Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PBAIK “MODUS KORUPSI DI INDONESIA”

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

Siti intan pratiwi


(221440101034)

Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Pbaik yang dibimbing oleh:
Suherwin, S.Kep., M.Kes

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH
PALEMBANG
2023-2024
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah senantiasa kami panjatkan kehadirat allah swt
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mandiri untuk mata
kuliah PBAIK dengan tema “Modus korupsi diindonesia”

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari


bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan
kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari sempurna


dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Palembang, 24 okt 2023

Siti intan pratiwi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Korupsi saat ini sudah menjadi masalah global antar negara yang tergolong
kejahatan transnasional, bahkan membawa implikasi buruk multidimensi kerugian
ekonomi dan keuangan negara yang besar dan dapat digolongkan sebagai kejahatan
yang sangat luar biasa, sehingga harus diberantas. Pemberantasan korupsi harus selalu
dijadikan prioritas agenda utama pemerintahan untuk ditanggulangi secara serius dan
mendesak serta sebagai bagian dari program untuk memulihkan kepercayaan rakyat
dan dunia internasional dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara
yang bersangkutan.
Korupsi bukan lagi sebagai masalah baru dalam persoalan hukum dan ekonomi
bagi suatu negara, karena masalah korupsi telah ada sejak ribuan tahun yang lalu, baik
di negara maju maupun di negara berkembang termasuk juga di Indonesia. Korupsi
sudah dianggap masyarakat sebagai masalah yang paling berbahaya di Indonesia.
Perkembangan masalah korupsi di Indonesia saat ini sudah demikian parahnya dan
menjadi masalah yang sangat luar biasa karena sudah menjangkit dan menyebar ke
seluruh lapisan masyarakat.

B. Tujuan
1. Agar kita dapat tau apa pengertian dari modus korupsi
2. Agar kita tau apa saja modus-modus apa saja yan ada di indonesi
3. Agar kita tau pencegahan apa yang harus di lakukan dalam menangani modus
korupsi

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian modus korupsi
"Modus operandi atau disebut juga modus korupsi" berasal dari bahasa Latin,
artinya 'prosedur atau cara bergerak atau berbuat sesuatu'. Secara leksikal istilah
modus operandi diartikan sebagai cara atau teknik yang berciri khusus dari seorang
atau kelompok penjahat dalam melakukan perbuatan jahatnya yang melanggar hukum
dan merugikan orang lain, baik sebelum, ketika, dan sesudah perbuatan kriminal
tersebut dilakukan.(KBBI, 1997 : 311).

