Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PERILAKU KORUPSI DIBIDANG PELAYANAN PUBLIK


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Antikorupsi
Dosen Pengampu Romadhon, M.Pd.

Oleh :
Elli Tita (220401040017)
Elisabeth Djo Io Wea (220401040012)
Emanuel Asdiakon Bawolo (220401040006)
Warda Diantari (220401040003)
Sebastianus mardi {220401040004}
Ika Pitriana {220401040001}
Frengkisius bulu {220401040014}

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI KANJURUHAN MALANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul perilaku korupsi dibidang
pelayanan publik.
Adapun tujuaan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Bidang Studi
Pendidikan Antikorupsi. Selain itu makalah ini juga bertujuaan untuk menambah wawasan tentang bagi
para pembaca dan juga bagi penulis agar bisa mengetahui apa saja Upaya Penanggulangan Antikorupsi
di bidang pelayanan publik.

Kami mengucapkan terimaksih kepada Bapak Romadhon, S.Pd.,M.Pd. yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuaan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kamu
ampuh. Kami juga mengucapkan terimaksih kepada seluruh pihak yang telah membagia sebagaian
pengetahuaannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami menyadari bahwa
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurnah. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAN .................................................................................................1


DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB I...........................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................3
C. Tujuan.............................................................................................................3
BAB II..........................................................................................................................4
KAJIAN PUSTAKA....................................................................................................4
A. Definisi korupsi ..............................................................................................4
B. Pelayanan publik ............................................................................................4
BAB III........................................................................................................................7
IMPLIKASI DAN PEMBAHASAN...........................................................................7

A. Strategi pelayanan publik dalam mengatasi korupsi di indonesia …….. 7


B. Peran pendidikan anti korupsi dalam pelayanan publik di Indonesia…….8
BAB IV........................................................................................................................13
PENUTUP....................................................................................................................13
A. Kesimpulan.....................................................................................................13
B. Saran…………………………………………………………………………..14
C. Daftar pustaka …………………………………………………………………..15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan publik merupakan salah satu unsur penting terwujudnya good
governance, karena visi utama dalam penyelenggaraan pemerintah adalah
memberikan pelayanan yang baik kepada publik, untuk itu pemerintah sangat penting
dalam melakukan perbaikan atas pelayanan publik selama ini. Praktik pelayanan publik
selama ini, dinilai masih bersifat prosedural, berbelit-belit, dan lamban dalam
penyelesaiannya. Dalam rangka perbaikan pelayanan publik, pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang Nomor: 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah,
yang bertujuan untuk mendorong birokrasi pemerintahan daerah dapat berjalan
secara efisien dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat daerah.
Namun dalam implementasinya belum mampu mendorong perbaikan pelayanan publik,
karena kecenderungan birokrasi publik lebih berorientasi pada pelayanan kepentingan
penguasa dibandingkan dengan kepentingan masyarakat, akibatnya birokrasi menjadi
semakin jauh dari misinya sebagai pelayan masyarakat.
Banyaknya keluhan masyarakat ketika melakukan pengurusan pelayanan
publik, ini menunjukkan masih rendahnya responsivitas aparat birokrasi terhadap
tuntutan masyarakat. Pelayanan publik yang masih terkesan sulit dapat
mengakibatkan maraknya praktik korupsi, hal ini terjadi karena masyarakat sebagai
pengguna jasa mencari alternatif jalan pintas untuk memudahkan pengurusan
pelayanannya. Di dalam makalah ini akan dijelaskan mengapa faktor korupsi menjadi
hal yang tidak dapat terlepas dari dominasi peran aparat birokrasi sebagai penentu
kebijakan, sehingga masyarakat dapat menjadi obyek yang dimanfaatkan untuk
kepentingan-kepentingan pribadi, serta menjelaskan bagaimana urgensi Pendidikan
Anti Korupsi dalam Pelayanan Publik di Indonesia.

Korupsi merupakan masalah yang sudah banyak diperbincangkan. Hampir setiap


hari selama beberapa tahun, dapat dibaca di surat-surat kabar, media online Indonesia
tentang berbagai uraian dan berita yang bersangkutan dengan korupsi. Disamping anjuran
dan nasihat dari pemuka-pemuka masyarakat untuk memperbaiki akhlak dan mengambil
langkah untuk mencegah korupsi, dapat dibaca kutukan dan tuntutan dari berbagai
kalangan agar pemerintah bertindak lebih tegas dalam membongkar korupsi dan
menghukum berat para pelakunya. Korupsi di indonesia semakin hari semakin bertambah
akibat kurangnya pengawasan tertentu dalam lembaga-lembaga negara yang menjalankan
operasi pemerintahan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi pelayanan publik dalam mengatasi korupsi di indonesia ?
2. Bagaimana peran pendidikan anti korupsi dalam pelayanan publik di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengkaji lebih dalam tentang bagaimana strategi pelayanan publik dalam
mengatasi korupsi di indonesia
2. Untuk mengkaji lebih dalam tentang bagaimana peran pendidikan anti korupsi
dalam pelayanan publik di indonesia
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Defenisi Korupsi
Istilah korupsi di turunkan dari bahasa latin corruptio yang berarti hal merusak,
godaan, rujukan, atau kemerosotan. Secara fisik korupsi berarti kerusakan atau
kebusukan segala sesuatu. Korupsi berarti penyelewengan atau penghancuran integritas
dalam pelaksanaan kewajiban publik melalui suap dan gratifikasi,dan secara sosial,
korupsi berarti penjungkirbalikan segala sesuatu dari kondisi asli kemurnian misalnya
penyelewengan lembaga dan adat istiadat. Berikut defenisi korupsi menurut beberapa
ahli:
1. Charles Sampford-direktur Institute for Ethics, Governance and Law dari United
Nations dan Grifith University, mendefinisikan korupsi sebagai penyalahgunaan
kekuasaan-khususnya kekuasaan yang diperoleh berkat kepercayaan (privat atau
publik)-demi mendapatkan manfaat dan keuntungan bagi diri sendiri atau
kelompok. Frasa "kekuasaan yang diperoleh berkat kepercayaan" menegaskan
bahwa kekuasaan merupakan titipan yang harus dipertanggungjawabkan kepada
pemberi kekuasaan. Adanya unsur kepercayaan sebagai basis kekuasaan membuat
penerima kekuasaan memiliki kewajiban moral untuk mempertanggungjawabkan
kekuasaan kepada pemberi kekuasaan. Dengan demikian, kekuasaan seharusnya
tidak diabdikan pada kepentingan diri (secara egoistis) melainkan untuk melayani
kepentingan pemberi kekuasaan.
2. Agus Mulya Karsona
Menurut Karsona, korupsi merupakan perbuatan yang sangat busuk, jahat, dan
merusak. Perbuatan tersebut dapat berupa perbuatan tidak bermoral, bersifat
busuk dan kondisinya, menyangkut kedudukan suatu instansi atau aparatur
pemerintah, penyalahgunaan kekuasaan dalam suatu kedudukan karena suatu
pemberian, menyangkut ekonomi dan faktor politik, serta penempatan keluarga
atau kelas menjadi kedewasaan di bawah kekuasaan sebuah jabatan.
3. Mubyarto
Menurut Mubyarto, korupsi merupakan suatu masalah politik lebih dari pada
ekonomi yang menyentuh keabsahan atau legitimasi pemerintah di mata generasi
muda, kaum elite terdidik dan para penggawa pada umumnya. Akibat yang
ditimbulkan dari korupsi adalah berkurangnya dukungan pada pemerintah dari
kelompok elite di tingkat provinsi dan kabupaten.
4. Juniadi Suwartojo
Pengertian korupsi menurut Juniadi Suwartojo adalah tindakan seseorang yang
melanggar norma-norma yang sudah berlaku dengan menggunakan atau
menyalahgunakan kekuasaan atau kesempatan melalui proses pengadaan,
penetapan pungutan penerimaan, pemberian fasilitas, atau jasa lainnya. Tindakan
tersebut dilakukan pada kegiatan penerimaan atau pengeluaran uang atau
kekayaan, penyimpanan uang atau kekayaan serta dalam perizinan dan jasa lain.

B. Pelayanan Publik
Tuntutan akan pelayanan publik yang prima menjadi suatu hal yang sangat mendesak
dilaksanakan sektor kehidupan mulai dari kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan
sebagainya. Pelayanan publik tidak hanya dituntut supaya mudah tetapi juga cepat,
cermat. transparan dan murah.

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urusan kegiatan yang terjadi dalam interaksi
langsung antar seorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan
kepuasan pelanggan (Sampara Lukman, 2000). Sedangkan pengertian Publik adalah
sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, dan tindakan
yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka memiliki. Oleh karena
itu pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam
suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan meskipun hasilnya tidak terikat pada
suatu produk secara fisik (inu Kencana dalam Lijian Poltak Sinambela, 2006).

Pelayanan publik didefiniskan sebagai kepercayaan publik. Warga negara berharap


pelayanan publik dapat melayani dengan kejujuran dan pengelolaan sumber penghasilan
secara tepat. dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Pelayanan publik yang
adil dan dapat dipertanggungjawabkan menghasilkan kepercayaan publik Dibutuhkan
etika pelayanan publik sebagai pilar dan kepercayaan publik sebagai dasar untuk
mewujudkan pemerintah yang baik (Carol W. Lewis and Stuart C. Gilman, 2005).

Pemerintah menyadari membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang


dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus dilakukan
seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang
peningkatan pelayanan publik, hal ini yang menjadi pertimbangan atas kelahiran. UU
Nomor 25 Tahun 2009 yaitu Undang-undang Tentang Pelayanan Publik.
Pelayanan publik meliputi segenap hajat hidup masyarakat Indonesie, pelayanan terhadap
kesehatan, pendidikan dan pekerjaan merupakan hal masyarakat yang tercantum didalam
Pasal 27 ayat 1 dan 2 UUD 1945 amandemen Pasal tersebut menyatakan bahwa setiap
warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan serta wajib
menjunjum pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya, tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerj dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan"

Oleh sebab itu pemerintah telah mengatur perihal ketentuan pelyanan publik lebih lanjut
dilam ketentuan UU Nomor 25 Tahun 2009 yaitu Undang-undang Tentang Pelayanan
Publik didalam undang-undang ini pelayanan publik diberi kategori menjadi beberapa
bentuk sebagaimana tersebut dibawah ini yaitu:

1. Pelayanan barang publik:


a. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh instansi pemerinta
yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan
belan negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.
b. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh suatu badan usaha
yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan
negara dan atau kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
c. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang pembiayaannya tidak bersumber
da anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja
daer atau badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya
bersumber d kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi
ketersediaanme menjadi misi negara yang ditetapkan dalam peraturan
perundangundangan
2. Pelayanan Jasa Publik meliputi:
a. Penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh
danam bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran
pendapat dan belanja daerah
b. Penyediaan jasa publik oleh suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian
atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang
dipisahkan dan
c. Penyediaan jasa publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah atau
badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari
kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi
ketersediaannya menjadi misi negara yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan.
3. Pelayanan administratif, meliputi:
a. Tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam
peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan perlindungan pribadi,
keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda warga negara.
b. Tindakan administratif oleh instansi nonpemerintah yang diwajibkan oleh negara
dan diatur dalam peraturan perundang-undangan serta diterapkan berdasarkan
perjanjian dengan penerima pelayanan.
Ruang lingkup pelayanan barang, jasa dan adminsitrasi publik sebagaimana
disebutkan diatas meliputi bidang-bidang pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan
usaha, tempat tinggal komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan
jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata, dan
sektor strategis lainnya. Disamping itu dalam melaksanakan pelayanan publik ini
harus memenuhi skala kegiatan yang didasarkan pada ukuran besaran biaya tertentu
yang digunakan dan jaringan yang dimiliki dalam kegiatan pelayanan publik untuk
dikategorikan sebagai penyelenggara pelayanan publik.

BAB III
IMPLIKASI DAN PEMBAHASAN
A. Strategi pelayanan publik dalam mengatasi korupsi di indonesia
Pemerintah sering menangani korupsi secara konkret. Salah satu implementasinya adalah
terbitnya Instruksi Presiden (Inpres) 17/2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi Tahun 2012. Inpres ini merupakan lanjutan Inpres Nomor 9 Tahun 2011 tentang Aksi
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2011.
Dalam dua Inpres ini, Pemerintah mengimplementasikan enam strategi sesuai
rekomendasi United Nation Convention Against Corruption (UNCAC). Keenam strategi itu
adalah: Pencegahan pada Lembaga Penegak Hukum; Pencegahan pada Lembaga Lainnya;
Penindakan; Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan; Penyelamatan Aset Hasil Korupsi;
Kerjasama Internasional; dan Pelaporan. Targetnya, pada 2014 Indeks Persepsi Korupsi
atau Corruption Perception Index (CPI) Indonesia dapat mencapai angka 5,0.

Peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi tidak lepas dari partisipasi dan dukungan
masyarakat yang sangat dibutuhkan dalam mengawali upaya-upaya pemerintah melalui KPK
(Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain.

KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan memberantas
korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu menjadi “martir” bagi para
pelaku tindak KKN(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Adapun agenda KPK adalah sebagai
berikut:
1. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.
2. Mendorong pemerintah melakukan reformasi publik sektor dengan
mewujudkan good governance.
3. Membangun kepercayaan masyarakat.
4. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.
5. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.
Adapun beberapa strategi yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya pemberantasan korupsi
di Indonesia, yakni :

a. Strategi Preventif
Strategi Preventif diarahkan untuk mencegah terjadinya korupsi dengan cara
menghilnomorn atau meminimalkan faktor-faktor penyebab atau peluang terjadinya
korupsi. konvensi PBB Anti Korupsi, Uneted Nations Convention Against Corruption
(UNCAC), menyepakati lnomorh-lnomorh untuk mencegah terjadinya korupsi.
Pada konteks Indonesia, preventif terhadap korupsi dapat dilakukan menggunakan cara :
1. Penguatan fungsi dan kiprah lembara legislatif;
2. Penguatan kiprah dan fungsi forum peradilan;
3. Membangun kode etik pada sektor publik, sektor parpol, organisasi politik
dan asosiasi usaha
4. Menelaah karena terjadinya korupsi secara berkelanjutan;
5. Penyempurnaan sumber daya manusia (SDM) serta peningkatan
kesejahteraan pegawai negeri;
6. Pengharusan penuntutan perencanaan strategi dan laporan akuntabilitas
kinerja bagi instansi pemerintah;
7. Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen;
8. Penyempurnaan manajemen Barang Kekayaan Milik Negara (BKMN);
9. Peningkatan kualitas pelayanan pada warga;
10. Kampanye untuk membangun nilai (value) anti korupsi secara nasional.

b. Publick Education
Public education atau pendidikan anti korupsi untuk masyarakat perlu digalakkan
untuk membentuk mental anti-korupsi. Pendidikan anti-korupsi ini bisa dilakukan melalui
aneka macam pendekatan, seperti pendekatan agama, budaya, sosioal, ekonomi, etika,
dsb.

Adapun target pendidikan anti-korupsi secara garis besar bisa dikelompokkan menjadi
dua:
1. Pendidikan anti korupsi bagi aparatur pemerintah serta calon aparatur pemerintah.
Misalnya, lembaga Administrasi Negara (LAN) memasukkan materi “percepatan
Pemberantasan Korupsi” bagi Peserta Diklat Prajabatan Ex. Honorer. (Lihat: Peraturan
kepala LAN/lima/2007 tentang “Perubahan atas Peraturan ketua LAN/2/2007 tetang
pedoman Penyelenggaraan Diklat Prajabatan CPNS yang dinomort dari tenaga Honorer).
usaha semacam itu sangat baik, namun amat disaynomorn, mengapa hanya peserta
Pajabatan ex. Honorer yang mendapatkan materi pemberantasan korupsi? Bukankah
pelaku korupsi, sebagaimana telah dijelaskan pada muka, merupakan 90% PNS? Penulis
beropini, hendaknya materi “percepatan Pemberantasan Korupsi” diberikan bukan hanya
kepada CPNS Ex. Honorer, tetapi pula CPNS reguler, serta lebih-lebih pada PNS yang
telah menduduki jabatan. Maka LAN harus lebih inovatif dalam mendesain pembelajaran
serta memasukkan mata diklat “akselerasi Pemberantasan Korupsi” di diklat-diklat
aparatur.
2. Public education anti korupsi bagi warga luas melalui forum-forum seluruh itu dilakukan
untuk menaikkan moral anti korupsi. Publik perlu menerima sosialisasi konsep-konsep
mirip kantor publik serta pelayanan publik berikut dengan konsekuensi-konsekuensi
perihal biaya porto sosial, ekonomi, politik, moral, dan agama yang diakibatkan korupsi.
c. Strategi Dektetif
Strategi Detektif diarahkan untuk mengidentifikasi terjadinya perbuatan korupsi.
Strategi detektif dapat dilakukan dengan :
1. Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan dari masyarakat;
2. Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu;
3. Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi publik;
4. Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang di
masyarakat internasional;
5. Dimulainya penggunaan nomor kependudukan nasional;
6. Peningkatan kemampuan APFP/SPI dalam mendeteksi tindak pidana
korupsi.
d. Strategi Punishment
Strategi punishment ialah tindakan memberi eksekusi terhadap pelaku tindak
pidana korupsi. Dibandingkan negara-negara lain, Indonesia memiliki dasar aturan
pemberantasan korupsi paling banyak, mulai berasal peraturan perundang-undangan yang
lahir sebelum era eformasi hingga dengan produk aturan era reformasi; tetapi
pelaksanaannya kurang konsisten sebagai akibatnya korupsi permanen fertile di negeri
ini.

