Anda di halaman 1dari 11

VERSI 1

Tujuan dari pendidikan anti korupsi adalah untuk membangun nilai-nilai dan
mengembangkan kapasitas yang diperlukan untuk membentuk posisi sipil murid dalam
melawan korupsi.

Berikuttabel dari Nucci, 2001, mungkin dapat menjadi salah satu acuan Dilihat dari tabel
diatas, usia anak dan remaja merupakan usia yang cukup kritis dalam pembentukan sikap,
sehingga dapat dikatakan bahwa untuk memperbaiki negara ini (mungkin butuh waktu 20
tahunan) pendidikan anti korupsi di tingkat SD dan SMP menjadi penting untuk menyiapkan
pemimpin masa depan yang tidak korup.

Jika kita melihat dan mau berfikir bahwa sesungguhnya akar dari korupsi yang membusukkan
negara dan memiskinkan rakyat tersebut teriadi karena kerusakan moral yang cukup parah
dan mengakar yang seolah sudah membudaya pada para pejabat publik yang ada.

30 tahun 2002 kewenangan KPK untuk melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan,
dibatasi oleh tindak pidana korupsi yang: 1) Melibatkan aparat penegak hukum,
penyelenggara negara dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang
dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara 2) Mendapat perhatian
yang meresahkan masyarakat; dan/ atau 3) Menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp
1.000.000.000,- (satu milvar rupiah) (UU No.

Target dari pelaksanaan program ini adalah untuk terciptanya generasi yang memahami apa
itu korupsi dan akibatnya bagi bangsa dan negara, yang berani mengatakan "tidak" terhadap
korupsi sehingga akan timbul kesadaran bersama untuk bangkit melawan korupsi.

Jika dilihat struktur silabus Pendidikan Anti Korupsi, mulai dari tingkat TK sampai tingkat
SMA, maka kurang lebih sama dengan Pendidikan Agama, Pendidikan Budi Pekerti dan
Pendidikan Kewarganegaraan.

20 tahun 2003, menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewuiudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi-potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang No.
Pengertian di atas mengindikasikan betapa peranan pendidikan sangat besar dalam
mewujudkan manusia yang utuh dan mandiri serta menjadi manusia yang mulia dan
bermanfaat bagi lingkungannya.

Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan terhadap anak dan remaja yang
diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh
terhadap hubungan hubungan dan tugas sosial mereka.

Secara alternatif pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang
berlangsung di sekolah dan luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik
agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan secara tepat di masa yang akan
datang.

Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar yang memiliki program-program dalam


pendidikan formal, nonformal ataupun informal di sekolah yang berlangsung seumur hidup
yang bertujuan mengoptimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar
dikemudian hari dapat memainkan peranan secara tepat.

Peran sekolah yang lebih maju ada pada progresivisme yang menempatkan sekolah sebagai
agen perubahan (agent of change) yang tugasnya adalah mengenalkan nilai-nilai baru kepada
peserta didik yang akan mengantarkan peran mereka di masa depan.

Menurut Hoy dan Kottnap (dalam Harmanto, 2008: 7) terdapat sejumlah nilai budaya yang
dapat ditransformasikan sekolah kepada diri setiap peserta didik agar mereka dapat berperan
secara aktif dalam era global yang bercirikan persaingan yang sangat ketat (high
competitiveness), yakni: (1) nilai produktif, (2) nilai berorientasi pada keunggulan (par
excellence), dan (3) kejujuran.

Pendidikan anti korupsi adalah pendidikan yang berkaitan dengan cara-cara untuk
menanamkan nilai-nilai kejujuran pada diri peserta didik melalui serangkaian cara dan
strategi yang bersifat edukatif.

Pendidikan sebagai usaha sadaryang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah
melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran, dan atau latihan yang berlangsung di sekolah dan
di luar sekolah.
Bagi telinga rakyat Indonesia bukanlah hal yang asing bahwa teriakan-teriakan aksi untuk
pemberantasan korupsi mulai bergema kencang, terlebih keheranan masyarakat bertambah
ketika Departemen Agama pun yang notabene lembaga representatif untuk meniadi 'uswah'
dan penggerak nilai-nilai keagamaan secara normatif kolektif, malah ikut terlibat dalam kasus
korupsi.

Temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI pada tahun 2011 menyatakan bahwa korupsi
terbesar dinegeri ini justru terjadi di Departemen Agama, menyusul kemudian Departemen
Pendidikan Nasional yang di dalamnya penuh dengan orang-orang yang semestinya menjadi
teladan moral bagi masyarakat luas (Moh.

Salah satu strategi yang dilakukan untuk memerangi korupsi adalah dengan dirancangnya
pendidikan anti korupsi oleh beberapa lembaga pendidikan.

Disamping itu, pendidikan untuk mengurangi korupsi berupa pendidikan nilai, yaitu
pendidikan untuk mendorong setiap generasi menyusun kembali sistem nilai yang diwarisi
(Kompas, 21 Februari 2012).

Pendidikan agama bisa dijadikan sebagai sarana upaya preventif dan antisipatif dalam
mengembangkan nilai anti korupsi untuk pencegahan dan pemberantasan korupsi.

Karena manusia-manusia yang lahir melalui sektor pendidikan adalah manusia-manusia yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, beriman, berakhlak mulia, memiliki kompetensi dan
profesionalitas serta sebagai warga negara yang bertanggung jawab.

Secara umum tuiuan pendidikan anti korupsi adalah: (1) pembentukan pengetahuan dan
pemahaman mengenai bentuk korupsi dan aspek-aspeknya; pengubahan persepsi dan sikap
terhadap korupsi; dan pembentukan keterampilan dan kecakapan baru yang ditujukan untuk
melawan korupsi.

Sedangkan manfaat jangka panjangnya adalah menyumbang pada keberlangsungan sistem


integrasi nasional dan program anti korupsi serta mencegah tumbuhnya mental korupsi pada
diri peserta didik yang kelak akan menjalankan amanah di dalam sendi-sendi kehidupan.

Pendidikan anti korupsi yang dimaksud adalah program pendidikan anti korupsi yang secara
konsepsional memungkinkan disisipkan pada mata pelajaran yang sudah ada di sekolah
dalam bentuk perluasan tema yang sudah ada dalam kurikulum dengan menggunakan
pendekatan kontekstual pada pembelajaran anti korupsi.
Pendidikan anti korupsi secara umum dikatakan sebagai pendidikan koreksi budaya yang
bertujuan untuk mengenalkan cara berfikir dan nilai-nilai baru kepada peserta didik (Dharma,
2004).

Dengan demikian, pendidikan anti korupsi membimbing peserta didik untuk berfikir terhadap
nilai-nilai anti korupsi dalam kerangka koreksi terhadap budaya yang cenderung merusak
nilai- nilai tersebut.

Implementasi pendidikan anti korupsi di jenjang sekolah bisa menggunakan strategi


integratif-inklusif (disisipkan dalam mata pelajaran yang sudah ada) dan eksklusif (mata
pelajaran khusus/tersendiri) misalnya dengan alternatif materi anti korupsi yang terintegrasi
dalam mata pelajaran agama Islam.

Ketiga mata pelajaran itu dipilih karena dianggap dekat sekali dengan bahan kajian
pendidikan anti korupsi yang lebih banyak berorientasi pada pembinaan warga negara,
penanaman nilai dan moral, serta upaya menumbuhkan kesadaran bagi generasi muda akan
bahaya korupsi bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami
bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi, berpikir kritis dan
kreatif; dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan
dan menggunakan logika dan bukti-bukti, mengasuh atau memelihara pribadi-pribadinya:
mengetahui, memberi perhatian, memiliki harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan
memperkuat untuk berfikir terhadap nilai-nilai anti korupsi dalam kerangka koreksi terhadap
budaya yang cenderung merusak nilai- nilai tersebut.

Implementasi pendidikan anti korupsi di jenjang sekolah bisa menggunakan strategi


integratif-inklusif (disisipkan dalam mata pelajaran yang sudah ada) dan eksklusif (mata
pelajaran khusus/tersendiri) misalnya dengan alternatif materi anti korupsi yang terintegrasi
dalam mata pelajaran agama Islam.

Ketiga mata pelajaran itu dipilih karena dianggap dekat sekali dengan bahan kajian
pendidikan anti korupsi yang lebih banyak berorientasi pada pembinaan warga negara,
penanaman nilai dan moral, serta upaya menumbuhkan kesadaran bagi generasi muda akan
bahaya korupsi bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami
bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi, berpikir kritis dan
kreatif; dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan
dan menggunakan logika dan bukti-bukti, mengasuh atau memelihara pribadi-pribadinya:
mengetahui, memberi perhatian, memiliki harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan
memperkuat diri sendiri.

