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan Publik kini telah menjadi isu sentral dalam pembangunan di

Indonesia. Perkembangan pelayanan publik memang selalu aktual untuk

diperbincangkan. Pada dasarnya memang manusia membutuhkan

pelayanan, konsep pelayanan ini akan selalu berada pada kehidupan setiap

manusia. Posisi masyarakat yang berubah menjadi warga negara membuat

para penyedia pelayanan publik tidak hanya memposisikan masyarakat

sebagai konsumen, melainkan lebih jauh. masyarakat juga dilibatkan

dalam setiap pengambilan keputusan. Peran serta masyarakat dalam setiap

pengambilan keputusan ini memungkinkan bagi penyedia layanan publik

untuk lebih responsif. Hal utama yang menjadi indikator bahwa penyedia

layanan publik telah responsif terhadap masyarakat adalah munculnya

inovasi pelayanan. Konsep inovasi, belum berkembang secara maksimal

pada sektor publik. Hal ini, dikarenakan kebanyakan organisasi sektor

publik kurang tertantang, karena berada dalam iklim yang nonkompetitif,

dan bahkan tidak merasa bermasalah dalam hal kelangsungan hidupnya.

Maka, wajar jika konsep inovasi kurang berkembang dalam sektor publik.

Namun demikian, perubahan yang terjadi dalam proses administrasi publik

menuntut banyak hal lain turut berubah.

1
Pelayanan yang berkualitas dan bermutu tinggi menjadi perhatian

utama dari organisasi publik. Pelayanan publik sebagai salah satu fungsi

utama pemerintah adalah sebagai upaya untuk pemenuhan kebutuhan

masyarakat atas pengadaan jasa yang diperlukan masyarakat. Pemenuhan

kepentingan dan kebutuhan masyarakat sangat menentukan bagi

kelangsungan dan tegaknya sistem pemerintahan. dengan demikian

bukanlah untuk melayani dirinya sendiri tetapi untuk melayani masyarakat.

kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat

mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai kemajuan

bersama.) Disadari bahwa kondisi aparatur negara masih dihadapkan pada

sistem manajemen pemerintahan yang belum efisien dan lemah yang

antara lain menghasilkan kualitas pelayanan publik yang rendah dan terjadi

berbagai praktek korupsi, kolusi dan nepotisme serta mengakibatkan tidak

efisien dalam penyelenggaraan pemerintahan. Upaya perbaikan dan

peningkatan kinerja aparatur, diharapkan dapat mewujudkan pelayanan

yang cepat, murah, mudah, berkeadilan, berkepastian hukum, transparan

dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan perkembangan dinamika

masyarakat. Pelayanan publik yang banyak dikenal dengan sifat birokratis

dan banyak mendapat keluhan dari masyarakat pelanggannya, antara lain

disebabkan masih belum memperhatikan kepentingan masyarakat

penggunanya. Paradigma yang dipergunakan para pengelola pelayanan

publik cenderung lebih bersifat direktif yang hanya memperhatikan/

2
mengutamakan kepentingan pimpinan organisasinya saja. Masyarakat

sebagai penggguna seperti tidak memiliki kemampuan apapun wujud

berkreasi, suka tidak suka, mau tidak mau, mereka harus tunduk kepada

pengelolahnya. Seharusnya, pelayanan publik dikelolah dengan paradigma

yang bersifat supportif dimana lebih memfokuskan diri kepada

kepentingan masyarakatnya, pengelolah pelayanan harus mampu bersikap

menjadi pelayan yang sadar untuk melayani dan bukan dilayani.

B. Rumusan Masalah

Selama ini, kesan negatif dan krisis kepercayaan terhadap pemerintah

(birokrasi) diakibatkan karena birokrasi selama ini tidak bisa merespon

keinginan warga masyarakat. Kultur birokrasi yang di desain untuk bekerja

lambat, berhati-hati dan menyelewengkan kewenangan dan jabatannya untuk

memenuhi kepentingan pribadi maupun kelompoknya sudah tidak dapat

diterima oleh konsumen atau pun asyarakat yang memerlukan pelayanan

cepat, efisien, tepat waktu dan akuntabel. Hal ini menambah daftar panjang

mengenai rendahnya persoalan etika birokrasi di Indonesia, mengingat kepada

pemerintahan yang bersih (clean good governance) yaitu pemerintahan yang

tidak melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari etika administrasi

publik (mal dministration).

