Dosen Pengampu :
DisusunOleh :
Tiya LeksmiDewenti
NPM. 202332004
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi yang membahas mengenai Korupsi dan Pelayanan
Publik.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini. Saya sadar makalah ini belum sempurna dan
memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak. Terima Kasih
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG...............................................................................1
1.2. TUJUAN....................................................................................................1
BAB IV PENUTUP.........................................................................................17
3.1.KESIMPULAN...........................................................................................17
3.2.SARAN.......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. KORUPSI
2.1. Pengertian Korupsi secara teoritis
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk,
rusak, menggoyahkan, memutar balik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini Kartono,
korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna
mencari keuntungan, dan merugikan kepentingan umum. Menurut saya sendiri tindakan
korupsi merupakan tindakan dimana para pejabat public menggelapkan uang untuk
kepentingan pribadi sebagai pemuas kebutuhan dalah kehidupannya.Jadi korupsi
merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi,
salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan
kekuatan-kekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk
memperkaya diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang
dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatas namakan
pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Hal itu akan masuk dalam dalam
pembahasan saya mengenai tindak korupsi Masyarakat Pancasila Dalam Persepektif
Paradigma Konflik Dan Sruktural Fungsional
Secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau Korporasi
yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara (Pasal 2
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999)
Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau Korporasi yang
menyalahgunakan kewenangan,kesempatan atau dapat merugikan keuangan
Negara,atau perekonomian Negara (Pasal 3 Undang-undang Nomor 31 Tahun
1999)
Memberi hadiah Kepada Pegawai Negeri dengan mengingat kekuasaan atau
wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya,atau oleh pemberi hadiah
atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut (Pasal 4 Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999)
Percobaan pembantuan,atau pemufakatan jahat untuk melakukan Tindak pidana
Korupsi (Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara
Negara dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya
yang bertentangan dengan kewajibannya (Pasal 5 ayat (1) huruf a Undang-undang
Nomor 20 tahun 2001)
Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara negara karena atau
berhubung dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya dilakukan atau
tidak dilakukan dalam jabatannya (Pasal 5 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor
20 Tagun 2001)
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili (Pasal 6
ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001)
1. Graft, yaitu korupsi yang bersifat internal. Korupsi ini terjadi karena mereka
mempunyai kedudukan dan jabatan di kantor tersebut. Dengan wewenangnya
para bawahan tidak dapat menolak permintaan atasannya.
2. Bribery (penyogokan, penyuapan), yaitu tindakan korupsi yang melibatkan
orang lain di luar dirinya (instansinya). Tindakan ini dilakukan dengan maksud
agar dapat mempengaruhi objektivitas dalam membuat keputusan atau
membuat keputusan yang dibuat akan menguntungkan pemberi, penyuap atau
penyogok.
3. Nepotism, yaitu tindakan korupsi berupa kecenderungan pengambilan
keputusan yang tidak berdasar pada pertimbangan objektif, rasional, tapi
didasarkan atas pertimbangan “nepotis” dan “kekerabatan”.
B. PELAYANAN PUBLIK
2.5. Pengertian Kualitas Pelayanan Publik
Kualitas pelayanan publik merupakan inti dari sebuah kinerja pelayanan. Kualitas
merupakan suatu hal yang menentukan akan keberhasilan suatu pelayananan yang
dilaksanakan baik itu berupa barang atau jasa, sesuai dengan apa yang diharapkan
masyarakat. Keberhasilan dan kepuasan masyarakat dalam suatu organisasi yang
dipengaruhi oleh tingkat kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Kualitas
pelayanan tersebut dijadikan sebagai ukuran mengenai bagus atau tidaknya pelayanan yang
telah diberikan terhadap masyarakat.
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 memberikan defenisi pelayanan
publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa, atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Lahirnya kebijakan UU No. 25 Tahun
2009 tentang pelayanan publik merupakan langkah dan harapan besar akan terwujudnya
pelayanan publik yang berkualitas. Pelayanan yang berkualitas tentu saja pelayanan yang
dapat memberikan kepuasan kepada semua pihak, mulai dari penyelenggaraan pelayanan
itu sendiri hingga kepada masyarakat yang dilayani.
Pengertian Kualitas Pelayanan menurut Trigono (dalam Nurdin, 2019:16) ialah
“standar yang ingin dicapai oleh seseorang/kelompok/lembaga organisasi mengenai
kualitas sumber daya manusia, kualitas cara kerja, proses dan hasil kerja atau produk yang
berupa barang dan jasa. Berkualitas mempunyai arti memuaskan kepada yang dilayani atas
tuntutan/persyaratan pelanggan atau masyarakat”.
Menurut Zethami dan Haywood Farmer (dalam Pasolong, 2019:153), mengatakan
ada tiga karakteristik utama dalam pelayanan publik yaitu sebagai berikut :
1. Intangibility, berarti bahwa pelayanan pada dasarnya bersifat performance dan hasil
pengamatan dan bukannya objek. Kebanyakan pelayanan tidak dapat dihitung,
diukur, diraba atau dites sebelum disampaikan untuk menjamin kualitas. Berbeda
dengan barang yang dihasilkan oleh suatu pabrik yang dapat dites kualitasnya
sebelum disampaikan pada pelanggan.
2. Heterogeneity, berarti pemakai jasa atau klien atau pelanggan memiliki kebutuhan
yang sangat heterogen. Pelanggan dengan pelayanan yang sama mungkin
mempunyai prioritas berbeda. Demikian pula perfomance sering bervariasi dari
suatu prosedur ke prosedur lainnya bahkan dari waktu ke waktu.
d) Akurasi, produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.
e) Keamanan, proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan
kepastian hukum.
h) Kemudahan akses, yaitu bahwa tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang
memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memenfaatkan teknologi
telekomunikasi dan informatika.
d. Akuntabel, hal-hal yang diatur dalam standar pelayanan harus dapat dilaksanakan
dan dipertanggungjawabkan secara konsisten kepada pihak yang berkepentingan.
f. Transparansi, harus dapat dengan mudah diakses dan diketahui oleh seluruh
masyarakat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan pada kinerja pelayanan publik setiap
organisasi atai pemerintah mempunyai standar-standar tertentu dalam kinerja dan
pencapaian tujuan organisasi. Standar menjadi indikator untuk mengukur sejauhmana
pelaksanaan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Standar maksimal harus
dilakukan oleh setiap instansi maupun aparatur negara untuk mencapai tujuan pelayanan
yang prima. Standar pelayanan dimuat dalam SOP pelayanan maupun maklumat pelayanan
sebagai dasar bagi aparatur kinerja pelayanan publik dalam menjalankan tugas dan
fungsinya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara
langsung merugikan negara atau perekonomian negara.Jadi, unsur dalam perbuatan
korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan
kekuasaannya dan aspek penggunaan uang Negara untuk kepentingannya.Adapun
penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan pemimpin,kelemahan pengajaran
dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya
hukuman yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi,
rendahnya sumber daya manusia, serta struktur ekonomi.Korupsi dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat,dan tujuan. Dampak korupsi
dapat terjadi di berbagai bidang diantaranya, bidang demokrasi, ekonomi, dan
kesejahteraan negara.
3.2. Saran
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini.Dan
pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil. Ada 3 hal menurut saya yang
harus dilakukan guna mengurangi sifat dan perilaku masyarakat sebagai pelayan
public untuk untuk tidak korupsi, antara lain;
(1) menaikkan gaji pegawai rendah dan menengah,
(2) menaikkan moral pegawai tinggi, serta
(3) legislasi pungutan liar menjadi pendapat resmi atau legal.
DAFTAR PUSTAKA
Erika, Revida. 2003. Korupsi Di Indonesia, Masalah dan Solusinya. Fakultas Sosial Dan
Politik Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan
Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
Nugroho, Rino A., 2008. “Model Pelayanan Publik Menggunakan M-Governement (Studi
Kasus di Solo, Sragen, Sukoharjo dan Karanganyar)”. Jurnal Dinamika, Vol 8 : No. 2.