Anda di halaman 1dari 64

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter

peserta didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dalam Pasal 3 bahwa “Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab” (Undang Undang Nomor 20 Tahun

2003). Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional sudah

mencanangkan penerapan pendidikan karakter untuk semua jenjang

pendidikan dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.

Pembentukan karakter perlu dilakukan sejak usia dini sebagai dasar

untuk menghadapi kehidupan di lingkungan sekitarnya sehingga mampu

membangun kepribadian bangsa Nuh (Sri Narwani, 2011: 1). Negara

Indonesia saat ini sedang mengalami ujian berat yang harus dilalui, yaitu

terjadinya krisis multidimensional yang ditemukan praktek KKN (Korupsi,

2
Kolusi, dan Nepotisme) yang terjadi di setiap lini, baik yang dilakukan oleh

warga masyarakat maupun pejabat negara, terjadinya konflik (antar etnis,

agama, dan politisi), meningkatnya kriminalitas, menurunnya etos kerja,

terjadinya pemerkosaan yang korban maupun pelakunya siswa sekolah,

narkoba, seks bebas, minuman keras dikalangan remaja dan anak,

tawuran antar sekolah, serta vandalisme oleh siswa dan mahasiswa. Ada

sepuluh tanda-tanda zaman yang harus diwaspadai, karena jika tanda-

tanda itu sudah ada berarti sebuah bangsa sedang menuju jurang

kehancuran, tanda-tanda yang dimaksud adalah: meningkatnya kekerasan

di kalangan remaja, penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk,

pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan, meningkatnya

perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol, dan seks

bebas, semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, menurunnya

etos kerja, semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru,

rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara,

membudayanya ketidakjujuran, adanya rasa saling curiga dan kebencian

di antara sesama (Lickona dalam Megawangi, 2007:57).

Krisis multidimensional dan tanda-tanda kehancuran bangsa seperti

yang dikemukakan oleh Thomas Lickona sebetulnya mengakar pada

menurunnya kualitas karakter bangsa. Hal ini mengindikasikan perlu

adanya pendidikan karakter untuk mendidik anak-anak, agar mereka dapat

mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam

kehidupan sehari-hari. Adanya pendidikan karakter juga dapat memberikan


3
kontribusi yang positif terhadap lingkungannya, karena pendidikan karakter

akan membawa peserta didik ke dalam pengenalan nilai secara kognitif,

penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya pengamalan nilai secara

nyata di dalam kehidupan.

Karakter merupakan gambaran tingkah laku yang menonjolkan nilai

benar salah, baik buruk, baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter

berbeda dengan kepribadian karena pengertian kepribadian dibebaskan

dari nilai. Meskipun demikian, baik kepribadian (personality) maupun

karakter berwujud tingkah laku yang ditunjukkan ke lingkungan sosial.

Keduanya relatif permanen serta menuntun, mengarahkan, dan

mengorganisasikan aktivitas individu (Alwisol dalam Character Building,

2006:8). Karakter mengacu pada serangkaian sikap, perilaku, motivasi,

dan keterampilan. Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk

melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual seperti berpikir kritis dan

alasan moral, perilaku seperti jujur dan tanggung jawab. Individu yang

berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha melakukan yang terbaik

(Battistich dalam Arismantoro, 2008:27). Nilai karakter yang perlu

ditanamkan adalah nilai-nilai universal yang mana seluruh agama, tradisi,

dan budaya pasti menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut, pendidikan karakter

tidak sekedar pengetahuan dan doktrinasi, tetapi lebih menjangkau dalam

wilayah emosi, hal ini sangat diperlukan agar individu, bukan hanya

mengetahui kebajikan (knowing the good), tetapi juga merasakan (feeling

the good), mencintai (loving the good), menginginkan (desiring the good),
4
dan mengerjakan kebajikan (acting the good) (Lickona dalam Megawangi,

2004:105). Metode pendidikan melalui otak kiri dengan hafalan konsep

harus diubah dengan metode yang lebih menekankan pada otak kanan,

dengan perasaan, cinta, serta pembiasaan dan amalan kebajikan di dalam

keluarga maupun sekolah.

Pendidikan karakter menjadi media dalam membentuk dan

menjadikan karakter seseorang semakin kuat. Pendidikan karakter dapat

diberikan dalam jalur pendidikan formal, informal maupun non formal.

Pendidikan formal adalah pendidikan berprogram, berstruktur, dan

berlangsung di lembaga pendidikan sedangkan Pendidikan non formal

adalah pendidikan yang berstruktur, berprogram, dan berlangsung di luar

kegiatan formal yang ada di sekolah. Pendidikan informal adalah

pendidikan yang tidak berprogram, tidak berstruktur, serta berlangsung

kapanpun dan dimanapun (Coombs dalam Munib, 2007:76). Pendidikan

informal terutama di lingkungan keluarga memberikan kontribusi dalam

mendukung pencapaian tujuan akademik dan pembentukan karakter anak.

Namun, kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif tinggi,

kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan

keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media

elektronik menjadi faktor penghambat terhadap perkembangan akademik

maupun karakter anak.

5
Politeknik Imigrasi merupakan Lembaga Pendidikan Tinggi

Kedinasan di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia yang setara dengan program pendidikan sarjana

terapan. Paradigma baru pendidikan kedinasan sebagai pendidikan profesi

memberikan peran pendidikan kedinasan yang lebih jelas dalam sistem

pendidikan nasional sebagai penyelanggara pendidikan atau program-

program yang tidak diselenggarakan oleh perguruan tinggi lainnya baik

negeri maupun swasta. Pelaksanaan pendidikan di Politeknik Imigrasi

berorientasi pada tiga wawasan, yaitu wawasan kebangsaan, wawasan

kejuangan, dan wawasan kebudayaan. Implementasi dari wawasan

kebangsaan terletak dalam pembinaan kehidupan berasrama penuh yang

dikembangkan secara luas dan menjadi nafas kehidupan sehari-hari, yang

kesemuanya bermuara pada persatuan dan kesatuan bangsa.