Atas dasar ini, signifikansi penyelenggaraan pendidikan anti korupsi lewat jalur pendidikan
tidak dapat diabaikan potensinya sebagai salah satu cara untuk membudayakan anti korupsi di
Indonesia.

Selain itu juga pendidikan adalah suatu proses belajar dan penyesuaian individu-individu
secara terus menerus terhadap nilai-nilai budaya dan cita-cita masyarakat; suatu proses
dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan untuk
memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.

Dalam tulisan ini nampak jelas bahwa para pendidik, maupun pakar serta penggiat beberapa
lembaga pendidikan menyatakan bahwa pendidikan anti korupsi sangat diperlukan bagi
segenap anak bangsa untuk memberikan pemahaman yang lebih luas tentang bahaya korupsi
bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pada dasarnya, pendidikan suatu proses belajar dan penyesuaian individu-individu secara
terus menerus terhadap nilai-nilai budaya dan cita-cita masyarakat; suatu proses di mana
suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk
memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pasal 3 bahwa
pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pertama, ranah kognitif yang menekankan aspek untuk mengingat dan mereproduksi
informasi yang telah dipelajari, yaitu untuk mengkombinasikan cara-cara kreatif dan
mensintesakan ide-ide dan materi baru.

Maka dari ketiga unsur pencapaian pendidikan itu, idealnya harus dilakukan secara terpadu
(integral) sehingga tercapai tujuan proses pendidikan yang diinginkan dan akan jelas ke mana
pendidikan itu akan diarahkan.
Maka untuk mewujudkan pendidikan anti korupsi, harus menjadi tanggung jawab bersama
antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah, karena itu pendidikan berlangsung seumur
hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Sedangkan, pembentukan aspek psikomotorik menjadi tugas dan tanggung jawab masyarakat
(lembaga-lembaga kursus, dan seienisnya).Dengan adanya pembagian tugas seperti ini, maka
masalah pendidikan anti korupsi sebenarnya menjadi tanggung jawab semua pihak: orang tua,
pendidik (guru), dan masyarakat.

Hal ini jelas merupakan tindakan yang patut dan harus didukung, sebab internalisasi sikap
dan kebiasaan anti korupsi dapat saja lewat penegakan hukum maupun pendidikan yang
bernilai preventif dan edukatif.

Maka arah dari semua langkah itu adalah membangun kultur perlawanan terhadap budaya
korupsi yang dimulai dari pendidikan keluarga, dengan sifat menciptakan efek jera,
menebarkan budaya malu, menciptakan budaya kejujuran, budaya tanggung jawab dan
berupaya untuk mencegah agar para calon pelaku korupsi takut untuk berbuat serupa.

Maka untuk mewujudkan pendidikan anti korupsi, pendidikan di sekolah harus diorientasikan
pada tataran moral action, agar peserta didik tidak hanya berhenti pada kompetensi
(competence) saja, tetapi sampai memiliki kemauan (will), dan kebiasaan (habit) dalam
mewujudkan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari.

Kenapa, karena pendidikan memiliki peran yang strategis dalam mendukung dan bahkan
mempercepat pembentukan masyarakat berkeadaban (Azra, 2002), memiliki kemampuan,
keterampilan, etos, dan motivasi untuk berpartisifasi aktif secara jujur dalam masvarakat.

Maka munculnva wacana dan kesadaran moral untuk memberantas korupsi yang sudah
menggurita ke segala lini kehidupan masyarakat Indonesia, selain melalui mekanisme hukum,
juga membangun filosofi baru berupa penyamaan nalar dan nilai-nilai baru yang bebas
korupsi melalui pendidikan formal, nonformal, dan informal.

Pendidikan anti korupsi harus diberikan melalui pembelajaran sikap mental dan nilai-nilai
moral bebas korupsi di sekolah, sehingga generasi baru Indonesia diharapkan dapat memiliki
pandangan dan sikap yang keras terhadap segala bentuk praktik korupsi.
Misalnya guru menerangkan hal-hal idealis dalam memberikan pelajaran, menabung pangkal
kaya, tetapi realitanya banyak guru yang korupsi, seperti korupsi waktu, korupsi materi
pelajaran yang diberikan, korupsi berupa absen mengajar tanpa izin kelas.

