PENDAHULUAN
Dalam bab I, akan dibahas subbab-subbab sebagai berikut : (1) Latar Belakang,
(2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Pembatasan Masalah, (5)
Manfaat Penelitian, dan (6) Penegasan Istilah.
A. Latar Belakang
Pada tahun 2017 KPK mencatatkan ada 576 perkara kasus korupsi yang
di tanggani, jumlah ini mengalami peningkatan di bandingkan dengan pada
1
tahun 2016. Kemudian pada tahun 2018 terdapat 199 tindak pidana korupsi
pada sejumlah daerah di indonesia yang masuk pada tahap penyidikan. Pada
tahun 2019 terdapat 271 kasus korupsi yang di tangani oleh kejaksaan agung,
kepolisian dan KPK dengan jumlah tersangka 580 orang. Selanjutnya pada
tahun 2020 di temukan 444 kasus korupsi dengan tersangka sebanyak 857
orang. Kemudian yang terakhir pada tahun 2021 KPK menemukan 71 kasus
tindakan korupsi dengan tersangka sebanyak 109 orang, pada tahun ini
menunjukan penurunan yang signifikan.
Periode 2014-2017, kasus yang ditanggani oleh KPK sebanyak 601 kasus
yang terdiri atas penyuapan (55,02%), kasus penyalahgunaan anggaran
(7,44%), kasus perizinan (3,40%), kasus pungutan (3,40%), kasus tindak
pidana pencucian uang (3,07%). Sementara itu pelaku perkara korupsi dengan
presentase tertinggi adalah swasta dengan (25,37%), eselon I sampai III
dengan (23,13%), anggota DPR/DPRD (20%), dan sisianya di lakukan oleh
lembaga kementrian , walikota/bupati dan wakil, gubernur, hakim,
komisioner, duta besar, dan lain sebaginya (Panjaitan, 2018).
Adanya data di tersebut dapat di lihat bahwa kasus korupsi yang terjadi
di indoneisa masih sangatlah tinggi, hal ini menunjukan kesadaran penduduk,
masnyarakat, pejabat, dan pemimpin ini masih sangat rendah oleh sebab itu
perlunya penanaman pendidikan antikorupsi sejak dini.
2
butuhkan upaya lain untuk meminimalisir tindakan korupsi ini yaitu dengan
adanya pendidikan antikorupsi.
3
Menurut Kumalasari, (2022)mengugkapkan perkembangan kerpibadian
sanggat berpengaruh besar terhadap sikap dan perilaku seorang (baik dan
buruk). Jika sejak dini anak tidak di didik dengan baik dan benar maka sikap
negatif tersebut kemungkinan akan timbul, Dan kemudia secara pesikologis
anak akan menganggap hal itu (benar) menurut mereka. Jika hal ini tidak
segera di atasi atau di biarkan begitu saja maka akan berkaibat fatal.
4
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang ikut serta dalam
pengembangan sikap antikorupsi pada peserta didik. Salah satu unsur perilaku
antikorupsi yang harus di kembangkan adalah sikap kejujuran. Sikap
kejujuran harus di tanamkan dalam diri peserta didik, karena kejujuran
merupakan tanggung jawab moral seorang terhadap nilai dan norma yang ada
di masyarakat. Pengembangan pendidikan berbasis budaya sekolah salah
satunya ialah kantin kejujuran merupakan cara yang tepat untuk
mengimplementasikan pendidikan antikorupsi. Kegiatan ini mengajarkan dan
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memahami apa pentingnya
nilai kejujuran. Nilai adalah sesuatu yang di junjung tinggi, yang dapat
mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang(Adisusilo, 2021). Pengembangan
kantin kejujuran dapat di terapkan dalam sekolah menengan ketas dalam
rangka menanamkan nilai – nilai kejujuran dan tanggung jawab kepada
peserta didik.
Banyak orang menganggap hal ini wajar di lakukan oleh peserta didik di
bangku sekolah, namun sebenarnya perilaku ini adalah masalah yang dapat
merusak moral generasi muda penerus bangsa, jika tidak segera di atasi maka
sikap dan perilaku ini akan di anggap menjadi hal yang biasa di lakukan
peserta didik dan tidak menutup kemungkinan pada saat mereka dewasa dan
5
menjadi pejabat pemerintaha mereka akan melakukan perbuatan buruk yang
serupa tindakan korupsi.
6
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Batasan Masalah
7
pembentukan karakter mandiri, jujur, disiplin, religius, Dan tanggung jawab
pada peserta didik melalui kegiataan budaya sekolah.
E. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoretis
a. Melalui penelitian ini penulis berharap dapat memberikan
pengetahuan bahwa pentingnya pendidikan anti korupsi dalam
kehidupan sehari – hari dan implementasinya demi keberlangsungan
sehari – hari peserta didik di SMK Pembangunan Kandangan,
b. Di jadikan sebagai acuan atau referensi bagi peneliti selanjutnya dan
bahan dalam pengembangan ilmu pengetahuan mengenai pendidikan
anti korupsi.
2. Secara Praktis
a. Bagi peneliti
Untuk memberikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh
kuliah dan sebagai persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1
Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan di Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Malang.
b. Bagi sekolah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan
dan memaksimalkan kegiatan budaya sekolah sebagai upaya
implementasi pendidikan karakter dan implementasi pendidikan anti
korupsi pada peserta didik.
c. Penulis selanjutnya
Sebagai bahan informasi dalam menambah pengatahuan bagi peneliti
selanjutnya yang inggin mendalami analisis pendidikan anti kroupsi
berbasis budaya sekolah.
8
F. Penegasan Istilah
1. Analisis
2. Pendidikan
9
Pendidikan adalah mengalihkan nilai-nilai, pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan kepada generasi muda sebagai usaha
generasi tua dalam menyiapkan fungsi hidup generasi selanjutnya, baik
jasmani maupun rohani (Kurniawan, 2017).
4. Budaya Sekolah
10
Menurut Deal dan Peterson dalam Supardi (2015; 221)
menyatakan bahwa: Budaya sekolah adalah sekumpulan nilai
yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan
symbol-simbol yangdi praktekkan oleh kepala sekolah, guru,
petugas administrasi, siswa dan masyarakat sekitar sekolah.
Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak,dan
citra sekolah tersebut di masyarakat luas(Arifin, 2019).
11