3
Di bidang administrasi negara di Indonesia khususnya masalah etika dalam

birokrasi dalam pelayanan publik menjadi keprihatinan yang sangat besar,

karena perilaku birokrasi mempengaruhi bukan hanya dari hal itu, tetapi

masyarakat banyak. Selain itu, birokrasi juga bekerja atas dasar kepercayaan,

karena seorang birokrat bekerja untuk negara dan berarti juga untuk rakyat.

Wajarlah apabila rakyat mengharapkan adanya jaminan bahwa para birokrat

yang di biayainya harus mengabdi kepada kepentingan umum menurut standar

etika yang selaras dengan kedudukannya.

Dari uraian dan kenyataan di atas, maka rumusan masalah ini yakni :

1) Bagaimana kecenderungan awal teori administrasi public ?

2) Apa yang di maksud dengan Teori kebijakan ?

3) Apa yang di maksud dengan teori Administrasi Publik ?

C. Tujuan Pembahasan

1) Menjelaskan kecenderungan awal teori administrasi public

2) Menjelaskan maksud dari teori kebijakan

3) Menjelaskan maksud dari teori Administrasi Publik

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. KECENDERUNGAN AWAL TEORI ADMINISTRASI PUBLIK

Dwiyanto (2018) dalam bukunya Ilmu Administrasi Publik di


Indonesia, mengurai sangat jelas dan lugas tentang keberadaan ilmu
administrasi publik di Indonesia yang sedang mencari “identitas”, melalui
state of the art dengan beberapa isu, antara lain focus dan orientasi, perdebatan
tentang monodisiplin vs multidisiplin, dan nomenklatur yang dipergunakan.
Sebagai pijakan untuk menganalisis posisi masing-masing perguruan tinggi
dalam perdebatan akademik keilmuan adminstrasi publik. Lebih lanjut
disebutkan bahwa ketiga aspek di atas dapat dijadikan kerangka berpikir untuk
memetakan posisi perguruan tinggi dalam perdebatan tentang orientasi dan
fokus studi administrasi publik, latar belakang dan rasionalitasnya, dan jati diri
serta arah perkembangan kedepan. Begitupun sebaliknya, dapat digunakan
sebagai untuk membaca dan mengkritik perkembangan studi administrasi
publik di Indonesia (Dwiyanto,2018:91).

Berkenaan dengan focus dan orientasi, dalam perkembangannya telah


banyak mengalami perubahan, yang awalnya sebagai ilmu ketetausahaan
negara, berkembang menjadi ilmu administrasi pemerintahan, bahkan Fisipol
UGM telah merintis menjadi studi kebijakan dan manajemen publik menjadi
fokus dalam studi kebijakan. Sebagian yang lain masih loyal pada administrasi
negara. Tidak terelakan perbedaan latar belakang keilmuan para pendiri dan
latarbelakang komunitas akademik kerap mewarnai arah pengembangan ilmu
administrasi publik. Perbedaan visi keilmuan dan fokus dalam pengembangan
ilmu administrasi publik menjadi keniscayaan yang tidak terhindarkan.

5
Namun demikian, ada kecendrungan yang sama dalam memahami
administrasi publik, bahwa; semakin banyak perguruan tinggi di Indonesia
yang menempatkan urusan dan kepentingan publik sebagai lokus dan
fenomena yang penting. Urusan dan kepentingan publik menjadi alasan
kehadiran studi administrasi publik. Apabila kecendrungan ini semakin meluas
dan berkembang maka perkembangan administrasi publik di Indonesia akan
mencapai “milestone” baru, sebagaimana yang telah terjadi di negara-negara
lain, menjadi “beyond government institutions”. (Dwiyanto, 2018).
Diskursus tentang apakah administrasi publik bersifat monodisipin atau
multidisiplin, sampai saat ini masih menjadi diskusi yang menarik. Masing-
masing memiliki dasar argumen untuk memberikan penjelasan rasional,
bersandar pada dasar dan latarbelakang keilmuan yang tidak terlepas pada
paradigma perkembangan ilmu administrasi publik. Di negara-negara Eropa
seperti Belanda, Prnacis, Jerman dan Belgia ilmu administrasi berkembang
dan menepatkan administrasi publik sebagai bagian dari administrasi.
Sedangkan di negara-negara Amerika Serikat, Inggris dan negara
persemakmuran umumnya memberlakukan ilmu administrasi publik sebagai
studi yang berdiri sendiri. Tampaknya, tradisi ini ini turut mewarnai cara
pandang akademisi di Indonesia dalam menempatkan nomenklatur apakah
administrasi publik itu di bawah Ilmu Administrasi atau dibawah
fakultas/jurusan administrasi, ataukah di bawah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Realita ini tidak lantas menyurutkan kita untuk berhenti pada
perdebatan tentang “wadah” yang sudah ada, namun perlu terus diupayakan
untuk mengembangkan ilmu administrasi publik dari “isi”nya, sehingga
diskursus akademik mengenai ilmu administrasi publik semakin mendekatkan
pada uapaya menjawab fenomena dan kepentingan publik yang terus
berkembang

6
B. TERORI KEBIJAKAN

Kebijakan adalah sebuah instrumen pemerintah, bukan saja dalam arti

government yang hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula

gevernance yang menyentuh pengelolaan sumberdaya publik. Kebijakan pada

intinya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang

secara langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam,

finansial dan manusia demi kepentingan publik, yakni rakyat banyak,

penduduk, masyarakat atau warga negara. Kebijakan merupakan hasil dari

adanya sinergi, kompromi atau bahkan kompetisi antara berbagai gagasan,

teori, ideology dan kepentingan-kepentingan yang mewakili sistem politik

suatu negara.

Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt, 1973 dalam Leo Agustino (2006:6)

dalam perspektif mereka mendefinisikan kebijakan publik sebagai keputusan

tetap yang dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan (repitisi) tingkahlaku

dari mereka yang membuat dan dari mereka mematuhi keputusan.

Adapun dari Carl Friedrich, 1969 dalam Leo Agustino (2006:7) yang

mengatakan bahwa kebijakan adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang

diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan

terutama dimana terdapat hambatan-hambatan dan kemungkinan-

7
kemungkinan dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam

mengatasinya untuk mencapai tujuan yang diamaksud.

Menurut Bridgman dan Davis, 2005 dalam Edi Suharto (2007:3)

menerangkan kebijakan publik pada umumnya mengandung pengertian

mengenai ‘whatever government choose to do or not to do’. Artinya,

kebijakan publik adalah ‘apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk

dilakukan atau tidak dilakukan’. Sedangkan menurut Hogwood dan Gunn,

1990 Edi Suharto (2007:4) menyatakan bahwa kebijakan publik adalah

seperangkat tindakan pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil-hasil

tertentu. Ini tidak berarti bahwa makna ‘kebijakan’ hanyalah milik atau

dominan pemerintah saja. Organisasi-organisasi non-pemerintah, seperti

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi Sosial (Misalnya Karang

Taruna, Pendidikan Kesejahtraan Keluarga/PKK) dan lembagalembaga

sukarela lainnya memiliki kebijakan-kebijakan pula.

Menurut Bridgeman dan Davis, 2004 dalam Edi Suharto (2007:5)

menerangkan bahwa kebijakan publik setidaknya memiliki tiga dimensi yang

saling bertautan, yakni sebagai tujuan (objective), sebagai pilihan tindakan

yang legal atau sah secara hukum(authoritative choice), dan sebagai hipotesis

(hypothesis).

8
1. Kebijakan Publik Sebagai Tujuan

Kebijakan publik pada akhirnya menyangkut pencapaian publik.

Artinya, kebijakan publik adalah serangkaian tindakan pemerintah yang

didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diharapkan oleh publik

sebagai konstituen pemerintah.

2. Kebijakan Publik Sebagai Pilihan Tindakan Yang Legal

Pilihan tindakan dalam kebijakan bersifat legal atau otoritatif karena

dibuat oleh lembaga yang memiliki legitimasi dalam sistem 19 pemerintahan.

Keputusan itu mengikat para pegawai negri untuk bertindak atau mengarahkan

pilihan tindakan atau kegiatan seperti menyiapkan rancangan undang-undang

atau peraturan pemerintah untuk dipertimbangkan oleh parlemen atau

mengalokasikan anggaran guna mengimplementasikan program tertentu.