Dengan pendidikan anti korupsi, diharapkan dapat menghasilkan manusia-manusia yang


memiliki kecintaan terhadap bangsa dan negara, memiliki perilaku yang baik, bermoral,
berakhlakul karimah dan memiliki keimanan yang kuat.

Maka, dalam mata pelajaran anti korupsi, para murid dapat membahas tentang bahaya
korupsi, isu-isu terkini seputar korupsi, siapa saja pejabat yang terlibat dalam kasus korupsi,
dan siapa saja yang sudah diputuskan bersalah.

Maka dari pendidikan anti korupsi, target yang diharapkan adalah bagaimana menanamkan
sebuah pola pikir dan sikap kepada masyarakat Indonesia terutama para pelajar sebagai
calon-calon pemimpin untuk "mensharamkan" dan bahkan pada sikap "membenci" suatu
perbuatan atau perilaku yang dinamakan dengan tindakan korupsi.

Selain itu, dalam proses pembelajaran sikap pengajar harus terbuka, jujur, tidak melakukan
tindakan-tindakan pengurangan waktu, tidak korupsi materi pelajaran yang diberikan, tidak
korupsi absen mengajar tanpa izin kelas, dan sebagainya.

Jika sumber daya manusia itu tidak memiliki fondasi iman, akhlak, dan mental yang kuat,
maka korupsi pun akan dilakukan, karena mengais atau mencari rezeki secara benar, halal,
dan wajar untuk mengembalikan investasi yang telah ia keluarkan dalam proses pendidikan
tidak didapatkannya.

Maka sebenarnya para pelaku korupsi, atau mereka yang berada dalam lingkaran kekuasaan
mestinya tersentuh ketika anak-anak muda sekarang ini telah mengembangkan penalarannya
sendiri untuk membangun budaya jujur, budaya malu, dan budaya anti korupsi.

Kasus di Yogyakarta beberapa bulan yang lalu, kita mendengar beribu "ijazah aspal" (aslitapi
palsu) yang dikeluarkan beberapa institusi pendidikan.Fenomena semacam ini sangat
memilukan dan menyedihkandunia pendidikan dan merupakan tantangan yang perlu
segeradijawab oleh lembaga pendidikan itu sendiri, sehingga dapatmembangun masyarakat
yang memiliki sikap amanah (trust)yang tinggi.

Kalaulah pendidikan anti korupsi jadi dilaksanakan di sekolah, ketika guru mengajarkan
siswanya untuk tidak mengambil uang yang bukan haknya, namun pada saat yang bersamaan
ia malah menjadi korban pungutan di sekolah, kira-kira pemahaman apa yang timbul dalam
pikiran siswa?

Tetapi, apa yang dilihatnya, apa yang disaksikannya terus tertanam


dibenaknya.Dikhawatirkan ketika ia menamatkan sekolahnya dan mulai beraktifitas di tengah
masyarakat akan timbul pemahaman, sikap dan perilaku yang cenderung korup.

Serta berperan aktif melakukan pembersihan pada institusi pendidikan, sehingga ketika
pendidikan anti korupsi masuk ke sekolah telah muncul keteladanan kepala sekolah,
keteladanan guru-guru, keteladanan pegawai di sekolah yang juga anti korupsi.

Keteladanan inilah yang kemudian menjadi pengalaman bagi siswa sebagai guru yang terbaik
dalam menginternalisasikan pengetahuan, sikap dan perbuatan yang anti korupsi.

VERSI 2
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI SEKOIAH

Kalau di atas diibaratkan korupsi ibarat gangren, maka akan lebih mudah mengobati yang
masih sedikit atau mencegah sebelum teriadi. Penanaman nilai yang dilakukan secara
konsisten dan berkelanjutan, akan menumbuhkan sebuah sikap yang menjadi kepribadian
anak. Tidak diragukan lagi, dengan proses mengulang, anak akan ingat, namun jika yang
sama diulang lebih dari tiga kali, anak akan merasa jenuh dan merasa kehilangan hak untuk
membuat pilihan bebas. ladi tidak ada salahnya mengubah bentuk penyediaan informasi
dengan cara yang paling tak terduga dan mengesankan Mempersuasi diri sendiri
untukbersikap kritis.

Berikuttabel dari Nucci, 2001, mungkin dapat menjadi salah satu acuan Dilihat dari tabel
diatas, usia anak dan remaja merupakan usia yang cukup kritis dalam pembentukan
sikap, sehingga dapat dikatakan bahwa untuk memperbaiki negara ini pendidikan anti korupsi
di tingkat SD dan SMP menjadi penting untuk menyiapkan pemimpin masa depan yang tidak
korup. Jika kita melihat dan mau berfikir bahwa sesungguhnya akar dari korupsi yang
membusukkan negara dan memiskinkan rakyat tersebut teriadi karena kerusakan moral yang
cukup parah dan mengakar yang seolah sudah membudaya pada para pejabat publik yang
ada. Sebagai upaya mewujudkan siswa yang utuh, pintar dan berkepribadian. Dengan
mengintegrasikan nilai-nilai ini ke dalam kehidupan/proses belajar siswa diharapkan siswa
mampu berkembang menjadi pribadi yang lebih baik, dan akhirnya akan bersikap anti
koruptif.

Nilai ini hendaknya selalu direfleksikan ke dalam setiap proses pembelajaran baik yang
bersifat intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Salah satu strategi yang dilakukan untuk memerangi korupsi adalah dengan
dirancangnya pendidikan anti korupsi oleh beberapa lembaga pendidikan. Gagasan ini lahir
dimaksudkan untuk membasmi korupsi melalui persilangan antara pendidikan watak dan
pendidikan kewarganegaraan. Disamping itu, pendidikan untuk mengurangi korupsi berupa
pendidikan nilai, yaitu pendidikan untuk mendorong setiap generasi menyusun kembali
sistem nilai yang diwarisi . Secara simplistik memang sektor pendidikan formal di Indonesia
dapat berperan dalam memenuhi kebutuhan pencegahan korupsi.
Oleh karenanya, pendidikan perlu mengembangkan nilai anti korupsi. Sebab dalam
sistem pendidikan Indonesia, baik dalam kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis
Kompetensi maupun Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan belum dimuat materi
mengenai permasalahan korupsi di Indonesia secara langsung. Pendidikan dapat
berperan dalam memberantas korupsi secara tidak langsung melalui pengaitan materi
pembelajaran secara kontekstual dengan pesan-pesan yang ingin disampaikan
berkenaan dengan korupsi. Dengan demikian, jelaslah bahwa pendidikan Islam
sebagai bagian integral dari pendidikan Indonesia tentunya mempunyai peranan
penting dalam mengembangkan nilai anti korupsi.

Pendidikan agama bisa dijadikan sebagai sarana upaya preventif dan antisipatif dalam
mengembangkan nilai anti korupsi untuk pencegahan dan pemberantasan
korupsi. Karena manusia-manusia yang lahir melalui sektor pendidikan adalah
manusia-manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, beriman, berakhlak
mulia, memiliki kompetensi dan profesionalitas serta sebagai warga negara yang
bertanggung jawab. Dan disaat institusi lain tidak berdaya melakukan perlawanan
terhadap korupsi, maka institusi pendidikan dapat dijadikan benteng terakhir tempat
menyebarkan nilai-nilai anti korupsi. Keterlibatan pendidikan formal dalam
upayapencegahan korupsi sebenarnya bukan hal baru, justru memiliki kedudukan
strategis.

Pendidikan anti korupsi yang dimaksud adalah program pendidikan anti korupsi yang
secara konsepsional memungkinkan disisipkan pada mata pelajaran yang sudah ada di
sekolah dalam bentuk perluasan tema yang sudah ada dalam kurikulum dengan
menggunakan pendekatan kontekstual pada pembelajaran anti korupsi. Pada aspek
lain, pendidikan anti korupsi dapat juga diimplementasikan dalam bentuk mata
pelajaran untuk kegiatan ekstrakurikuler siswa ataupun muatan lokal . Pertama, proses
pendidikan harus menumbuhkan kepedulian sosial-normatif, membangun penalaran
obyektif, dan mengembangkan perspektif universal pada individu. Kedua, pendidikan
harus mengarah pada penyemaian strategis, yaitu kualitas pribadi individu yang
konsekuen dan kokoh dalam keterlibatan peran sosialnya.

Pendidikan anti korupsi secara umum dikatakan sebagai pendidikan koreksi budaya
yang bertujuan untuk mengenalkan cara berfikir dan nilai-nilai baru kepada peserta
didik . Dengan demikian, pendidikan anti korupsi membimbing peserta didik untuk
berfikir terhadap nilai-nilai anti korupsi dalam kerangka koreksi terhadap budaya
yang cenderung merusak nilai- nilai tersebut. Dalam pendidikan anti korupsi harus
mengintegrasikan tiga domain, yakni domain pengetahuan , sikap dan perilaku , dan
keterampilan . Implementasi pendidikan anti korupsi di jenjang sekolah bisa
menggunakan strategi integratif-inklusif dan eksklusif misalnya dengan alternatif
materi anti korupsi yang terintegrasi dalam mata pelajaran agama Islam.

Di samping dapat pula disisipkan dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


dan Ilmu Pengetahuan Sosial . Ketiga mata pelajaran itu dipilih karena dianggap dekat
sekali dengan bahan kajian pendidikan anti korupsi yang lebih banyak berorientasi
pada pembinaan warga negara, penanaman nilai dan moral, serta upaya
menumbuhkan kesadaran bagi generasi muda akan bahaya korupsi bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Tujuan pendidikan anti korupsi adalah menanamkan
pemahaman dan perilaku anti korupsi. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 4 ayat disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai suatu
proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang
hayat.

Atas dasar ini, signifikansi penyelenggaraan pendidikan anti korupsi lewat jalur


pendidikan tidak dapat diabaikan potensinya sebagai salah satu cara untuk
membudayakan anti korupsi di Indonesia. Atas yang demikian itu, Ki Hajar
Dewantara menyatakan bahwa pendidikan merupakan upaya untuk memajukan budi
pekerti , pikiran dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan
masyarakatnya. Sedangkan menurut Natsir bahwa pendidikan adalah satu pimpinan
jasmani dan rohani yang menuju kepada kesempurnaan dan kelengkapan arti
kemanusiaan dengan arti sesungguhnya. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dalam tulisan ini nampak jelas bahwa para pendidik, maupun pakar serta penggiat
beberapa lembaga pendidikan menyatakan bahwa pendidikan anti korupsi sangat
diperlukan bagi segenap anak bangsa untuk memberikan pemahaman yang lebih luas
tentang bahaya korupsi bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemberian
pendidikan anti korupsi di sekolah hendaknya memperhatikan kebutuhan dan
kematangan siswa. Kebutuhan yang dimaksud adalah pendidikan anti korupsi
hendaknya tidak menjadi bidang studi yang berdiri sendiri separated sehingga akan
menambah jumlah jam belajar siswa. Sedangkan disesuaikan dengan tingkat
kematangan adalah bobot atau tingkat kesukaran pendidikan anti korupsi hendaknya
disesuaikan dengan kemampuan berfikir peserta didik.

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya


untuk memajukan budi pekerti , pikiran dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam
dan masvarakatnya. Mohammad Natsir dalam tulisannya Idiologi Didikan
Islam, menyatakan pendidikan satu pimpinan jasmani dan ruhani menuju kepada
kesempurnaan dan kelengkapan arti kemanusiaan dalam arti sesungguhnya. Dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pasal 3 bahwa
pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Dalam teori pendidikan terdapat tiga ranah dalam taksonomi
tujuan pendidikan.

Dari ketiga ranah pendidikan tersebut idealnya harus selaras dan saling
melengkapi. Maka dari ketiga unsur pencapaian pendidikan itu, idealnya harus
dilakukan secara terpadu sehingga tercapai tujuan proses pendidikan yang diinginkan
dan akan jelas ke mana pendidikan itu akan diarahkan. Namun kenyataanya
kecenderungan dan pencapaian pendidikan sudah jauh bergeser dari tujuan
idealnya. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan dan mengembangkan kreativitas.

Maka untuk mewujudkan pendidikan anti korupsi, harus menjadi tanggung jawab


bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah, karena itu pendidikan
berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan kita terdiri atas tiga bagian, yaitu
pendidikan informal , formal dan nonformal , yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya. Oleh karena itu, sasaran yang ingin dicapai dari pendidikan adalah
pembentukan aspek kognitif , afektif dan psikomotorik . Dalam pendidikan
keluarga, mengupayakan pendidikan moral seperti agama, budi pekerti, etika, dan
sejenisnya, menjadi tugas dan tanggung jawab orang tua.

Keiuiuran merupakan prinsip dasar dalam pendidikan anti korupsi. Kita harus dan
berani membentuk sikap anti korupsi sejak dini dan dimulai dari pendidikan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai