Oleh :
Elli Tita (220401040017)
Elisabeth Djo Io Wea (220401040012)
Emanuel Asdiakon Bawolo (220401040006)
Warda Diantari (220401040003)
Sebastianus mardi {220401040004}
Ika Pitriana {220401040001}
Frengkisius bulu {220401040014}
Kami mengucapkan terimaksih kepada Bapak Romadhon, S.Pd.,M.Pd. yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuaan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kamu
ampuh. Kami juga mengucapkan terimaksih kepada seluruh pihak yang telah membagia sebagaian
pengetahuaannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami menyadari bahwa
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurnah. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi pelayanan publik dalam mengatasi korupsi di indonesia ?
2. Bagaimana peran pendidikan anti korupsi dalam pelayanan publik di Indonesia?
B. Pelayanan Publik
Tuntutan akan pelayanan publik yang prima menjadi suatu hal yang sangat mendesak
dilaksanakan sektor kehidupan mulai dari kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan
sebagainya. Pelayanan publik tidak hanya dituntut supaya mudah tetapi juga cepat,
cermat. transparan dan murah.
Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urusan kegiatan yang terjadi dalam interaksi
langsung antar seorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan
kepuasan pelanggan (Sampara Lukman, 2000). Sedangkan pengertian Publik adalah
sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, dan tindakan
yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka memiliki. Oleh karena
itu pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam
suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan meskipun hasilnya tidak terikat pada
suatu produk secara fisik (inu Kencana dalam Lijian Poltak Sinambela, 2006).
Oleh sebab itu pemerintah telah mengatur perihal ketentuan pelyanan publik lebih lanjut
dilam ketentuan UU Nomor 25 Tahun 2009 yaitu Undang-undang Tentang Pelayanan
Publik didalam undang-undang ini pelayanan publik diberi kategori menjadi beberapa
bentuk sebagaimana tersebut dibawah ini yaitu:
BAB III
IMPLIKASI DAN PEMBAHASAN
A. Strategi pelayanan publik dalam mengatasi korupsi di indonesia
Pemerintah sering menangani korupsi secara konkret. Salah satu implementasinya adalah
terbitnya Instruksi Presiden (Inpres) 17/2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi Tahun 2012. Inpres ini merupakan lanjutan Inpres Nomor 9 Tahun 2011 tentang Aksi
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2011.
Dalam dua Inpres ini, Pemerintah mengimplementasikan enam strategi sesuai
rekomendasi United Nation Convention Against Corruption (UNCAC). Keenam strategi itu
adalah: Pencegahan pada Lembaga Penegak Hukum; Pencegahan pada Lembaga Lainnya;
Penindakan; Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan; Penyelamatan Aset Hasil Korupsi;
Kerjasama Internasional; dan Pelaporan. Targetnya, pada 2014 Indeks Persepsi Korupsi
atau Corruption Perception Index (CPI) Indonesia dapat mencapai angka 5,0.
Peran serta pemerintah dalam memberantas korupsi tidak lepas dari partisipasi dan dukungan
masyarakat yang sangat dibutuhkan dalam mengawali upaya-upaya pemerintah melalui KPK
(Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain.
KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan memberantas
korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan mampu menjadi “martir” bagi para
pelaku tindak KKN(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Adapun agenda KPK adalah sebagai
berikut:
1. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.
2. Mendorong pemerintah melakukan reformasi publik sektor dengan
mewujudkan good governance.
3. Membangun kepercayaan masyarakat.
4. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.
5. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.
Adapun beberapa strategi yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya pemberantasan korupsi
di Indonesia, yakni :
a. Strategi Preventif
Strategi Preventif diarahkan untuk mencegah terjadinya korupsi dengan cara
menghilnomorn atau meminimalkan faktor-faktor penyebab atau peluang terjadinya
korupsi. konvensi PBB Anti Korupsi, Uneted Nations Convention Against Corruption
(UNCAC), menyepakati lnomorh-lnomorh untuk mencegah terjadinya korupsi.
Pada konteks Indonesia, preventif terhadap korupsi dapat dilakukan menggunakan cara :
1. Penguatan fungsi dan kiprah lembara legislatif;
2. Penguatan kiprah dan fungsi forum peradilan;
3. Membangun kode etik pada sektor publik, sektor parpol, organisasi politik
dan asosiasi usaha
4. Menelaah karena terjadinya korupsi secara berkelanjutan;
5. Penyempurnaan sumber daya manusia (SDM) serta peningkatan
kesejahteraan pegawai negeri;
6. Pengharusan penuntutan perencanaan strategi dan laporan akuntabilitas
kinerja bagi instansi pemerintah;
7. Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen;
8. Penyempurnaan manajemen Barang Kekayaan Milik Negara (BKMN);
9. Peningkatan kualitas pelayanan pada warga;
10. Kampanye untuk membangun nilai (value) anti korupsi secara nasional.
b. Publick Education
Public education atau pendidikan anti korupsi untuk masyarakat perlu digalakkan
untuk membentuk mental anti-korupsi. Pendidikan anti-korupsi ini bisa dilakukan melalui
aneka macam pendekatan, seperti pendekatan agama, budaya, sosioal, ekonomi, etika,
dsb.
Adapun target pendidikan anti-korupsi secara garis besar bisa dikelompokkan menjadi
dua:
1. Pendidikan anti korupsi bagi aparatur pemerintah serta calon aparatur pemerintah.
Misalnya, lembaga Administrasi Negara (LAN) memasukkan materi “percepatan
Pemberantasan Korupsi” bagi Peserta Diklat Prajabatan Ex. Honorer. (Lihat: Peraturan
kepala LAN/lima/2007 tentang “Perubahan atas Peraturan ketua LAN/2/2007 tetang
pedoman Penyelenggaraan Diklat Prajabatan CPNS yang dinomort dari tenaga Honorer).
usaha semacam itu sangat baik, namun amat disaynomorn, mengapa hanya peserta
Pajabatan ex. Honorer yang mendapatkan materi pemberantasan korupsi? Bukankah
pelaku korupsi, sebagaimana telah dijelaskan pada muka, merupakan 90% PNS? Penulis
beropini, hendaknya materi “percepatan Pemberantasan Korupsi” diberikan bukan hanya
kepada CPNS Ex. Honorer, tetapi pula CPNS reguler, serta lebih-lebih pada PNS yang
telah menduduki jabatan. Maka LAN harus lebih inovatif dalam mendesain pembelajaran
serta memasukkan mata diklat “akselerasi Pemberantasan Korupsi” di diklat-diklat
aparatur.
2. Public education anti korupsi bagi warga luas melalui forum-forum seluruh itu dilakukan
untuk menaikkan moral anti korupsi. Publik perlu menerima sosialisasi konsep-konsep
mirip kantor publik serta pelayanan publik berikut dengan konsekuensi-konsekuensi
perihal biaya porto sosial, ekonomi, politik, moral, dan agama yang diakibatkan korupsi.
c. Strategi Dektetif
Strategi Detektif diarahkan untuk mengidentifikasi terjadinya perbuatan korupsi.
Strategi detektif dapat dilakukan dengan :
1. Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan dari masyarakat;
2. Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu;
3. Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi publik;
4. Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang di
masyarakat internasional;
5. Dimulainya penggunaan nomor kependudukan nasional;
6. Peningkatan kemampuan APFP/SPI dalam mendeteksi tindak pidana
korupsi.
d. Strategi Punishment
Strategi punishment ialah tindakan memberi eksekusi terhadap pelaku tindak
pidana korupsi. Dibandingkan negara-negara lain, Indonesia memiliki dasar aturan
pemberantasan korupsi paling banyak, mulai berasal peraturan perundang-undangan yang
lahir sebelum era eformasi hingga dengan produk aturan era reformasi; tetapi
pelaksanaannya kurang konsisten sebagai akibatnya korupsi permanen fertile di negeri
ini.
Sekian banyak dasar aturan anti-korupsi yang pernah ada pada Indonesia. diantaranya
TAP Majelis Permusyawaratan Rakyat RI nomor XI/Majelis Permusyawaratan
Rakyat/1998 wacana Penyelenggaraan Negara yang bersih serta Berwibawa serta Bebas
KKN, UU nomor 31 tahun 1999 jo UU nomor 20 tahun 2001 perihal Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi. UU No. 28 Tahun 1999 wacana Penyelenggara Negara yang
bersih serta bebas KKN; UU nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana pencucian
Uang; UU nomor 30 tahun 2002 wacana komisi pemberantasan korupsi; serta lain-lain.
Asal sekian banyak peraturan perundang-undangan anti-korupsi yang ada, salah satu
yang paling terkenal barnomorli UU nomor 30/2002 perihal KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi) merupakan forum negara yang bersifat independen yang dalam
aplikasi tugas dan kewenangannya bebas berasal kekuasaan manapun
Tugas-tugas komisi pemberantasan korupsi artinya menjadi berikut:
1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan serta penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi;
4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi, serta
melakukan monitor terhadap penyelengaraan pemerintahan negara.(Super User,
2017)
e. Strategi Represif
Strategi represif diarahkan untuk menangani atau memproses perbuatan korupsi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Strategi represif dapat
dilakukan dengan :
1. Pembentukan Badan/Komisi Anti Korupsi
2. Penyidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman koruptor
besar (Catch some big fishes);
3. Penentuan jenis-jenis atau kelompok-kelompok korupsi yang
diprioritaskan untuk diberantas;
4. Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik;
5. Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi dalam
sistem peradilan pidana secara terus menerus;
6. Pemberlakuan sistem pemantauan proses penanganan tindak pidana
korupsi secara terpadu;
7. Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi beserta analisisnya;
8. Pengaturan kembali hubungan dan standar kerja antara tugas penyidik
tindak pidana korupsi dengan penyidik umum, PPNS dan penuntut umum.
Pelaksanaan strategi preventif, detektif dan represif sebagaimana tersebut di atas akan
memakan waktu yang lama, karena melibatkan semua komponen bangsa, baik legislatif,
eksekutif maupun yudikatif. Sambil terus berupaya mewujudkan strategi di atas, perlu
dibuat upaya-upaya nyata yang bersifat segera.
Upaya yang dapat segera dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi korupsi tersebut
antara lain adalah dengan meningkatkan fungsi pengawasan, yaitu sistem pengawasan
internal (built in control), maupun pengawasan fungsional, yang dipadukan dengan
pengawasan masyarakat (wasmas) dan pengawasan legislatif.
Ada tiga aspek dalam sembilan nilai integritas dalam pendidikan anti korupsi, pertama
adalah inti yang meliputi jujur, disiplin, dan tanggungg jawab. Kedua adalah sikap yang
meliputi adil, berani, dan peduli. Ketiga adalah etos kerja yang meliputi kerja keras,
mandiri, dan sederhana.
1. Jujur
Nilai yang paling utama ialah jujur. Jujur adalah sikap lurus hati, tidak berbohong,
tidak curang dan tulus-ikhlas. Seseorang dengan nilai kejujuran di hatinya tidak akan
pernah korupsi, karena tahu tindakan tersebut adalah bentuk kebohongan dan
kejahatan
2. Disiplin
Adapun nilai berikutnya ialah disiplin. Ini adalah sikap mental untuk melakukan hal-
hal yang seharusnya pada saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu. Sikap
mental tersebut perlu dilatih agar segala perbuatannya tepat sesuai aturan yang ada.
Komitmen adalah salah satu kunci terbentuknya disiplin. Komitmen adalah sikap
mental pada diri seseorang untuk melakukan segala sesuatu yang telah ditetapkan.
3. Tanggung jawab
Jika seseorang bertanggung jawab dan berani mengakui kesalahan yang dilakukan,
maka mereka juga amanah dan dapat diandalkan. Tanggung jawab akan membuat
seseorang memenuhi tuntutan atau tanggung jawab yang diberikan.
4. Kerja keras
Pekerja keras sangat bersemangat dan berusaha keras untuk meraih hasil yang baik,
maksimal, dan tidak bermalas-malasan karena akan mempengaruhi etos kerja yang
sudah dibangun. Selain itu, dia juga tidak suka menunda-nunda pekerjaan yang dapat
dilakukan dengan cepat dan tepat.
5. Sederhana
Sederhana juga berarti hidup secara wajar. Artinya, seseorang mampu menggunakan
hartanya sesuai kebutuhan yang ada, tidak menghamburkan uang untuk sesuatu yang
tidak penting. Salah satu pemicu tindak korupsi adalah gaya hidup mewah yang
berlebihan. Kesederhanaan akan membuat seseorang menjauhi korupsi.
6. Berani
Tentunya, berani adalah tidak takut menghadapi bahaya atau kesulitan. Orang yang
berani memiliki hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar, pantang mundur
dan tidak gentar.
7. Mandiri
Mandiri dimaknai dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang
lain. Pribadi yang mandiri tentunya berani menata diri dan menjaga diri. Tentunya, ia
terus berlatih untuk menjadi berkepribadian yang terpuji. Pribadi yang mandiri akan
berani menetapkan gambaran hidup yang diinginkan.
8. Peduli
Kepedulian berarti sikap memperhatikan kondisi sekitar dan orang lain. Atau, peduli
adalah sikap keberpihakan kita untuk melibatkan diri dalam persoalan, keadaan, atau
kondisi di sekitar kita. Orang yang peduli adalah mereka yang terpanggil melakukan
sesuatu dalam rangka memberi inspirasi, perubahan, dan kebaikan.
9. Adil
Tentunya, seseorang yang adil selalu bersikap imparsial, tidak memihak kecuali
kepada kebenaran. Bukan berpihak karena pertemanan, persamaan suku, bangsa
maupun agama. Sehingga penilaian, kesaksian dan keputusan hukum hendaknya
berdasar pada kebenaran walaupun kepada diri sendiri. Sikap ini pada akhirnya akan
mencegah konflik kepentingan yang menjadi salah satu cikal bakal korupsi.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan materi yang sudah dipaparkan diatas, dapat kita simpulkan
bahwa dalam penanganan kasus korupsi yang sering kali terjadi di Indonesia,
peran pemerintah tidak terlepas dari partisipasi dan dukungan dari masyarakat
dalam mengawali upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantas Korupsi),
yang dimana memiliki tugas dan tanggungjawab terhadap penanggulangan dan
pemberantasan korupsi.
Maka dari itu, pemerintah menerapkan beberapa strategi yang dilakukan dalam
proses penganggulangan tersebut, yakni : strategi preventif, publick education,
strategi dektetif, strategi punishment, dan strategi represif.
Dalam dunia pendidikan, pembahasan tentang antikorupsi sudah menjadi hal yang
tidak asing lagi, karena disini juga pendidikan memiliki peran yang sangat besar
dalam upaya penurunan tingkat korupsi di Indonesia. Pemerintah Indonesia
menjadikan pendidikan antikorupsi sebagai wadah untuk menciptakan suatu
pemerintah yang bersih dan mengarah pada pemerintahan yang baik. Melalui
pendidikan antikorupsi, masyarakat indonesia akan menjadi masyarakat yang
jujur, disiplin serta masyarakat yang bertanggungjawab.
B. SARAN
Dalam membaca makalah ini kami sebagai menyusun makalah tentunya
pasti memeiliki kekeliruan. Tetapi setidaknya bisa membantu kita semua agar
dapat memahammi tentang pentingnya generasi anti korupsi. Kita sebagai
generasi penerus bangsa harus bersih dari yang namanya korupsi, karna korupsi
itu membunuh masa depan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Supandi, Agus, and Dellia Mila Vernia. "Peran Pendidikan Anti Korupsi dalam Rangka
Mewujudkan Pembangunan Nasional yang Bersih dari Korupsi." Research and Development
Journal Of Education 1.2 (2015).
VeJ Volume 5 • Nomor 2 • 417
penggunaan wewenang
pejabat, serta pada saat
pengisian daftar. Untuk
mengatasinya, selain
menjatuhkan pidana terhadap
pelakunya, juga diterbitkannya
aturan-aturan hukum untuk
mengeliminir penyimpangan
dalam praktik pelayanan
publik. Namun, merujuk pada
beberapa negara seperti
Norwegia, Korea Selatan,
dan Singapura, praktik e-
government memberikan
dampak yang signifikan
terhadap perubahan dalam
pelayanan publik dan pola
relasi antara pemerintah,
masyarakat, dan pelaku bisnis.
Sistem pelayanan publik yang
dibangun dalam
rangka meningkatkan
pengawasan terhadap institusi
dan pelayan publik.
Kemudahan akses dan
interaksi antara pemerintah
dan masyarakat dibangun
sedemikian rupa dengan
menggunakan teknologi
sebagai instrumen. Selain itu,
perubahan perilaku masyarakat
maupun pelaku bisnis sebagai
pemohon pelayanan
publik memiliki peran yang
juga sangat penting.
Transparansi sebagai dampak
diterapkannya e-government
tidak serta merta menurunkan
potensi korupsi,
namun harus dibarengi
dengan peningkatan
profesionalisme pejabat publik
dan
kepedulian masyarakat untuk
membuat sistem ini menjadi
handal.
Daftar Pustaka
Buku:
VeJ Volume 5 • Nomor 2 • 417
penggunaan wewenang
pejabat, serta pada saat
pengisian daftar. Untuk
mengatasinya, selain
menjatuhkan pidana terhadap
pelakunya, juga diterbitkannya
aturan-aturan hukum untuk
mengeliminir penyimpangan
dalam praktik pelayanan
publik. Namun, merujuk pada
beberapa negara seperti
Norwegia, Korea Selatan,
dan Singapura, praktik e-
government memberikan
dampak yang signifikan
terhadap perubahan dalam
pelayanan publik dan pola
relasi antara pemerintah,
masyarakat, dan pelaku bisnis.
Sistem pelayanan publik yang
dibangun dalam
rangka meningkatkan
pengawasan terhadap institusi
dan pelayan publik.
Kemudahan akses dan
interaksi antara pemerintah
dan masyarakat dibangun
sedemikian rupa dengan
menggunakan teknologi
sebagai instrumen. Selain itu,
perubahan perilaku masyarakat
maupun pelaku bisnis sebagai
pemohon pelayanan
publik memiliki peran yang
juga sangat penting.
Transparansi sebagai dampak
diterapkannya e-government
tidak serta merta menurunkan
potensi korupsi,
namun harus dibarengi
dengan peningkatan
profesionalisme pejabat publik
dan
kepedulian masyarakat untuk
membuat sistem ini menjadi
handal.
Daftar Pustaka
Buku:
VeJ Volume 5 • Nomor 2 • 417
penggunaan wewenang
pejabat, serta pada saat
pengisian daftar. Untuk
mengatasinya, selain
menjatuhkan pidana terhadap
pelakunya, juga diterbitkannya
aturan-aturan hukum untuk
mengeliminir penyimpangan
dalam praktik pelayanan
publik. Namun, merujuk pada
beberapa negara seperti
Norwegia, Korea Selatan,
dan Singapura, praktik e-
government memberikan
dampak yang signifikan
terhadap perubahan dalam
pelayanan publik dan pola
relasi antara pemerintah,
masyarakat, dan pelaku bisnis.
Sistem pelayanan publik yang
dibangun dalam
rangka meningkatkan
pengawasan terhadap institusi
dan pelayan publik.
Kemudahan akses dan
interaksi antara pemerintah
dan masyarakat dibangun
sedemikian rupa dengan
menggunakan teknologi
sebagai instrumen. Selain itu,
perubahan perilaku masyarakat
maupun pelaku bisnis sebagai
pemohon pelayanan
publik memiliki peran yang
juga sangat penting.
Transparansi sebagai dampak
diterapkannya e-government
tidak serta merta menurunkan
potensi korupsi,
namun harus dibarengi
dengan peningkatan
profesionalisme pejabat publik
dan
kepedulian masyarakat untuk
membuat sistem ini menjadi
handal.
Daftar Pustaka
Buku:
Anggraeni, Tyas Dian. "Menciptakan sistem pelayanan publik yang baik: Strategi dalam
pemberantasan korupsi." Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional 3.3 (2014)
Dwiputrianti, Septiana. "Memahami Strategi Pemberantasan Korupsi di Indonesia." Jurnal Ilmu
Administrasi: Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi 6.3 (2009): 01.
M., Ujan, A. A., Gunawan, T. S., & Ristyantoro, R. Etika Antikorupsi: "Menjadi Profesional
Berintegritas". Jakarta: Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK. Eko Handoyo.
(2018).
Nanang Puspito, (2018).”pendidikan Antikorupsi Untuk Perguruaan Tinggi Edisi Refisi”.
Jakarta, Sekjen Kemenristek Dikti