Anda di halaman 1dari 8

MULTIMEDIA PEMBELAJARAN ANTI KORUPSI UNTUK MENANAMKAN

NILAI KEJUJURAN DAN KESEDERHANAAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI


YOGYAKARTA

Sisca Rahmadonna1), Suyantiningsih3)


Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta 1) & 2)
Email: rahmadonna@uny.ac.id1), suyantiningsih@uny.ac.id2)

Abstrak
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan multimedia interaktif pendidikan anti korupsi untuk
menanamkan nilai kejujuran dan kesederhanaan pada siswa sekolah dasar di Yogyakarta. Pendekatan yang
digunakan dalam keseluruhan penelitian ini adalah Research and Developmet (R & D). Subjek penelitian
adalah para siswa sekolah dasar di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan angket, observasi, wawancara,
dan studi dokumentasi, yang didukung focus group discussion (FGD) serta buku catatan lapangan/logbook
sebagai teknik pengumpulan data. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru membutuhkan alternative pembelajaran yang dapat menanamkan nilai-
nilai integritas pada siswa dan multimedia pembelajaran anti korupsi yang dikembangkan melalui dua tahap
pengembangan (Pengembangan media dan pengembangan materi) dan telah divalidasi ini dapat dijadikan alternatif
pembelajaran untuk menanamkan nilai integritas, khususnya kejujuran dan kesederhanaan.

Kata Kunci: Multimedia, pembelajaran anti korupsi, nilai kejujuran dan kesederhanaan

INSTRUCTIONAL MULTIMEDIA OF ANTI-CORRUPTION TO INSTIL HONESTY AND


SIMPLISITY VALUES FOR ELEMENTARY SCHOOL STUDENT IN YOGYAKARTA

Abstract
This research is intended to develop interactive multimedia of anti-corruption education to instil
honesty and simplicity values in elementary school students in Yogyakarta. The approach used in this research
is Research and Development (R & D). The subjects of the study were elementary school students in
Yogyakarta. This study used questionnaires, observations, interviews, and documentation studies, supported
by focus group discussions (FGD) as well as logbooks as data collection techniques. The data obtained were
analysed descriptively both quantitative and qualitative. The results showed that teachers significantly need
an alternative learning that can instil students’ integrity values and this anti-corruption instructional
multimedia that has been developed through two stages of development (development of media and material
development) and has validated by experts, can be used as an alternative learning to impart integrity value,
especially honesty and simplicity.

Keywords: Multimedia, anti-corruption learning, honesty and simplicity values

PENDAHULUAN Bukan hal yang aneh jika berita tentang


Korupsi merupakan masalah besar yang korupsi (atau juga penegakan Hukum di bidang
saat ini dihadapi oleh bangsa Indonesia. korupsi) intens terdengar. Hal ini bahkan telah
Hampir setiap hari masyarakat Indonesia melahirkan ungkapan satir yang banyak
mendengar tentang koruptor berita di Televisi beredar di kalangan aktivis anti korupsi:
maupun di Koran. Tahun 2015 ini kerugian “apabila kita membaca sepuluh headline surat
yang dialami Negara akibat korupsi mencapai kabar, sebelas diantaranya pasti adalah
31.077 triliun (harian terbit, 2016). mengenai korupsi”.
Buramnya situasi yang ada berbanding Reza A.A Wattimena (2012) dalam
lurus dengan kompilasi data yang bukunya filsafat anti korupsi mencoba menarik
dipublikasikan oleh Komisi Pemberantasan hubungan antara korupsi dengan pemikiran
Korupsi (KPK). Sejak KPK berdiri, KPK telah beberapa tokoh filsafat. Salah satunya adalah
menangani 411 dengan tipe kasus terbanyak pemikiran Hannah Arendt terhadap Adolf
adalah penyuapan dan korupsi di sector Eichmann yang dituliskan dalam bukunya
pengadaan barang dan jasa (Wibowo, 2015). Eichmann in Jerusalem. Arendt menarik
kesimpulan tentang banalitas kejahatan (the seluruh lapisan masyarakat, salah satunya
banality of evil) yaitu situasi dimana kejahatan lembaga pendidikan. Pendidikan merupakan
tidak lagi dipandang sebagai suatu kejahatan salah satu alternatif untuk membentuk karakter
tetapi sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja, calon penerus bangsa yang berintegritas,
sesuatu yang wajar. Hasil pengamatan Arendt bermoral dan bertanggungjawab.
ini juga dijelaskan secara ringkas dalam buku Mengingat vitalnya peran pendidikan
The Philosophy book (Buckingham, dkk. untuk membangun integritas, maka adalah hal
2011). yang esensial untuk memberikan pembiasaan
Bila diulas dari definisi atau terminologi yang baik kepada peserta didik. Hal ini akan
korupsi, menurut UNODC (2004 : 23), hingga dapat membentengi seseorang untuk
saat ini tidak pernah ada definisi yang definitif melakukan kesalahan dalam hidupnya.
mengenai korupsi. Pendapat ini juga Proses pembiasaan seringkali lebih
terkonfirmasi dari United Nations Covenant on efektif bila dilakukan sejak dini. Lembaga
Against Corruption yang tidak menjelaskan persekolahan dapat mengambil peran untuk
definisi korupsi. Demikian pula dengan menanamkan nilai-nilai kebaikan (karakter),
Undang-Undang (UU) No 31/1999 tentang hal ini dikarenakan persekolahan merupakan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tempat dimana anak menghabiskan sebagian
sebagaimana telah mengalami perubahan besar waktunya. Untuk mewujudkan
melalui UU No 20/2001. Yang ada hanya pendidikan anti korupsi, Hujair (2009)
‘global common understanding’ atau berpendapat bahwa pendidikan di sekolah
pemahaman bersama yang berlaku global harus diorientasikan pada tataran moral action,
bahwa korupsi adalah “the misuse of a public agar peserta didik tidak hanya berhenti pada
or private position for direct or indirect kompetensi (competence) saja, tetapi sampai
personal gain" yang dapat diartikan memiliki kemauan (will), dan kebiasaan