Sekian banyak dasar aturan anti-korupsi yang pernah ada pada Indonesia. diantaranya
TAP Majelis Permusyawaratan Rakyat RI nomor XI/Majelis Permusyawaratan
Rakyat/1998 wacana Penyelenggaraan Negara yang bersih serta Berwibawa serta Bebas
KKN, UU nomor 31 tahun 1999 jo UU nomor 20 tahun 2001 perihal Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi. UU No. 28 Tahun 1999 wacana Penyelenggara Negara yang
bersih serta bebas KKN; UU nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana pencucian
Uang; UU nomor 30 tahun 2002 wacana komisi pemberantasan korupsi; serta lain-lain.
Asal sekian banyak peraturan perundang-undangan anti-korupsi yang ada, salah satu
yang paling terkenal barnomorli UU nomor 30/2002 perihal KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi) merupakan forum negara yang bersifat independen yang dalam
aplikasi tugas dan kewenangannya bebas berasal kekuasaan manapun
Tugas-tugas komisi pemberantasan korupsi artinya menjadi berikut:
1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan serta penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi;
4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi, serta
melakukan monitor terhadap penyelengaraan pemerintahan negara.(Super User,
2017)
e. Strategi Represif
Strategi represif diarahkan untuk menangani atau memproses perbuatan korupsi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Strategi represif dapat
dilakukan dengan :
1. Pembentukan Badan/Komisi Anti Korupsi
2. Penyidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman koruptor
besar (Catch some big fishes);
3. Penentuan jenis-jenis atau kelompok-kelompok korupsi yang
diprioritaskan untuk diberantas;
4. Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik;
5. Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi dalam
sistem peradilan pidana secara terus menerus;
6. Pemberlakuan sistem pemantauan proses penanganan tindak pidana
korupsi secara terpadu;
7. Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi beserta analisisnya;
8. Pengaturan kembali hubungan dan standar kerja antara tugas penyidik
tindak pidana korupsi dengan penyidik umum, PPNS dan penuntut umum.

Pelaksanaan strategi preventif, detektif dan represif sebagaimana tersebut di atas akan
memakan waktu yang lama, karena melibatkan semua komponen bangsa, baik legislatif,
eksekutif maupun yudikatif. Sambil terus berupaya mewujudkan strategi di atas, perlu
dibuat upaya-upaya nyata yang bersifat segera.

Upaya yang dapat segera dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi korupsi tersebut
antara lain adalah dengan meningkatkan fungsi pengawasan, yaitu sistem pengawasan
internal (built in control), maupun pengawasan fungsional, yang dipadukan dengan
pengawasan masyarakat (wasmas) dan pengawasan legislatif.

