Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

ANTI KORUPSI DAN NARKOBA

“PENCEGAHAN KORUPSI”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Anti Korupsi dan Narkoba
Dosen Pengampu: Dian Anggraeni Rachman, SKM. M.Kes
Praktisi : Surya Sulistiawati S.Psi

DISUSUN OLEH :
Idha Shakila (220304502040)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN
KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2023

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “PENCEGAHAN KORUPSI”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi syarat nilai
mata kuliah Anti Korupsi dan Narkoba.

Kami sampaikan terima kasih kepada Ibu Dosen Mata Kuliah Anti Korupsi dan Narkoba
dan pihak – pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan sehingga tugas makalah ini
dapat kami selesaikan .
Kami sebagai penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam Makalah ini
baik dari segi penulisan,bahasa yang digunakan dan hasil ketikan, akan tetapi kami telah
membuat makalah ini semampu kami dan sesempurna mungkin. Nah, diluar dari kekurangannya
kami berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak lain.

Makassar, 21 November 2023

Penulis,
Idha Shakila
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi adalah perilaku menyimpang para pegawai pamong praja untuk memperoleh
beberapa hal yang secara sosial dan atau menurut hukum dilarang. Lembaga pemerhati
korupsi global, Transparency International (TI), sejak tahun 1999 memberi Indonesia
sebuah predikat yaitu ‘lima (5) besar negara paling korup’ di dunia. Hasil survei TI
diulang pada tahun 2004 dan hasil ‘masih’ menunjukkan Indonesia sebagai peringkat
kelima negara paling korup dari 146 negara yang disurvei. Bentuk atau modus korupsi
adalah cara-cara bagaimana korupsi itu dilakukan dapat berupa : Pemerasan Pajak,
Manipulasi Tanah, Jalur Cepat Pembuatan KTP, SIM Jalur Cepat, Mark up
Budget/Anggaran, Proses Tender, Penyelewengan dalam penyelesaian. Pernyataan di atas
seirama dengan Quah yang mengungkapkan bentuk aktivitas yang termasuk di dalam
tindak korupsi adalah penyuapan, nepotisme, penggunaan dana-dana atau properti publik
yang tidak semestinya, ketidakwajaran dalam pemberian lisensi, dan terlalu rendahnya
penaksiran pembayaran pajak untuk tujuan-tujuan yang tidak semestinya. Korupsi hanya
dapat diatasi dengan reformasi administrasi. Sebagaimana Quah mengatakan, bahwa
reformasi administrasi merupakan ukuran terpenting dan paling efektif yang digunakan
pemerintah untuk mengatasi masalah korupsi birokrasi. Hal ini perlu dilakukan karena
korupsi birokrasi merupakan hambatan paling serius dan memalukan dalam
pembangunan nasional di semua negara berkembang. Masyarakat Transparansi Indonesia
(Media Otonomi,2005) memberikan suatu penajaman mengenai suatu aktivitas yang
dapat dikategorikan sebagai tindak korupsi, yaitu :
1. Melibatkan lebih dari satu orang.
2. Tidak berlaku hanya dikalangan pegawai negeri atau anggota birokrasi negara,
tapi juga terjadi di organisasi usaha swasta.
3. Dapat berbentuk menerima sogok, uang kopi, salam tempel, uang semir, uang
pelancar, baik dalam bentuk uang tunai atau benda atau wanita.
4. Umumnya serba rahasia kecuali sudah membudaya.
5. Melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik yang tidak selalu
berupa uang.
6. Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada badan publik atau
masyarakat umum.
7. Setiap perbuatan korupsi melanggar norma-norma tugas dan pertanggung jawaban
dalam tatanan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mencegah korupsi ?

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pencegahan Korupsi
Sektor pelayanan publik memang sudah menjadi rahasia umum telah menjadi lahan
basah bagi oknum oknum yang tidak bertanggung jawab dengan memanfaatkan posisi
dan kekuasaan yang dimiliki. Bagi pejabat publik, posisi dan menciptakan ketidakadilan
dan ketimpangan - ketimpangan yang dilakukan oleh birokrasi di dalam memberikan
pelayanan publik, atau ketika birokrasi terlibat dalam alokasi dan distribusi sumber -
sumber yang ada di negara atau daerah, korupsi dalam institusi (birokrasi) terjadi ketika
birokrat (pejabat publik) menerima manfaat/keuntungan melalui proses politik yang
diperoleh dari posisinya sebagai politisi atau pejabat dalam birokrasi tersebut.
Potensi Korupsi dalam pelayanan publik, terjadi disebabkan karena proses
pengurusan
pelayanan yang sulit, berbelit-belit, prosedural dan membutuhkan waktu yang relatif
lama. Mekanisme pelayanan demikian, mendorong masyarakat pengguna jasa untuk
mencari jalan pintas untuk memperoleh alternatif yang memungkinkan mendapatkan
kemudahan dalam proses penyelesaian pelayanan publik. Untuk mengatasi berbagai
hambatan tersebut, telah dan sedang dilaksanakan langkah- langkah sebagai berikut :
 Mendesain ulang pelayanan publik, terutama pada bidang-bidang yang
berhubungan langsung dengan kegiatan pelayanan kepada masyarakat sehari-hari.
Tujuannya adalah untuk memudahkan masyarakat luas mendapatkan pelayanan
publik yang profesional, berkualitas,tepat waktu dan tanpa dibebani biaya ekstra/
pungutan liar.
 Memperkuat transparansi, pengawasan dan sanksi pada kegiatan-kegiatan
pemerintah yang berhubungan dengan ekonomi dan sumber daya manusia.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan akuntabilitas Pemerintah dalam
pengelolaan sumber daya negara dan sumber daya manusia serta memberikan
akses terhadap informasi dan berbagai hal yang lebih memberikan kesempatan
masyarakat luas untuk berpartisipasi di bidang ekonomi.
 Meningkatkan pemberdayaan perangkat perangkat pendukung dalam pencegahan
korupsi. Tujuannya adalah untuk menegakan prinsip “rule of law,” memperkuat
budaya hukum dan memberdayakan masyarakat dalam proses pemberantasan
korupsi.
 Tampaknya memasukan ke lembaga pemasyarakatan (penjara) bagi koruptor
bukan merupakan cara yang menjerakan atau cara yang paling efektif untuk
memberantas korupsi. Apalagi dalam praktik lembaga pemasyarakatan justru
menjadi tempat yang tidak ada bedanya dengan tempat di luar lembaga
pemasyarakatan asal nara pidan korupsi bisa membayar sejumlah uang untuk
mendapatkan pelayanan dan fasilitas yang tidak beda dengan pelayanan dan
fasilitas di luar lembaga pemasyarakatan.
 Penegakan hukum dalam rangka pemberantasan korupsi ini harus dilakukan
secara terpadu dan terintegrasi dengan satu tujuan, yaitu untuk memberantas
korupsi. SDM penegak hukum harus berasal dari orang-orang pilihan dan
mempunyai integritas tinggi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa fenomena korupsi dalam layanan publik acapkali terjadi
karena dua faktor utama, yaitu faktor faktor eksternal dan internal birokrasi. Faktor
eksternal muncul karena adanya keinginan masyarkat untuk mendapatkan pelayanan
secara cepat dalam berbagai urusan seperti pengurusan perijinan dan sejenisnya. Rentang
kerja birokrasi yang Panjang dan berbelit-belit (red-tape) menyebabkan sebagian besar
masyarakat tidak sabar dan menginginkan proses yang cepat dan efisien. Sedangkan
faktor internal lebih menitikberatkan pada adanya fenomena bahwa rentang birokrasi
yang panjang dengan sengaja dimanfaatkan oleh oknum-oknum di birokrasi untuk
memperoleh keuntungan secara illegal

DAFTAR PUSTAKA

Lara Indah Yandri1, Tesha Dwi Putri, Khairiyah, Yassirli Amri. (2023). Upaya Pencegahan
Korupsi Pada Sektor Pelayanan Publik. Accessed Januari 2023
https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menarailmu/article/view/3993/pdf .

Sri Muwitri. (2007). Pemberantasan Korupsi Di Indonesia : Sebuah Upaya Reformasi


Birokrasi. Accessed Januari 2007.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/dialogue/article/download/179/273?ueid=4006E228-
E53D-409B-A492-A208135D1EF5&akid=ddbd02a2-702c-40d4-b32b-ec9218ab6dc4-0-
ak_gsb&an=google_s&ag=fw81&gclid=Cj0KCQiApOyqBhDlARIsAGfnyMqdg3ZzB6dBR
go_SPrj3SUXqxutlCpKIZiaKhaAZAHnYroPgZyA88QaAqK5EALw_wcB&ad=semD&tt=r
md&locale=id_ID

Anda mungkin juga menyukai