Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, dan anugerah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Hukum Acara
menyelesaikan tugas mata kuliah Hukum Administrasi Negara. Isi dari makalah ini
adalah pemaparan tentang Analisis Hukum Administrasi Negara tentang Inovasi Jak
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini agar makalah ini
dapat menjadi yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
dosen kami yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini. Demikian
makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Terima kasih.
6 Desember 2019
Cover
Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................... ii
Bab I: Pendahuluan
2.2 Landasan
Hukum…………………………..………………………………. 33
4.2 Analisis……………………………………………………………………. 48
Bab V : Penutup
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………... 59
5.2 Saran………………………………………………………………………. 59
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
Seseorang yang inovatif akan selalu berupaya melakukan perbaikan, menyajikan sesuatu
yang baru/unik yang berbeda dengan yang sudah ada. inovasi di bidang pelayanan publik
merupakan ide kreatifteknologi atau cara baru dalam teknologi pelayanan atau memperbarui
yang sudah ada di bidang teknologi pelayanan atau menciptakan terobosan atau
pelayanan yang manfaatnya hasil mempunyai nilai tambah baik dari segi kuantitas maupun
kualitas pelayanan.
pendekatan yang lebih jitu dan terus berusaha untuk memperbaharui teori dan instrumentasi
agar tidak semakin tertinggal dengan kemajuan jaman. Dalam hal ini, salah satu trend besar
Apabila dibandingkan dengan sektor bisnis, sektor publik biasanya ada dalam sistem
sosial yang lebih kompleks, dengan tujuan dan nilai-nilai yang lebih ambigu dan sulit untuk
diukur. Inovasi sangat berguna untuk membangun reputasi dan citra pemerintah dalam
memberikan layanan publik, layanan publik sekarang cenderung memberikan kualitas yang
lebih rendah Inovasi layanan di sektor publik memberikan peluang besar bagi pertumbuhan
ekonomi, dan menarik investor untuk bekerja sama, tuntutan kualitas tinggi sebagai hasil dari
1
Ahmad Sururi, “Inovasi Kebijakan dalam Perspektif Administrasi Publik Menuju Terwujudnya Good Public
Policy Governance”, Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017 Halaman 14-31 (2017)
kondisi dan kebutuhan masyarakat yang beragam, kemudahan dan kenyamanan dalam
mendapatkan layanan.2
Pelayanan Publik kini telah menjadi isu sentral dalam pembangunan di Indonesia.
masyarakat yang berubah menjadi warga negara membuat para penyedia pelayanan publik
tidak hanya memposisikan masyarakat sebagai konsumen, melainkan lebih jauh masyarakat
juga dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan. Peran serta masyarakat dalam setiap
pengambilan keputusan ini` memungkinkan bagi penyedia layanan publik untuk lebih
responsif. Hal utama yang menjadi indikator bahwa penyedia layanan publik telah responsif
berkembang secara maksimal pada sektor publik. Hal ini, dikarenakan kebanyakan organisasi
sektor publik kurang tertantang, karena berada dalam iklim yang nonkompetitif, dan bahkan
tidak merasa bermasalah dalam hal kelangsungan hidupnya. Maka, wajar jika konsep inovasi
kurang berkembang dalam sektor publik. Namun demikian, perubahan yang terjadi dalam
.Mulgan dan Albury juga menyebutkan beberapa alasan mengapa sektor publik harus
melakukan inovasi. Beberapa alasan tersebut meliputi: (1) inovasi dilakukan untuk merespon
secara lebih efektif perubahan dalam kebutuhan dan ekspektasi publik yang terus meningkat;
(2) untuk memasukkan unsur biaya dan untuk meningkatkan efisiensi; (3) untuk memperbaiki
sedikit kemajuan; (4) untuk mengkapitalisasikan penggunaan ICT secara penuh, karena hal
ini telah terbukti meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan pelayanan.4
2
A. Oke, Innovation types and innovation management practices in service companies, International Journal of
Operations & Production Management”, Vol. 27, No. 6, pp. 564-587 (2007)
3
Mirnasari, Rina Mei, ”Inovasi Pelayanan Publik di UPTD Purabaya-Bungurasi kota Surabaya",Jurnal FISIP
Univeritas Airlangga.Vol 1 (2013)
4
Mulgan, G. and Albury, D. Innovation in the Public Sector. Strategy Unit, UK: Cabinet Office, 2003
Borins mengemukakan bahwa pengembangan inovasi disektor organisasi dan manajemen
publik secara global didorong oleh beberapa kondisi. Beberapa kondisi yang dimaksud
terangkum dalam lima kelompok antara lain; (1) tuntutan political system meliputi hak
melalui amanat pemilihan (election), legislasi, dan tekanan dari para politisi; (2) munculnya
new leadership yakni pemimpin yang membawa ide-ide dan konsep-konep baru, bisa berasal
dari eksternal atau internal organisasi tersebut; (3) adanya crisis yang didefinisikan sebagai
kegagalan mengantisipasi masalah publik yang terjadi saat ini dan yang mungkin terjadi di
masa yang datang; (4) internal problems yakni kegagalan merespon perubahan lingkungan,
sumberdaya, dan kegagalan dalam mengkoordinasi berbagai kebijakan; dan (5) munculnya
new opportunities, seperti terciptanya berbagai jenis teknologi baru yang mempengaruhi pola
hidup masyarakat.5
23 Tahun 2014. Disebutkan inovasi daerah diperlukan dalam rangka peningkatan kinerja
inovasi dapat berasal dari kepala daerah, anggota DPRD, aparatur sipil negara, Perangkat
Pemerintah dibentuk bukanlah untuk melayani dirinya sendiri tetapi untuk melayani
Pelayanan yang berkualitas dan bermutu tinggi menjadi perhatian utama dari organisasi
publik.
5
Borins, S. The challenge of innovating in government. Arlington: The Pricewaterhouse Coopers Endowment
for The Business of Government, 2001
6
Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta: Bumi Askara, 2006
Keterbukaan informasi, jika dikaitkan dengan aktivitas pelayanan, ikut mendorong
masyarakat kian sadar tentang hak dan kewajibannya. Oleh karena itu, harapan untuk bisa
mendapatkan pelayanan yang terbaik tersebut kini juga mulai digantungkan kepada
kondisi birokrasi di suatu negara. Kondisi birokrasi memberikan iklim tersendiri bagi
terselenggaranya pelayanan publik yang optimal. Pelayanan publik yang optimal belum dapat
Dalam sektor publik, inovasi sangat diperlukan dalam pengembangan suatu pelayanan
publik. Inovasi hadir sebagai sebuah produk yang baru dan sifatnya menggantikan cara yang
lama. Ini artinya bahwa setiap pelayanan publik, secara isi pada prinsipnya harus memuat
beberapa faktor antara lain, keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau kecil
dan besar, perairan yang terdiri dari sebagian besar laut, sungai dan danau yang
memungkinkan pengangkutan dilakukan melalui darat, perairan, dan udara guna menjangkau
Secara umum transportasi memegang peranan penting dalam dua hal yaitu pembangunan
ekonomis dan pembangunan non ekonomis. Tujuan yang bersifat ekonomis misalnya
memelihara tingkat kesempatan kerja bagi masyarakat. Sejalan dengan tujuan ekonomis
tersebut adapula tujuan yang bersifat non ekonomis yaitu untuk mempertinggi integritas
9
bangsa, serta meningkatkan pertahanan dan keamanan nasional. Oleh karena itu
7
Prianto, Agus, “Menakar Kualitas pelayanan Publik, Malang: In-trans, 2006
8
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Bandung : Citra Aditya Bakti 1998 hal. 7
9
Abbas Salim, Manajemen Transportasi, Jakarta : Raja Grafindo, 2006 hal. 2
pembangunan sektor transportasi harus dilaksanakan secara multidimensional, dalam arti
harus memperhatikan tidak hanya situasi dan kondisi transportasi itu sendiri tetapi juga harus
prasarana. Seiring dengan perkembangan kota maka kebutuhan akan transportasi diperkotaan
tersebut antara lain berupa penentuan jenis moda angkutan umum, pola jaringan, izin trayek
Layanan angkutan umum perkotaan yang ada di Indonesia yang telah dioperasikan oleh
sistem paratransit cenderung tidak dapat diandalkan dalam hal keselamatan, keamanan,
keteraturan, dan keterjangkauan. Jika keselamatan dan keamanan telah diabaikan oleh
operator angkutan umum perkotaan sehingga keteraturannya sulit dijamin. Sementara itu
mengenai keterjangkauan, tarif, terutama untuk kelas ekonomi, ditentukan oleh pemerintah
yang menurut operator terlalu rendah, tetapi menurut masyarakat yang paling umum terlalu
tinggi. 10
Perjalanan kerja orang-orang perkotaan tidak dapat dilayani dalam satu layanan koridor
saja. Karenanya, peran pemerintah penting untuk menilai seberapa besar tarif yang telah
cukup membebani biaya transportasi antara operator dan konsumen. Selain itu, pemerintah
memiliki wewenang untuk menentukan jaringan rute dan tarif terutama kelas ekonomi untuk
menjamin layanan dan mendistribusikan beban yang adil antara operator transportasi dan
diperlukan. Di sisi lain Organda sebagai asosiasi pengusaha transportasi darat juga memiliki
tanggung jawab untuk meningkatkan layanan karena organisasi ini memiliki hak untuk
10
Anugrah Ilahia, Achmad Izzul Warob, Petrus Sumarsono, Public Transport Reform in Indonesian Cities,
Proceedings of the Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vol.10, (2015)
mengeluarkan rekomendasi untuk operator transportasi yang ingin mengambil peluang dalam
Salah satu inovasi di bidang tarnsportasi yang dibuat oleh pemerintahan Provinsi DKI
Jakarta adalah Jak Lingko. Jak Lingko merupakan perubahan nama program angkutan
terintegrasi One Karcis One Trip (OK Otrip) menjadi Jak Lingko. Hal itu dinilai tak
menyelesaikan masalah karena persoalan armada, operator, rute, dan proyeksi keuntungan
belum tuntas. Mulanya, program OK Otrip dicanangkan oleh Anies dan Sandiaga Uno sejak
masa kampanye Pilkada DKI 2017. Tujuannya, memberi transportasi umum yang murah dan
mudah bagi publik. Program itu mulai diujicobakan pada 15 Januari-15 April. seluruh moda
jadi Rp5.000 selama tiga jam perjalanan. Karena belum menunjukkan hasil, ujicoba
diperpanjang hingga 15 Juli. Untuk menikmati layanan tersebut, warga harus memiliki kartu
uang elektronik OK OTrip yang baru bisa didapatkan di halte-halte Transjakarta tertentu,
seperti Lebak Bulus, Harmoni, Kampung Melayu, dan Tanjung Priok. Kartu OK OTrip itu
bisa dibeli dengan harga Rp40.000 dengan saldo uang elektronik sebesar Rp20.000. 12
Gambar 1. Jumlah Rute Bus Kecil dan Jumlah Pelanggan Bus Kecil
11
Ongkittikul, S. & Geerlings, H, Opportunities for innovation in public transport: Effects of regulatory reforms
on innovative capabilities. Transport Policy, 13, 283-293, (2006)
12
CNN Indonesia, Jak Lingko, Nama Baru Masalah Lama Transportasi Ibu Kota,
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181015164614-20-338622/jak-lingko-nama-baru-masalah-lama-
transportasi-ibu-kota diakses pada 11 November 2019
Data Dinas DKI Jakarta menyebutkan, bus kecil yang terintegrasi Jak Lingko sudah
melayani sebanyak 1.945.988 pelanggan di bulan Januari 2019. Jumlah itu meningkat 19%
dari jumlah pelanggan bus kecil pada Desember 2018 yaitu 1.633.915 pelanggan. Sementara
pada bulan Februari 2019, pelanggan bus kecil meningkat 11% menjadi 2.163.896 dengan 34
Permasalahan yang muncul dalam penerapan Jak Lingko yaitu mesin tap yang
digunakan mentransfer saldo pada kartu penumpang ke perusahaan angkutan masih sering
rusak. Awalnya saya bisa menempelkan kartu ke alat yang terletak di dasbor kiri mobil, tapi
begitu alat di-restart jadi tidak bisa. Pada layar alat hanya tertulis proses koneksi tapi tak juga
selesai. Ketika mesin rusak biasa operator akan memperbaikinya. Masalahnya jadwal si
operator tak tentu kapan. Masih ada sopir yang nakal. Mereka, misalnya, masih kerap
meminta ongkos ke penumpang. Uangnya masuk kantong sendiri. Beberapa sopir juga
Selain permasalahan di atas, masih banyak warga belum mengetahui sistem integrasi
transportasi publik di Jakarta yang bergelar Jak Lingko. Makanya, sistem yang
bertransformasi dari program OK-Otrip itu masih kalah jauh dibanding ojek online. Di
Stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Lebak Bulus, Jakarta Selatan, armada Jak Lingko masih
banyak kosong. Padahal, penumpang MRT membludak. Sebab, warga lebih memilih
menggunakan angkutan online. Di kawasan ini, memang armada Jak Lingko kerap terlihat
kosong. Sedang di Stasiun Kereta Rel Listrik (KRL) Tanah Abang, Jakarta Pusat, sejumlah
13
Beritatrans.com, 2019, Bus Kecil Terintegrasi Jak Lingko Angkut Lebih 4.1 juta Pelanggan,
http://beritatrans.com/2019/03/16/2019-bus-kecil-terintegrasi-jak-lingko-angkut-lebih-4-1-juta-pelanggan
diakses tanggal 11 November 2019
14
Rizki Ramadhan, 11 Bulan OK Otrip dan Masalah yang Tak Kunjung Selesai, https://tirto.id/11-bulan-ok-otrip-
dan-masalah-yang-tak-kunjung-selesai-c96H diakses tanggal 11 November 2019
penumpang memilih naik moda transportasi Jak Lingko ber-AC. Tapi sayang, jumlah
Angkot Jak Lingko berhenti sesuai aturan, yakni di Halte bus Tanah Abang. Misalnya
di angkot rute Tanah Abang-Kota, waktu tunggunya paling lama 15 menit. Nampak setiap
mesin khusus di sebelah pengemudi. Selain ber AC, pintu angkot berstiker Jak Lingko ini
selalu tertutup. Armadanya baru dan sangat nyaman. Angkot hanya berhenti di halte. Tidak
ngetem dan ugal-ugalan. Penumpang tinggla melakukan tap kartu saja. Tidak perlu bayar
Jakarta segera menerapkan larangan kendaraan yang berusia 10 tahun lebih untuk beroperasi.