B. Peran pendidikan anti korupsi dalam pelayanan publik di Indonesia


Pendidikan Anti Korupsi sebagai kurikulum progam pendidikan tentang korupsi bertujuan
untuk meningkatkan kepedulian warga Negara akan bahaya dan resiko akibat dari tindakan
korupsi. Pendidikan anti korupsi memiliki target memberikan edukasi fenomena korupsi yang
mencangkup kriteria, penyebab, dan akibatnya, meningkatkan sikap melawan tindakan korupsi,
dan berkontribusi terhadap terwujudnya nilai nilai dan kapasitas seseorang dalam menyikapi
tindakan korupsi. Selain itu Taruna juga akan menganalisis nilai-nilai anti korupsi dan
memberikan sikap tegas menolak dan melawan segala bentuk tindak korupsi. Oleh karena itu
pendidikan anti korupsi merupakan penanaman dan penguatan nilai-nilai dasar dalam mebentuk
Taruna memiliki kepedulian dan sikap tegas menolak tindakan korupsi.
Adapun upaya untuk melawan atau memberantas korupsi tidak cukup dengan menangkap
dan menjebloskan koruptor ke penjara, karena praktiknya hukum dan penjara tidak membuat jera
bagi para pelaku. Di sini dibutuhkan penanaman nilai-nilai antikorupsi dalam pelayanan publik
di Indonesia.Dalam konteks reformasi birokrasi, salah satu hal yang harus direformasi di bidang
pelayanan publik adalah kualitas manusia yang harus dibina dan dikembangkan agar menjadi
aparatur pemerintah yang profesional dan bertanggung jawab. Pendidikan bagi ASN merupakan
upaya dalam menanamkan perubahan dari sikap membiarkan dan menerima korupsi ke sikap
tegas menolak korupsi. Pendidikan pada dasarnya harus dilakukan berkesinambungan, baik pada
tingkat sekolah dasar hingga ketika individu tersebut berkontribusi bagi masyarakat. Dalam
konteks reformasi birokrasi, salah satu hal yang harus direformasi di bidang pelayanan publik
adalah kualitas manusia yang harus dibina dan dikembangkan agar menjadi aparatur pemerintah
yang profesional dan bertanggung jawab.
Upaya pendidikan anti korupsi merupakan upaya penting yang dilakukan oleh Negara
untukmenuju kepada pemerintahan yang bersih dan mengarah pada pemerintahan yang baik
(good governance). Pelatihan dan pendidikan bagi ASN perlu dilakukansecara seksama, sehingga
nilai-nilai antikoropsi tidak hanya menjadi teori tetap tertanam ke dalam hati dan sanubari para
ASN. Pelatihan ini menggunakan modul yang sangat baik dan tepat sehingga dapat memberikan
nilai-nilai anti korupsi yang mendalam yang nantinya dapat di implementasikan oleh para ASN.
Terdapat beberapa upaya pendidikan anti korupsi yang dapat dilakukan dalam lingkup sektor
pelayanan publik, antara lain (Mahekadalam Handoyo, 2013):
1. Memperbaiki peraturan perundangan yang berlaku untuk mengantisipasi perkembangan
korupsi dan menutup celah hukum atau pasal-pasal karet yang sering digunakan koruptor
melepaskan diri dari jerat hukum;
2. Memperbaiki cara kerja pemerintahan (birokrasi) menjadi sederhana (simpel) dan efisien;
3. Memisahkan secara tegas kepemilikan negara dan kepemilikan pribadi serta memberikan
aturan yang jelas tentang penggunaan fasilitas negara untuk kepentingan umum dan
penggunaannya untuk kepentingan pribadi;
4. Menegakkan etika profesi dan tata tertib lembaga dengan pemberian sanksi secara tegas;
5. Penerapan prinsip-prinsip good governance; dan
6. Mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dan memperkecil terjadinya human error.

Ada tiga aspek dalam sembilan nilai integritas dalam pendidikan anti korupsi, pertama
adalah inti yang meliputi jujur, disiplin, dan tanggungg jawab. Kedua adalah sikap yang
meliputi adil, berani, dan peduli. Ketiga adalah etos kerja yang meliputi kerja keras,
mandiri, dan sederhana.

1. Jujur
Nilai yang paling utama ialah jujur. Jujur adalah sikap lurus hati, tidak berbohong,
tidak curang dan tulus-ikhlas. Seseorang dengan nilai kejujuran di hatinya tidak akan
pernah korupsi, karena tahu tindakan tersebut adalah bentuk kebohongan dan
kejahatan
2. Disiplin
Adapun nilai berikutnya ialah disiplin. Ini adalah sikap mental untuk melakukan hal-
hal yang seharusnya pada saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu. Sikap
mental tersebut perlu dilatih agar segala perbuatannya tepat sesuai aturan yang ada.
Komitmen adalah salah satu kunci terbentuknya disiplin. Komitmen adalah sikap
mental pada diri seseorang untuk melakukan segala sesuatu yang telah ditetapkan.
3. Tanggung jawab
Jika seseorang bertanggung jawab dan berani mengakui kesalahan yang dilakukan,
maka mereka juga amanah dan dapat diandalkan. Tanggung jawab akan membuat
seseorang memenuhi tuntutan atau tanggung jawab yang diberikan.
4. Kerja keras
Pekerja keras sangat bersemangat dan berusaha keras untuk meraih hasil yang baik,
maksimal, dan tidak bermalas-malasan karena akan mempengaruhi etos kerja yang
sudah dibangun. Selain itu, dia juga tidak suka menunda-nunda pekerjaan yang dapat
dilakukan dengan cepat dan tepat.
5. Sederhana
Sederhana juga berarti hidup secara wajar. Artinya, seseorang mampu menggunakan
hartanya sesuai kebutuhan yang ada, tidak menghamburkan uang untuk sesuatu yang
tidak penting. Salah satu pemicu tindak korupsi adalah gaya hidup mewah yang
berlebihan. Kesederhanaan akan membuat seseorang menjauhi korupsi.
6. Berani
Tentunya, berani adalah tidak takut menghadapi bahaya atau kesulitan. Orang yang
berani memiliki hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar, pantang mundur
dan tidak gentar.
7. Mandiri
Mandiri dimaknai dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang
lain. Pribadi yang mandiri tentunya berani menata diri dan menjaga diri. Tentunya, ia
terus berlatih untuk menjadi berkepribadian yang terpuji. Pribadi yang mandiri akan
berani menetapkan gambaran hidup yang diinginkan.
8. Peduli
Kepedulian berarti sikap memperhatikan kondisi sekitar dan orang lain. Atau, peduli
adalah sikap keberpihakan kita untuk melibatkan diri dalam persoalan, keadaan, atau
kondisi di sekitar kita. Orang yang peduli adalah mereka yang terpanggil melakukan
sesuatu dalam rangka memberi inspirasi, perubahan, dan kebaikan.
9. Adil
Tentunya, seseorang yang adil selalu bersikap imparsial, tidak memihak kecuali
kepada kebenaran. Bukan berpihak karena pertemanan, persamaan suku, bangsa
maupun agama. Sehingga penilaian, kesaksian dan keputusan hukum hendaknya
berdasar pada kebenaran walaupun kepada diri sendiri. Sikap ini pada akhirnya akan
mencegah konflik kepentingan yang menjadi salah satu cikal bakal korupsi.