3. Kebijakan Publik Sebagai Hipotesis

Kebijakan dibuat berdasarkan teori, model atau hipotesis mengenai

sebab dan akibat. Kebijakan-kebijakan senantiasa bersandar pada asumsi-

asumsi mengenai prilaku. Kebijakan selalu mengandung insentif yang

mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Kebijakn juga selalu memuat

disensetif yang mendorong orang tidak melakukan sesuatu. Kebijakan harus

mampu menyatukan perkiraan-perkiraan mengenai keberhasilan yang akan

dicapai dan mekanisme mengatasi kegagalan yang mungkin terjadi. Dalam

9
kaitanya dengan definisi-definisi tersebut di atas maka dapat disimpulkan

beberapa karakteristik utama dari suatu definisi kebijakan publik. Pertama,

pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada tindakan yang

mempunyai maksud atau tujuan tertentu daripada prilaku yang berubah atau

acak.Kedua, kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola

kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan yang

terpisah-pisah. Ketiga, kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya

dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi,

atau menawarkan perumahan rakyat, bukan apa yang dimaksud dikerjakan

atau akan dikerjakan. Keempat, kebijakan publik dapat berbentuk positif

maupun negatif. Secara positif, kebijakan melibatkan beberapa tindakan

pemerintah yang jelas 20 dalam menangani suatu permasalahan, secara

negatif, kebijakan publik dapat melibatkan suatu keputusan pejabat

pemerintah untuk tidak melakukan suatu tindakan atau tidak mengerjakan

apapun padahal dalam konteks tersebut keterlibatan pemerintah amat

diperlukan.Kelima, kebijakan publik paling tidak secara positif, didasarkan

pada hukum dan merupakan tindakan yang bersifat memerintah.

10
C. TEORI ADMINISTRASI PUBLIK

Administrasi publik atau administrasi Negara dewasa ini telah

diberikan arti lebih dari sekedar pengertian yang sederhana yaitu “ilmu

urusan negara” administrasi publik memiliki peranan yang sangat besar

dalam mencakup keseluruhan aspek dari lingkungan sosial, politik, budaya,

dan hukum yang mempengaruhi pelaksanaan tugas dari lembaga negara.

Suatu organisasi baik itu organisasi pemerintah maupun organisasi

swasta, untuk mencapai suatu tujuan perlu adanya unsur-unsur yang

mendukung jalannya operasional organisasi. Salah satu unsur yang menunjang

berhasilnya tujuan tersebut adalah manusia yang merupakan sumber daya

yang paling berharga dan terpenting yang ada dalam lingkungan organisasi.

Budaya organisasi merupakan seperangkat nilai-nilai kepercayaan dan

prinsip-prinsip yang dianut oleh suatu organisasi yang mendasari sistem

manajemen yang berlaku didalamnya dan dijadikan pedoman perilaku bagi

anggota organisasi. Budaya organisasi yang kuat memberikan para pegawai

suatu pemahaman yang jelas dari tugas-tugas yang diberikan oleh suatu

organisasi,mempunyai pengaruh yang besar terhadap prilaku anggota-

anggotanya.

Apabila buadaya organisasi ini telah dijiwai dan dipraktekan dengan

kuat oleh setiap pegawai dengan baik sebagai individu maupun sebagai satuan

kerja didalam organisasi, maka apa yang diharapkan oleh pegawai maupun

stakeholders 2 akan terwujud. Dengan perilaku kerja yang sesuai dengan nilai-

11
nilai yang berlaku, maka akan menimbulkan konsistensi yang tinggi terhadap

organisasi, sehingga kinerja pegawai pada akhirnya akan meningkat dan hal

ini berarti akan meningkatkan pula kinerja dari unit kerja dan pada gilirannya

akan meningkatkan kinerja orgnisasi, sehingga organisasi akan dapat terus

berkembang dan bertahan untuk waktu yang lama.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Isu tentang pelayanan publik di Indonesia kurang dibahas secara


luas dan tuntas sebagaimana terdapat di negara maju, meskipun telah
disadari bahwa salah satu kelemahan dasar dalam pelayanan publik di
Indonesia adalah masalah moralitas. Administrasi publik sering dilihat
sebagai elemen yang kurang berkaitan dengan dunia pelayanan publik.
Padahal dalam literatur tentang pelayanan publik dan administrasi
publik, etika merupakan salah satu elemen yang sangat menentukan
kepuasan publik yang dilayani sekaligus keberhasilan organisasi
pelayanan publik itu sendiri.
Elemen ini harus diperhatikan dalam setiap fase pelayanan publik mulai
dari penyusunan kebijakan pelayanan, desain struktur organisasi
pelayanan, sampai pada manajemen pelayanan untuk mencapai tujuan
akhir dari pelayanan tersebut. Dalam kompleks ini, pusat perhatian
ditujukan kepada aktor birokrasi yang terlibat dalam setiap fase,
termasuk kepentingan aktor-aktor tersebut apakah para aktor telah
benar-benar mengutamakan kepentingan publik diatas kepentingan-
kepentingan yang lain.
Karena petingnya pelayanan bagi kehidupan manusia, ditambah
kompleksnya kebutuhannya, maka bentuk pelayanan yang diperlukan
lebih banyak, dapat berupa kombinasi dari pelayanan lisan, pelayanan
melalui tulisan dan pelayanan dengan perbuatan. Apalagi pelayanan
publik pada sebuah kantor pemerintahan. Disamping itu pola pelayanan
lain yang diharapkan dalam etika pelayanan publik adalah pelayanan
yang menukik pada pendekatan deontologi, yaitu pelayanan yang
mendasarkan diri pada prinsip-prinsip nilai moral yang harus

13
ditegakkan karena kebenaran yang ada dalam dirinya dan tidak terkait
dengan akibat atau konsekuensi dari keputusan yang diambil. Dengan
pelayanan seperti ini diharapkan agar birokrasi selalu melakukan
kewajiban moral untuk mengupayakan agar sebuah kebijakan menjadi
karakter masyarakat. Bila hal ini melembaga dalam diri pejabat publik
dan masyarakat, maka birokrasi patut menjadi teladan. Mereka tidak
melakukan sesuatu yang bisa merugikan negara dan masyarakat seperti
misalnya, korupsi, kolusi dan nepotisme.

B. Saran
Etika pelayanan publik sebaiknya disosialisasikan kepada pihak-
pihak yang melakukan pelayanan kepada masyarakat, karena sebagian
besar pelayan masyarakat belum mengetahui etika pelayanan kepada
masyarakat. Sebagian mungkin masih belum mengetahui bagaimana
seharusnya tindakan untuk melayani masyarakat sehingga dia
melakukan kesalahan dalam melakukan pelayanan atas
ketidaktahuannya. Sangat disayangkan jika kesalahan dalam pelayanan
dilakukan karena kebutaan akan bagaimana etika yang seharusnya
diterapkan kepada masyarakat. Saran selanjutnya berikanlah
penghargaan jika aparatur pemerintah melakukan tindakan sesuai etika
dan sebaliknya, berikanlah sanksi yang tegas kepada pelanggar etika
pelayanan apalagi yang melakukan dengan sengaja. Diharapkan dengan
adanya tindakan seperti itu para pelayan masyarakat termotivasi untuk
mengetahui etika pelayanan kepada masyarakat sehingga tindakannya
dapat sesuai dengan kehendak rakyat. Akhirnya, yang teramat penting
adalah keteladanan, tidak ada orang yang dapat mencapai tingkat
kebijakan ideal, karena itu dalam etika kebijakan, yang penting adalah
proses untuk menginternalisasikannya dibandingkan dengan hasilnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Sinambela, Litjan Poltak. 2008. Reformasi Pelayanan Publik Teori,


Kebijakan, dan Implementasinya. Jakarata: PT. Bumi Aksara.
2. Bappenas, 2011 (Edisi III), Perkembangan Perdagangan dan Investasi,
Jakarta.
3. Dwiyanto, Agus dkk., 2003, Reformasi Tata Pemerintahan dan Otonomi
Daerah, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
4. Kartasasmita, Ginanjar, 2004, 2004, Administrasi Pembangunan, Jakarta:
LP3ES.
5. Denhardt, Kathryn G. 1988. The Ethics Of Public Service. Wesport,
Connecticut: Greenwood Press.

Dokumen

Menurut undang-undang No.25 tahun 2008 tentang pelayanan publik.

15

Anda mungkin juga menyukai