Aturan tersebut tertuang dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Transportasi.
Pada tahun 2019, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah menginstruksikan agar
dilakukan peremajaan seluruh angkutan umum melalui program Jak Lingko pada tahun 2020.
Anies menginstruksikan Dinas Perhubungan DKI memastikan tidak ada kendaraan umum
yang berusia di atas 10 tahun dan tidak lulus uji emisi beroperasi di DKI pada 2020. Hal ini
dituangkan dalam Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 66 Tahun 2019 tentang pengendalian
kualitas udara. Anies meminta agar Kadishub DKI Jakarta mempercepat peremajaan 10.047
15
Tribunnews.com, Anies Baswedan Perkenalkan Jak Lingko, Moda Transportasi yang Sarat Akan Makna,
https://www.tribunnews.com/otomotif/2018/10/10/anies-baswedan-perkenalkan-jak-lingko-moda-
transportasi-yang-sarat-akan-makna diakses tanggal 14 November 2019
16
Megapolitan, Angkot Jak Lingko Belum Disukai Warga, https://rmco.id/baca-
berita/megapolitan/13155/kalah-jauh-dibanding-ojek-online-angkot-jak-lingko-belum-disukai-warga, diakses
tanggal 12 November 2019
armada bus kecil, sedang, dan besar melalui integrasi ke dalam Jak Lingko pada tahun
2020.17
publik (regulatory laws) harus lebih memenuhi harapan masyarakat. Suatu ius
kerangka penyelengaraan hukum administrasi Negara yang mengatur pelayanan publik, yang
lebih responsive dan partisipatif dan yang secara khusus sesuai dengan kondisi yang
Selama ini, hukum administrasi Negara yang terdiri dari berbagai macam peraturan
publik cenderung digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan sendiri. Pelayanan
yang seharusnya ditujukan pada masyarakat umum, kadang dibalik menjadi pelayanan
penulis tertarik untuk membahas tentang Analisis Hukum Administrasi Negara tentang
1. Bagaimana permasalahan tarif yang ditetapkan Jak Lingko berdasarkan regulasi yang
17
Velarosdela, Rindi Nuris, Pembatasan Usia Angkutan Umum merupakan Eksekusi Perda Transportasi,
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/08/02/12300531/pembatasan-usia-angkutan-umum-
merupakan-eksekusi-perda-transportasi diakses tanggal 11 November 2019
18
Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik,
(Bandung: Nuansa, 2009), hal 17
2. Bagaimana permasalahan yang timbul dari sopir maupun pengguna Jak Lingko di
daerah?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan adalah sebagai berikut:
2. Untuk mengetahui permasalahan yang timbul dari sopir maupun pengguna Jak Lingko
daerah.
kualitas udara)
Pengaturan Tarif
1. Undang-undang (UU) No. 14
Angkutan Jalan
Inovasi 2.Jarak,berapa
Kebijakan
Bidang jauh muatan
Macam-Macam Wewenang Transportasi
hendak diangkut
o Wewenang Personal (Jak Lingko)
o Wewenang Ofisial (J)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sebenarnya aspek kebaruan dalam inovasi sangat ditekankan untuk inovasi sangat ditekankan
untuk inovasi pada sektor swasta maupun indusstri.sedangkan pada sektor publiklebih
ditekankan pada aspek perbaikan yang dihasilkan dari kegiatan inobasi tersebut ,yaitu
pemerintah mampu memberikan pelayan publik secara lebih efektik ,efisien dan
19
Wijayanti, Sri Wahyuni, ”Inovasi Pada Sektor Publik.Jurnal Administrasi Publik”. Vol .4,No .4,Hal 39-52, 2008
Definisi dari inovasi itu sendiri menurut Wes& Far adalah pengenalan dan penerapan
dengan sengaja gagasan ,proses ,produk,dan prosedur yang baru pada unit yang
bahwa inovasi adalah suatu ide, gagasan , praktek atau objek/benda yang disadari dan
diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.21
Menciptakan inovasi harus bisa menentukan inovasi seperti apa yang seharusnya
dilakukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan BSB agar inovasi tersebut dapat berguna
dan bertahan lama. Jenis-jenis inovasi menurut Robertson diharapkan dapat memberikan
dasarnya menunjukkan pada sesuatu yang baru, apakah berbentuk gagasan-gagasan baru,
produk, metode atau bentuk pelayanan.22 Sedangkan inovasi menurut Rogers inovasi tidak
hanya berurusan dengan pengetahuan baru dan cara-cara baru, tetapi juga dengan nilai-nilai
karena harus bisa membawa hasil yang lebih baik, jadi selain melibatkan Iptek baru, tetapi
Selanjutnya menurut Albury menyatakan secara sederhana bahwa inovasi sebagai new
ideas that work. Ini berarti bahwa inovasi berhubungan erat dengan ide-ide baru yang
bermanfaat.24
20
Djamaludin Ancok, Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi, Erlangga, Jakarta, 2012
21
Yogi Suwarno, Inovasi di Sektor Publik. Jakarta. STIA LAN Press, 2005
22
Nugroho,J. Setiadi, SE., MM, ”Perilaku Konsumen Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian
Pemasaran”. Kencana.Jakarta, 2003
23
Rogers, E.M, Diffusion of Innovation Sthedition. Free Press. New York, 2003
24
Vries, Hanna de, etc. 2015. Innovation in the Public Sector: A Systematic Review and Future Research
Agenda. The Netherlands: Department of Public Administration, Erasmus University Rotterdam. Journal of
Public Administrations, Vol. 94, No.1. Diunduh pada
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1111/padm.12209. Diakses 11 November 2019
Adalah modifikasi dari produk yang sudah ada dan bukan pembuatan produk yang baru
sepenuhnya. Inovasi ini menimbulkan pengaruh yang paling tidak mengacaukan pola
Mungkin melibatkan penciptaan produk baru atau perubahan produk yang sudah ada, tetapi
pada umumnya tidak mengubah pola yang sudah mapan dari kebiasaan belanja pelanggan
dan pemakaian produk. Contohnya antara lain,sikat gigi listrik, compact disk, makanan alami
c. Inovasi Terputus
Melibatkan pengenalan sebuah produk yang sepenuhnya baru yang menyebabkan pembeli
recorder.
Inovasi dengan sifat kebaruannya harus mempunyai nilai manfaat. Sifat baru dari
inovasi tidak akan berarti apa-apa apabila tidak diikuti dengan nilai kemanfaatan dari
kehadirannya.25 Menurut Suwarno terlepas dari perbedaan pemahaman akan inovasi tersebu
1. Pengetahuan baru
Sebuah inovasi hadir sebagai sebuah pengetahuan baru bagi masyarakat dalam sebuah
sistem sosial tertentu. Pengetahuan baru ini merupakan faktor penting penentu perubahan
2. Cara baru
25
Yulita Ika Rumoharbo, Inovasi Pemutakhiran Data Pemilih Melalui Keterlibatan Mahasiswa (Studi pada
Komisi Pemilihan Umum Kota Bandar Lampung dalam Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2015) Lampung : Skripsi
Administrasi Negara FISIP Universitas Lampung, 2016
Inovasi juga dapat berupa sebuah cara baru bagi individu atau sekelompok orang
untuk memenuhi kebutuhan atau menjawab masalah tertentu. Cara baru ini merupakan
3. Objek baru
Sebuah inovasi adalah objek baru bagi penggunanya, baik berbentuk fisik
4. Teknologi baru
Inovasi sangat identik dengan kemajuan teknologi. Banyak contoh inovasi yang hadir
dari hasil kemajuan teknologi. Indikator kemajuan dari sebuah produk teknologi yang
inovatif biasanya dapat langsung dikenali dari fitur-fitur yang melekat pada produk tersebut.
5. Penemuan baru
Hampir semua inovasi merupakan hasil penemuan baru sangat jarang ada kasus
inovasi hadir sebagai sebuah kebetulan. Inovasi merupakan produk dari sebuah proses yang
dan nilai lebih dibandingkan dengan inovasi sebelumnya. Selalu ada nilai kebaruan yang
melekat dalam inovasi yang menjadi ciri yang membedakannya dengan yang lain;
2) Compaibility atau Kesusaian,inovasi juga mempunyai sifat kompatibel dan sesuai dengan
inovasi yang digantinya. Hal ini dimaksudkan agar inovasi yang lama tidak serta merta
dibuang begitu saja,selain karena alasan faktor biaya yang tidak sedikit,namun juga
inovasi yang lama menjadi bagian proses transisi ke inovasi terbaru.selain itu juga dapat
26
Dr. Iwan. Noor, Desain Inovasi Pemerintahan Daerah. Malang : UB Press, 2017
27
Rogers, E.M, Diffusion of Innovation Sthedition. New York: Free Press, 2003
memudahkan proses adaptasi dan proses pembelajaran terhadap inovasi itu secara lebih
cepat.
kerumitan yang boleh menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan inovasi sebelumnya.
Namun demikian,karena sebuah inovasi menawarkan cara yang lebih baru dan lebih
baik,maka tingkat kerumitan ini pada umumnya tidak menjadi masalah penting.