Dalam proses perwujudan sistem pendidikan antikorupsi, KPK juga melibatkan


berbagai komunitas. Pada tahun kedua berdirinya KPK dibentuk suatu bagian Community
Development (Comdev) yang berada pada Direktorat Pendid6ikan dan Pelayanan
Masyarakat yang secara khusus dibentuk untuk mewujudkan pendidikan antikorupsi
bersama komunitas peduli korupsi di Indonesia.
Bentuk dari kegiatan dengan komunitas-komunitas tersebut, salah satunya adalah
mengadakan Focus Group Discussion (FGD). Dari diskusi kelompok bersama puluhan
komunitas dibentuk suatu gerakan yaitu jujur barengan.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan materi yang sudah dipaparkan diatas, dapat kita simpulkan
bahwa dalam penanganan kasus korupsi yang sering kali terjadi di Indonesia,
peran pemerintah tidak terlepas dari partisipasi dan dukungan dari masyarakat
dalam mengawali upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantas Korupsi),
yang dimana memiliki tugas dan tanggungjawab terhadap penanggulangan dan
pemberantasan korupsi.
Maka dari itu, pemerintah menerapkan beberapa strategi yang dilakukan dalam
proses penganggulangan tersebut, yakni : strategi preventif, publick education,
strategi dektetif, strategi punishment, dan strategi represif.

Dalam dunia pendidikan, pembahasan tentang antikorupsi sudah menjadi hal yang
tidak asing lagi, karena disini juga pendidikan memiliki peran yang sangat besar
dalam upaya penurunan tingkat korupsi di Indonesia. Pemerintah Indonesia
menjadikan pendidikan antikorupsi sebagai wadah untuk menciptakan suatu
pemerintah yang bersih dan mengarah pada pemerintahan yang baik. Melalui
pendidikan antikorupsi, masyarakat indonesia akan menjadi masyarakat yang
jujur, disiplin serta masyarakat yang bertanggungjawab.

B. SARAN
Dalam membaca makalah ini kami sebagai menyusun makalah tentunya
pasti memeiliki kekeliruan. Tetapi setidaknya bisa membantu kita semua agar
dapat memahammi tentang pentingnya generasi anti korupsi. Kita sebagai
generasi penerus bangsa harus bersih dari yang namanya korupsi, karna korupsi
itu membunuh masa depan kita.

DAFTAR PUSTAKA
Supandi, Agus, and Dellia Mila Vernia. "Peran Pendidikan Anti Korupsi dalam Rangka
Mewujudkan Pembangunan Nasional yang Bersih dari Korupsi." Research and Development
Journal Of Education 1.2 (2015).
VeJ Volume 5 • Nomor 2 • 417
penggunaan wewenang
pejabat, serta pada saat
pengisian daftar. Untuk
mengatasinya, selain
menjatuhkan pidana terhadap
pelakunya, juga diterbitkannya
aturan-aturan hukum untuk
mengeliminir penyimpangan
dalam praktik pelayanan
publik. Namun, merujuk pada
beberapa negara seperti
Norwegia, Korea Selatan,
dan Singapura, praktik e-
government memberikan
dampak yang signifikan
terhadap perubahan dalam
pelayanan publik dan pola
relasi antara pemerintah,
masyarakat, dan pelaku bisnis.
Sistem pelayanan publik yang
dibangun dalam
rangka meningkatkan
pengawasan terhadap institusi
dan pelayan publik.
Kemudahan akses dan
interaksi antara pemerintah
dan masyarakat dibangun
sedemikian rupa dengan
menggunakan teknologi
sebagai instrumen. Selain itu,
perubahan perilaku masyarakat
maupun pelaku bisnis sebagai
pemohon pelayanan
publik memiliki peran yang
juga sangat penting.
Transparansi sebagai dampak
diterapkannya e-government
tidak serta merta menurunkan
potensi korupsi,
namun harus dibarengi
dengan peningkatan
profesionalisme pejabat publik
dan
kepedulian masyarakat untuk
membuat sistem ini menjadi
handal.