sebagaimana penyalahgunaan jabatan publik (habit) dalam mewujudkan nilai-nilai dalam
atau privat untuk kepentingan pribadi baik kehidupan sehari-hari. Untuk mewujudkan hal
secara langsung atau tidak langsung (UNODC, ini maka perlu kiranya sekolah dapat menjadi
2004 : 23). wahana bagi proses penyadaran akan potensi
Untuk melawan korupsi, maka aspek integritas.
integritas adalah hal yang amat penting Sedikit Menyadari pentingnya hal ini, KPK
banyak hal ini sudah dilakukan oleh bekerjasama dengan departemen pendidikan
pengembangan National Integrity System yang berusaha memberikan pemahaman tentang
dilakukan oleh TI; Public Sector Integrity korupsi dan bahaya korupsi sejak dini. Nilai-
Reviews oleh Organisasi untuk Kerjasama nilai anti korupsi ini diberikan dari tingkat
Ekonomi dan Pembangunan (OECD), dlsb. Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi.
Upaya pembadanan integritas juga sudah Pemahaman ini diberikan dalam dengan cara
dilakukan oleh KPK. Merujuk pada dokumen menyisipkan pesan-pesan anti korupsi dan
Road Map KPK dalam Pemberantasan nilai-nilai integritas dalam mata pelajaran, atau
Korupsi 2011-2023, salah satu grand strategy dengan memberikan suplemen yang dapat
KPK untuk mencapai Sistem Integritas digunakan siswa untuk memahami nilai-nilai
Nasional adalah dengan pendidikan (2011: 8). anti korupsi. Selain itu, guru juga diberikan
Permasalahan korupsi merupakan pemahaman tentang pentingnya pembiasaan
permasalahan besar yang membutuhkan terhadap penerapan nilai-nilai integritas dalam
kepedulian semua lembaga untuk mau aktivitas keseharian siswa.
bekerjasama mencari solusi. Permasalahan ini Sebagai upaya menyediakan sumber
bukan hanya menjadi tanggung jawab KPK belajar yang memadai yang sesuai dengan
(Komisi Pemberantasan Korupsi) semata, karakteristik siswa sekolah dasar dan dapat
tetapi tanggung jawab semua elemen menciptakan pembelajaran yang bermakna,
masyarakat. KPK membutuhkan dukungan maka sangat urgen untuk mengembangkan
sebuah learning resource berupa multimedia Amstrong (2003: 286) dalam bukunya
interaktif yang tidak hanya mampu berpendapat bahwa program multimedia yang
memberikan pemahaman yang komprehensif baik dan dapat digunakan untuk melatih
dan signifikan tetapi juga memberikan kecerdasan majemuk adalah program yang
pengalaman belajar yang lebih kongkrit bersifat ”menggantung” yang memungkinkan
tentang pendidikan anti korupsi yang berbasis siswa tidak hanya meng-clik pertanyaan dan
pada penanaman Nilai-kejujuran dan jawaban, namun mampu membuat siswa ikut
kesederhanan. Nilai kejujuran dan berfikir, mengikut sertakan siswa dalam
kesederhanaan dipilih karena kedua nilai ini pemikiran kreatif, pemecahan masalah,
dianggap sebagai kunci utama dari nilai-nilai membangun, mengambil keputusan, dan lain-
integritas anti korupsi. lain.
Dewasa ini penggunaan komputer sudah Slamet Suyanto (2003: 162)
menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari. Tidak mengungkapkan bahwa metode pembelajaran
bisa dipungkiri pengaruh penggunaan untuk siswa hendaknya menantang dan
computer menjadi sangat besar dalam menyenangkan, dengan melibatkan unsur
membentuk tingkah dan laku seoarang siswa. bermain, bergerak, bernyanyi dan belajar.
Namun tentu saja program yang diberikan Multimedia merupakan alat, metoda dan
