Disusun oleh :
KELOMPOK 4
1. SUTARNI S. MUSA
2. EKA APRIANA
3. JARWADI
Dalam kesempatan ini tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam
Sebagai manusia saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak yang membaca makalah ini agar kami dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
i
DAFTAR ISI
Cover .............................................................................................................. i
Kata Pengantar................................................................................................ ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 13
B. Saran .................................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pelayanan, konsep pelayanan ini akan selalu berada pada kehidupan setiap
untuk lebih responsif. Hal utama yang menjadi indikator bahwa penyedia
Maka, wajar jika konsep inovasi kurang berkembang dalam sektor publik.
1
Pelayanan yang berkualitas dan bermutu tinggi menjadi perhatian
utama dari organisasi publik. Pelayanan publik sebagai salah satu fungsi
antara lain menghasilkan kualitas pelayanan publik yang rendah dan terjadi
2
mengutamakan kepentingan pimpinan organisasinya saja. Masyarakat
berkreasi, suka tidak suka, mau tidak mau, mereka harus tunduk kepada
B. Rumusan Masalah
cepat, efisien, tepat waktu dan akuntabel. Hal ini menambah daftar panjang
3
Di bidang administrasi negara di Indonesia khususnya masalah etika dalam
karena perilaku birokrasi mempengaruhi bukan hanya dari hal itu, tetapi
masyarakat banyak. Selain itu, birokrasi juga bekerja atas dasar kepercayaan,
karena seorang birokrat bekerja untuk negara dan berarti juga untuk rakyat.
Dari uraian dan kenyataan di atas, maka rumusan masalah ini yakni :
C. Tujuan Pembahasan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Namun demikian, ada kecendrungan yang sama dalam memahami
administrasi publik, bahwa; semakin banyak perguruan tinggi di Indonesia
yang menempatkan urusan dan kepentingan publik sebagai lokus dan
fenomena yang penting. Urusan dan kepentingan publik menjadi alasan
kehadiran studi administrasi publik. Apabila kecendrungan ini semakin meluas
dan berkembang maka perkembangan administrasi publik di Indonesia akan
mencapai “milestone” baru, sebagaimana yang telah terjadi di negara-negara
lain, menjadi “beyond government institutions”. (Dwiyanto, 2018).
Diskursus tentang apakah administrasi publik bersifat monodisipin atau
multidisiplin, sampai saat ini masih menjadi diskusi yang menarik. Masing-
masing memiliki dasar argumen untuk memberikan penjelasan rasional,
bersandar pada dasar dan latarbelakang keilmuan yang tidak terlepas pada
paradigma perkembangan ilmu administrasi publik. Di negara-negara Eropa
seperti Belanda, Prnacis, Jerman dan Belgia ilmu administrasi berkembang
dan menepatkan administrasi publik sebagai bagian dari administrasi.
Sedangkan di negara-negara Amerika Serikat, Inggris dan negara
persemakmuran umumnya memberlakukan ilmu administrasi publik sebagai
studi yang berdiri sendiri. Tampaknya, tradisi ini ini turut mewarnai cara
pandang akademisi di Indonesia dalam menempatkan nomenklatur apakah
administrasi publik itu di bawah Ilmu Administrasi atau dibawah
fakultas/jurusan administrasi, ataukah di bawah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Realita ini tidak lantas menyurutkan kita untuk berhenti pada
perdebatan tentang “wadah” yang sudah ada, namun perlu terus diupayakan
untuk mengembangkan ilmu administrasi publik dari “isi”nya, sehingga
diskursus akademik mengenai ilmu administrasi publik semakin mendekatkan
pada uapaya menjawab fenomena dan kepentingan publik yang terus
berkembang
6
B. TERORI KEBIJAKAN
suatu negara.
Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt, 1973 dalam Leo Agustino (2006:6)
Adapun dari Carl Friedrich, 1969 dalam Leo Agustino (2006:7) yang
7
kemungkinan dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam
kebijakan publik adalah ‘apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk
tertentu. Ini tidak berarti bahwa makna ‘kebijakan’ hanyalah milik atau
yang legal atau sah secara hukum(authoritative choice), dan sebagai hipotesis
(hypothesis).
8
1. Kebijakan Publik Sebagai Tujuan
Keputusan itu mengikat para pegawai negri untuk bertindak atau mengarahkan
9
kaitanya dengan definisi-definisi tersebut di atas maka dapat disimpulkan
mempunyai maksud atau tujuan tertentu daripada prilaku yang berubah atau
10
C. TEORI ADMINISTRASI PUBLIK
diberikan arti lebih dari sekedar pengertian yang sederhana yaitu “ilmu
yang paling berharga dan terpenting yang ada dalam lingkungan organisasi.
suatu pemahaman yang jelas dari tugas-tugas yang diberikan oleh suatu
anggotanya.
kuat oleh setiap pegawai dengan baik sebagai individu maupun sebagai satuan
kerja didalam organisasi, maka apa yang diharapkan oleh pegawai maupun
stakeholders 2 akan terwujud. Dengan perilaku kerja yang sesuai dengan nilai-
11
nilai yang berlaku, maka akan menimbulkan konsistensi yang tinggi terhadap
organisasi, sehingga kinerja pegawai pada akhirnya akan meningkat dan hal
ini berarti akan meningkatkan pula kinerja dari unit kerja dan pada gilirannya
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
ditegakkan karena kebenaran yang ada dalam dirinya dan tidak terkait
dengan akibat atau konsekuensi dari keputusan yang diambil. Dengan
pelayanan seperti ini diharapkan agar birokrasi selalu melakukan
kewajiban moral untuk mengupayakan agar sebuah kebijakan menjadi
karakter masyarakat. Bila hal ini melembaga dalam diri pejabat publik
dan masyarakat, maka birokrasi patut menjadi teladan. Mereka tidak
melakukan sesuatu yang bisa merugikan negara dan masyarakat seperti
misalnya, korupsi, kolusi dan nepotisme.
B. Saran
Etika pelayanan publik sebaiknya disosialisasikan kepada pihak-
pihak yang melakukan pelayanan kepada masyarakat, karena sebagian
besar pelayan masyarakat belum mengetahui etika pelayanan kepada
masyarakat. Sebagian mungkin masih belum mengetahui bagaimana
seharusnya tindakan untuk melayani masyarakat sehingga dia
melakukan kesalahan dalam melakukan pelayanan atas
ketidaktahuannya. Sangat disayangkan jika kesalahan dalam pelayanan
dilakukan karena kebutaan akan bagaimana etika yang seharusnya
diterapkan kepada masyarakat. Saran selanjutnya berikanlah
penghargaan jika aparatur pemerintah melakukan tindakan sesuai etika
dan sebaliknya, berikanlah sanksi yang tegas kepada pelanggar etika
pelayanan apalagi yang melakukan dengan sengaja. Diharapkan dengan
adanya tindakan seperti itu para pelayan masyarakat termotivasi untuk
mengetahui etika pelayanan kepada masyarakat sehingga tindakannya
dapat sesuai dengan kehendak rakyat. Akhirnya, yang teramat penting
adalah keteladanan, tidak ada orang yang dapat mencapai tingkat
kebijakan ideal, karena itu dalam etika kebijakan, yang penting adalah
proses untuk menginternalisasikannya dibandingkan dengan hasilnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Dokumen
15