4) Triability atau kemungkinan dicoba,inovasi hanya bisa diterima apabila telah teruji dan
lama.sehingga sebuah produk inovasi harus melewati fase “uji coba”,dimana setiap orang
atau pihak mempunyai kesempatan untuk menguji kualitas dari sebuah inovasi.
5) Observability atau kemudahan diamati,Sebuah inovasi harus juga dapat diamati, dari segi
Aspek penting lainnya dalam kajian inovasi adalah berkenaan dengan level inovasi yang
mencerminkan variasi besarnya dampak yang ditimbulkan oleh inovasi yang belangsung.
Kategorisasi level inovasi ini dijelaskankan oleh Mulgan&Albury berentang mulai dari
proses atau layanan yang ada. Umumnya sebagian besar inovasi berada pada level ini dan
rajutan pelyanan yang responsif terhadap kebutuhan lokal dan perorangan, serta mendukung
28
Rogers, E.M, Op.Cit, 35
29
Muluk, Khairul M.R, Knowledge Management: Kunci Sukses Inovasi Pemerintahan Daerah, Malang:
Banyumedia Publishing, 2008,
Inovasi radikal,merupakan perubahan yang mendasar dalam pelayan publik atau
pengenalan cara-cara yang sama sekali baru dalam proseskeorganisasian atau pelayan.
inovasi jenis ini jarang sekali dilakukan karena membutuhkan dukungan politik yang sangat
besar karena memiliki resiko yang lebih besar pula.inovasi radikal diperlukan untuk
membawa perbaikan yang nyata dalam kinerja pelayan publik dan memenuh harapan
hubungan keoganisasian.inovasi jenis ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
memperoleh hasil yang diinginkan dan membutuhkan perubahan mendasar dalam susunan
sosial,budaya, dan organisasi. Inovasi jenis ini tentu bersifat lebih mendalam.karena
Dilihat dari segi prosesnya,inovasi juga dapat dibedakan dalam dua kategori,yaitu 32
perubahan baru namun dengan tetap mendasarkan diri pada kondisi pelayanan dan sistem
perubahan yang sam sekali baru dan tidak lagi berdasar pada kondisi yang sudah ada
sebelumnya.
Lebih lanjut halalvorsen menjelaskan bahwa inovasi sendiri dapat dikatogarikan sebagai
berikut;
30
Muluk, Khairul M.R, Op.Cit 46
31
Muluk, Khairul M.R, Op.Cit 47
32
Muluk, Khairul M.R, Op.Cit 47
Inovasi ini berhubungan dengan tingkat keaslian [novelty] dar inovasi itu sendiri. Di sektor
Ini untuk menjelaskan siapa yang memimpin proses perubahan perilaku. Top berarti
manajemen atau organisasi atau hirarkhi yang lebih tinggi, sedangkan bottom merujuk pada
pekerja atau pegawai pemerintah dan pengambilan kuputusan pada tingkat unit [mid-level
policy makers]
meningkatkan
lingkungan kerja yang dapat mendorong terjadinya inovasi. Menurut West, inovasi berasal
dari kreatifitas ide-ide baru.34 Inovasi adalah penerapan ide-ide tersebut secara actual dan
b. Tekanan yang kuat pada kualitas baik dalam proses maupun akhir suatu layanan.
c. Perusahaan yang telah memperkenalkan dan mengembangkan kerja tim yang efektif lebih
d. Adanya tuntutan kebutuhan prosedur yang dirancang secara cermat untuk memastikan
33
Sumanjoyo S., dan Hermawan, Dedy, Membangun Inovasi Pemerintah Daerah. Yogyakarta : Deepublish ,
2018
34
Berzsa Nova Kurnia, Inovasi Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan Perekonomian Desa (Studi
Tentang Program Desa Maju Andan Jejama Gerakan Desa Ikut Sejahtera (GaDIS) Tahun 2017 di Kabupaten
Pesawaran), Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung, Skripsi: Tidak Diterbitkan, 2019
e. Adanya komunikasi dan koordinasi antar departemen.
Inovasi tidak terjadi secara mulus atau tanpa resistensi. Banyak dari kasus inovasi
delapan jenis. Salah satunya yang dimaksud dengan budaya risk aversion adalah budaya
yang tidak menyukai resiko. Hal ini berkenaan dengan sifat inovasi yang memiliki segala
resiko, termasuk resiko kegagalan.35 Sektor publik, khususnya pegawai cenderung enggan
berhubungan dengan resiko, dan memilih untuk melaksanakan pekerjaan secara prosedural-
administratif dengan resiko minimal. Selain itu, secara kelembagaan pub, karakter unit kerja
di sektor publik pada umumnya tidak memiliki kemampuan untuk menangani resiko yang
Hambatan lain adalah ketergantungan terhadap figur tertentu yang memiliki kinerja tinggi,
Ketika figur tersebut hilang, maka yang terjadi adalah stagnasi dan kemacetan kerja. Selain
itu, hambatan anggaran yang periodenya terlalu pendek, serta hambatan administratif yang
membuat sistem dalam berinovasi menjadi fleksibel. Sejalan dengan itu juga, biasanya
penghargaan atas karya-karya inovatif masih sangat sedikit. Sangat disayangkan hanya
sedikit apresiasi yang layak atas prestasi pegawai atau unit yang berinovasi.
35
Avlonitis, G.J., Papastathopoulou, P.G. and Gounaris, S.P, An empirically-based typology of product
innovativeness for new financial services: success and failure scenarios. Journal of Product Innovation
Management, Vol. 18 No. 5, pp. 324-42, 2001
Seringkali sektor publik dengan mudahnya mengadopsi dan menghadirkan perangkat
teknologi yang canggih guna memenuhi kebutuhan pelaksanaan pekerjaannya. Namun di sisi
lain muncul hambatan dari segi budaya dan penataan organisasi. Budaya organisasi ternyata
belum siap untuk menerima yang sebenarnya berfungsi memangkas pemborosan atau
efisiensi kerja.36
Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan, sedang yang dimaksud dengan Ruang Lalu
Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang,
dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung.37 Angkutan adalah pemindahan
orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Jalan
adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan
termasuk bangunan pelengkapnya yang diperuntukan lalu lintas.Kendaraan adalah suatu alat
yang dapat bergerak di jalan, terdiri dari kendaraan bermotor atau kendaraan tidak
bermotor.38
Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan
yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien melalui manajemen
lalu lintas dan rekayasa lalu lintas. Tata cara berlalu lintas di Jalan diatur dengan peraturan
perundangan menyangkut arah lalu lintas, perioritas menggunakan jalan, lajur lalu lintas dan
36
Sururi, Ahmad, Inovasi Kebijakan dalam Perspektif Administrasi Publik Menuju Terwujudnya Good Public
Policy Governance. Journal of Spirit Public, Vol. 12, No. 2. Diakses dari
https://jurnal.uns.ac.id/spiritpublik/article/view/16236, 2017
37
Undang-undang No 22 tahun 2009
38
Undang-undang No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Manajemen lalu lintas meliputi kegiatan perencanaan, pengaturan, pengawasan, dan
pengendalian lalu lintas. Kegiatan perencanaan lalu lintas meliputi inventarisasi dan evaluasi
tingkat pelayanan. Maksud inventarisasi antara lain untuk mengetahui tingkat pelayanan pada
setiap ruas jalan dan persimpangan. Maksud tingkat pelayanan dalam ketentuan ini adalah
merupakan kemampuan ruas jalan dan persimpangan untuk menampung lalu lintas dengan
tetap memperhatikan faktor kecepatan dan keselamatan. Penetapan tingkat pelayanan yang
diinginkan. Kegiatan penetapan kebijaksanaan lalu lintas pada jaringan atau ruas-ruas jalan
tertentu. termasuk dalam pengertian penetapan kebijaksanaan lalu lintas dalam ketentuan ini
antara lain penataan sirkulasi lalu lintas, penentuan kecepatan maksimum dan/atau minimum,
larangan penggunaan jalan, larangan dan/atau perintah bagi pemakai jalan.39 Kegiatan
telah ditentukan. Termasuk dalam kegiatan pemanatauan antara lain meliputi inventarisasi
mengenai kebijaksanaan-kebijaksanaan lalu lintas yang berlaku pada ruas jalan, jumlah
pelanggaran dan tindakan-tindakan koreksi yang telah dilakukan atas pelanggaran tersebut.
Termasuk dalam kegiatan penilaian antara lain meliputi penentuan kriteria penilaian, analisis
Tindakan korektif dimaksudkan untuk menjamin tercapainya sasaran tingkat pelayanan yang
telah ditentukan. Termasuk dalam tindakan korektif adalah peninjauan ulang terhadap
39
Chen Kwan, S.; Hisham Hashima, J. A review on co-benefits of mass public transportation in climate change
mitigation. Sustain. Cities Soc. Vol. 22, 11–18 , (2016)
kebijaksanaan apabila di dalam pelaksanaannya menimbulkan masalah yang tidak
1. pemberian arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas. Pemberian
arahan dan petunjuk dalam ketentuan ini berupa penetapan atau pemberian pedoman dan
tata cara untuk keperluan pelaksanaan manajemen lalu lintas, dengan maksud agar
2. pemberian bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hak dan kewajiban
Manajemen lalu lintas bertujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran
d. penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan dan/atau perintah bagi pemakai jalan.41
Lalu lintas merupakan seperangkat masalah kompleks dan saling berhubungan dan secara
a. Kemacetan (congestion)
Kemacetan disebabkan oleh meningkatnya berbagai biaya pengangkutan barang dan orang,
hilangnya waktu, kecelakaan, dan ketegangan psikologis (congestion causes increased costs
40
Jaramillo, C.; Lizárraga, C.; Luis Grindlay, A. Spatial disparity in transport social needs and public transport
provision in Santiago de Cali (Colombia). J. Transp. Geogr. Vol. 24, 340–357, 2012
41
Abbas Salim, Manajemen Transportasi, Raja Grafindo, Jakarta, hal. 2, 2006
42
Delbosc, A.; Currie, G. Transport problems that matter—Social and psychological links to transport
disadvantage. J. Transp. Geogr. Vol 19, 170–178, 2011
for travelers and freight movement, loss of time, accident, and psychological strain). Adapun
perdagangan terpusat di area tertentu, dan tempat hiburan (rekreasi) atau perumaban
terkumpul di area lain, tetapi orang-orang dan aktivitas ini saling memiliki ketergantungan
transportasi.
b. Mobilitas (mobility)
Masyarakat cenderung inempunyai mobilitas yang lebih tinggi, sehingga akses pada alat
c. Dampak (impact)
Dampak sistem transportasi (eksternalitas) adalah aspek ketiga dari masalah transportasi,
lingkungan (environmental impact) seperti polusi air dan udara dan suara gaduh, konsumsi
tanah (land consumption), estetika (aesthetics), gangguan pabrik di daerah kota (disruption of
43
Schwanen, T.; Lucas, K.; Akyelken, N.; Solsona, D.; Carrasco, J.; Neutens, T. Rethinking the links between
socialexclusionandtransportdisadvantagethroughthelensofsocialcapital. Transp. Res. PartAPolicyPract. Vol. 74,
123–135, (2015)
44
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil. Disiplin Berlalu Lintas diJalan Raya Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta.2007.hlm.56
Lalu lintas diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan
jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien. mampu
memadukan modal transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan, untuk
penunjang pembangunan nasional dengan biaya yang terjangkau oleh daya belimasyarakat.45
perjalanan, pembangunan fasilitas bagi pergerakan penumpang dan barang di antara kegiatan
yang terpisah dalam ruang kota. Selanjutnya dalam penyusunan rencana-rencana strategis
2.1.8 Transportasi
Dalam konteks pembangunan perkotaan, konsep tata ruang adalah sangat penting.
Konsep tata ruang transportasi didervasi (diturunkan) dari pertanyaan : traffic is a function of
bulding ,yang diartikan bahwa lalu lintas merupakan fungsi dari gedung- gedung, artinya
gedung- gedung itu merupakan sumber dari timulnya lalu lintas. Lalu lintas ditimulkan dari
berbagai kegiatan secara internal yang berasal dari dalam gedung dan secara eksternal yang
karyawan dilakukan, pada waktu masuk dan pulang kerja, dan selama waktu kerja di kantor.
