Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab I, akan dibahas subbab-subbab sebagai berikut : (1) Latar Belakang,
(2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Pembatasan Masalah, (5)
Manfaat Penelitian, dan (6) Penegasan Istilah.

A. Latar Belakang

Korupsi merupakan masalah krusial di hadapi negara dan bangsa


indonesia yang menjadi perhatian semua pihak. Bentuk – bentuk tindak
pidana korupsi yang terentang mulai dari tindak korupsi kecil seperti
mencontek pada saat ujian yang di lakukan oleh sebagian peserta didik,
sampai dengan tindak korupsi yang besar seperti penyelewengan dana
bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang bernilai hingga triliun rupiah.
Hal ini menjadikan citra buruk bagi bangsa indoneisa sehingga semakin
mempertegas anggapan bahwa tindakan korupsi telah menjadi budaya dalam
kehidupan masyarakat indonesia.

Korupsi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi negara dan dapat


memperngaruhi orprasi bisnis, lapanggan kerja, dan investasi – investasi.
Korupsi juga dapat mempengaruhi pendapatan pajak dan efektivitas berbagai
program keuangan. Dengan banyaknya kasus korupsi di masyarakat
berdampak kepara menurunya kepercayaan masyarakat terhadap adanya
hukum di indonesia.

Banyaknya kasus korupsi menghiasi dunia pemerintahan di indonesia,


Menurut catatan Komisi Pemberantasan Korupsi, sejak tahun 2017 hingga
2021, terdapat lebih dari 1000 kasus tindak pidana korupsi yang terdata dari
berbagai instansi, seperti pemerintahan pusat, pemerintahan daerah, lembaga
legislatif, dan BUMN.

Pada tahun 2017 KPK mencatatkan ada 576 perkara kasus korupsi yang
di tanggani, jumlah ini mengalami peningkatan di bandingkan dengan pada

1
tahun 2016. Kemudian pada tahun 2018 terdapat 199 tindak pidana korupsi
pada sejumlah daerah di indonesia yang masuk pada tahap penyidikan. Pada
tahun 2019 terdapat 271 kasus korupsi yang di tangani oleh kejaksaan agung,
kepolisian dan KPK dengan jumlah tersangka 580 orang. Selanjutnya pada
tahun 2020 di temukan 444 kasus korupsi dengan tersangka sebanyak 857
orang. Kemudian yang terakhir pada tahun 2021 KPK menemukan 71 kasus
tindakan korupsi dengan tersangka sebanyak 109 orang, pada tahun ini
menunjukan penurunan yang signifikan.

Periode 2014-2017, kasus yang ditanggani oleh KPK sebanyak 601 kasus
yang terdiri atas penyuapan (55,02%), kasus penyalahgunaan anggaran
(7,44%), kasus perizinan (3,40%), kasus pungutan (3,40%), kasus tindak
pidana pencucian uang (3,07%). Sementara itu pelaku perkara korupsi dengan
presentase tertinggi adalah swasta dengan (25,37%), eselon I sampai III
dengan (23,13%), anggota DPR/DPRD (20%), dan sisianya di lakukan oleh
lembaga kementrian , walikota/bupati dan wakil, gubernur, hakim,
komisioner, duta besar, dan lain sebaginya (Panjaitan, 2018).

Adanya data di tersebut dapat di lihat bahwa kasus korupsi yang terjadi
di indoneisa masih sangatlah tinggi, hal ini menunjukan kesadaran penduduk,
masnyarakat, pejabat, dan pemimpin ini masih sangat rendah oleh sebab itu
perlunya penanaman pendidikan antikorupsi sejak dini.

Upaya pencegahan tindakan korupsi, pemerintah telah meletakkan


landasan kebijakan yang kuat dalam usaha memerangi tindak pidana korupsi.
Berbagai kebijakan tersebut telah tertulis dalam bebagai peratuan perundang
–undangan, anatara lain dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
tentang penyelengaraan negara bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Undang – undang Nomor 20 Tahun 2001 yaitu Lembaga
Pemberantasan Korupsi (KPK).

Keberadaan lembaga - lembaga penegak hukum terhadap tindak pidana


korupsi ternyata belum menciutkan nyali para pelaku koruptor untuk mencuri
harta masyarakat demi keperluan pribadi maupun kelompok. Maka di

2
butuhkan upaya lain untuk meminimalisir tindakan korupsi ini yaitu dengan
adanya pendidikan antikorupsi.

Pendidikan antikorupsi bertujuan untuk mempersiapkan generasi muda


agar memiliki budaya integritas (antikorupsi) melalui kegiatan yang ada di
sekolah temasuk penyelengaraan menejemen berbasis budaya sekolah,
kegiatan pembelajaran, dan pembiasaan di sekolah agar setiap peserta didik
memiliki kemampuan dan kemuan untuk menghindar, menolak, mencegah,
dan melawan segala bentuk kecurangan dan tindakan apapun yang mengarah
pada tindakan korupsi. Secara khusus pendidikan anti korupsi bertujuan untuk
: (1) membangun kehidupan sekolah sebagai bagian dari masyarakat melalui
penciptaan belajar yang berbudaya integritas (antikorupsi), yaitu: jujur,
disiplin, tanggung jawab, bekerja keras, mandiri, adil, berani, perduli, dan
bermartabat; (2) menumbuhkan nurani peserta didik sebagai manusia yang
memiliki kepekaan hati dan selalu menjunjung tinggi nilai – nilai budaya
sebagai wujud dari cinta tanah air , serta di dukung dengan wawasan
kebangsaan yang kuat; (3) menumbuhakan sikap, perilaku, kebiasaan yang
sejalan dengan budaya bangsa indoneisa; (4) menumbuhkan dan
menanamkan jiwa kepemimpinan yang bertanggung jawab sebagai generasi
penerus bangsa; (5) menjalankan menejemen sekolah dengan transparan,
terbuka, profesional, dan bertanggung jawab (Humaira, Dewi and
Furnamasari, 2021).

Pendidikan antikorupsi adalah sebuah usaha yang sudah terencana untuk


mendorong generasi muda dalam mengembangkan sikap menolak secara
tegas dan nyata perbuatan korupsi melalui penanaman nilai – nilai anti
korupsi dalam kegiatan pembelajaran. Pendidikan antikorusi harus di
tanamkan sejak dini kepada peserta didik, karena pada masa inilah anak
sedang membentuk karakter dalam dirinya ( character building), dan pada
usia inilah anak berpotensi untuk melakukan perilaku negatif (buruk). Oleh
karena itu pendidikan antikorupsi adalah penanaman dengan penguatan nilai-
nilai dasar yang di harapkan mampu membentuk sikap antikorupsi (Pahlevi
and Fahmi, 2022).

3
Menurut Kumalasari, (2022)mengugkapkan perkembangan kerpibadian
sanggat berpengaruh besar terhadap sikap dan perilaku seorang (baik dan
buruk). Jika sejak dini anak tidak di didik dengan baik dan benar maka sikap
negatif tersebut kemungkinan akan timbul, Dan kemudia secara pesikologis
anak akan menganggap hal itu (benar) menurut mereka. Jika hal ini tidak
segera di atasi atau di biarkan begitu saja maka akan berkaibat fatal.

Pendidikan antikorupsi sebenarnya bisa di masukan dalam semua mata


pelajaran namun yang di uatamakan ialah mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegraan dan Pendidikan Agama. Nilai – nilai yang di gunakan dalam
mengintegrasikan pendidikan antikorupsi dalam mata pelajaran yaitu nilai
kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja
keras, kesederhanaan, keberanian dan keadilan.

Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisitem pendidikan


nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengemabangakan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka pencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkanya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakawa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sasaran utama pendidikan antikorupsi adalah menumbuhkannya budaya


antikorupsi pada semua warga sekolah, sehingga semua warga sekolah
memiliki kesadaran tinggi untuk selalu bersikap jujur, disiplin, kerja sama,
tanggung jawab, mandiri, adil, berani, dan perduli terhadap penegakan
aturana yang berlaku. Sebagai bagian dari pendidikan karakter, pendidikan
antikorupsi merupakan cara untuk membangun kepribadian peserta didik.
Upaya tersebut merupakan hasil dari proses pendidikan dalam arti luas. Hasil
dari pendidikan akan berujung pada kopetensi bersikap dan kopetensi
bertindak. Menurut Humaira, Dewi and Furnamasari, (2021) hasil pendidikan
meliputi aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.

4
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang ikut serta dalam
pengembangan sikap antikorupsi pada peserta didik. Salah satu unsur perilaku
antikorupsi yang harus di kembangkan adalah sikap kejujuran. Sikap
kejujuran harus di tanamkan dalam diri peserta didik, karena kejujuran
merupakan tanggung jawab moral seorang terhadap nilai dan norma yang ada
di masyarakat. Pengembangan pendidikan berbasis budaya sekolah salah
satunya ialah kantin kejujuran merupakan cara yang tepat untuk
mengimplementasikan pendidikan antikorupsi. Kegiatan ini mengajarkan dan
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memahami apa pentingnya
nilai kejujuran. Nilai adalah sesuatu yang di junjung tinggi, yang dapat
mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang(Adisusilo, 2021). Pengembangan
kantin kejujuran dapat di terapkan dalam sekolah menengan ketas dalam
rangka menanamkan nilai – nilai kejujuran dan tanggung jawab kepada
peserta didik.

Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan yang di lakukan pada


peserta didik di SMK Pembangunan Kandangan menunjukkan bahwa sikap
tanggung jawab, kejujuran, dan kemandirian peserta didik masih kurang. Hal
tersebut di lihat dari rasa tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap fasilitas
sekolah yang masih rendah, bahkan peserta didik cenderung merusak fasilitas
yang sudah di sediakan sekolah, salah satu contohnya mencoret-coret bangku
dengan alat tulis. Kemudian masalah kejujuran dalam bertindak, siswa –
sisiwa terkadang masih sering melakukan tindakan mengambil barang atau
makanan dari kantin kejujuran tanpa membayar. Dengan adanya
permasalahan tersebut menunjukan bahwa peserta didik di SMK
Pembangunan Ini masih rendah dalam memahami arti antikorupsi.

Banyak orang menganggap hal ini wajar di lakukan oleh peserta didik di
bangku sekolah, namun sebenarnya perilaku ini adalah masalah yang dapat
merusak moral generasi muda penerus bangsa, jika tidak segera di atasi maka
sikap dan perilaku ini akan di anggap menjadi hal yang biasa di lakukan
peserta didik dan tidak menutup kemungkinan pada saat mereka dewasa dan

5
menjadi pejabat pemerintaha mereka akan melakukan perbuatan buruk yang
serupa tindakan korupsi.

Menumbuhkan potensi diri peserta didik untuk memiliki kekuatan


sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, keterampilan. Idealnya peserta didik memiliki sifat bermartabat untuk
menjadi manusia yang sehat dan bersih dari korupsi, dalam kasus ini perlu di
implementasikan nilai – nilai pentingnya pendidikan anti korupsi dalam
kegiatan pembelajaran dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi.

Pendidikan anti korupsi sesungguhnya berperan sangat penting guna


mencegah dan mengendalikan tindak pidana korupsi. Jika KPK dan beberapa
instansi anti korupsi lainnya menangkapi para koruptor, maka pendidikan anti
korupsi juga penting guna mencegah adanya koruptor. Seperti pentingnya
pelajaran akhlak dan moral. Pelajaran akhlak penting guna mencegah
terjadinya kriminalitas. Begitu halnya pendidikan anti korupsi, memiliki nilai
penting guna mencegah aksi korupsi. Maka dari itu, kita sebagai pemelihara
bangsa dan generasi penerus bangsa, sudah pasti harus mampu memberikan
sumbangsih dalam hal pemberantasan korupsi.

Pemberantasan korupsi tidak cukup teratasi hanya dengan mengandalkan


proses penegakkan hukum. Pembrantasan korupsi yang dilakukan harus
mengena semua, tidak hanya kelas „kakap‟, tapi juga korupsi kelas
„teri‟. Memang pekerjaan yang maha berat, tapi bukan tidak mungkin, bila
upaya preventifnya kita temukan, maka „bibit-bibit‟ korupsi akan
tertanggulangi. Tindakan preventif yang dimaksud, antara lain dengan
menanamkan nilai religius, moral bebas korupsi atau pembelajaran anti
korupsi melalui berbagai lembaga pendidikan maupun di lingkungan sekitar
seperti keluarga dan masyarakat (Khoirunisa, 2019)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian dengan judul Analisis Pendidikan Anti Korupsi
Berbasis Budaya Sekolah Di SMK Pembangunan Kandangan

6
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di sampaikan, maka dapat tersusun


rumusan masalah melalui pernyataan yaitu :

1. Bagaimana implementasi pendidikan antikorupsi berbais budaya sekolah


di SMK pembangunan Kandangan ?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan
antikorupsi berbasis budaya sekoalah di SMK Pembangunan Kandangan ?
3. Bagaimana solusi untuk mengatasi faktor penghambat rendahnya
pendidikan antikorupsi berbasis budaya sekolah di SMK Pembangunan
Kandangan ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, dapat di


uraikan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk menganalsisi bagaimana implementasi pendidikan antikorupsi


berbais budaya sekolah di SMK pembangunan Kandangan.
2. Untuk menganalisis faktor penghambat dan pendukung implementasi
pendidikan antikorupsi berbasis budaya sekoalah di SMK Pembangunan
Kandangan.
3. Untuk menganalisis solusi mengatasi faktor rendahnya pendidikan
antikorupsi berbasis budaya sekolah di SMK Pembangunan Kandangan.

D. Batasan Masalah

Menghindari kesalahan presepsi ataupaun pembahasan yang melebar dalam


penelitian ini, maka di perlukan adanya pembatasan masalah, batasan masalah
pada penelitian ini adalah, penelitian di lakukan pada peserta didik yang
mengikuti kegiatan pembelajaran di SMK Pembangunan Kandangan Jl. Pare
lama No. 39 Kec. Kandangan Kab. Kediri Jawa Timur Kode Pos 64294 dan
peneliti berusaha menggali peran kegiatan budaya sekolah dalam

7
pembentukan karakter mandiri, jujur, disiplin, religius, Dan tanggung jawab
pada peserta didik melalui kegiataan budaya sekolah.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini ialah sebagai berikut :

1. Secara Teoretis
a. Melalui penelitian ini penulis berharap dapat memberikan
pengetahuan bahwa pentingnya pendidikan anti korupsi dalam
kehidupan sehari – hari dan implementasinya demi keberlangsungan
sehari – hari peserta didik di SMK Pembangunan Kandangan,
b. Di jadikan sebagai acuan atau referensi bagi peneliti selanjutnya dan
bahan dalam pengembangan ilmu pengetahuan mengenai pendidikan
anti korupsi.
2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

a. Bagi peneliti
Untuk memberikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh
kuliah dan sebagai persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1
Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan di Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Malang.

b. Bagi sekolah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan
dan memaksimalkan kegiatan budaya sekolah sebagai upaya
implementasi pendidikan karakter dan implementasi pendidikan anti
korupsi pada peserta didik.

c. Penulis selanjutnya
Sebagai bahan informasi dalam menambah pengatahuan bagi peneliti
selanjutnya yang inggin mendalami analisis pendidikan anti kroupsi
berbasis budaya sekolah.

8
F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari adanya kesalah pahaman dalam menafsirkan judul


laporan ini, maka penulis memberikan penegasan atau pengertian istilah –
istilah dalam judul tersebut yang sekaligus menjadi batasan dalam
pembahasan selanjutnya :

1. Analisis

Analisis adalah usaha untuk mengurai suatu masalah menjadi


bagian – bagian. Sehingga, susunan tersebut tampak jelas dan kemudian
bisa di tangkap maknanya atau dimengerti duduk perkaranya (Muhdar,
2021).

Analisis adalah kegiatan untuk mencari pola, atau cara berpikir


yang berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu
untukmenentukan bagian, hubungan antar bagian, serta hubungannya
dengan keseluruhan (Sugiyono, 2010)

Analisa adalah kegiatan membaca teks, dengan menempatkan


tanda-tanda dalam interaksi yang dinamis dan pesan yang disampaikan
(Fauzia and Yuliastuti, 2021)

Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,


perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
sebab musabab, duduk perkara dan sebagainya(Onsu, Mantiri and
Singkoh, 2019).

2. Pendidikan

Pendidikan adalahusaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Asy‟ari,
2011).

9
Pendidikan adalah mengalihkan nilai-nilai, pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan kepada generasi muda sebagai usaha
generasi tua dalam menyiapkan fungsi hidup generasi selanjutnya, baik
jasmani maupun rohani (Kurniawan, 2017).

Mendefinisikan secara umum “Pendidikan adalah segala upaya


yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,
kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan” (Notoatmodjo, 2008).

Pendidikan adalah keseluruhan proses teknik dan metode belajar


mengajar dalam rangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang
kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Pogaga,
Kindangen and Koleangan, 2021).

3. Pendidikan Anti Korupsi

Pendidikan anti korupsi merupakan usaha sadar dan terencana untuk


mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti
korupsi dalam upaya menciptakan generasi muda yang bermoral baik dan
berperilaku anti koruptif (Kurniawan and Setiyowati, 2018).

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan


proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi – potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang di perlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara
(Pristiwanti, 2022).

4. Budaya Sekolah

Budaya sekolah adalah pola nilai-nilai, prinsip-prinsip, tradisi-


tradisi dan kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalam perjalanan panjang
sekolah, dikembangkan sekolah dalam jangka waktu yang lama dan
menjadi pegangan serta di yakini oleh seluruh warga sekolah sehingga
mendorong munculnya sikap dan perilaku warga sekolah(Riadi, 2018a).

10
Menurut Deal dan Peterson dalam Supardi (2015; 221)
menyatakan bahwa: Budaya sekolah adalah sekumpulan nilai
yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan
symbol-simbol yangdi praktekkan oleh kepala sekolah, guru,
petugas administrasi, siswa dan masyarakat sekitar sekolah.
Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak,dan
citra sekolah tersebut di masyarakat luas(Arifin, 2019).

Budaya sekolah adalah pola makna yang diwariskan


sepanjang perjalanan sekolah yang meliputi norma-norma,
nilai-nilai, kepercayaan, upacara, tradisi ritual, dan
pemahaman mitos, yang kemungkinan dalam berbagai
tingkatan yang ditunjukkan oleh warga sekolah. Sistem
makna ini sering berupa hal-hal yang dipikirkan oleh warga
sekolah dan bagaimana mereka bertindak atau bertingkah laku.

11

Anda mungkin juga menyukai