haruslah terkontrol. Ketika pengaruh ini begitu pendekatan yang digunakan untuk rnembantu
besar, maka media ini dapat dikemas dengan menciptakan komunikasi yang lebih berkesan di
lebih baik agar mampu menyampaikan pesan antara guru dan pelajar selama pembelajaran.
yang lebih menarik bagi siswa, lebih penting Multimedia pembelajaran merupakan media
lagi, siswa dapat bermain tanpa merasa bahwa pembelajaran yang diharapkan dapat
dia juga sedang dalam tahap belajar. membantu proses pembelajaran agar dapat
Multimedia sebagai salah satu bentuk media mencapai tujuan yang diharapkan. Rob Phillips
yang mampu menampilkan pesan visual yang (1997: 8) mengungkapkan the multimedia is
besar, hendaknya dapat digunakan pula dalam characterized by the presence of text, pictures,
proses pembelajaran. Pengembangan sound, animation, and video; some or all of
multimedia interaktif dalam penelitian ini which are organized into some coherent
mengacu pada metode pembelajaran untuk program.
memberikan wacana dan pemehaman siswa Penggunaan multimedia pembelajaran
tentang pendidikan anti korupsi, serta dapat menjadi jembatan belajar bagi siswa,
penanaman nilai-nilai integritas dalam diri dimana siswa sekolah dasar adalah siswa yang
siswa. berada pada tahap operasional kongkrit. Pada
Pemilihan multimedia pembelajaran tahap ini siswa memiliki perkembangan
sebagai alternative penggunaan media di dasari berfikir yang logis dan berhubungan dengan
pada analisis karakteristik siswa sekolah dasar objek kongkrit. Karakteristik siswa pada masa
yang masih berapa pada tahap operasional ini adalah kemampuan yang berkaitan dengan
kongkrit Pada prinsipnya media belajar manipulasi langsung terhadap objek yang
berguna untuk memudahkan anak belajar dilihat dan diamatinya. Karakteristik umum
memahami sesuatu yang mungkin sulit atau dari struktur operasional kongkrit adalah
menyederhanakan sesuatu yang kompleks pernyeimbangan antara afirmasi dan lawannya.
serta memberikan pengalaman belajar yang Margaret (2013) menyimpulkan bahwa pada
kontekstual. Pengembangan multimedia periode operasional kongkrit anak akan
interaktif dalam penelitian ini mengacu pada mempresentasikan penalaran secara logis.
metode pembelajaran untuk memberikan Pemikiran operasional kongkrit terbatas pada
wacana dan pemahaman siswa tentang manipulasi langsung atas objek. Oleh sebab itu
pendidikan anti korupsi, serta penanaman nilai proses pembelajaran yang diberikan pada
kejujuran dan kesederhanaan. siswa dalam rentang usia ini haruslah
pembelajaran yang mampu melibatkan siswa
secara aktif agar pembelajaran tersebut telah dilakukan observasi ke sekolah-sekolah
menjadi bermakna. Penggunaan multimedia di Yogyakarta yang melingkupi 2 sekolah di
dapat diberikan kepada siswa, namun tentunya Bantul, 2 sekolah di Sleman, 2 sekolah di
perlu memperhatikan karakteristik siswa pada Wonosari, dan 2 sekolah di Kulon Progo. Hasil
tahapan operasional kongkrit ini. Dimana observasi juga dikuatkan dengan wawancara
multimedia yang baik adalah yang mampu pada guru dan kepala sekolah.
membantu siswa membuka penalaran logisnya Observasi dilakukan dengan melihat
dengan pelibatan dalam kegiatan belajar. aktivitas siswa sekolah dasar dan berinteraksi
secara langsung dengan siswa, guru, serta
METODE kepala sekolah. Tingkah laku siswa menjadi
Untuk melaksanakan keseluruhan objek utama yang diamati. Hal ini sangat
penelitian ini digunakan pendekatan umum penting mengingat implementasi sikap baik,
yaitu Research and Development (R&D) yang seperti nilai-nilai integritas haruslah
mengadopsi dari model pengembangan versi merupakan perwujudan dari tindakan siswa
Borg and Gall (1989: 784-785). Subjek tanpa paksaan, namun karena memang sekolah
penelitian ini adalah siswa sekolah dasar di yang telah berhasil menciptakan lingkungan
Yogyakarta yang dipilih dengan purposive yang menyenangkan bagi siswa. Catharine
sampling. Simmons, dkk (2016) dalam penelitiannya
Proses pengembangan yang dilakukan menemukan bahwa wellbeing school as having
meliputi studi pendahuluan melalui studi relationships based on equality and respect-
literature, yang diperkuat dengan observasi, both with their friends and teachers.
wawancara dan focus group discussion (FGD). Setelah menggali pengetahuan guru
Hasil studi pendahuluan menjadi dasar untuk dan kepala sekolah tentang pendidikan anti
melakukan tahap pengembangan. Pada tahap korupsi, secara umum dapat disimpulkan
pengembangan dilakukan dua tahapan bahwa pihak sekolah belum memahami dengan
pengembangan yaitu: pengembangan materi baik apa yang dimaksud dengan pendidikan
yang menggunakan model pengembangan anti korupsi. Bahkan sebagian besar sekolah
ADDIE dan pengembangan media yang kesulitan untuk mengintegrasikan nilai-nilai
menggunakan model pengembangan Rob anti korupsi dalam kegiatan pembelajaran
Philips (1997: 38). Setelah multimedia maupun aktivitas pendukung siswa di sekolah.
dikembangkan, dilakukan validasi pada ahli Hal ini juga semakin diperkuat dengan
materi dan ahli media yang bertujuan untuk hasil FGD dimana salah satu guru
menyempurnakan multimedia yang mengungkapkan bahwa belum pernah ada
dikembangkan. Selanjutnya data yang sosialisasi tentang pendidikan anti korupsi dari
diperoleh selama proses penelitian di analisis KPK ke sekolah tempatnya mengajar. Namun
secara deskriptif kualitatif. menurut guru tersebut, bila dilihat dari poin-
poin integritas yang disampaikan, secara tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN langsung sekolah sudah menamamkan
Penelitian pengembangan multimedia beberapa nilai-nilai tersebut pada siswa.
pendidikan anti korupsi yang dikembangkan Khususnya melalui mata pelajaran PKn.
dalam penelitian ini dilakukan dengan Menurut guru, selama ini penanaman
mengikuti tahapan model pengambangan Borg nilai karakter difokuskan pada proses
and Gall. penyampaian yang berulang-ulang, sehingga
Pengembangan multimedia menjadi faktor kebiasaan yang dilakukan
pendidikan anti korupsi yang dituangkan siswa. Strategi ini dirasa cukup efektif dalam
dalam artikel ini berfokus pada nilai-nilai menginternalisasikan pendidikan karakter.
kejujuran dan kesederhanaan. Hal ini Strategi yang dilakukan ini sesuai dengan hasil
merupakan hasil analisis dari studi penelitian yang dilakukan oleh Looijenga, dkk
pendahuluan. Dimana pada studi pendahuluan (2015) di mana diketahui bahwa iteration
during the design process is an essential anak sudah terbiasa mendapatkannya sehari-
element. Spontaneous playing behavior of hari di sekolah dan sudah dirasa cukup.
students indicates that iteration fits in a natural Setelah memperoleh hasil FGD, dirasa
way of learning. perlu untuk melakukan kajian terhadap media
Kegiatan FGD diakhiri dengan pendidikan anti korupsi yang ada (yang telah
pengisian angket yang bertujuan untuk dikembangkan oleh KPK). Hal ini bertujuan
mengklarifikasikan temuan pada saat observasi agar multimedia yang akan dikembangkan
awal dengan diskusi yang telah berlangsung. tidak tumpang tindih dengan media yang telah
Berdasarkan hasil jawaban guru, diketahui ada, justru multimedia yang dikembangkan
bahwa 84,84% dari guru yang hadir akan melengkapi media yang dikembangkan
mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan KPK dan dapat membantu proses
pendidikan anti korupsi, informasi tersebut pengimplementasian pendidikan anti korupsi
mereka peroleh dari media cetak dan media sejak dini.
elekronik. Hanya 15,16% guru yang belum Hasil analisis yang dilakukan terhadap
mengetahui bahwa ada pendidikan anti korupsi beberapa media yang dikembangkan oleh KPK
untuk anak sejak dini. menunjukkan bahwa media media tersebut
Selain itu, temuan menarik justru memiliki kualitas kemediaan yang baik, namun
muncul pada jawaban pertanyaan nilai kualitas konten materi yang kurang. Pesan-
integritas apa yang paling perlu dimiliki oleh pesan pembelajaran masih bersifat abstrak dan
siswa sekolah dasar, di mana hampir semua belum sesuai dengan karakteristik siswa
guru memilih nilai kedisiplinan sebagai nilai sekolah dasar. Sehingga perlu untuk
utama. Setelah nilai kedisiplinan baru muncul dikembangkan kembali suatu media yang
nilai-nilai integritas yang lain. Tingkat dapat menyampaikan pesan pesan
kebutuhan akan nilai-nilai integritas pembelajaran dengan lebih kongkrit, yang
berdasarkan jawaban guru dapat dilihat pada dapat dengan mudah dipahami oleh anak,
bagan berikut: sehingga nantinya dapat diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
Tingkat Nilai Integritas studi pendahuluan, tahapan penelitian
30 dilanjutkan pada pengembangan multimedia.
20 Untuk menghasilkan satu multimedia yang
10 baik yang memenuhi unsur-unsur kelayakan
0 dalam media, sehingga media tersebut dapat
digunakan dalam proses pembelajaran baik itu
pembelajaran individu, kelompok maupun
klasikal, maka proses pengembangan ini
Nilai Integritas
dilakukan melalui dua tahapan pengembangan,
Gambar 1. yaitu tahap pengembangan materi dan tahap
Tingkat kebutuhan Nilai Integritas pengembangan media.
Menurut Guru
A. Pengembangan Materi
Berdasarkan bagan di atas dapat dilihat Pengembangan materi pada penelitian
bahwa tiga nilai tertinggi yang dianggap paling ini menggunakan model pengembangan
penting adalah kedisiplinan, kejujuran dan ADDIE versi Branch (2010). Di mana materi
kesederhanaan. Materi kejujuran dan yang dikembangkan melalui tahapan-tahapan
kesederhanaan lebih dipilih daripada materi berikut:
kedisiplinan karena untuk materi kedisiplinan,
5. Evaluate
Tahapan evaluasi dilakukan secara terus
menerus selama proses pengembangan materi.
Tahapan ini bertujaun untuk menelaah dan
menilai kembali setiap tahapan pengembangan
yang telah dilakukan. Bila terdapat tahapan
yang kurang sesuai, maka dilakukan kajian
ulang dan revisi sebelum melanjutkan ke
tahapan pengembangan materi selanjutnya.

B. Pengembangan Media
Gambar 2. Sebagaimana telah dijelaskan pada
Proses ADDIE untuk pengembangan bagian metode penelitian, pengembangan
materi media menggunakan model pengembangan
Rob Phillips, dimana tahapan pengembangan
1. Analyze tersebut meliputi:
Analisis merupakan kegiatan paling 1. Design
awal yang dilakukan untuk menemukan Proses desain dalam pengembangan
formula dari multimedia yang akan media merupakan proses awal yang menjadi
dikembangkan. Oleh sebab itu pada tahap ini bagian terpenting. Dalam proses desain ini,
dilakukan pembahasan literature yang terkait dilakukan penjabaran materi yang telah
dengan pendidikan anti korupsi dan dikembangkan dengan media yang akan
pengembangan multimedia bagi sekolah dasar. dikembangkan. Tahapan desain meliputi:
Selain itu juga dilakukan analisis hasil temuan a. Pemahaman materi yang telah
lapangan baik observasi awal, wawancara, dikembangkan pada tahap sebelumnya
maupun hasil FGD. Hasil analisis inilahyang b. Penerjemahan materi ke dalam konsep
menjadi pertimbangan utama nilai Kejujuran multimedia pembelajaran
dan Kesederhanaan yang menjadi fokus dalam c. Penyusunan naskah awal multimedia
pengembangan multimedia ini. berdasarkan pemahaman terhadap
2. Design materi yang telah dikembangkan
Materi yang didesin dan dikembangkan d. Evaluasi naskah awal yang telah
dalam multimedia ini merupakan hasil dari dikembangkan
proses analisis, yaitu nilai kejujuran dan Dalam proses desain ini, diputuskan
kesederhanaan. bahwa akan dikembangkan multimedia
3. Develop pembelajaran yang berisi Film pendek dan
Tahap pengembangan (develop) games animasi. Film pendek dalam format
bertujuan untuk mengembangkan tujuan video ini berujuan untuk mengantarkan materi
pembelajaran dalam setiap sub bagian materi, kepada siswa dengan cara yang lebih menarik.
dimana pengembangan materi dalam Kemudian untuk menginternalisasikan materi
multimedia ini mengadopsi pengembangan tersebut, maka didukung dengan simpulan
materi dari Degeng, 2018. sederhana dalam bentuk animasi dan kegiatan
4. Implement evaluasi yang dibuat dalam bentuk permainan.
Padatahapan ini hasil analisis, desain 2. Development
dan pengembangan dicoba untuk diterapkan Pada tahap ini, dilibatkan tim
dalam pemenyusunan format materi secara pengembang yang terbagi menjadi dua tim,
utuh, dengan tujuan agar siswa sebagai yaitu tim pengembang video dan tim
pengguna dapat menangkap pesan yang pengembang animasi. Tim pengembang video
diberikan dan dapat mengimplementasikannya menerjemahkan naskah video yang telah
dalam kehidupan sehari-hari. disusun menjadi film pendek yang menarik dan
sesuai dengan karaakteristik anak. Ada dua 4. Implementation
tema film pendek yang dikembangkan, yaitu: Tahap implementasi merupakan tahap
Tema Kejujuran yang dibuat film dengan judul akhir dari proses pengembangan. Tahap ini
“Beli Gula atau Es” dan tema Kesederhanaan dilaksanakan setelah semua proses
yang dibuat dalam film berjudul “Fajar dan pengembangan selesai. Pada tahap ini
Riski”. diharapkan siswa dapat memahami setiap
Sementara itu, tim pengembang animasi bagian pesan yang ingin disampaikan,
menyesuaikan animasi yang dibuat dengan sehingga nilai-nilai integritas sebagai bagian
film yang dikembangkan. Dimana siakhir film dari pendidikan antikorupsi ini dapat
ditayangkan simpulan cerita dalam animasi terinternalisasikan dalam kehidupan siswa
sederhana, kemudian dilanjutkan dengan sehari-hari.
permainan yang bertujuan untuk evaluasi
materi dan internalisasi nilai. Berikut tampilan Multimedia yang dihasilkan kemudian
awal multimedia yang dikembangkan divalidasi oleh ahli media dan ahli materi.
Menurut ahli materi, secara umum materi yang
disampaikan dalam multimedia sudah
dianggap baik dan dapat digunakan untuk
menyampaikan dan menginternaslisasikan
nilai-nilai integritas sebagai bagian dari
pendidikan anti korupsi kepada anak-anak.
Selain itu pemilihan materi kejujuran dan
kesederhanaan juga telah dianggap tepat
Gambar 3. dengan kebutuhan siswa dan sejalan dengan
Tampilan awal multimedia nilai-nilai pendidikan karakter yang
pembelajaran dikembangkan di sekolah dasar. Ahli materi
3. Evaluation juga menyatakan bahwa hasil analisis awal dari
Tahap evaluasi ini menjadi tahap yang media yang telah dikembangkan KPK pun
krusial, dimana pada tahap ini dilakukan cukup menjadi dasar untuk mengembangkan
pembacaan kembali terhadap multimedia yang materi multimedia yang dapat
dikembangkan. Pengecekkan kebenaran materi menginternalisasikan nilai-nilai integritas pada
dan kesesuaian multimedia dengan siswa. Dilihat dari kualitas media secara
karakteristik peserta belajar menjadi poin yang kualitas teknis, ahli media menyatakan bahwa
terpenting. Karena pada prinsispnya pengambilan Gambar yang dilakukan sudah
multimedia yang dikembangkan ini haruslah baik dan sudut-sudut pengambilan gambar pun
tidak hanya menarik namun napat sudah baik. Sehingga dapat disimpulkan
menyampaikan pesan nilai-nilai integritas bahwa media yang dikembangkan ini dapat
secara jelas dan efektif, tanpa membuat siswa digunakan sebagai alternatif media untuk
merasa terpaksa dalam mempelajarinya. menanamkan nilai-nilai integritas pada siswa
Pada tahap penyusunan bentuk bentuk sekolah dasar.
evauasi ini juga dilibatkan pakar untuk
memberikan masukan pada multimedia yang PENUTUP
dikembangkan. Pelibatan pakar dalam hal ini Berdasarkan hasil penelitian dan
dilakukan dalam bentuk diskusi terhadap apa pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya,
yang diharapkan KPK terhadap pendidikan maka dapat disimpulkan bahwa:
anti korupsi yang diberikan sejak dini. Selain 1. Hasil analisis kondisi awal yang
itu juga dilakukan diskusi dengan orang yang dilakukan untuk pengembangan
berkecimpung dibidang media untuk multimedia pendidikan anti korupsi
memberikan pasukan pada proses menunjukkan bahwa pengembangan nilai
pengembangan yang dilakukan. integritas yang paling dibutuhkan di
sekolah adalah nilai Kejujuran dan Harian Terbit. 2016. ICW: Tahun 2015,
Kesederhanaan. Kerugian Negara Akibat Korupsi Rp.
2. Pada tahapan pengembangan, dilakukan 31.077 Triliun. Artikel dipublish pada
dua proses pengembangan. Rabu, 24 Februari 2016.
Pengembangan materi dengan http://nasional.harianterbit.com
menggunakan model pengembangan [diunduh, Mei 22, 2016]
ADDIE (Analyze, Design, Develop, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Implement, Evaluate) dan tahap (2006). Memahami Untuk Membasmi:
pengembangan multimedia menggunakan Buku Saku Untuk Memahami Tindak
model pengembangan Rob Philips. Pidana Korupsi, Jakarta: KPK.
3. Multimedia pendidikan anti korupsi yang Kompas. (2013). “Mencari Pemimpin
telah dikembangkan dapat digunakan Berintegritas Publik“. Tersedia pada:
sebagai alternatif media untuk http://nasional.kompas.com/read/2013/0
menanamkan nilai-nilai integritas pada 6/04/12424423/Mencari.Pemimpin.Beri
siswa sekolah dasar. ntegritas.Publik, [terakhir dikunjungi 25
Mei 2016]
DAFTAR PUSTAKA Philips, Rob. (1997). The developers
handbook to interactive multimedia
Amstrong, Thomas. 2. (2003). Sekolah Para (practcal guide for educational
Juara. Bandung: Mizan Media Utama. application). London: Kogan Page.
Borg, Walter. R. & Gall, M., D. (1989). Reza A.A Wattimena. (2012) Filsafat Anti
Educational research: an introduction Korupsi. Membedah Hasrat Kuasa,
(4th ed.). New York & London: Logman. Pemburuan Kenikmatan, dan Sisi
Branch, Robert Maribe. 2010. Instructional Hewani Manusia di Balik Korupsi.
Design: The ADDIE Approach. New Yogyakarta: Kanisius
York: Springer. Slamet Suyanto. (2003). Konsep Dasar
Buckingham, W. e. (2011). The Philosophy Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Book. London: DK Dorling Kindersley. Universitas Negeri Yogyakarta
Degeng, I Nyoman Sudana. 2018. Ilmu Transparency International (TI). (2015).
Pembelajaran: Klasifikasi Variable “Corruption Perception Index 2015.”
untuk pengembangan Teori dan tersedia pada: www.transparency.org
Penelitian. Yogyakarta: Yayasan Taman [diunduh April 10, 2016]
Pustaka Kristen Indonesia. United Nations Convention Against
Hujair AH. Sanaky. 2009. Pendidikan Anti Corruption (UNCAC). Tersedia pada:
Korupsi. Bahan Kuliah: Dinamika https://www.unodc.org/documents/bruss
Pemikiran Dalam Islam Peran Teknologi els/UN_Convention_Against_Corruptio
Informasi Internet Sebagai Media e- n.pdf [terakhir dikunjungi pada 25 Mei
learning. [diunduh, Mei 24, 2016] 2016]
Looijenga, Annemarie, dkk. 2015. The effect Wibowo, R.A. (2015). “Mencegah Korupsi di
of iteration on the Design Performance Pengadaan Barang dan Jasa: Apa yang
of Primary School Children. sudah dan yang masih harus dilakukan?
International Journal of Technology and (“Preventing Corruption in Public
Design Education. (25) (1), pp. 1-23. Procurement: what has been done and
February 2015. Springer. DOI what should be done?”), Jurnal
10.1007/s10798-014-9271-2. Integritas, (1) (1): pp 37-60.
Gredler, Margaret E. 2013. Learning and
Instruction. Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup.

Anda mungkin juga menyukai