Karyawan masuk dan pulang kerja, menggunakan kendaraan (sepeda motor, mobil,
45
Catanese, Anthony J. dan James C. Synder. Perencanaan Kota Edisi Kedua Alih Bahasa oleh Wahyudi.
Penerbit Erlangga. Jakarta. 2009. hlm. 24.
Selain dari karyawan terdapat tamu- tamu kantor serta pelanggan yang menggunakan
Sasaran Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTR/K) adalah menentukan peruntukan
dan pemanfaatan tata ruang berdasarkan kapasitas dan kesesuaian lahan yang tersedia tidak
menyangkut kegiatan- kegiatan lalu lintas yang ditimbulkan dari dan menuju ke gedung-
Menata Tata ruang perkotaan menurut peruntukan dan pemanfaatan ruang bukan
hanya semata- mata berdasarkan kelayakan pada kapasitas dan kegunaan lahan, dan tidak
membahasnya terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan di/dari/ke gedung- gedung dan
bangunan yang dimaksudkan serta besarnya lalu lintas yang ditimbulkan, karena gedung-
gedung tersebut merupakan sumber pembangkit lalu lintas yang cukup besar, dan cenderung
semakin meningkat. Tata Ruang transportasi sangat luas cakupannya, beberapa contoh
1. Pemberian izin membanguan bangunan yang besar dan bertingkat tinggi harsu dikaitkan
dengan volume bangkit lalu lintas yang ditimbulkan. Untuk kompleksitas gedung- gedung
yang tinggi, yang terdiri dari gedung- gedung bank dan perusahaan, dipastikan akan
menciptakan bangkit lalu lintas yang tinggi dibutuhkan jalan yang lebar, ruang parkir yang
luas, yang erkapasitas tinggi untuk menampung lalu lintas kendaraan bermotor yang
2. Terdapat banyak toko di suatu ruas jalan. Seharusnya sudah diperhitungkan beberapa
banyak toko, rumah makan,bengkel mobil dan sejenisnya, yang diberikan izin usahanya
pada ruang tersebut, terutama dikaitkan dengan kepadatan lalu lintas yang ditimbulkan,
yang berakibat terhadap kelancaraan lalu lintas. Semakin banayk toko dan rumah makan di
46
Mugion, R. G., Toni, M., Raharjo, H., Di Pietro, L., Sebathu, S. P, Does the service quality of urban public
transport enhance sustainable mobility? Journal of Cleaner Production. Vol. 174, pp. 1566–1587.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2017.11.052, (2018)
47
Rajé, F, The Lived Experience of Transport Structure: An Exploration of Transport's Role in People's Lives.
Mobilities. 2(1), pp. 51-74, (2007)
suatu ruas jalan, semakin banyak pembeli dan pelanggan yang datang ketoko dan rumah
muka toko dan rumah makan tersebu, hal ini akan mengganggu kelancaran lalu lintas.
Dalam penataan ruang perkotaan pada masa depan, berbagai hal harus diperhatikan dan
(3) pemberiaan izin usaha (tempat usaha) yang cukup di masing- masing ruas jalan, serta
(4) pembangunan gedung besar dan bertingkat yang menciptakan bangkit lalu lintas yang
tinggi, agar dibatasi atau disesuaikan pada masing- masing ruas jalan.48
trasnportasi perkotaan yang efektif dan efisien , dalam arti lancar, aman, berkapasitas
nyaman, merupakan salah satu fungsi utama kota- kota besar.49 Penyelenggaraan pelayanan
transportasi perkotaan yang efektif dan efisien, tidak hanya terkait secara langsung dengan
karakterisitik jasa transpotasi yang dihasilkan ,akan berkaitan pula secara erat dengan
ketataruangan perkotaan, oleh karena itu perlu dikembangkan dan diterapakan konsep
ketataruangan transportasi , yang pada dasarnya adalah mengenai penataan, peruntukan, dan
pemanfaatan tata ruang perkotaan yang selalu harus dikaitkan dengan bangkitan lalu lintas
kendaraan bermotor yang bersifat spasial (ketataruangan) dan bersifat temporal (menurut
perkembangan waktu). Keduanya memperlihatkan intensitas yang semakin tinggi. Bila tidak
diperhatiakn dan diperhitungkan, akan mengakibtakan dampak negatif yang sangat serius,
yitu timbulnya kemacetan lalu lintas perkotaan yang dasyat dan mengerikan.
48
Rahardjo Adisasmita, Op.Cit 72
49
Elias, W., Shiftan, Y, The influence of individual's risk perception and attitudes on travel behavior.
Transportation Research Part A: Policy and Practice. 46(8), pp. 1241–1251.
https://doi.org/10.1016/j.tra.2012.05.013, (2012)
2. Sarana Transportasi Darat
a. Angkutan umum
1) Bus Kota, sarana transportasi bus kota yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara
(BUMN)
2) Angkutan kota (angkot) atau angutan pedesaan, sarana transportasi angkot ini dikelola
3) Sepeda bermotor. Sarana transportasi jenis sepeda bermotor (kendaraan roda dua, atau
biasa disebut dengan jasa ojek) ini merupakan angkutan non massal yang tidak resmi.
Keberadaan jenis angkutan ini memang sangat diharapkan oleh penduduk karena memiliki
keunggulan jangkauan pada daerah-daerah non kelas jalan- Daerah tersebut meliputi
sekitar pemnkiman yang tidak dilalui oleh kendaraan umum, serta daerah-daerah
pemukiman yang penataan ruangnya kurang baik sehingga tidak memiliki jalan khusus
pada daerah tersebut. Keterbatasan jenis angkutan ini adalah kapasitas daya angkut serta
4) Jenis sedan (taksi), Sarana transportasi jenis sedan ini merupakan salah satu jenis angkutan
umum yang memiliki pelayanan khusus. Keunggulan jenis angkutan ini adalah faktor
keamanan serta kenyamanan yang baik, tetapi kelemahannya adalah kapasitas serta biaya
yang ditanggung oleh pengguna jasa lebih mahal dibandingkan jenis angkutan umum
lainnya.
5) Jenis kendaraan roda tiga tidak bermotor (becak), sarana transportasi jenis ini terbatas
dikarenakan kondisi topografi suatu daerah dan memiliki kelemahan lain yaitu karena
tidak bermotor maka kekuatan serta daya tempuhnya tergantung pada man power penarik
becak masing-masing. Kelebihannya adalah daya jelajah pada satu zona/karakter
pemukiman dalam mengangkut orang/penumpang lebih dari satu disertai dengan barang
b. Angkutan khusus
Sarana transportasi berupa angkutan khusus merupakan angkutan yang yang dimiliki
swasta/perusahaan. Misalnya bus yang khusus mengangkut pegawai atau karyawan instansi
pemerintah atau swasta, mobil ambulans milik instansi rumah sakit dan bus milik lembaga
pendidikan.
c. Angkutan pribadi
Sarana transportasi berupa angkutan pribadi terdiri dari kendaraan pribadi beroda dua
maupun beroda empat yang dimiliki perseorangan misalnya seperti mobil pribadi, sepeda
motor pribadi, milik pemerintah yang digunakan perseorangan misalnya mobil dinas dan
2.1.9 Kebijakan
1. Pengertian Kebijakan
diskresi yang pada umumnya digunakan untuk menetapkan peraturan kebijakan pelaksanaan
“Peraturan kebijaksanaan pada hakikatnya merupakan produk dari perbuatan tata usaha
Negara yang bertujuan yaitu menampakkan keluar suatu kebijakan tertulis dan hanya
50
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
51
Safri nugraha dkk. Hukum Administrasi Negara. Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2005. Hlm. 93.
berfungsi sebagai bagian dari oprasional penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah, sehingga
freis ermessen (Jerman) sebagai kebebasan bertindak atau mengambil keputusan dari para
atau tidak melakukan sesuatu. Deifinisi ini dibuatnya dengan menghubungkan beberapa
definisi laindari David Easton, Lasswell dan Kaplan, serta Carl Friedrich. Easton
Sementara itu, lasswell dan kaplan yang melihat kebijakan sebagai sarana untuk
dengan tujuan, nilai, dan praktik (a projectprogram of goals, value and partices). Ferdrich
mengatakan bahwa yang paling pokok bagi suatu kebijakan adalah adanya tujuan (goals),
sebagai “a course of action intended to accomplish some end”atau sebagai suatu tindakan
yang bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi Heglo ini selanjutnya diuraikan
oleh Jones dalam kaitannya dengan beberapa isi dari kebijakan itu.
2. Implementasi Kebijakan
52
5Philip M. Hadjon. Himpunan makalah asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik. Bandung: Citra Aditya
Bakti, 1994. Hlm. 152.
53
S. Prajudi Atmosudirjo, 2001 ,Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Graha Ilmu, hlm. 82
54
Said Zainal Abidin, Kebiajkan Publik, Edisi 2, Jakarta: Salemba Humanika, hlm. 5-6, 2012
instruksi-instruksi, peraturan-peraturan menteri, keputusan-keputusan, dan pengumuman-
yang dijabarkannya,
c. Harus dipersiapkan dengan cermat, kalau perlu meminta advis teknis dari instansi yang
berwenang, rembukan degan para pihak terkait dan mempertimbangkan alternative yang
ada,
d. Isi kebijakan harus jelas memuat hak dan kewajiban warga masyarakat yang terkena dan
ada kepastian tindakan yang akan dilakukan oleh instansi yang bersangkutan (kepastian
hokum formal,
e. Pertimbangan tidak harus rinci, asalkan jelas tujuan dan dasar pertimbangannya, dan
f. Harus memenuhi syarat kepastian hukum materiil, artinya hak yang telah diperoleh oleh
masyarakat yang terkena harus dihormati, kemudian harapan yang telah ditimbulkan jangan
sampai diingkari.55
Implementasi kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat
mencapai tujuannya. Lester dan Stewart yang dikutip oleh Winarno, menjelaskan bahwa
merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan eknik
yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan
yang diinginkan”.56
55
Indroharto. Perbuatan Pemerintah Menurut Hukum Publik dan Hukum Perdata, dikutip dalam Nugraha, Hlm.
92-93,2005
56
Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta:Media Pressindo, hlm. 101-102, 2002
Implementasi kebijakan memerlukan tindakan-tindakan seperti tindakan-tindakan
yang sah atau implementasi suaturencana peruntukan, oleh karena itu implementasi kebijakan
dikatakan suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu dengan sarana-sarana tertentu dan
dalam urutan waktu tertentu. Peraturan perundang-undangan akan menjadi efektif apabila
masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda, kadang tujuan-tujuan tersebut tidak selalu
sejalan dan bahkan bertentangan satu sama lain. Maka dirasakan pentingnya peranan
kebijakan pemerintah dalam mengatur sistem transportasi publik perkotaan. Pada umumnya
operator, pihak pengguna jasa transportasi publik perkotaan, dan masyarakat luas.
transportasi pada umumnya dan transportasi publik perkotaan pada khususnya terlaksana
secara efektif dan efisien, dalam arti lancar,aman, berkapasitas, tertib dan teratur, tidak
mengalami kemacetan, dan sejumlah besar transportasi publik perkotaan dapat terangkut
dalam waktu yang relatif singkat. Pihak operator bertujuan dapat memberikan pelayanan
transportasi publik perkotaan kepada penumpang dengan sebaik-baiknya, dalam arti lancar,
cepat, selamat, berkapasitas, tertib dan teratur, tarif angkutan terjangkau dan penumpang
terasa nyaaman, serta dapat beroperasi dengan memperoleh keuntungan. Pihak penumpang
mendapatkan pelayanan yang nyaman, murah, tertib, tidak berdesakan, tidak merasa
evaluasi terhadap kegiatan pelayanan transportasi dan lainnya. Dalam kebijakan transportasi
secara nasional, pemerintah merumuskan berbagai strategi dan upaya, yang diarahkan
utamanya kepada58 :
penggunaan energi
mampu menyelenggarakan pelayanan transportasi nasional secara efektif dan efisien, dalam
transportasi, dan pihak pengguna jasa transportsi. Kebijakan transportasi digunakan sebagai
57
Budi Winarno, Op.Cit, 107
58
Budi Winarno, Op.Cit, 111
seimbang, terkoordinasi, terintegrasi, dan harmonis untuk memujudkan Sistem Transportasi
4. Inovasi Kebijakan
Inovasi berorientasi pada terobosan dan hal yang “baru”. Hal yang baru dapat
dimaknai sebagai suatu hal yang benar-benar baru ditemukan, dan juga dapat dimaknai
sebagai suatu hal yang baru bagi satu individu, kelompok, organisasi, maupun pemerintahan,
terlepas dari apakah inovasi tersebut sudah dilaksanakan di tempat lain atau belum.
Sedangkan kebijakan dalam konteks pemerintahan menurut Thomas R. Dye lebih dimaknai
sebagai suatu tindakan apapun yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah dalam
rangka mengatasi persoalan publik untuk mencapai satu tujuan tertentu.60 Dari dua
pemahaman inovasi dengan kebijakan, secara sederhana dapat ditarik satu pemahaman bahwa
inovasi kebijakan merupakan satu kajian yang membahas mengenai apa yang baru dilakukan
pemerintah dalam rangka menyelesaikan masalah publik. Hasil inovasi pemerintah berupa
dilakukan tidak mengikuti tren atau secara musiman akan tetapi inovasi kebijakan dapat
menjadi keputusan alternatif dalam dimensi kebijakan publik di masa kini dan masa yang
akan datang. Menurut Alvarez et. al Innovation policies and innovations in public sector
activities are oriented to address market failures and in particular yang berarti inovasi
59
Adisasmita, A.S, Perencanaan Pembangunan Transportasi, Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2011
60
Putri, Lusy Dian. 2016. Inovasi Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro Dalam Mengatasi Kekeringan
(Studi tentang Program Pembangunan 1000 Embung Tahun 2013). Malang : Skripsi Ilmu Pemerintahan FISIP
Universitas Muhammadiyah Malang.
kebijakan dan inovasi sektor publik berorientasi mengatasi kegagalan pasar dan seluruh
bagian yang terdapat didalamnya.61 Kebijakan publik yang inovatif senantiasa harus:
aspirasi publik.62
Menurut Albury secara konseptual terdapat tiga jenis inovasi kebijakan yaitu :
Inovasi kebijakan yang dimaksud adalah adanya inisiatif dan arah kebijakan baru. Ini berarti
bahwa setiap kebijakan (publik) yang dikeluarkan pada prinsipnya harus memuat sesuatu
yang baru.
Pada peranan ini, maka fokusnya adalah pada inovasi yang memengaruhi proses pembuatan
Kebijakan yang dimaksud adalah kebijakan yang khusus diciptakan untuk mendorong,
mengeluarkan suatu program yang dapat dijalankan oleh seluruh stakeholder terkait untuk
mengatasi permasalahan publik agar dapat mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Seperti halnya membuat suatu inovasi kebijakan untuk mengatasi kemacetan dan
61
Sururi, Ahmad, Inovasi Kebijakan dalam Perspektif Administrasi Publik Menuju Terwujudnya Good Public
Policy Governance. Journal of Spirit Public, Vol. 12, No. 2
https://jurnal.uns.ac.id/spiritpublik/article/view/16236, 2017
62
Mariana, Dede, Otonomi Daerah dan Inovasi Kebijakan. Journal of Governance, Vol. 1, No. 1. pada
http://jurnal.unismabekasi.ac.id/index.php/governance/article/download/702 /588, 2010
63
Suwarno, Yogi, Inovasi di Sektor Publik. Journal of STIA-LAN. Diunduh pada
https://www.researchgate.net/publication/328202667_INOVASI_DI_SEKT OR_PUBLIK, 2008
2.2 Landasan Hukum
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan penyelenggaraan dan pembinaan lalu lintas dan angkutan jalan dilaksanakan pemerintah
berdasarkan ketentuan dalam undang-undang ini. Transportasi jalan sebagai salah satu moda
hukum, dan percaya pada diri sendiri. Dalam Pasal 3 dinyatakan bahwa transportasi jalan
diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan
selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien, mampu memadukan
modal transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan, untuk menunjang
Lalu lintas dan angkutan jalan memiliki peranan yang sangat penting dan strategis
pemerintah dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat,
aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, aman dan efisien, mampu memadukan transportasi
Pembinaan di bidang lalu lintas jalan yang meliputi aspek- aspek pengaturan,
pengendalian dan pengawasan lalu lintas harus ditujukan untuk keselamatan, keamanan,
ketertiban, kelancaran lalu lintas. Disamping itu, dalam melakukan pembinaan lalu lintas
jalan juga harus diperhatikan aspek kepentingan umum atau masyarakat pemakai jalan,
kelestarian lingkungan, tata ruang, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hubungan
interasional serta koordinasi antar wewenang pembinaan lalu lintas jalan di tingkat pusat dan
daerah.64
Dalam rangka pembinaan lalu lintas jalan sebagaimana tersebut, diperlukan penetapan
aturan-aturan umum yang bersifat seragam dan berlaku secara nasional serta dengan
mengingat ketentuan-ketentuan lalu lintas yang berlaku secara internasional. Disamping itu,
untuk dapat lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam penggunaan dan
dan sekunder yang ada di Tanah Air baik yang merupakan Jalan Nasional, Jalan Propinsi,
64
Biosca, O., Spiekermann, K., Stępniak, M, Transport accessibility at regional scale. Europa XXI 24 (2013). pp.
5–17. IGiPZ PAN, Warsaw, Poland. https://doi.org/10.7163/Eu21.2013.24.1, (2013)
65
Kenyon, S., Lyons, G., Rafferty, J, Transport and social exclusion: investigating the possibility of promoting
inclusion through virtual mobility. Journal of Transport Geography. 10(3), pp. 207–219.
https://doi.org/10.1016/S0966-6923(02)00012-1, 2002
BAB III
METODE PENELITIAN
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan
pemerintahan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah. Urusan pemerintahan terdiri dari
pemerintahan yang dikelola secara bersama antar tingkatan dan susunan pemerintahan atau
konkuren.66
Menurut Pasal 10 Ayat (1) dan (2) UU No.23 Tahun 2014 bahwa pemerintah daerah
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan
tugas pembagian.
Dengan demikian jenjang daerah otonom ada dua bagian, walau titik berat pelaksanaan
66
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
berotonomi secara terbatas yakni menyangkut koordinasi antar/lintas kabupaten/kota, serta
kewenangan pusat yang dilimpahkan pada provinsi, dan kewenangan kabupaten/kota yang
belum mampu dilaksanakan maka diambil alih oleh provinsi. Secara konsepsional, jika
perubahan struktur daerah otonom, maka memang masih lebih banyak ingin mengatur
pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota. Disisi lain, pemerintah kabupaten/
kota yang daerah otonomnya terbentuk hanya berdasarkan kesejahteraan pemerintahan, maka
akan sulit untuk berotonomi secara nyata dan bertanggungjawab di masa mendatang. 67
14 Ayat (1), urusan pemerintah yang menjadi wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota adalah
sebagai berikut:
6) Penyelenggaraan pendidikan
67
Aftan Gaffar, Paradigma Ban Otonomi Daerah dan Implikasinya, Citra Aditya Bakti, Jakarta, hlm. 83, 2006
14) Pelayanan administrasi penanaman modal
menurut UU Nomor 32 Pasal 1 (3) berarti bahwa Gubernur, Bupati, atau Walikota dan
pemerintahan di daerah.68
kesejahteraan masyarakat dan daerahnya. Selain itu, kompetisikota-kota dunia menjadi alasan
nilai dan potensi pertumbuhan melalui penguatan inovatif kompetensi oleh proses kreatif
daerah. Menurut Kim, dalam inovasi pemerintah daerah tidak boleh bermain dalam inovasi
yang sama dengan daerah lain. Konsepsi ini perlu dikembangkan dikarenakan :
2) Pemerintah daerah umumnya selalu mengikuti pola yang sama dalam menerapkan perilaku
Kemacetan disebabkan oleh meningkatnya berbagai biaya pengangkutan barang dan orang,
hilangnya waktu, kecelakaan, dan ketegangan psikologis (congestion causes increased costs
68
Widjaja, HAW, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli Bulat dan Utuh. Yogyakarta : Rajawali Press,
2010
69
Noor, Dr. Iwan, Desain Inovasi Pemerintahan Daerah. Malang : UB Press, 2017
for travelers and freight movement, loss of time, accident, and psychological strain). Adapun
perdagangan terpusat di area tertentu, dan tempat hiburan (rekreasi) atau perumaban
terkumpul di area lain, tetapi orang-orang dan aktivitas ini saling memiliki ketergantungan
transportasi.
b. Mobilitas (mobility)
Masyarakat cenderung inempunyai mobilitas yang lebih tinggi, sehingga akses pada alat
c. Dampak (impact)
Dampak sistem transportasi (eksternalitas) adalah aspek ketiga dari masalah transportasi,
lingkungan (environmental impact) seperti polusi air dan udara dan suara gaduh, konsumsi
tanah (land consumption), estetika (aesthetics), gangguan pabrik di daerah kota (disruption of
70
Schwanen, T.; Lucas, K.; Akyelken, N.; Solsona, D.; Carrasco, J.; Neutens, T. Rethinking the links between
socialexclusionandtransportdisadvantagethroughthelensofsocialcapital. Transp. Res. PartAPolicyPract. Vol. 74,
123–135, (2015)
71
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil. Disiplin Berlalu Lintas diJalan Raya Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta.2007.hlm.56
Lalu lintas diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan
jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien. mampu
memadukan modal transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan, untuk
penunjang pembangunan nasional dengan biaya yang terjangkau oleh daya belimasyarakat.72
perjalanan, pembangunan fasilitas bagi pergerakan penumpang dan barang di antara kegiatan
yang terpisah dalam ruang kota. Selanjutnya dalam penyusunan rencana-rencana strategis
Transportasi adalah perpindahan orang atau barang dari satu tempat ketempat yang lainnya
atau dari tempat asal ke tempat tujuan dengan menggunakan wahana digerakan manusia,
hewan atau mesin.73 Tujuan orang menggunakan alat transportasi adalah agar lebih cepat dan
lebih mudah dalam perpindahan orang atau barang dari tempat asal ke tempat tujuannya.
Fungsi transportasi ini tidak hanya dilihat secara perorangan tapi juga dilihat dari kepentingan
masyarakat luas.
a. Penggerak pembangunan, sebuah daerah terpencil dengan hasil ekonomi dari sumber daya
alam apabla tidak terdapat lalu lintas dan angkutan ke daerah tersebut maka akan terpencillah
daerah tersebut, karena itu apabila ada angkutan maka daerah tersebut dapat digerakan
pembangunannya.
b. Melayani kegiatan nyata pada ekonomi yang sudah berjalan maka transportasi diperluhkan
untuk menunjang pergerakan barang atau orang dari satu tempat ke tempat yang laun.74
sistem transportasi yang baik. Jika suatu transportasi tidak di atur dengan baik maka bisa jadi
72
Catanese, Anthony J. dan James C. Synder. Perencanaan Kota Edisi Kedua Alih Bahasa oleh Wahyudi.
Penerbit Erlangga. Jakarta. 2009. hlm. 24.
73
Zulfikar Sani, Trasnportasi Suatu Pengantar, Jakarta: Universitas Indonesia, 2012.
