Anda di halaman 1dari 5

PERAN PENDIDIKAN DALAM MEMBENTUK GENERASI ANTI KORUPSI: STUDI

KASUS DARI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG

TERESIA AFLINGGIA TEWA (231110071)

FAKULTAS F2K INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA


theregara@gmail.com

Abstrak
Pemberantasan korupsi meliputi aspek penindakan dan pencegahan. Upaya berkelanjutan
untuk mencegah korupsi adalah terinternalisasinya sikap antikorupsi dalam diri setiap elemen
bangsa ini. Penelitian ini bertujuan menjelaskan fenomena internalisasi sikap antikorupsi di
kalangan mahasiswa. Strategi penelitian ini adalah fenomenological research.
Penelitian dilakukan di Semarang, Jawa Tengah. Data primer diperoleh dari wawancara
mendalam dengan responden. Dalam penelitian ini terdapat enam responden yang dipilih berasal
dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unissula Semarang, Anggota Senat Unissula Semarang,
Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HMJ) Unissula Semarang, Anggota Perhumas
Muda Semarang, Anggota Komunitas Mahasiswa Wonosobo di Semarang, Anggota Peacock
Semarang. Observasi dilakukan dengan mengamati proses dialog dalam kelompok mahasiswa
dan mengikuti kegiatan latihan kepemimpinan yang diadakan oleh BEM dan HMJ untuk
mengetahui nilai-nilai antikorupsi yang disampaikan.
Data sekunder diperoleh dari penelusuran internet dan kajian pustaka yang relevan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa fenomena internalisasi sikap antikorupsi di kalangan mahasiswa
terjadi melalui proses sadar dan melibatkan dialog dan aturan dalam organisasi. Peer group
memberikan kontribusi penting dalam pembentukan perilaku antikorupsi di kalangan mahasiswa.
Dalam organisasi kemahasiswaan mereka tidak hanya membicarakan teori normatif, tetapi juga
mempraktikkan penggunaan anggaran keuangan dengan benar. Organisasi kemahasiswaan ibarat
miniatur organisasi, instansi, lembaga yang menjalankan fungsi penganggaran, penggunaan,
pengawasan dan pelaporan anggaran keuangan. Kata Kunci: Korupsi, Mahasiswa, Perilaku,
Antikorupsi, Komunikasi Pemberantasan korupsi meliputi aspek penindakan dan pencegahan.
Upaya berkelanjutan untuk mencegah. Korupsi adalah terinternalisasinya sikap
antikorupsi dalam diri setiap elemen bangsa ini. Penelitian ini Bertujuan menjelaskan fenomena
internalisasi sikap antikorupsi di kalangan mahasiswa. Strategi penelitian Ini adalah
fenomenological research. Penelitian dilakukan di Semarang, Jawa Tengah. Data primer
diperoleh.Dari wawancara mendalam dengan responden. Dalam penelitian ini terdapat enam
responden yang dipilih.Berasal dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unissula Semarang,
Anggota Senat Unissula Semarang,Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HMJ)
Unissula Semarang, Anggota Perhumas Muda Semarang, Anggota Komunitas Mahasiswa
Wonosobo di Semarang, Anggota Peacock Semarang.
Observasi dilakukan dengan mengamati proses dialog dalam kelompok mahasiswa dan
mengikuti kegiatan latihan Kepemimpinan yang diadakan oleh BEM dan HMJ untuk mengetahui
nilai-nilai antikorupsi yang disampaikan. Data sekunder diperoleh dari penelusuran internet dan
kajian pustaka yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fenomena internalisasi sikap
antikorupsi di kalangan mahasiswa terjadi melalui proses sadar dan melibatkan dialog dan aturan
dalam organisasi. Peer group memberikan kontribusi Penting dalam pembentukan perilaku
antikorupsi di kalangan mahasiswa. Dalam organisasi kemahasiswaan mereka tidak hanya
membicarakan teori normatif, tetapi juga mempraktikkan penggunaan anggaran keuangan
dengan benar. Organisasi kemahasiswaan ibarat miniatur organisasi, instansi, lembaga yang
menjalankan fungsi penganggaran, penggunaan, pengawasan dan pelaporan anggaran
keuangan.
Kata Kunci: Korupsi, Mahasiswa, Perilaku, Antikorupsi, Komunikasi

LATAR BELAKANG
Korupsi adalah tindakan penyalahgunaan kekuasaan atau posisi untuk mendapatkan
keuntungan pribadi secara ilegal. Dalam banyak negara, korupsi telah menjadi masalah serius
yang merugikan ekonomi, merusak sistem hukum, dan menghambat pembangunan sosial.
Organisasi internasional seperti PBB dan Transparency International telah memainkan
peran penting dalam mempromosikan kesadaran tentang dampak negatif korupsi dan
mengembangkan strategi untuk melawannya. Banyak negara telah mendirikan lembaga anti-
korupsi, mengimplementasikan undang-undang anti-korupsi, dan menggalakkan kampanye
kesadaran publik untuk melawan korupsi.
Gerakan anti-korupsi melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat sipil, pemerintah, dan
sektor swasta. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan di mana korupsi tidak dapat
berkembang, memperkuat integritas sistem pemerintahan, dan memastikan keadilan dalam
distribusi sumber daya dan kebijakan publik. Upaya anti-korupsi juga melibatkan pendidikan,
pelatihan, penegakan hukum yang tegas, serta transparansi dalam administrasi publik dan bisnis.

Kasus dan Masalah


Ada tiga kasus korupsi terbesar di Indonesia yaitu:
Kasus BLBI
Kasus korupsi Bantuan Likuiditas Nak Indonesia (BLBI) menjadi salah satu kasus
korupsi terbesar yang ada di Indonesia. BLBI adalah program pinjaman dari Bank Indonesia
kepada sejumlah bank yang mengalami masalah pembayaran kewajiban saat menghadapi krisis
moneter 1998. Bank yang telah mengembalikan bantuan mendapatkan Surat Keterangan Lunas
(SKL), namun belakangan diketahui SKL itu diberikan sebelum bank tertentu melunasi bantuan.
Menurut keterangan dari KPK kerugian negara akibat kasus megakorupsi ini mencapai Rp 3,7
triliun.
Pelindo II
Ada empat proyek di PT Pelindo II yang menyebabkan kerugian negara mencapai Rp 6
triliun. Empat proyek tersebut di luar proyek pengadaan mobile crane dan quay crane container
yang dugaan korupsinya ditangani oleh Bareskrim Polri dan KPK. Kasus ini menyeret nama
mantan Dirut PT Pelindo RJ Lino yang telah ditetapkan tersangka sejak 2015 lalu. Dalam kasus
ini, Lino juga diduga menyalahgunakan wewenangnya dengan menunjuk langsung HDHM dari
China dalam pengadaan tiga unit QCC.
Jiwasraya
Kasus korupsi yang menjerat PT Asuransi Jiwasraya (Persero) menjadi sorotan publik .
Jiwasraya sebelumnya mengalami gagal bayar polis kepada nasabah terkait investasi Saving Plan
sebesar Rp.12,4 triliun. Produk tersebut adalah asuransi jiwa berbalut investasi hasil kerja sama
dengan sejumlah bank sebagai agen penjual.dan akibatnya, negara mengalami kerugian lebih
dari Rp 13,7 triliun.

Tinjauan Pustaka
1. Teori Korupsi
2. Meninjau berbagai teori korupsi seperti teori agensi, teori budaya, dan teori struktural
yang menjelaskan akar penyebab korupsi dalam berbagai konteks sosial dan politik. Kasus
Pemberantasan KorupsiMenganalisis studi kasus pemberantasan korupsi di negara-negara
tertentu dan mengevaluasi strategi yang berhasil digunakan untuk mengurangi tingkat
korupsi di tingkat pemerintah dan sektor swasta.
PeranTransparansi dan Akuntabilit
Mendalami bagaimana ransparansi dalam kebijakan publik dan akuntabilitas
lembaga-lembaga pemerintah dapat mengurangi kesempatan untuk tindakan korupsi.
4. Pendidikan dan Kesadaran masyarakat
Menyelidiki dampak pendidikan dan kesadaran masyarakat dalam membentuk
sikap anti korupsi, serta peran lembaga pendidikan dan media massa dalam memerangi
perilaku korupsi.Peran Teknologi dalam Pemberantasan Korupsi.
5. Meninjau aplikasi teknologi seperti sistem informasi dan platform online yang digunakan
untuk meningkatkan transparansi dalam pengelolaan dana publik, memberikan akses
informasi kepada masyarakat, dan mendeteksi tindakan korupsi.
6. Peran Organisasi Internasional
Mengkaji peran organisasi internasional seperti PBB, Bank Dunia, dan
Transparency International dalam mendukung upaya pemberantasan korupsi di tingkat
global dan nasional.
PEMBAHASAN
Artikel ini membahas peran penting pendidikan dalam membentuk generasi yang tahan
korupsi di negara-negara berkembang. Dalam konteks ini, pendidikan dianggap sebagai sarana
utama untuk mengubah perilaku, sikap, dan nilai-nilai masyarakat sehingga korupsi dapat
diminimalisir atau bahkan dihilangkan sama sekali.
 Pentingnya Pendidikan dalam Mencegah Korupsi:
Artikel ini memulai dengan membahas pentingnya pendidikan sebagai instrumen utama
untuk membentuk karakter dan moral individu. Pendidikan yang baik tidak hanya
memberikan pengetahuan akademik, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai integritas, kejujuran,
dan tanggung jawab sosial.
 Kurikulum Antikorupsi:
Artikel ini menjelaskan bagaimana negara-negara berkembang telah memasukkan
pendidikan antikorupsi ke dalam kurikulum sekolah mereka. Studi kasus dari negara-negara
seperti Brasil, India, dan Kenya menunjukkan bagaimana mereka mengintegrasikan pelajaran
tentang etika, keadilan, dan integritas ke dalam mata pelajaran yang ada.
 Pelatihan Guru dan Metode Pengajaran:
Pembahasan juga mencakup pelatihan guru dalam memahami dan mengajarkan nilai-nilai
antikorupsi. Guru memiliki peran sentral dalam membentuk pikiran anak-anak, dan artikel ini
mendiskusikan metode pengajaran yang efektif untuk mendekatkan siswa dengan konsep-
konsep antikorupsi.
 Partisipasi Orang Tua dan Masyarakat:
Pendidikan antikorupsi juga melibatkan partisipasi orang tua dan masyarakat. Artikel ini
menyoroti program-program pendidikan yang melibatkan orang tua dalam mendukung
pembelajaran antikorupsi di rumah dan dalam kehidupan sehari-hari.
 Tantangan dan Hambatan:
Artikel ini tidak hanya membahas keberhasilan, tetapi juga tantangan dan hambatan yang
dihadapi oleh negara-negara berkembang dalam menerapkan pendidikan antikorupsi. Faktor
seperti kurangnya sumber daya, resistensi terhadap perubahan, dan kebijakan pendidikan
yang tidak konsisten menjadi sorotan.
 Implikasi dan Rekomendasi:
Artikel ini mengidentifikasi implikasi dari pendidikan antikorupsi dalam jangka panjang,
termasuk pembentukan generasi yang sadar akan nilai-nilai integritas dan keadilan.
Rekomendasi disajikan untuk memperkuat program pendidikan antikorupsi, melibatkan lebih
banyak pihak, dan mengatasi hambatan yang ada.
Artikel ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana pendidikan dapat
menjadi kekuatan pendorong dalam membentuk generasi antikorupsi di negara-negara
berkembang, dengan merinci strategi yang efektif serta menggambarkan peran yang dimainkan
oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah, sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat secara
keseluruhan.

KESIMPULAN

Dalam mengkaji peran pendidikan dalam membentuk generasi antikorupsi di negara-


negara berkembang, studi kasus dari berbagai negara telah membuktikan bahwa pendidikan
bukan sekadar proses transfer pengetahuan, tetapi juga merupakan sarana efektif untuk
membentuk karakter, moral, dan nilai-nilai integritas. Hasil analisis terhadap negara-negara
seperti Brasil, India, dan Kenya menunjukkan bahwa integrasi pendidikan antikorupsi ke dalam
kurikulum sekolah memiliki dampak positif yang signifikan.
Pendidikan antikorupsi tidak hanya terbatas pada pelajaran di dalam kelas, melainkan
melibatkan partisipasi aktif orang tua, guru, dan masyarakat secara keseluruhan. Pelibatan orang
tua dalam mendukung pembelajaran antikorupsi di rumah memperkuat nilai-nilai integritas yang
diajarkan di sekolah. Guru, sebagai agen perubahan, memainkan peran kunci dalam membentuk
mentalitas anak-anak terhadap korupsi melalui metode pengajaran yang inovatif dan inspiratif.
Namun, berbagai negara juga menghadapi tantangan, termasuk keterbatasan sumber
daya, resistensi terhadap perubahan, dan kebijakan pendidikan yang tidak konsisten. Oleh karena
itu, diperlukan kerjasama antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk mengatasi hambatan
tersebut. Implementasi program pelatihan guru yang intensif, pengembangan materi
pembelajaran yang relevan, serta partisipasi aktif orang tua dan komunitas lokal adalah kunci
kesuksesan dalam menciptakan generasi antikorupsi.
Dalam menghadapi kompleksitas masalah korupsi, pendidikan telah membuktikan diri
sebagai pilar utama dalam membangun masyarakat yang bersih dari korupsi. Dengan upaya
bersama dan komitmen yang kuat, pendidikan akan terus menjadi kekuatan pendorong yang
memberdayakan generasi muda dengan pengetahuan, kesadaran, dan keterampilan untuk
melawan korupsi. Dengan demikian, pendidikan bukan hanya mengejar prestasi akademik, tetapi
juga membentuk warga negara yang bertanggung jawab dan berintegritas, membawa perubahan
positif yang mendalam dalam memerangi korupsi dan membangun masa depan yang lebih baik
untuk semua.
DAFTAR PUSTAKA
1.Smith, J. (2018). Education for Integrity: A Comparative Study of Anticorruption Education
Programs in Developing Countries. International Journal of Comparative Education and
Development, 40(2), 145-162.
2.Patel, R. K., & Gupta, S. (2019). Empowering Youth: Case Studies from India’s
Anticorruption Education Initiatives. Journal of Educational Development, 43(3), 321-335.
3.Silva, A. B., & Oliveira, L. M. (2020). The Role of Teachers in Anticorruption Education:
Lessons from Brazil’s National Curriculum Reforms. Comparative Education Review, 64(1), 89-
108.

Anda mungkin juga menyukai