2. Modus korupsi di indonesia


Tiga Modus Korupsi dalam Sistem Peradilan
Sekitar 11% pegawai MA mempunyai pengalaman melihat atau mendengar
pegawai menerima pemberian; 14% penyedia barang/jasa pemenang pengadaan
memiliki hubungan kedekatan dengan pejabat, 34% terdapat pegawai MA yang
menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi dan 17% pegawai menilai
adanya persepsi pengaruh nepotisme dalam promosi atau mutasi pegawai (kedekatan
dengan pejabat).
Ketua KPK Firli Bahuri menyampaikan pentingnya memiliki karakter yang
berintegritas untuk mencegah perilaku koruptif bagi jajaran Mahkamah Agung RI, di
Gedung Merah Putih KPK, Senin (22/8). Dia menjelaskan saat mempunyai jabatan
atau kekuasaan yang besar dan tidak dibarengi sikap integritas maka akan mudah
terjerumus perbuatan korupsi.
“Kalau kita ingin menghentikan korupsi, hanya satu caranya, yaitu miliki sifat dan
sikap integritas. Karena sekuat apapun kekuasaan kita, seluas apapun kesempatan
korupsi di depan kita, tidak akan terjadi karena kita punya integritas,” pesan Firli.
Firli menambahkan, ada tiga modus korupsi yang sering ditemui dalam sistem
peradilan. Pertama, suap-menyuap perkara; Kedua, gratifikasi kepada hakim; dan
Ketiga, pemerasan. Firli pun merekomendasikan sejumlah hal untuk bisa dilakukan
bersama-sama dalam menutup celah korupsi di lingkungan peradilan MA.
Diantaranya, pengawasan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP); Pembentukan
Zona Integritas yaitu terciptanya WBK dan WBBM; Implementasi Regulasi di MA;
Optimalisasi Pengadaan Barang dan Jasa; Sertifikasi Kompetensi Hakim yang
menangani perkara; dan diberlakukannya merit system sehingga jauh dari praktik
korupsi.
“Inilah manfaat kegiatan (PAKU Integritas) kita hari ini, pulang dari sini bisa
melihat kembali apakah sistem yang ada di MA masih ada celah korupsi, kalau masih
ada mari kita tutup bersama,” ujar Firli dalam kegiatan Penguatan Antikorupsi untuk
Penyelenggara Negara Berintegritas (PAKU Integritas).
Sementara itu, Deputi Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK Wawan
Wardhiana mengatakan KPK telah melakukan Survei Penilaian Integritas (SPI)
terhadap MA pada tahun 2021. Hasilnya, sekitar 11% pegawai MA mempunyai
pengalaman melihat atau mendengar pegawai menerima pemberian; 14% penyedia
barang/jasa pemenang pengadaan memiliki hubungan kedekatan dengan pejabat, 34%
terdapat pegawai MA yang menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi
dan 17% pegawai menilai adanya persepsi pengaruh nepotisme dalam promosi atau
mutasi pegawai (kedekatan dengan pejabat).
“Oleh karena itu, pemberian pembekalan antikorupsi sangat penting dilakukan
untuk menyebarkan nilai-nilai integritas dimulai dari keluarga dan internal pegawai,”
ujar Wawan.
Dalam kegiatan PAKU Integritas yang diinisiasi oleh Direktorat Pendidikan dan
Peran Serta Masyarakat KPK ini, dari pihak MA hadir Ketua MA Muhammad
Syarifuddin, Wakil Ketua MA Bidang Non-Yudisial Sunarto, Wakil Ketua MA
Bidang Yudisial Andi Samsan Ngaro, Sekjen MA Hasbi Hasan, Kepala Badan
Penelitian Pendidikan dan Pelatihan Hukum dan Peradilan Bambang Hery Mulyono.
Syarifuddin mengungkapkan apresiasinya kepada KPK yang telah
menyelenggarakan kegiatan pembekalan antikorupsi khusus kepada penyelenggara
negara ini. Pihaknya pun telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah terjadinya
tindak pidana korupsi di lingkungan MA, di antaranya PTSP, penyusunan kode etik
hakim, penerapan WBK dan WBBM.
“Ini upaya yang sudah kita lakukan. Dengan ditambahkannya hasil survei dari KPK
tadi, kita akan laksanakan tindak lanjutnya. Kami harap KPK bekerja sama dengan
kami untuk pengawasan kinerja kami, di setiap langkah kerja kami,” tutupnya.
Berikut adalah tiga modus utama korupsi politik yang perlu diketahui:
a. Penyalahgunaan Jabatan
Modus korupsi politik paling sering ditemui adalah penyalahgunaan jabatan oleh
politikus terpilih. Dengan modus ini, mereka menggunakan jabatan untuk kepentingan
pribadi atau kelompoknya.
Wuryono Prakoso, Kepala Satuan Tugas Direktorat Sosialisasi dan Kampanye
Antikorupsi KPK, mengatakan modus ini kerap dilakukan oleh seseorang yang
memiliki kewenangan dalam memutuskan atau menyetujui regulasi atau besaran
anggaran negara. Mereka juga memiliki kewenangan dalam pengawasan
pembangunan atau penetapan mitra-mitra dalam pembangunan tersebut.
Selain mencari keuntungan pribadi, modus korupsi ini juga dilakukan untuk balas
jasa terhadap kelompok atau penyandang dana kampanye. Contoh penyalahgunaan
jabatan adalah memberikan kemudahan pada tender pengadaan barang dan jasa atau
perizinan, melancarkan promosi-mutasi pegawai, atau pengangkatan eselon strategis
di Kementerian, Lembaga, atau Pemerintah Daerah.
Dengan hanya mementingkan diri pribadi dan kelompoknya, para pelaku korupsi
ini telah mengelabui para pemilih dan mengabaikan aspirasi rakyat. “Saat terpilih,
kekuatan yang mereka kuasai hanya untuk kepentingan segelintir orang. Suara rakyat
tidak didengar lagi. Kalau tidak didengar, pasti kepentingan publik terabaikan,
pelayanan publik juga pasti tidak akan optimal," kata Wuryono.