74
Zulfikar Sani,Op.Cit, 2
menimbulkan berbagai maslah seperti kemacetan dan kecelakan lalulintas atau ruang publik
yang semrawut karena tidak terlaksanannya transportasi yang baik. Maka faktor yang
e) Peraturan pelaksanaan yang mengatur penggunaan prasarana oleh sarana karena banyak
pemakianan pada saaat yang bersamaan pada satu tempat atau ruang.
f) Pengawasan: agar pemakaian prasarana berjalan tertib sesuai dengan peraturan yang
dikeluarkan.
perpindahannya dan agar lebih cepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
i) Pihak yang terkena dampak angkutan (lingkungan): pihak yang dapat mengganggu atau
Dengan demikian apabila satu unsur ini tidak benar maka sistem tidak akan berjalan
sebagaimana yang diharapkan. Seperti juga keberadaan transportasi yang tidak memiliki
sarana dan prasarana yang memadai untuk melakukan pekerjaanya, ketidak beradaan rute
75
Zulfikar Sani,Op.Cit, 12
a) Kebijakan Transportasi yang Terkonsolidasi
adalah mengupayakan faktor penumpang (passenger factor atau sering disebut pula load
Terkoordinasi diartikan bahwa masing- masing jenis sarana angkutan perkotaan dalam
melaksanakankan kegiatan usahanya, yaitu dalam penyediaan jumlah dan kapasitasnya yang
ditempatkan dalam rute atau trayek yang dilayaninya, penentuan rute atau trayek yang
dialayani, penentuan tarif angkutan, pemberian izin usaha dan lainnya, harus dilakukan secara
perkotaan yang berbeda- beda itu, dalam penyelenggaraan pelayanan kegiatan trasportasnya
tidak dilakukan secara sendiri- sendiri, tetapi terkait satu sama lain.
transportasi perkotaan yang mencakup prasarana transportasi dan sarana transportasi dikelola
trasnportasi, yang meliputi prasarana transportasi dan sarana trasnportasi baik darat, laut dan
udara dikelola dan dilaksanakan dalam kegiatan pelayanan trasnportasi yang padu , yang utuh
secara menyeluruh. 77
yang tersinkronisasi dimaksudkan menyediakan berbagai sarana ngkutan yang serasi dalam
76
Rahardjo Adisasmita, “Manajemen Transportasi”. Jakaarta: Graha Ilmu, 2011
77
Rahardjo Adisasmita, Op.Cit, 30
jenisnya, dalam jumlahnya dalam besaran kapasitas angkutnya. Jumlah sarana angkutan yang
serasi dimaksudkan tersedia mencukupi, tidak perlu berlebihan atau tidak kekurangan
menyediakan jumlah dan kapasitas sarana angkutan yang serasi dengan besarnya kebutuhan
jasa transportasi
bagian wilayah daerah perkotaan, untuk memenuhi kebutuhan akan jasa trasnportasi bagi
berkeseimbngan.78
Fungsi transportasi sangat penting dan setrategis dalam melayani pembangunan dan
Harmoni diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan melalui berbagai unsur, satu sama lain
tidak terjadi benturan untuk menciptakan keadaan yang lebih tinggi.Sistem transportasi
perkotaan yang harmonis dapat diwujudkan meliputi banyak faktor, diantaranya didukung
oleh peraturan yang komperhensif, akomodatif dan implikatif, manajemen lalulintas yang
cerdas, kemampuan dan keterampilan pengelola dan perlilaku kegiatan transportasi yang
79
tinggi, serta keperdulian masyarakat luas.
Dari berbagai kebijakan diatas, kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah haruslah
78
Rahardjo Adisasmita, Op. Cit, 35
79
Currie, G.; Richardson, T.; Smyth, P.; Vella-Brodrick, D.; Hine, J.; Lucas, K.; Stanley, J.; Morris, J.; Kinnear, R.;
Stanley, J. Investigating links between transport disadvantage, social exclusion and well-being in Melbourne—
Preliminary results. Transp. Policy Vol. 16, 97–105, (2009)
1) kebijakan transportasi yang terkonsolidasi,
Dengan pelaksanaan yang sesuai dengan pedoman transportasi nasional maka dengan
itu pemerintah akan dapat mengatur transportasi perkotaan menjadi leih baik.
penduduk perkotaan dana angkutan barang, yang merupakan unsur penting dalam
meningkat”. Jasa trasnportasi perkotaan yang dilaksanakan untuk melayani berbagai kegiatan
ekonomi, sosial, administrasi pemerintah, dan politik agar diupayakan terselenggara secara
efektif dan efisien, adapaun jasa transportasi yang efektif dan efisien meliputi81 :
dilaksanakan secara cepat, atau memerluhkan waktu perjalanan yang singkat samapai di
tempat tujuan. Perjalanan yang dilaksanakan secara lancar, dilihat dari aspek lalu lintas akan
80
Hrelja, R.; Pettersson, F.; Westerdahl, S. The Qualities Needed for a Successful Collaboration: A Contribution
to the Conceptual Understanding of Collaboration for Efficient Public Transport. Sustainability Vol. 8, 542,
(2016)
81
Cheng, Y.-H., Chen, S.-Y, Perceived accessibility, mobility, and connectivity of public transportation systems.
Transportation Research Part A: Policy and Practice. 77, pp. 386–403.
https://doi.org/10.1016/j.tra.2015.05.003, (2015)
Selamat berarti pelayanan trasnportasi dilaksanakan tanpa mengalami kecelakaan selama
dalam perjalanan. Terjadinya kecelakaan lalu lintas akan menggangu keamanan lalu lintas.
Untuk menjamin keamanan harus dilaksanakan peraturan yang mengatur tentangtata tertib
berlalu lintas. 82
c) Berkapasitas (Capacity)
Pelayanan transportasi yang berkamapsitas dimaksudkan bahwa jumlah dan kapasitas moda
transportasi yang disediakan adalah cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa
transportasi dalam arti tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Dalam pelayanan trasnportasi
umum perkotaan terdiri dari moda transportasi trans jogja, becak delaman, taksi, dan masing-
masing memiliki kapasitas berbeda namun demikian harus diupayakan agar supaya kapasitas
d) Frekuensi (frequency)
dalam suatau waktu tertentu. Dalam pelayanan trasnportasi umumperkotaan, pada jam jam
sibuk dimana terdapat arus lalu lintas penumpang sangat tinggi, maka frekuensi pelayanan
trasnportasi yang dilakukan harus lebih banyak untuk memenuhi permintaan jasa transportasi
yang leih besar. Dan sebaliknya pada jam –jam tidak sibuk jumlah frekuensi pelayanan
e) Keteraturan (Regularity)
transportasi secara teratur, akan memudahkan bagi penumpang dalam mengatur jadwal
82
Lättman, K., Friman, M., Olsson, L. E, Perceived Accessibility of Public Transport as a Potential Indicator of
Social Inclusion. Social Inclusion. 4(3), pp. 36-45. https://doi.org/10.17645/si.v4i3.481, (2016)
pemerintahan dan politik, secara menerus lancar dan berkesinambungan. Pelayanan
perkotaan dan pembangunan perkotaan dapat berlangsung secara efektif dan efisien,
selanjutnya akan mampu melayani pertumuhan kota yang multi aspek dan multi dimensional.
f) Komperhensif (Comperhensive)
tempat asal ke tempat tujuan akhir dilaksanakan secara utuh atau harus transit melalui
terminal antara, menggunakan satu macam transportasi ataupun menggunakan lebih dari satu
g) Bertanggungjawab (Responbility)
Pelayanan transportasi yang bertanggung jawab diartikan bahwa pelayanan transportasi yang
diselenggarakan harus memberikan ganti rugi terhadap kerugian kepada pengguna jasa
Pada dasarnya, karakteristik biaya rendah dan harga terjangkau hampir sama yaitu biaya
transportasi, sedangkan harga terjangkau dilihat dari kepentingan pengguna jasa transportasi.
i) Nyaman (Comfort)
Sistem transportasi terutama pada perkotaan terdiri dari beragai aktifias masyarakat. Untuk
memenuhi kebutuhan manusia melakukan perjalanan melintasi tata guna lahan tersebut
83
Rahardjo Adisasmita, Op.Cit 25
dengan menggunakan sarana angkutan dalam konteks sistem jaringan. Cara perencanaan
transportasi untuk mencapai sasaran umum itu antara lain dengan menetapkan kebijakan
Rencana tataguna lahan yang baik dapat mengurangi kebutuhan akan perjalanan yang
Hal yang dapat dilakukan missal meningkatkan kapasitas pelayanan prasarana yang ada,
c) Sistem pergerakan (lalu lintas). Hal yang dapat dilakukan antara lain mengatur teknik
manajemen lalu lintas, fasilitas angkutan umum yang lebih baik, atau pemangunan jalan.84
Hubungan dasar antara sistem kegiatan, sistem jaringan dan sistem pergerakan dapat
disatukan dalam beberapa urutan tahapan tataguna lahan dan transportasi, yang biasanya
dilakukan secara berurutan menurut Rahardjo Adisasmita dan Sakti Adji Sasmita sebagai
berikut.
Ukuran potensial adalah kesempatan untuk melakukan perjalanan. Tahapan ini lebih bersifat
Bagaimana perjalanan dapat bangkit dari suatu tataguna lahan atau dapat ditarik ke suatu tata
c) Sebaran penduduk
84
Rahardjo Adisasmita, Op.Cit, 49
d) Pemilihan moda transportasi . menentukan faktor yang memperngaruhi pemilihan moda
e) Pemilihan rute
Menentukan fator yang mempengaruhi pemilihan rute dari setiap zona asal ke setiap zona
tujuan. 85
4.2 Analisis
digunakan dalam bentuk kata benda dan sering disejajarkan dengan istilah “bevoegheid”
dalam istilah hukum Belanda. Menurut Phillipus M. Hadjon, jika dicermati ada sedikit
terletak pada karakter hukumnya. Istilah “bevoegheid” digunakan dalam konsep hukum
publik maupun dalam hukum privat. Dalam konsep hukum kita istilah kewenangan atau
Kewenangan atau wewenang adalah suatu istilah yang biasa digunakan dalam
Kewenangan adalah apa yang disebut “kekuasaan formal”, kekuasaan yang berasal dari
kekuasaan yang dibenkan oleh undang-undang atau legislatif dari kekuasaan eksekutif atau
administrates.86
kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik, atau secara yuridis kewenangan
adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk
85
Rahardjo Adisasmita, Op.Cit, 50
86
A. Gunawan Setiardja, Dialektika Hukum dan Moral dalam Pembangunan Masyarakat Indonesia, Kanisius,
Yogyakarta, 1990, hlm. 25.
Kewenangan sebagai kekuasaan formal yang berasal dari undang-undang, dan
wewenang sebagai spesifikasi dari kewenangan, artinya barang siapa (subyek hukum) yang
dalam kewenangan itu. Kewenangan yang dimiliki institusi pemerintahan dalam melakukan
perbuatan nyata, mengadakan pengaturan atau mengeluarkan keputusan selalu dilandasi oleh
kewenangan yang diperoleh dari konstitusi secara atribusi, delegasi, maupun mandat.87
a. Kewenangan Atribusi, adalah kewenangan yang melekat pada suatu jabatan yang berasal
dari undang-undang. Atribusi merupakan kewenangan yang diberikan kepada suatu organ
(institusi) pemerintahan atau lembaga Negara oleh suatu badan legislatif yang independen.
Kewenangan ini adalah asli. yang tidak diambil dari kewenangan yang ada sebelumnya.
kata lain pemindahan kewenangan atribusi kepada pejabat di bawahnya dengan dibarengi
kewenangan atribusi dari suatu organ (institusi) pemerintahan kepada organ lainnya
sehingga delegator (organ yang telah memberi kewenangan) dapat menguji kewenangan
atas namanya,
c. Kewenangan Mandat, dalam hal ini tidak ada sama sekali pengakuan kewenangan atau
pengalihan kewenangan, yang ada hanya janji-janji kerja interen antara pimpinan dan
bawahan. Pada mandat tidak terdapat suatu pemindahan kewenangan tetapi pemberi
digunakan pada program Jak Lingko merupakan kewenangan atribusi. Program Jak
87
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Cet.II, UII Press, Yogyakarta, 2003. hlm. 54.
88
Prajudi Admosudirjo, Op.Cit., hlm. 11.
Lingko yang semula OK Trip merupakan program inovasi Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta berdasarkan pada peraturan yang dikeluarkan oleh gubernur dan UU terkait
transportasi.
Ciri-ciri kewenangan berkaitan dengan asas delegasi, yang merupakan asas paling
penting dalam pelaksanaan kewenangan dalam organisasi, terdapat empat kegiatan delegasi
kewenangan. Kegiatan ini artinya ialah proses di mana para pimpinan mengalokasikan
kewenangan kepada bawahan dengan delegasi yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
b. Pendelegasi melimpahkan kewenangan yang di perlukan untuk mencapai tujuan atau tugas.
c. Penerimaan delegasi, baik implisit atau eksplisit, menimbulkan kewajiban atau tanggung
jawab.
Kewenangan tidak hanya diartikan sebagai kekuasaan, oleh karena itu, dalam
menjalankan hak berdasarkan hukum publik selalu terikat kewajiban berdasarkan hukum
publik tidak tertulis atau asas umum pemerintahan yang baik. Kewenangan dalam hal ini
dibedakan menjadi:
badan (atribusi/mandat);
c. Akibat Hukum dari pelaksanaan kewenangan: seluruh hak dan/atau kewajiban yang
89
Muammar Himawan, Pokok-Pokok Organisasi Modern, Bina Ilmu, Jakarta, 2004, Mm. 51.
90
Prajudi Admosudirjo, Op.Cit., hlm. 87.
1. Wewenang personal, bersumber pada intelegensi, pengalaman, nilai atau norma, dan
2. Wewenang ofisial, merupakan wewenang resmi yang di terima dari wewenang yang
berada di atasnya.91
hukum publik. Kewenangan berkaitan dengan hak dan kewajiban, yaitu agar kewenangan
tidak semata-mata diartikan sebagai hak berdasarkan hukum privat, tetapi juga kewajiban
sebagai hukum publik. Kewenangan adalah fungsi untuk menjalankan kegiaian dalam
organisasi. sebagai hak untuk memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan
dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang dimilikinya dan lingkungan yang
melingkupinya. Kewenangan dalam suatu lembaga berkaitan dengan tugas dan fungsi, yaitu
dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan pekerjaan oleh seseorang atau
lembaga. Tugas merupakan seperangkat bidang pekerjaan yang harus dikerjakan dan melekat
pada seseorang atau lembaga sesuai dengan fungsi yang dimilikinya. Fungsi berasal dari kata
dalam Bahasa lnggris Junction, yang berarti sesuatu yang mengandung kegunaan atau
manfaat.
Fungsi suatu lembaga atau institusi formal adalah adanya kekuasaan berupa hak dan
tugas yang dimiliki oleh seseorang dalam kedudukannya di dalam organisasi untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan bidang tugas dan wewenangnya masing-masing dalam
yang merupakan perubahan dari OK-Trip, maka perlu kewenangan dalam pelaksanaan berada
pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
91
Muammar Himawan. Pokok-Pokok Organisasi Modern. Bina Ilmu. Jakarta. 2004. hlm. 71.
92
R. Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. Bandung. PT Raja Grafindo Persada Jakarta. 2001. Hlm. 67.
Pembahasan mengenai program tidak dapat dilepaskan dengan aspek kebijakan. Para
peneliti dalam ilmu administrasi publik seringkali banyak terkecoh antara program dan
sedangkan program sendiri adalah turunan dari kebijakan. Sehingga dalam konstitusi
Republik Indonesia yang dinamakan dengan kebijakan memiliki kekuatan hukum lebih kuat
dibandingkan dengan kebijakan, dalam artian bahwa kebijakan lebih luas dibandingkan
dengan program.93 Sebagai suatu instrumen yang dibuat oleh pemerintah, kebijakan publik
dapat berbentuk aturan-aturan umum dan atau khusus baik secara tertulis maupun tidak
tertulis yang berisi pilihan-pilihan tindakan yang merupakan keharusan, larangan dan atau
kebolehan yang dilakukan untuk mengatur seluruh warga masyarakat, pemerintah dan dunia
Menurut Jones, adalah suatu komponen dalam kebijakan untuk mencapai tujuan.94
Menurut Charles O. Jones dalam Suryana, terdapat beberapa karakteristik tertentu yang dapat
membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak
yaitu:
1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai pelaku
program.
3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh
publik.95
Menurutnya juga terdapat tiga pilar aktivitas dalam mengoperasikan program yaitu :
1. Pengorganisasian
93
Sugandi, Yogi Suprayogi, Administrasi Publik (Konsep dan Perkembangan Ilmu di Indonesia). Yogyakarta :
Graha Ilmu, 2011
94
Aprilia, Misna Andri, Implementasi Program Bus Sekolah Gratis di Kota Metro. Lampung : Skripsi Administrasi
Negara FISIP Universitas Lampung, 2015
95
Suharto, Edi, Analisis Kebijakan Publik, Alfabeta, Bandung, 2005
Struktur oganisasi yang jelas diperlukan dalam mengoperasikan program sehingga tenaga
pelaksana dapat terbentuk dari sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas.
2. Interpretasi
Para pelaksana harus mampu menjalankan program sesuai dengan petunjuk teknis dan
Perlu adanya pembuatan prosedur kerja yang jelas agar program kerja dapat berjalan sesuai
Secara umum, industri angkutan darat di Indonesia diatur melalui beberapa regulasi
sebagai berikut :
1. Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
3. Keputusan Menteri (KM) No. 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di
Jalan
pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
kendaraan. Adapun jaringan transportasi jalan dalam Pasal 1 ayat 3 adalah serangkaian
simpul dan/atau ruang kegiatan yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga
membentuk satu kesatuan sistem jaringan untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan
diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan
selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien, mampu memadukan
modal transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan, untuk menunjang
96
Suharto, Edi, Op. Cit, 25
pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong, penggerak dan penunjang
pembangunan nasional dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat.97
Penjelasan di atas merupakan pertimbangan dari sisi yuridis. Namun dalam penentuan
tarif angkutan darat ada variabel lain yang menjadi indikator dalam penentuan tarif angkutan
darat. Tidak mengarah kepada persoalan kewenangan lembaga, akan tetapi yang menjadi
acuan bagi lembaga yang berwenang dalam menentukan tarif angkutan darat. Konsep Biaya
Transportasi merupakan faktor yang sangat menentukan dalam kegitan transportasi dalam
penetapan tarif, dan alat kontrol agar dalam pengoperasian mencapai tingkat yang seefisien
dan seefektif mungkin. Ada beberapa variabel di luar dari faktor non-hukum kemudian yang
dijadikan acuan dalam penentuan tarif angkutan darat, salah satunya adalah permasalahan
biaya (costs). Untuk lebih jelasnya kita paparkan variabel-variabel tersebut yang turut
menjadi indikator dalam penentuan tarif angkutan darat. Beberapa biaya yang termasuk
1. Biaya modal atau biasa dikenal dengan istilah (capital costs), yaitu biaya yang digunakan
untuk modal awal menjalankan usaha transportasi atau untuk investasi serta pembelian
2. Biaya Operasional atau dikenal dengan istilah (Operational Costs), yaitu biaya yang
a. Biaya pemeliharaan jalan raya, bantalan kereta api, alur pelayaran, pelabuhan, dermaga,
penahan gelombang, dam, menara, rambu dan jalan, jalan lain sebagainya.
b. Biaya Pemeliharaan kendaraan, bus, truk, lokomotif, gerbong, pesawat udara, kapal laut
dan sebagainya.
c. Biaya transportasi untuk bahan bakar, oli, tenaga penggerak, gaji crew/awak, dan lain
sebagainya.
97
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu intas dan Angkutan jalan.
d. Biaya-biaya traffic terdiri dari biaya advertensi, promosi, penerbitan buku tarif,
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan tetap setiap bulannya, sedangkan untuk
biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah tergantung pada pengoperasian alat – alat
pengangkutan.
4. Biaya untuk Kendaraan (Automobile Cost) yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
mengadakan bahan bakar, oli, dan suku cadang serta biaya reparasi moda transportasi.
5. Biaya Gabungan (Joint Cost) yaitu biaya yang digunakan untuk mengoperasikan alat-alat
transportasi yang terdiri dari biaya angkutan barang dan biaya penumpang.
6. Biaya Langsung (Direct Cost) dan biaya tidak langsung (Indirect Cost) yaitu biaya
langsung adalah biaya yang diperhitungkan dalam produksi jasa-jasa angkutan, misalnya
untuk gaji awak pesawat, biaya pendaratan, dan biaya bahan bakar. Sedangkan untuk
biaya tidak langsung adalah biaya yang dikelurkan dalam penerbangan yang terdiri dari
biaya harga, peralatan reparasi, worshop, akuntansi dan biaya untuk fasilitas yang
7. Biaya unit (Unit Cost) dan biaya Rata-Rata (Average Cost) yaitu biaya unit adalah biaya
yang jumlah total dibagi dengan unit jasa produk yang dihasilkan. Sedangkan untuk biaya
rata-rata adalah biaya toal yang dibagi dengan jumlah produk/jasa yang dihasilkan.
8. Biaya untuk Pelayanan (Cost of Service), adalah biaya yang digunakan untuk penentuan
tarif.
9. Biaya Transportasi adalah faktor yang menentukan dalam transportasi untuk penetapan
tarif dan alat kontrol agar dalam pengoperasian dapat dicapai secara efektif dan efisien.99
98
Suharto, Op. Cit 70
1. Struktur Biaya
Struktur biaya suatu perusahaan jasa angkutan tergantung dari kapasitas angkutan dan
kecepatan alat angkutan yang digunakan, serta penyesuian terhadap besar arus angkutan yang
2. Penetapan Harga
Penetapan harga membawa akibat yang menentukan pembentukan harga akibat yang
menentukan pembentukan harga dari segi produsen, maupun konsumen. Ada dua tahap
dalam penentapan harga, yaitu :pertama, menyangkut waktu produksi dan konsumsi jasajasa
angkutan. Kedua, menyangkut tempat atau lokasi dimana alat-alat produksi angkutan berhenti
dan muatan membutuhkan jasa-jasa angkutan. Menghitung Harga Jasa Angkutan Harga jasa
Tarif Jak Lingko telah diatur dalam pergub no. 97 tahun 2018. Tarif transportasi ini
tergolong cukup ekonomis dan praktis. Tarif Rp 5000 per 3 jam ini dapat dibayarkan dengan
menggunakan Kartu Jak Lingko atau bisa menggunakan electronic money lainnya.
Keuntungan lebih bagi pengguna kartu JakCard karena tidak akan di kenakan tarif atau gratis.
Kartu Jak Lingko ini dapat dibeli di halte Transjakarta dan pull angkot Jak Lingko. Harga
99
Suharto, Op. Cit 72
kartu Jak Lingko Rp. 30.000 dengan isi saldo Rp. 10.000. Info menggembirakan yakni bagi
pengguna Kartu Jak Lingko GRATIS selama 1 tahun, dan selama ini bagi pengguna selain
kartu Jak Lingko akan di bebaskan biaya sampai Akhir Juli 2019 Sebagai promo dan
percobaan.100
Jak Lingko adalah sistem integrasi transportasi publik di Jakarta yang juga merupakan
transformasi dari program OK-Otrip. Jak Lingko memiliki makna, Jak berarti Jakarta; Lingko
berarti jejaring atau integrasi yang diambil dari sistem persawahan tanah adat di Manggarai,
Nusa Tenggara Timur. Lingko berbentuk seperti jaring laba – laba yang terintegrasi. Nama
ini dipilih karena mencerminkan makna jejaring atau integrasi seperti sistem transportasi
Jak Lingko adalah transformasi dari OK-Otrip yang merupakan sistem transportasi
yang terintegrasi (integrasi rute, integrasi manajemen, dan integrasi pembayaran) dimana
integrasi layanan transportasi publik di Jakarta yang semakin luas. Integrasi ini tidak hanya
melibatkan integrasi antara bus besar, bus medium, dan bus kecil di Transjakarta tetapi juga
akan melibatkan transportasi berbasis rel yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Jak Lingko secara resmi sudah diresmikan oleh Gubernur pada 1 Oktober hanya saja
untuk perubahan ataupun implementasi di lapangan akan dilaksanakan secara bertahap. untuk
tarif Rp 5000 per 3 jam ini tetap berlaku bagi seluruh transportasi darat yang terintegrasi
dengan Jak Lingko seperti yang telah diatur dalam pergub no. 97 tahun 2018, sementara
untuk transportasi berbasis rel akan menunggu keputusan lebih lanjut dari Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta. Skema tarif OK-Otrip tetap berlaku pada sistem Jak Lingko dan
berlaku pada bus kecil, bus medium, dan bus besar yang dikelola oleh Transjakarta. Untuk
100
http://beritatrans.com/2019/06/16/ini-skema-tarif-jak-lingko-serta-diskon-yang-diberikan-untuk-warga-
ibukota/
implementasi pada transportasi berbasis rel akan menunggu keputusan lebih lanjut dari
101
https://www.transjakarta.co.id/faq-jak-lingko/
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jak Lingko merupakan salah satu inovasi di bidang transportasi yang dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jak Lingko sama dengan OK-Trip hanya berubah nama
saja. Secara regulasi Jak Lingko hadir dari Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 66 Tahun 2019
tentang pengendalian kualitas udara. Permasalahan terkait sopir dan pengguna Jak Lingko
merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Dinas Perhubungan dalam
menyelesaikan sesuai regulasi yang berlaku dan mengatur terkait hal itu. Program Jak-Lingko
dalam pelaksanaannya didasari oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Dalam masalah penentuan tarif yang masih belum jelas, Jak Lingko berpedoman pada
Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
Peraturan Pemerintah (PP) No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan serta Keputusan
Menteri (KM) No. 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan.
Dalam pergub no. 97 tahun 2018, sementara untuk transportasi berbasis rel akan menunggu
keputusan lebih lanjut dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terdapat tentang aturan skema
3.2 Saran
1. Peraturan terkait Jak Linggo diperbanyak lagi terkait operasionalnya. Karena masih
2. Instansi pemerintahan diharapkan mampu mengelola sisa lebih pembiayaan yang cukup
banyak sebagai dana cadangan keuangan kantor sebagai tambahan keperluan kantor atau
sebagai dana cadangan untuk anggaran yang akan datang apabila terjadi selisih kurang
pembiayaan
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Said Zainal. 2012. Kebijakan Publik, Edisi 2, Jakarta: Salemba Humanika
Ilmu.
Aprilia, Misna Andri. 2015. Implementasi Program Bus Sekolah Gratis di Kota Metro.
typology of product innovativeness for new financial services: success and failure
Beritatrans.com.2019. Bus Kecil Terintegrasi Jak Lingko Angkut Lebih 4.1 juta Pelanggan,
http://beritatrans.com/2019/03/16/2019-bus-kecil-terintegrasi-jak-lingko-angkut-lebih-
Biosca, O., Spiekermann, K., Stępniak, M. 2013. Transport accessibility at regional scale.
https://doi.org/10.7163/Eu21.2013.24.1
Catanese, Anthony J. dan James C. Synder. 2009. Perencanaan Kota Edisi Kedua Alih
transportation in climate change mitigation. Sustain. Cities Soc. Vol. 22, 11–18
Cheng, Y.-H., Chen, S.-Y. 2015. Perceived accessibility, mobility, and connectivity of public
transportation systems. Transportation Research Part A: Policy and Practice. 77, pp.
386–403. https://doi.org/10.1016/j.tra.2015.05.003
CNN Indonesia. 2019. Jak Lingko, Nama Baru Masalah Lama Transportasi Ibu Kota,
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181015164614-20-338622/jak-lingko-nama-
baru-masalah-lama-transportasi-ibu-kota.
Currie, G.; Richardson, T.; Smyth, P.; Vella-Brodrick, D.; Hine, J.; Lucas, K.; Stanley, J.;
Morris, J.; Kinnear, R.; Stanley, J. 2009. Investigating links between transport
Delbosc, A.; Currie, G. 2011. Transport problems that matter Social and psychological links
Djamali, R. Abdoel. 2001. Pengantar Hukum Indonesia. Bandung: PT Raja Grafindo Persada.
Dr. Iwan. Noor, Desain Inovasi Pemerintahan Daerah. Malang : UB Press, 2017
Elias, W., Shiftan, Y. 2012. The influence of individual's risk perception and attitudes on
travel behavior. Transportation Research Part A: Policy and Practice. 46(8), pp. 1241–
1251. https://doi.org/10.1016/j.tra.2012.05.013.
Gaffar, Aftan. 2006. Paradigma Ban Otonomi Daerah dan Implikasinya. Jakarta: Citra Aditya
Bakti.
Hadjon, Philip M.. 1994. Himpunan makalah asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik.
http://beritatrans.com/2019/06/16/ini-skema-tarif-jak-lingko-serta-diskon-yang-diberikan-
untuk-warga-ibukota/
https://www.transjakarta.co.id/faq-jak-lingko/
Jaramillo, C.; Lizárraga, C.; Luis Grindlay. 2012. A. Spatial disparity in transport social
needs and public transport provision in Santiago de Cali (Colombia). J. Transp. Geogr.
Kansil, C.S.T. dan Kansil, Christine S.T.. 2007. Disiplin Berlalu Lintas di Jalan Raya
Kenyon, S., Lyons, G., Rafferty, J. 2002. Transport and social exclusion: investigating the
Kurnia, Berzsa Nova. 2019. Inovasi Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan
Perekonomian Desa (Studi Tentang Program Desa Maju Andan Jejama Gerakan Desa
Ikut Sejahtera (GaDIS) Tahun 2017 di Kabupaten Pesawaran), Fakultas Ilmu Sosial
Lättman, K., Friman, M., Olsson, L. E. 2016. Perceived Accessibility of Public Transport as a
https://doi.org/10.17645/si.v4i3.481.
Mariana, Dede. 2010. Otonomi Daerah dan Inovasi Kebijakan. Journal of Governance, Vol.
1, No. 1. pada
http://jurnal.unismabekasi.ac.id/index.php/governance/article/download/702 /588.
Megapolitan. 2019. Angkot Jak Lingko Belum Disukai Warga, https://rmco.id/baca-
berita/megapolitan/13155/kalah-jauh-dibanding-ojek-online-angkot-jak-lingko-belum-
disukai-warga.
Mirnasari, Rina Mei. 2013. Inovasi Pelayanan Publik di UPTD Purabaya-Bungurasi kota
Mugion, R. G., Toni, M., Raharjo, H., Di Pietro, L., Sebathu, S. P. 2018. Does the service
Muhammad, Abdulkadir. 1998. Hukum Pengangkutan Niaga, Bandung : Citra Aditya Bakti.
Mulgan, G. and Albury, D. 2003. Innovation in the Public Sector. Strategy Unit, UK:
Cabinet Office
Muluk, Khairul M.R, Knowledge Management: Kunci Sukses Inovasi Pemerintahan Daerah,
Noor, Dr. Iwan, 2017. Desain Inovasi Pemerintahan Daerah. Malang : UB Press.
Oke, A. 2007. “Innovation types and innovation management practices in service companies,
International Journal of Operations & Production Management”, Vol. 27, No. 6, pp.
564-587.
Putri, Lusy Dian. 2016. Inovasi Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro Dalam
Ramadhan, Rizki. 2019. 11 Bulan OK Otrip dan Masalah yang Tak Kunjung Selesai,
https://tirto.id/11-bulan-ok-otrip-dan-masalah-yang-tak-kunjung-selesai-c96H.
Republik Indonesia, Undang-undang No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu intas dan
Angkutan jalan
Ridwan HR. 2003. Hukum Administrasi Negara, Cet.II. Yogyakarta: UII Press.
Ridwan, Juniarso dan Sudrajat, Achmad Sodik. 2009. Hukum Administrasi Negara dan
Rogers, E.M, Diffusion of Innovation Sthedition. New York: Free Press, 2003
Rogers, E.M. 2003. Diffusion of Innovation Sthedition. Free Press. New York.
Rumoharbo, Yulita Ika. 2016. Inovasi Pemutakhiran Data Pemilih Melalui Keterlibatan
Mahasiswa (Studi pada Komisi Pemilihan Umum Kota Bandar Lampung dalam
Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2015) Lampung : Skripsi Administrasi Negara FISIP
Universitas Lampung.
Safri nugraha dkk. 2005. Hukum Administrasi Negara. Depok: Badan Penerbit Fakultas
Rethinking the links between social exclusion and transport disadvantage through the
Setiadi, Nugroho,J.. 2003. Perilaku Konsumen Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan
Setiardja, Gunawan. 1990. Dialektika Hukum dan Moral dalam Pembangunan Masyarakat
Sugandi, Yogi Suprayogi. 2011. Administrasi Publik (Konsep dan Perkembangan Ilmu di
Sumanjoyo S., dan Hermawan, Dedy. 2018. Membangun Inovasi Pemerintah Daerah.
https://books.google.co.id/books?id=wEtuDwAAQBAJ&lpg=PA38&ots
=KuWmdjR4RN&dq=faktor%20penghambat%20inovasi%20menurut%2
0albury&hl=id&pg=PR5#v=onepage&q=faktor%20penghambat%20inov
asi%20menurut%20albury&f=false.
Sururi, Ahmad. 2017. Inovasi Kebijakan dalam Perspektif Administrasi Publik Menuju
Terwujudnya Good Public Policy Governance”, Spirit Publik Volume 12, Nomor 2,
Sururi, Ahmad. 2017. Inovasi Kebijakan dalam Perspektif Administrasi Publik Menuju
Terwujudnya Good Public Policy Governance. Journal of Spirit Public, Vol. 12, No. 2.
Sururi, Ahmad. 2017. Inovasi Kebijakan dalam Perspektif Administrasi Publik Menuju
Terwujudnya Good Public Policy Governance. Journal of Spirit Public, Vol. 12, No. 2
https://jurnal.uns.ac.id/spiritpublik/article/view/16236
Suwarno, Yogi. 2005. Inovasi di Sektor Publik. Jakarta: STIA LAN Press.
Suwarno, Yogi. 2008. Inovasi di Sektor Publik. Journal of STIA-LAN. Diunduh pada
https://www.researchgate.net/publication/328202667_INOVASI_DI_SEKT
OR_PUBLIK.
Tribunnews.com. 2019. Anies Baswedan Perkenalkan Jak Lingko, Moda Transportasi yang
perkenalkan-jak-lingko-moda-transportasi-yang-sarat-akan-makna.
Velarosdela, Rindi Nuris. 2019. Pembatasan Usia Angkutan Umum merupakan Eksekusi
Perda Transportasi,
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/08/02/12300531/pembatasan-usia-
angkutan-umum-merupakan-eksekusi-perda-transportasi.
Vries, Hanna de, etc. 2015. Innovation in the Public Sector: A Systematic Review and Future
University Rotterdam. Journal of Public Administrations, Vol. 94, No.1. Diunduh pada
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1111/padm.12209.
Widjaja, HAW. 2010. Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli Bulat dan Utuh.
Wijayanti, Sri Wahyuni. 2008. Inovasi Pada Sektor Publik.Jurnal Administrasi Publik. Vol
Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta:Media Pressindo.