Daftar Pustaka
Buku:
VeJ Volume 5 • Nomor 2 • 417
penggunaan wewenang
pejabat, serta pada saat
pengisian daftar. Untuk
mengatasinya, selain
menjatuhkan pidana terhadap
pelakunya, juga diterbitkannya
aturan-aturan hukum untuk
mengeliminir penyimpangan
dalam praktik pelayanan
publik. Namun, merujuk pada
beberapa negara seperti
Norwegia, Korea Selatan,
dan Singapura, praktik e-
government memberikan
dampak yang signifikan
terhadap perubahan dalam
pelayanan publik dan pola
relasi antara pemerintah,
masyarakat, dan pelaku bisnis.
Sistem pelayanan publik yang
dibangun dalam
rangka meningkatkan
pengawasan terhadap institusi
dan pelayan publik.
Kemudahan akses dan
interaksi antara pemerintah
dan masyarakat dibangun
sedemikian rupa dengan
menggunakan teknologi
sebagai instrumen. Selain itu,
perubahan perilaku masyarakat
maupun pelaku bisnis sebagai
pemohon pelayanan
publik memiliki peran yang
juga sangat penting.
Transparansi sebagai dampak
diterapkannya e-government
tidak serta merta menurunkan
potensi korupsi,
namun harus dibarengi
dengan peningkatan
profesionalisme pejabat publik
dan
kepedulian masyarakat untuk
membuat sistem ini menjadi
handal.
Daftar Pustaka
Buku:
VeJ Volume 5 • Nomor 2 • 417
penggunaan wewenang
pejabat, serta pada saat
pengisian daftar. Untuk
mengatasinya, selain
menjatuhkan pidana terhadap
pelakunya, juga diterbitkannya
aturan-aturan hukum untuk
mengeliminir penyimpangan
dalam praktik pelayanan
publik. Namun, merujuk pada
beberapa negara seperti
Norwegia, Korea Selatan,
dan Singapura, praktik e-
government memberikan
dampak yang signifikan
terhadap perubahan dalam
pelayanan publik dan pola
relasi antara pemerintah,
masyarakat, dan pelaku bisnis.
Sistem pelayanan publik yang
dibangun dalam
rangka meningkatkan
pengawasan terhadap institusi
dan pelayan publik.
Kemudahan akses dan
interaksi antara pemerintah
dan masyarakat dibangun
sedemikian rupa dengan
menggunakan teknologi
sebagai instrumen. Selain itu,
perubahan perilaku masyarakat
maupun pelaku bisnis sebagai
pemohon pelayanan
publik memiliki peran yang
juga sangat penting.
Transparansi sebagai dampak
diterapkannya e-government
tidak serta merta menurunkan
potensi korupsi,
namun harus dibarengi
dengan peningkatan
profesionalisme pejabat publik
dan
kepedulian masyarakat untuk
membuat sistem ini menjadi
handal.

Daftar Pustaka
Buku:
Anggraeni, Tyas Dian. "Menciptakan sistem pelayanan publik yang baik: Strategi dalam
pemberantasan korupsi." Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional 3.3 (2014)
Dwiputrianti, Septiana. "Memahami Strategi Pemberantasan Korupsi di Indonesia." Jurnal Ilmu
Administrasi: Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi 6.3 (2009): 01.
M., Ujan, A. A., Gunawan, T. S., & Ristyantoro, R. Etika Antikorupsi: "Menjadi Profesional
Berintegritas". Jakarta: Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK. Eko Handoyo.
(2018).
Nanang Puspito, (2018).”pendidikan Antikorupsi Untuk Perguruaan Tinggi Edisi Refisi”.
Jakarta, Sekjen Kemenristek Dikti

Anda mungkin juga menyukai