b. Korupsi pada Momen Elektoral


Korupsi politik juga dapat terjadi di saat momen elektoral. Di antara bentuknya
adalah money politic, jual beli suara, atau kemungkinan terjadinya kongkalikong
antara kandidat dengan penyelenggara pemilu.
Bentuk money politic yang sering ditemui adalah pembagian uang atau barang
kepada masyarakat agar memilih salah satu kandidat. Ini adalah cara kotor untuk
memengaruhi rakyat agar memilih kandidat yang belum tentu berintegritas. "Pada
akhirnya masyarakat hanya akan melihat kandidat dari visitasi ketimbang integritas,"
kata Wuryono.
Modus lainnya adalah mahar politik yang diberikan kandidat kepada partai
pengusungnya. Mahar yang besarannya hingga mencapai miliaran rupiah ini mampu
membuat pemberinya berada di posisi teratas dalam kandidasi partai. Hal ini akan
membuat para kader berintegritas yang merintis dari awal di partai tersebut kalah
saing sehingga mundur dari kancah pemilihan.
Selain itu, di momen elektoral juga bisa terjadi tindakan-tindakan korupsi
penggunaan sarana dan prasana kantor untuk kampanye. Wuryono mengatakan,
biasanya tindakan ini dilakukan oleh petahana.
"Misalnya penggunaan kendaraan dinas, stadion, atau pengerahan kepala-kepala
dinas untuk turun berkampanye. Itu semua korupsi. Hal ini bisa dilakukan karena dia
menguasai aset dan anggaran sehingga gampang mengerahkan itu semua," ujar
Wuryono.

c. Korupsi pada Momen Pembuatan Kebijakan


Modus korupsi politik yang juga sering ditemui adalah ketika momen pembuatan
kebijakan. Para koruptor dengan kuasa dan otoritas yang dimilikinya akan
memenangkan agenda kebijakan yang menguntungkan kalangan tertentu. Hal ini
terjadi sebagai balas jasa terhadap para oligark yang telah membantu meringankan
biaya politik mereka.
"Biaya politik itu tinggi, dan kandidat jarang membayarnya menggunakan uang
pribadi. Otomatis dia akan terima sumbangan dari oligarki," kata Wuryono.
Wuryono melanjutkan, dengan menerima sumbangan politik ini, politikus akan
terbelenggu dan merasa penuh tekanan untuk membalasnya. Pada akhirnya, produk
legislasi dan keputusan yang dihasilkan tidak akan objektif.
Di antara bentuk modus korupsi pada momen pembuatan kebijakan adalah
pemberian porsi APBD pada proyek-proyek pemerintah, pemenangan tender
pengadaan barang dan jasa, kemudahan izin usaha, hingga regulasi yang
menguntungkan sebagian pihak saja.

Berbagai modus korupsi politik pada akhirnya hanya merugikan negara dan
masyarakat secara luas. Kondisi ini akan terus berlanjut jika masyarakat tidak
memilih wakil yang berintegritas untuk duduk di parlemen dan pemerintahan. KPK
berharap masyarakat dapat lebih selektif dalam memilih para wakil rakyat. Salah satu
caranya, kata Wuryono, adalah melihat rekam jejak para kandidat melalui berbagai
media digital. "Masyarakat bisa mengaksesnya di internet. Mereka bisa melihat
apakah informasi mengenai kandidat tersebut memiliki tone negatif atau positif," kata
Wuryono. Memberantas korupsi di sektor politik sangat penting untuk mewujudkan
Indonesia yang lebih bersih di masa depan. Pasalnya, lanjut Wuryono, korupsi sektor
politik mendominasi kasus-kasus korupsi yang telah ditangani KPK. "Korupsi politik
mencapai sekitar 70 persen dari seluruh kasus yang ditangani oleh KPK. Jika ini bisa
ditangani, maka korupsi bisa lebih mudah diberantas di Indonesia," kata Wuryono.

3. Modus Korupsi yang Paling Populer di Indonesia


Korupsi masih terus terjadi di Indonesia kendati berbagai upaya telah dilakukan.
Berbagai modus korupsi dilakukan oleh para koruptor, baik dari kalangan dunia
usaha atau pegawai negeri. Ada beberapa modus korupsi yang paling populer yang
terus berulang setiap tahunnya.
Plt Juru Bicara bidang Pencegahan KPK Ipi Maryati pada 31 Mei 2022 lalu
memberikan keterangan bahwa modus korupsi paling banyak di dunia usaha adalah
penyuapan. Sejak 2004 sampai 2021, ada 802 kasus penyuapan oleh pelaku dunia
usaha.
Pengadaan barang dan jasa juga menjadi modus korupsi yang populer, terjadi
sebanyak 263 kasus. Sementara modus korupsi terkait perizinan terjadi sebanyak 25
kasus. Catatan KPK menunjukkan, dari tahun 2004-2022, ada 367 orang pihak
swasta yang dicokok karena melakukan suap dan gratifikasi.
Sementara modus paling populer yang dilakukan pegawai negeri dan
penyelenggara negara disampaikan oleh Indonesia Corruption Watch (ICW) pada
April 2022 lalu. Berdasarkan catatan ICW, penyalahgunaan anggaran adalah modus
korupsi terbanyak di Indonesia.
Pada 2021 saja, ada 133 kasus korupsi dengan modus penyalahgunaan anggaran.
Modus korupsi terpopuler kedua pada 2021 adalah proyek fiktif sebanyak 109 kasus,
disusul modus penggelapan 79 kasus dan mark up anggaran 54 kasus.
Berbagai modus tersebut kerap ditemukan dalam pengadaan barang/jasa dan
pengelolaan anggaran pemerintah. Modus korupsi lainnya yang tak kalah populer
adalah laporan fiktif 53 kasus, pemotongan anggaran 27 kasus, dan penyalahgunaan
wewenang 26 kasus.
Selain melakukan penindakan dengan penangkapan para pelaku korupsi, KPK juga
menggalakkan strategi pencegahan dan pendidikan. Ketiga strategi ini; penindakan,
pencegahan, dan pendidikan, adalah trisula pemberantasan korupsi yang digunakan
KPK untuk membersihkan Indonesia dari korupsi.
Strategi pendidikan KPK dilakukan dengan memberikan edukasi terkait
antikorupsi dan penanaman nilai-nilai integritas ke seluruh lapisan masyarakat. Salah
satu contohnya adalah kolaborasi KPK dan PLN dalam menggelar bimbingan teknis
untuk mewujudkan dunia usaha yang antikorupsi pekan lalu.
Bentuk edukasi antikorupsi lainnya dilakukan oleh para Penyuluh Antikorupsi
(Paksi) yang telah tersertifikasi Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) KPK RI. Ribuan
Paksi tersebar di berbagai instansi dan lembaga di Tanah Air, memberikan
pemahaman dan pendidikan antikorupsi dengan berbagai cara kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai