Dosen Pengampu:
Dr. Yuni Kusmiyati, S.ST., Bdn., MPH
OLEH:
D3 KEBIDANAN
JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Transparancy International, menunjukkan bahwa sejak tahun
1995-2008 Indonesia berada pada posisi 6 besar negara terkorup di dunia. Sementara
menurut Pacific Economic and Risk Consultacy (PERC), Indonesia berturut – turut
menempati urutan pertama pada tahun 2004-2006. Sedangkan dalam lingkup Asia,
Indonesia menempati urutan kedua pada tahun 2007, dan urutan ketiga pada tahun
2008 sebagai negara terkotup.
Dewasa ini memang ramai berita tentang tindak pidana korupsi dan perilaku
koruptif yang semakin merajalela. Terjadi hampir di seluruh daerah Indonesia, pada
semua level, dan mempengaruhi banyak segi kehidupan dengan beragam jenis,
modus, dan kompleksitas. Berkurangnya moral dan nilai nilai antikorupsi dalam diri
suatu individu adalah akar dalm persoalan ini. Indonesia tengah dihadapkan pada
keadaan dilematis mengenai permasalahan moral yang tak lekas rampung. Hal ini
hendaknya diatasi secara tepat sebagai wujud kesadaran sebagai masyarakat yang
memimpikan kemakmuran bangsa.
Korupsi menjadi kejahatan luar biasa, oleh karenanya memerlukan upaya yang
luar biasa pula untuk memberantasnya. Upaya pemberantasan korupsi meliputi
penindakan dan pencegahan dan upaya tersebut akan berhasil hanya jika adanya peran
serta masyarakat. Mengingat semakan beratnya tugas KPK yang saat ini sedang
bergelut dengan banyak kasus korupsi yang ada, maka diperlukan system lain yang
mampu menyadarkan seluruh masyarakat untuk bergerak memberantas korupsi.
Sementara di sisi lain, dunia pendidikan yang menjadi harapan akan menjadi
penguat budaya antikorupsi kian lama juga kian menurun konsistensinya dalam
menjalankan fungsi antikorupsi. Proses pendidikan semata mata hanya mementingkan
penguasaan pengetahuan dibandingkan membiasakan perilaku baik. Oleh karena itu,
diperlukan penguatan sistem pendidikan antikorupsi yang berisi tentang segala hal
mengenai antikorupsi dan solusinya.
Mentalitas antikorupsi akan terwujud jika para gemerasi milenial dibina untuk
mampu mengidentifikasi berbagai kelemahan dari sistem yang ada. Penanaman nilai,
pola piker, sikap, dan perilaku antikorupsi juga dilakukan sebagai pembangunan
karakter dan watak. Hal ini sesuai dengan Undang Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengamanatkan bahwa salah satu fungsi
pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermanfaat.
Permasalahan diatas yang melatar belakangi penulis untuk melakukan suatu
penyuluhan budaya antikorupsi dengan tema “Strategi dan Rencana Aksi
Pemberantasan Korupsi”
B. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dari terselenggranya kegiatan penyuluhan
antikorupsi ini adalah :
1. Mengedukasi masyarakat terutama generasi milenial mengenai korupsi.
2. Memberikan pengetahuan bagi masyarakat mengenari peran mahasiswa dalam
mencegah tindak pidana korupsi.
3. Menanamkan pemahaman tentang kesadaran akan segarakn anti korupsi di
kalangan mahasiswa.
4. Memberikan penjelasan mengenai strategi dan aksi yang dapat dilakukan
mahasiswa untuk berperan dalam antikorupsi.
5. Menyebarkan semangat antikorupsi kepada seluruh audien.
C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat lebih aktif dalam pemberantasan korupsi
2. Mahasiswa mengetahui peranan yang harus dilakukan untuk mewujudkan
pemerintahan yang bersih
3. Menambah wawasan dalam menyikapi hal yang berkaitan dengan pemicu
tindakan korupsi
4. Menambah relasi
BAB II
ISI PELAKSANAAN KEGIATAN PENYULUHAN
A. Tema Kegiatan
Adapun tema dari kegiatan penyuluhan antikorupsi ini adalah sebagi berikut :
“Strategi dan Rencana Aksi Pemberantasan Korupsi”
C. Metode
Presentasi
D. Partisipan
Peserta penyuluhan ini terdiri dari mahasiswa dari berbagai kampus yang
bersedia untuk mengikuti kegiatan penyuluhan antikorupsi dengan total 24 orang
partisipan.
E. Hasil Kegiatan
Partisipan mampu menangkap informasi yang disampaikan dan mengetahui
lebih banyak lagi hal-hal yang termasuk sebagai tindak pidana korupsi
G. Evaluasi
- Penyuluhan berjalan lancar
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang
oleh karena itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk memberantasnya. Upaya
pemberantasan korupsi - yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu penindakan dan
pencegahan - tidak akan pernah berhasil optimal jika hanya dilakukan oleh
pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta masyarakat. Oleh karena itu tidaklah
berlebihan jika mahasiswa - sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat yang
merupakan pewaris masa depan - diharapkan dapat terlibat aktif dalam upaya
pemberantasan korupsi di Indonesia.
Keterlibatan mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi tentu tidak pada
upaya penindakan yang merupakan kewenangan institusi penegak hukum. Peran aktif
mahasiswa diharapkan lebih difokuskan pada upaya pencegahan korupsi dengan ikut
membangun budaya antikorupsi di masyarakat. Mahasiswa diharapkan dapat berperan
sebagai agen perubahan dan motor penggerak gerakan antikorupsi di masyarakat.
Untuk dapat berperan aktif, mahasiswa perlu dibekali dengan pengetahuan yang
cukup tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya. Yang tidak kalah penting,
untuk dapat berperan aktif mahasiswa harus dapat memahami dan menerapkan nilai-
nilai antikorupsi dalam kehidupan sehari-hari.
B. Saran
Seluruh warga harus mulai berperan dalam tindakan antikorupsi untuk menuju
Indonesia damai.
LAMPIRAN