Wawasan kejuangan merupakan pembinaan jiwa kejuangan yang

tinggi terhadap tugas-tugas, tidak mudah putus asa, etos kerja keras dan

disiplin tinggi, serta berorientasi pada prestasi. Implementasi dari wawasan

kebudayaan adalah terciptanya masyarakat mini pancasila di dalam

kehidupan kampus Politeknik Imigrasi. Melalui ketiga wawasan tersebut

para taruna akan dibentuk menjadi manusia Indonesia yang siap pakai

dengan kepribadian Indonesia yang utuh. Proses pendidikan di Politeknik

Imigrasi dilakukan dengan model berasrama penuh.

6
Lingkungan kehidupan kampus Politeknik Imigrasi dimana taruna

dan pembina berada dalam satu kompleks memberikan suasana

kekeluargaan yang tinggi dengan nilai-nilai, sikap dan perilaku normatif

yang dapat diarahkan untuk mencapai tujuan pembentukan karakter.

Bertolak dari uraian-uraian yang telah di jelaskan tersebut, penulis tertarik

untuk meneliti tentang “POLA PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM

PEMBENTUKAN KARAKTER DI POLITEKNIK IMIGRASI”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pola pelaksanaan pembinaan di Politeknik Imigrasi ?

2. Hambatan apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan pembinaan

di Politeknik Imigrasi?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan uraian permasalah tersebut maka dapat diambil tujuan

penulisan ini yaitu :

1. Mengetahui pola pembinaan yang tepat untuk di terapkan di

Politeknik Imigrasi

2. Mengetahui kondisi serta hambatan yang dihadapi dalam sistem

pembinaan di Politeknik Imigrasi

7
D. Landasan Teori

1. Pendidikan Karakter

Banyak tokoh yang mendefinisikan tentang pengertian pendidikan

karakter, tetapi ada benang merah dari pendapat yang dikemukakan

bahwa pendidikan karakter pada dasarnya adalah sebuah usaha untuk

membentuk perilaku baik. Pendidikan karakter adalah usaha mendidik

seseorang untuk terbiasa berperilaku baik, sehingga ia menjadi

terbiasa, dan akan merasa bersalah kalau tidak melakukannya.

(Aristoteles dalam Megawangi, 2004:114). Pendapat yang hampir

sama juga dikemukakan oleh Ghazali dalam Megawangi (2004:25)

“pendidikan karakter adalah usaha aktif untuk membentuk kebiasaan

baik (habit), sehingga sifat anak sudah terukir sejak kecil”.

Khan (2010:1) mengemukakan pandangannya tentang pendidikan

karakter yaitu pendidikan yang mengajarkan kebiasaan cara befikir

dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja

bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara, dan

membantu mereka membuat keputusan yang dapat

dipertanggungjawabkan. Pendidikan karakter menjadi media untuk

mengajarkan anak didik dalam berfikir dan berperilaku cerdas.

Pendapat Khan diperkuat dengan definisi “Pendidikan karakter

sebagai sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat

mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam


8
kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi

yang positif kepada lingkungannya” (Megawangi, 2004:95).

Pendapat yang hampir sama juga disampaikan Badan Penelitian

dan Pengembangan Pusat Kurikulum (2010:2) “Pendidikan budaya

dan karakter bangsa dimaknai sebagai pendidikan yang

mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri

peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai

karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan

dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius,

nasionalis, produktif dan kreatif”. Koesoema melihat pendidikan

karakter sebagai usaha untuk menanamkan nilai-nilai yang bersifat

individual personal maupun sosial dalam diri anak didik di sekolah

(Koesoema, 2010:124). Dari berbagai pernyataan di atas pendidikan

karakter dapat diartikan sebagai proses pendidikan dengan cara

penanaman nilai-nilai, membiasakan berperilaku baik dan terpuji

dalam pembelajaran di lingkungan formal, informal, maupun nonformal

sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan secara bijak, tepat,

dan dapat dipertanggungjawabkan.

Politeknik Imigrasi dalam Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia NOMOR : M.HH-01.10.02 TAHUN 2017

Tentang Kurikulum Program Studi Politeknik Imigrasi menjelaskan

bahwa Pembinanaan Program Studi Politeknik Imigrasi Diploma IV

atau Sarjana Terapan dan Diploma III Keimigrasian (Kegiatan


9
terstruktur penanaman nilai kepemimpinan, karakter Keimigrasian,

pembinaan jasmani,pembinaan kesehatan, kesenian dan budaya).

2. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter yang diterapkan di Indonesia secara langsung

maupun tidak langsung mempunyai tujuan dalam pelaksanaannya.

Pendidikan karakter diharapkan bisa bermanfaat bagi setiap individu

untuk menggali, mengasah, dan mengembangkan segala potensi yang

ada dalam diri. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat

Kurikulum (2010: 7), pendidikan karakter mempunyai tujuan sebagai

berikut:

a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik

sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya

dan karakter bangsa;

b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang

terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya

bangsa yang religius;

c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab

peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi

manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan;

e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai

lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan


10
persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh

kekuatan (dignity).

Menurut Indonesia Heritage Foundation pendidikan karakter

bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik) yang

berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial,

kreatifitas, spiritual, dan intelektual, siswa secara optimal, Selain itu

juga untuk membentuk manusia pembela sejati (lifelong learners).

Tujuan pendidikan karakter yaitu untuk menempa diri menjadi

sempurna sehingga potensi-potensi yang ada di dalam dirinya

berkembang secara penuh yang membuat seseorang menjadi lebih

manusiawi dan mampu berelasi secara sehat dengan lingkungan di

luar dirinya tanpa kehilangan kebebasannya (Koesoema, 2010:135).

Pada dasarnya tujuan pendidikan karakter adalah mengembangkan

segala potensi yang ada di dalam diri individu baik intelektual,

emosional, fisik, dan spiritual untuk menjadikan individu sebagai

manusia berkarakter secara utuh.

3. Fungsi pendidikan karakter

Selain mempunyai tujuan, penerapan pendidikan karakter juga

mempunyai beberapa fungsi yang mengarah pada aspek kegunaan

secara umum dan lebih luas. Fungsi pendidikan karakter bisa

berhubungan dengan aspek pribadi peserta didik maupun nilai-nilai

11
budaya yang ada di suatu negara. Menurut Badan penelitian dan

pengembangan pusat kurikulum, pendidikan karakter mempunyai

fungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi yang

berperilaku baik;

b. Memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab

dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih

bermartabat;

c. Sebagai penyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain

yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa

yang bermartabat.

12
E. Metode Penelitian

1. Wawancara

Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara

untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer)

(Arikunto, 2006:155). Dalam tahap ini wawancara dilakukan dengan

satu tahap, yaitu yang dilakukan terhadap informan yaitu

pengasuh di Politeknik Imigrasi tentang pelaksanaan pendidikan

karakter di Politeknik Imigrasi dan yang menjadi narasumber dalam

wawancara ini adalah Bapak Purbo Satrio Amd.Im, S.H., M.H.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang menggunakan mata

tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut

(Nazir, 2005:175). Observasi sebagai alat pengumpul data dapat

dilakukan secara spontan dapat pula dengan daftar isian yang telah

disiapkan sebelumnya. Observasi memiliki pemusatan perhatian

kepada objek tertentu dengan menggunakan semua alat indera.

Penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner,

rekaman gambar, rekaman suara (Arikunto, 2006:156-157).

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui bagaimana

pelaksanaan pendidikan karakter di Politeknik Imigrasi.

Penggunaan teknik observasi sangat penting dalam penelitian

karena peneliti dapat melihat secara langsung keadaan,

suasana, kenyataan yang sesungguhnya yang terjadi di lapangan.


13
Melalui pengamatan diharapkan dapat dihindari informasi

semu yang kadang-kadang muncul dan ditemui di penelitian.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan

sebagainya (Arikunto, 2006:231). Metode ini digunakan untuk

mendapatkan data tentang kegiatan yang ada di Politeknik

Imigrasi.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam karya tulis akhir dengan judul:

judul ”Pola Pembinaan Peserta Didik Dalam Pembentukan Karakter

di Politeknik Imigrasi” ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan secara garis besar mengenai latar

belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, landasan teori, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM

14
Bab ini berisi pemaparan tentang sejarah singkat dan

keadaan faktual Politeknik Imigrasi terkait sarana dan pra

sarana serta penyelenggaraan pola pendidikan terhadap

peserta didik.

BAB III HASIL PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas tentang pembinaan pelaksanaan

pendidikan karakter serta seluruh kegiatan yang ada di

Politeknik Imigrasi.

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran atas

permasalahan yang diangkat di dalam penulisan karya

ilmiah ini.

15
16
BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Singkat Politeknik Imigrasi

Sistem pendidikan di Indonesia mengenal adanya Pendidikan Tinggi

Kedinasan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2010 tentang Pendidikan Kedinasan dimana pasal 1

mengatakan bahwa “Pendidikan Kedinasan adalah pendidikan profesi

yang diselenggarakan oleh kementerian, kementerian lain atau lembaga

pemerintah nonkementerian yang berfungsi untuk meningkatkan

kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi

pegawai negeri sipil”.

Akademi Imigrasi merupakan salah satu Lembaga Pendidikan

Kedinasan yang ada di Indonesia yang bergerak dibidang keimigrasian

yang memiliki tugas utama untuk mencetak kader-kader aparatur

keimigrasian yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan

dalam melaksanakan tugas teknis dan non-teknis keimigrasian. Akademi

Imigrasi didirikan sejak tanggal 21 Desember 1962 melalui surat

Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor J.P.17/59/11

Tahun 1962 tentang pengesahan Akademi Imigrasi yang kemudian

diperbaharui dengan Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan


17
Republik Indonesia Nomor M.01-DL.08.01 Tahun 2000 tentang Statuta

Akademi Imigrasi, merupakan suatu lembaga tinggi kedinasan yang

bernaung di bawah Kementerian Hukum dan HAM RI. Akademi Imigrasi

mempunyai tugas melaksanakan pendidikan di atas pendidikan menengah

pada jalur pendidikan profesioal program Diploma III yang ditujukan pada

keahlian khusus di bidang Keimigrasian, namun Akademi Imigrasi sempat

dihentikan pada tahun 1976 dan dibuka kembali pada tahun 2000,

pengaktifan kembali kegiatan pada Akademi Imigrasi yang terhenti untuk

beberapa periode, telah berfungsi kembali dengan keluarnya persetujuan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 125/MKP/OT/99 tanggal 26

Februari 1999 perihal pendirian Akademi Imigrasi dan Keputusan Menteri

Kehakiman RI No. M.07.PR.07.04 tahun 1999 tanggal 29 Juli 1999

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Akademi Imigrasi sebagai tindak lanjut

dari refungsionalisasi Akademi Imigrasi yang telah dibuatkan Rencana

Induk Pendidikan Akademi Imigrasi No. M.04-DL.01.10 tahun 2000.

Pengaktifan Akademi Imigrasi kembali merupakan konsekuensi

akan kebutuhan aparatur keimigrasian yang terampil dan profesional yang

bertugas sebagai penegak hukum dimana fungsinya seperti yang tertuang

dalam Undang-Undang No 6 tahun 2011 pasal 1 ayat 3 menyebutkan

bahwa fungsi keimigrasian adalah bagian dari urusan pemerintahan

negara dalam memberikan pelayanan Keimigrasian, penegakkan hukum,

keamanan negara dan fasilitator pembangunan kesejahteraan masyarakat.

18
Tugas pokok Akademi Imigrasi adalah “melaksanakan pendidikan

profesional program Diploma III yang ditujukan pada keahlian khusus

dibidang keimigrasian”. Dalam kurun waktu 1962 sampai dengan tahun

1976, Akademi Imigrasi telah meluluskan 3 (tiga) angkatan yaitu angkatan

I sampai dengan angkatan III. Namun, dikarenakan tingginya kebutuhan

Pejabat Teknis dalam waktu yang singkat maka program pendidikan

Akademi Imigrasi dihentikan dan dibuka Crash Program yaitu Pendidikan

Tinggi Keimigrasian (PTK) dan Pendidikan Dasar Keimigrasian (PDK) yang

hingga saat ini telah berjalan sampai dengan PTK XXVIII. Pada tahun

2000 Akademi Imigrasi diaktifkan kembali.


Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, Akademi Imigrasi telah

bertransformasi menjadi Politeknik Imigrasi. Hal ini menjadi satu langkah

baru dan sekaligus menjadi tantangan bagi seluruh insan imigrasi,

khususnya para pemuda bangsa yang tengah mempersiapkan diri menjadi

bagian dari Politeknik Imigrasi. Perubahan yang cukup signifikan telah

mengambil tempat dalam hal transformasi ini. Terlaksananya transformasi

ini akibat adanya peningkatan strata Politeknik Imigrasi yang semula

adalah Diploma III ditingkatkan menjadi Diploma IV yang diharapkan dapat

meningkatkan kualitas kader Analis Keimigrasian dan pemimpin Imigrasi di

masa depan.
Perubahan itu juga membawa Politeknik Imigrasi ke pembentukan 3

program studi baru, yaitu Hukum Keimigrasian, Administrasi Keimigrasian,

dan Manajemen Teknologi Keimigrasian. Adanya pembagian program studi

ini, diharapkan bahwa kedepannya kualitas dari lulusan Politeknik Imigrasi


19
dalam hal kemampuan secara teori dan teknis keimigrasian dapat

meningkat dan menjadi insan Imigrasi yang berkompeten di dunia kerja,

demi menunjang Imigrasi di Indonesia ke tahap yang lebih baik lagi.


Tri Dharma Perguruan Tingi menjadi salah satu tujuan pencapain

yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi tersebut karena setiap

perguruan tinggi haruslah melahirkan orang – orang yang memiliki

semangat juang yang tinggi, diri yang selimuti pemikiran – pemikiran yang

kritis, kreatif, mandiri, dan inovatif. Sehingga, Tri Dharma Perguruan Tinggi

adalah salah satu tanggung jawab yang harus di topang penuh oleh

menjadi tanggung jawab mahasiswa, seluruh dosen (pendidik), serta

orang–orang yang terlibat dalam proses pembelajaran (sivitas akademika).

Tri Dharma Perguruan Tinggi terdiri dari 3 poin, yaitu:


1. Pendidikan dan Pengajaran;
2. Penelitian dan Pengembangan;
3. Pengabdian kepada Masyarakat.

1. Pendidikan dan Pengajaran

Pendidikan dan pengajaran adalah point pertama dan

utama dari Tri Dharma Perguruan Tinggi karena memiliki

peranan yang sangat penting dalam suatu proses

pembelajaran. Undang – undang tentang pendidikan tinggi

menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan


20
spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Proses pembelajaran yang ada di Perguruan Tinggi

memiliki peranan penting untuk mencipkan bibit – bibit

unggul dan mampu membawa bangsa ini kearah bangsa

yang lebih maju. Hal tersebut seperti tertuang dalam

pembukaan Undang Udang dasar 1945 yang berbunyi,

mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pendidikan dan

pengajaran harus menjadi pokok dan sumber utama dalam

mencapai tujuan dari perguruan tinggi.

2. Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan juga sangatlah penting

bagi kemajuan perguruan tinggi dalam mengembangkan

ilmu dan teknologi. Kegiatan penelitian dan

pengembangan membuat mahasiswa lebih cerdas, kritis

dan kreatif dalam mejalankan perannya sebagai agent of

change. Mahasiswa harus mampu memanfaatkan

penelitian dan pengembangan ini dalam suatu proses

pembelajaran untuk memporoleh suatu perubahan –

perubahan yang akan membawa Indonesia kearah yang

lebih maju dan terdepan.


21
3. Pengabdian Masyarakat

Pengabdian masyarakat adalah kegiatan civitas

akademika yang mengimplementasikan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang telah dipelajari untuk

memajukan kesejahteraan masyarakat dan

mencerdaskan kehidupan bangsa. Pengabdian kepada

masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan

positif sehingga mahasiswa mampu bersosialisasi

dengan masyarakat dan mampu berkontribusi nyata.

B. Visi Dan Misi


Adapun yang menjadi visi dan misi daripada Poiteknik Imigrasi adalah

sebagai berikut ini:


Visi :
Menjadikan sumber daya manusia (SDM) Imigrasi yang memiliki

kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

Misi :

Menanamkan nilai-nilai kejuangan sehingga terbentuk sikap

pembiasaan untuk beribadah, berakhlak mulia, belajar terus menerus,

berkarya, bermanfaat, bersahaja dan berhati bersih sebagaimana

dituangkan di dalam “Sapta Prasetya Taruna Akademi Imigrasi”.

22
C. Tujuan Pendidikan Politeknik Imigrasi

1. Sebagai Lembaga Pendidikan Kedinasan tujuan pokok pendidikan

Politeknik Imigrasi adalah untuk menyiapkan kader pimpinan

Direktorat Jendral Imigrasi yang berwawasan luas, memiliki

toleransi tinggi, memiliki kesadaran harga diri, rasa tanggung jawab,

berdisiplin tinggi, memiliki kemampuan dan ketrampilan teknis serta

potensi ilmiah yang dapat dijadikan modal dasar dalam menunjang

kelancaran pelaksanaan tugas maupun dalam pengembangan

kariernya.

2. Penyelenggaraan pendidikan memperhatikan kualifikasi hasil

pendidikan itu sendiri, yang dapat digolongkan dan dikualifikasikan

sebagai berikut:

a. Kualifikasi Umum

Lulusan Politeknik Imigrasi adalah sebagai kader pimpinan

yang memiliki kemampuan akademis dan menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi tertentu, serta memiliki

kemampuan profesional untuk mengembangkan karier selama

masa pengabdiannya.

b. Kualifikasi Khusus

i. Memiliki pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan teknis

dalam mengembangkan potensi serta kepribadian untuk


23
memimpin, melaksanakan tugas pokok dan fungsi

keimigrasian,dan kemajuan organisasi, serta dapat

dikembangkan pada pendidikan atau jalur karier yang lebih

tinggi;

ii. Memiliki dasar – dasar akademis universal dalam berbagai

disiplin ilmu, untuk menunjang pengembangan serta

kemampuan praktis operasional.

D. Sarana dan Prasarana

Dalam menunjang kelancaran terselenggaranya pendidikan

dibutuhkan sarana dan prasarana pendukung agar proses belajar

mengajar dapat menjadi lebih baik. Politeknik Imigrasi yang berada

dibawah naungan BPSDM Hukum & HAM dan tidak memiliki wilayah

pendidikan tersendiri menyebabkan sarana serta fasilitas yang

dipergunakan pun bukanlah milik Politeknik Imigrasi pribadi melainkan

milik BPSDM Hukum & HAM, seperti gedung perkuliahan, sarana

olahraga, kantin, dan sarana utama lainnya. Selain sarana utama,

tentunya diperlukan juga sarana pendukung lain, seperti kendaraan

operasional dan sebagainya yang merupakan milik pribadi Politeknik

Imigrasi. Dari hasil penelitian, dapat diketahui sarana dan prasarana yang

digunakan Politeknik Imigrasi secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Ruang kuliah

2. Laboratorium bahasa
24
3. Laboratorium komputer

4. Ruang organisasi ketarunaan

5. Perpustakaan

6. Ruang praktek keimigrasian

7. Sarana olahraga

8. Kendaraan bermotor

9. Perumahan pembina

10. Kantin

11. Asrama taruna

12. Tempat ibadah (masjid)

Dari semua sarana dan prasarana yang ada tersebut sebagian

besar adalah milik BPSDM dan bukan milik pribadi dari Politeknik Imigrasi,

sehingga dalam penggunaan fasilitas terbentur oleh perizinan. Namun,

dalam proses perizinannya pun terhambat oleh berbelitnya birokrasi yang

ada sehingga mengurangi efektifitas pengajaran, pelatihan serta

pembinanaan yang sangat tergantung oleh fasilitas yang ada.

E. Sistem Pendidikan

Proses pendidikan pada hakekatnya merupakan interaksi dari

beberapa kegiatan atau faktor yang satu sama lain saling berkaitan secara

erat dan secara keseluruhan merupakan suatu sistem yang bulat dan utuh.

Pendidikan di Politeknik Imigrasi dilaksanakan melalui tiga bentuk upaya

25
pendidikan yang satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi,

sehingga mutlak adanya kerjasama yang terpadu secara harmonis, bulat

dan saling terintegrasi. Bentuk upaya pendidikan tersebut ialah:

1. Pengajaran, yaitu upaya pendidikan yang berbentuk kuliah dan instruksi

di kelas dengan sasaran untuk memberikan pemahaman tentang

pengetahuan teoritik dan pragnatis yang memberikan dasar bagi

keahlian profesinal;

2. Pelatihan, yaitu upaya pendidikan yang berbentuk aplikasi yang

dilakukan baik di kelas maupun diluar kelas (lapangan) yang

sasarannya ditujukan untuk membentuk kemampuan penguasaan

praktis dalam aspek keterampilan professional dan sekaligus dalam

rangka pembentukan kepribadian;

3. Pengasuhan, yaitu upaya pendidikan yang berbentuk bimbingan dan

penyuluhan di lingkungan pendidikan dengan sasaran untuk

menanamkan nilai-nilai budaya dan pembulatan penguasaan

pengetahuan akademis dalam rangka pembentukan kepribadian kader

pimpinan Imigrasi, dengan titik berat pada aspek mental kejuangan dan

wawasan luas serta pelayanan dan pengayoman masyarakat.

Seluruh taruna Politeknik Imigrasi menempuh pendidikan selama 4

(empat) tahun untuk dapat meraih gelar Sarjana Terapan Imigrasi (S.Tr.Im)

26
untuk selanjutnya dapat dilantik menjadi seorang Pejabat Imigrasi (PI).

Tiga aspek pendidikan tersebut terangkum di dalam program pendidikan

Politeknik Imigrasi, antara lain:

1. Program Pendidikan Yang Bersifat Akademik


Bertujuan untuk mengembangkan kemampuan daya intelektual dan

analistis. Pengetahuan akademik universal diperoleh dari mata kuliah-

mata kuliah pada umumnya sedangkan pengetahuan akademik profesi

diperoleh dari mata kuliah-mata kuliah yang mampu menunjang di

lapangan (substantif keimigrasian). Program ini dikenal dengan istilah

pola pengajaran.
Bidang pengajaran ini, para taruna diberikan sejumlah mata kuliah

yang sesuai dengan kurikulum bagi masing-masing tingkat baik Mata

Kuliah Dasar Umum (MKDU), Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK)

ataupun Mata Kuliah Keahlian (MKK). Karena setara dengan program

pendidikan diploma III, maka alumni lulusan Politeknik Imigrasi yang

hendak melanjutkan pendidikannya ke jenjang Strata 1 khususnya

Fakultas Hukum, bisa melanjutkan dengan program ekstension,

dimana dalam pelaksanaannya alumni lulusan Politeknik Imigrasi

tersebut tidak perlu untuk mengambil keseluruhan mata kuliah yang

ada jika sebelumnya telah didapatkan di Politeknik Imigrasi.

2. Program Pendidikan Teknis/Profesi


Bertujuan untuk memberikan bekal dasar keterampilan

teknis/profesi sebagai abdi negara, abdi masyarakat, abdi hukum

dan keadilan. Program ini dikenal dengan nama pola pelatihan.

27
Pada Politeknik Imigrasi, bidang ini lebih ditekankan kepada

pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan kemampuan taruna

untuk berinteraksi dengan lainnya. Yang diajarkan di bidang

pelatihan adalah pelatihan Praktek Keimigrasian, Pelatihan

Document Fraud, Pelatihan Bahasa seperti Bahasa Inggris,

Bahasa Mandarin, Bahasa Jepang, Bahasa Belanda, Bahasa

Arab, Pelatihan Komputer, Bela Diri Tae Kwon Do dan Karate,

Senam, Kesamaptaan serta dansa internasional seperti Cha-Cha,

Salsa dan lainnya.

3. Program Pendidikan Kepribadian

Program ini bertujuan untuk mengembangkan aspek-aspek

perilaku guna mendapatkan kedewasaan dalam rangka

pembentukan kader keimigrasian yang berjiwa Pancasila.

Program ini dilatih melalui kegiatan-kegiatan non kurikuler

seperti, pembinaan mental ideologi, pembinaan korps taruna,

pembinaan etika dan moral, pembinaan watak, pembinaan jiwa

korsa, pembinaan fisik, dan pembinaan rohani. Program ini

dikenal dengan nama pola pembinanaan. Penilaian dari bidang

ini adalah aktivitas, kedisiplinan, kepemimpinan dan kerja sama.

Hal-hal inilah yang dibutuhkan oleh taruna nantinya di lapangan

dimana hasil belajar akan menjadi bermanfaat bila para lulusan

memiliki perilaku dan pandangan yang positif dalam ikut

28
mensejahterakan dan menentramkan masyarakat. Untuk dapat

melatih sikap-sikap seperti itu, di Politeknik Imigrasi dibentuk

organisasi ketarunaan seperti Dewan Musyawarah Taruna

(Demustar), Resimen Taruna (Mentar), dan Pasukan Khusus

Taruna (Passustar). Semua organisasi ketarunaan ini digerakkan

oleh taruna itu sendiri dengan mendapatkan izin dan

pengawasan dari pembina dan direktur Politeknik Imigrasi.

Organisasi-organisasi tersebut menjadi jembatan bagi seluruh

taruna untuk bisa menyalurkan aspirasinya dalam beraktifitas dan

mengeluarkan kreatifitasnya. Dengan adanya organisasi ini,

diharapkan taruna dapat belajar untuk bisa berorganisasi dan

belajar untuk bisa menjadi seorang pemimpin yang memiliki

tanggung jawab dan loyalitas tinggi terhadap pekerjaan.

4. Program Pendidikan Fisik & Jasmani

Bertujuan untuk menumbuh kembangkan fisik/jasmani agar

diperoleh kesamaptaan yang tinggi dan tangguh dalam

melaksanakan tugas. Program ini diperoleh dari latihan dasar

kemiliteran diawal pendidikan, kesamaptaan selama masa

pendidikan dan penyegaran pendidikan kemiliteran di akhir

pendidikan sebagai bekal sebelum bertugas di lapangan.

29
30
31
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Pola Pendidikan Karakter di Politeknik Imigrasi

Politeknik Imigrasi merupakan sekolah ikatan dinas yang berada

di bawah naungan Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia

sebagai wadah dalam menciptakan kader-kader Pejabat Imigrasi di

masa yang akan datang. Politeknik Imigrasi merupakan pendidikan

yang menjunjung tinggi sikap disiplin serta dapat menghargai tugas

dan tanggung jawab. Pembinaan jiwa dan karakter yang tinggi agar

kelak dapat menciptakan individu yang bertanggung jawab terhadap

tugas-tugas, tidak mudah putus asa, etos kerja keras dan disiplin

tinggi, serta berorientasi pada prestasi. Selain itu terciptanya

masyarakat mini pancasila di dalam kehidupan kampus Politeknik

Imigrasi, sehingga tidak lain para Taruna dibentuk agar menjadi

manusia Indonesia yang siap pakai dengan kepribadian yang utuh

dan memenuhi segala aspek.

Jadwal kegiatan keseharian Taruna disusun sangat ketat

dengan peraturan dan ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi

oleh para Taruna. Kehidupan berasrama memberikan kemudahan

dalam proses pengawasan kegiatan yang dilakukan oleh Pembina

32
dalam menjalankan kewajiban untuk mengawasi setiap kegiatan

Taruna baik di kelas maupun di dalam asrama. Lingkungan

kehidupan kampus Politeknik Imigrasi dimana Taruna dan pembina

berada dalam satu kompleks memberikan suasana kekeluargaan

yang tinggi dengan nilai-nilai, sikap dan perilaku normatif yang dapat

diarahkan untuk mencapai tujuan pembentukan karakter. Hal ini

berkaitan dengan tugas para Taruna dalam menjaga tegaknya

kedaulatan negara dengan mengawasi Orang Asing yang masuk

Indonesia dengan berbagai tujuan. Taruna Politeknik Imigrasi

memiliki 3 kewajiban yang harus dilaksanakan dengan sepenuh hati

dan seimbang dalam pelaksanaannya, kewajiban itu ialah sebagai

berikut:

a. Beribadah

Beribadah merupakan cara manusia atau individu untuk

mendekatkan diri kepada sang pencipta-Nya,yang merupakan

kewajiban setiap manusia untuk selalu bersyukur atas apa yang

telah diberikan dan dikaruniakan oleh Tuhan nya kepada para

umatnya, maka di Politeknik Imigrasi beribadah merupakan

kewajiban yang paling dijunjung tinggi guna meningkatkan nilai

rohani kita kepada Yang Maha Kuasa agar setiap kegiatan dan

pembelajaran yang dilakukan oleh para Taruna dapat diridhoi

dan berguna kelak bagi para Taruna. Nilai religius erat kaitannya

33
dengan keimanan manusia dengan Tuhannya. Penanaman

nilai-nilai religius dilaksanakan sekolah melalui berbagai

kegiatan yang dapat mendekatkan diri dengan Tuhannya,

sehingga akan menambah tingkat keimanan dari peserta didik.

Kegiatan yang dilaksanakan di antaranya sebagai berikut:

i. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran dan makan

Berdasarkan observasi di kelas para Taruna berdoa

ketika akan memulai pelajaran. Berdoa bersama merupakan

kewajiban bagi Taruna dan sudah menjadi rangkaian tahapan

yang harus Taruna lakukan sebelum memulai pelajaran.

Ketua Tingkat memimpin doa bersama setelah menyiapkan

kelas dan memberikan penghormatan kepada Pembina atau

dosen pengampu. Ketua memimpin doa bersama dengan

aba-aba “berdoa mulai”. Seluruh Taruna berdoa dengan

posisi duduk siap dan menundukkan kepala sejenak, untuk

pembinadan Ketua Tingkat mengikuti dengan posisi sikap

siap dengan tetap menundukkan kepala. Berdoa dilakukan

sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing

selama ±10 detik. Berdoa dalakukan di dalam hati tanpa

mengeluarkan suara. Suasana hening seketika muncul ketika

Taruna memanjatkan doa. Ketua Tingkat memberikan aba-

aba “berdoa selesai” ketika waktu berdoa sudah berakhir.

34
Setelah berdoa selesai tanpa ada aba-aba seluruh Taruna

memberikan salam kepada Pembina dengan ucapan selamat

pagi atau selamat siang. Berdoa bersama juga dilakukan

Taruna ketika akan mengakhiri pelajaran. Tata cara yang

digunakan sama dengan berdoa ketika akan memulai

pelajaran. Setelah Ketua Tingkat menginstruksikan bahwa

waktu berdoa mengakhiri pelajaran selesai, seluruh Taruna

dalam posisi duduk siap dan mengucapkan “terima kasih”.

Tidak beda jauh dengan berdoa sebelum perlajaran

dan sesudah pelajaran. Dalam halnya kegiatan saat

melakukan makan pagi, siang dan malam di Ruang Makan.

Setiap akan melakukan giat makan pagi, siang ataupun

malam, setiap para Taruna sudah kumpul dan duduk di meja

yang sesuai tingkat, dimana tingkat 1 berada paling kanan,

tingkat 2 berada di tengah dan tingkat 3 berada di paling kiri

dengan meja ketua tingkat dan fungsionaris utama yang

berada di tengah-tengah diantara meja Taruna tingkat 1,

tingkat 2 dan tingkat 3. Saat kegiatan akan dimulai, piket

harian Taruna mengambil alih pasukan untuk mengambil

komando unutuk berdoa. Saat semua sudah siap, piket

Taruna berteriak “Duduk siap grak !” dan seketika semua

Taruna duduk siap, lalu piket Taruna tadi melapor ke pada

35
fungsionaris utama guna melapor bahwa seluruh Taruna siap

melakukan makan pagi, siang ataupun malam. Setelah

selesai melakukan laporan, fungsionaris utama tadi dengan

seizin Pembina membunyikan lonceng 2 kali untuk tanda

bahwa berdoa sebelum makan dimulai, lalu para Taruna

menunduk ke bawah. Sampai fungsionaris utama

membunyikan lonceng 1 kali yang memberikan tanda bahwa

berdoa telaha selesai, lalu piket harian memberikan aba-aba

“istirahat ditempat, grak !”,lalu seketika para Taruna duduk

istirahat dan mengucapkan “Selamat Makan”. Dan kegiatan

berdoa bersama seperti tadi merupakan memiliki tujuan untuk

menanamkan nilai-nilai religious kepada para Taruna.

ii. Melaksanakan Ibadah Harian

Politeknik Imigrasi merupakan sekolah kedinasan

dengan para Taruna yang berasal dari berbagai daerah di

nusantara dengan latar belakang agama yang berbeda-

beda seperti Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, maupun

Buddha sesuai yang dianut mereka. Politeknik Imigrasi

memberikan kesempatan untuk Taruna yang beragama

islam beribadah dengan menyusun jadwal yang tetap

memberikan waktu untuk dapat melaksanakan salat 5

waktu. Terompet Pagi untuk membangunkan Taruna

36
dibunyikan pada jam 04.00, pada jam 04.15 Taruna muslim

diwajibkan untuk melaksanakan ibadah salat subuh dimasjid

dengan pergerakan dari asrama menuju masjid dengan

baris berbaris. Ketika tiba waktu salat dzuhur Politeknik

Imigrasi memberikan waktu shalat kepada para Taruna

muslim di masjid dengan memberikan toleransi waktu

istirahat kurang lebih 45 menit hingga pukul 13.45. Hal ini

bertujuan agar Taruna yang muslim dapat menjalankan

ibadah salat dzuhur berjamaah di masjid yang lalu

dilanjutkan untuk giat apel makan siang. Ketika tiba waktu

salat ashar, sebelum para Taruna melaksanakan kegiatan

terprogram, Taruna diwajibkan untuk melaksanakan ibadah

terlebih dahulu karena Ibadah termasuk kedalam 3

kewajiban para Taruna yaitu beribadah, belajar dan berlatih.

Begitu juga ketika tiba waktu salat maghrib, dengan

berjamaah Taruna beribadah di Masjid Al Maidah dengan

melakukan pergerakan bersama-sama dari asrama menuju

masjid tersebut dengan rapih dan seirama. Ibadah shalat

isya dilakukan setelah Taruna selesai makan malam.

Taruna Politeknik Imigrasi juga melaksanakan

kegiatan mengaji bersama yang biasanya dilakukan pada

hari Selasa malam di masjid Al-Maidah. Untuk Taruna yang

37
beragama non muslim Politeknik Imigrasi memberikan

kesempatan untuk beribadah pada hari Kamis di gereja atau

kelas yang ada di Lingkungan BPSDM Hukum dan Ham RI,

dengan tetap ada bimbingan dan pengawasan dari para

pendeta. Bagi warga Hindu pun tetap melaksanakan ibadah

seperti biasa pada hari Rabu malam.’ini mengajarkan

bahwa kita harus tetap mengingat kepada siapa yang telah

membuat kita ada dan siapa yang selalu memberikan

limpahan rahmat kepada umat-Nya.Selain fisik yang di latih

keseimbangan rohani pun harus diperhatikan agar tidak

terjadi kesenjangan dalam hidup.

iii. Merayakan hari-hari besar keagamaan

Perayaan hari-hari besar keagamaan dilaksanakan

melalui Korps Resimen Taruna yaitu Kabid Keagamaan,

bidang yang mengurus secara khusus keagamaan dan

kedekatan Taruna dengan Tuhan Yang Maha Esa. Bidang ini

memegang peranan penting dalam mengkoordinir kegiatan

spiritual dan sosial Taruna. Hari besar keagamaan yang

dirayakan sekolah diantaranya hari raya idul fitri dengan

kegiatan halal bi halal, hari raya kurban, nyepi, waisyak,

galungan, dan natal. Semua Taruna dilibatkan dalam setiap

perayaan hari besar keagamaan secara kepanitiaan, tetapi

38
untuk ritual atau prosesi keagamaan hanya diikuti oleh

pemeluk kepercayaan masing-masing.

b. Belajar

Belajar merupakan sebuah keharusan dan kewajiban bagi

para Taruna untuk mendapatkan ilmu yang berguna di masa yang

akan datang kelak. Belajar merupakan akibat adanya interaksi

antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar

sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.

Dalam belajar yang terpenting adalah input yang berupa stimulus

dan output yang berupa respons. Stimulus merupakan apa saja

yang diberikan guru/dosen/gadik kepada para Taruna, sedangkan

respons berupa reaksi atau tanggapan Taruna terhadap stimulus

yang diberikan oleh guru/dosen/gadik tersebut. Proses yang

terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk

diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur,

yang dapat diamati adalah stimulus dan respons. Oleh karena itu,

apa yang diberikan oleh guru/dosen/gadik (stimulus) dan apa

yang diterima oleh Taruna (respons) harus dapat diamati dan

diukur. Proses pembelajaran di Politeknik Imigrasi Taruna dilatih

untuk bersikap jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, dan

mengembangkan rasa ingin tahu untuk memperluas wawasan

39
baik yang berkaitan dengan bidang keimigrasian maupun diluar

bidang keimigrasian. Kegiatan yang dilaksanakan sebagai

implementasi untuk menghasilkan kader-kader pemimpin Imigrasi

di masa depan diantaranya:

i. Kegiatan rutin terjadwal

Berdasarkan observasi yang dilakukan terdapat mata

kegiatan rutin terjadwal. Kegiatan rutin terjadwal merupakan

kegiatan yang harus peserta didik lakukan setiap harinya.

Kegiatan tersebut terdiri dari berbagai aktivitas mulai dari

bangun tidur sampai tidur kembali.

ii. Kedisiplinan di dalam kelas

Berdasarkan observasi di kelas, sebelum pelajaran dimulai

dosen pendidik atau pembina memeriksa kerapian siswa,

mulai dari rambut, pakaian, sampai kelengkapan untuk

mengikuti pelajaran. Setelah itu dilanjutkan laporan dan do’a

bersama yang dipimpin oleh piket harian. Kemudian Pembina

atau dosen pendidik melakukan presensi kepada siswa dan

ketua kelas wajib mengetahui siswa yang berhalangan hadir.

iii. Melaksanakan Tata Tertib

Tata tertib merupakan aturan yang dibuat untuk menegakkan

ketertiban maupun kedisiplinan. Berdasarkan observasi yang

dilakukan tata tertib bagi siswa diatur dalam PERSUSTAR

40
(Peraturan Khusus Taruna) dan dalam Sapta Prasetya Taruna

Akademi Imigrasi dan Panca Bhakti Insan Imigrasi. Penegakan

aturan dengan pemberian sanksi secara adil bagi pelanggar

tata tertib sekolah.

iv. Sekolah menciptakan suasana kompetisi yang sehat

Suasana yang sehat dalam berkompetisi sangat diperlukan

untuk menumbuhkan sikap kerja keras. Untuk mendapatkan

posisi yang berprestasi, terdapat persaingan yang ketat untuk

mendapatkan juara satu. Juara-juara terbaik 1, 2, dan 3 akan

mendapatkan tanda kehormatan berupa medali yang dikaitkan

pada seragam nantinya.

v. Penugasan yang menantang munculnya karya-karya baru baik

yang autentik maupun modifikasi

Disini Pembina pun berkewajiban untuk memberikan

penugasan yang dapat memacu peserta didik untuk

memunculkan ide-ide kreatif. Dalam hal cara belajar pembina

hanya mengajarkan konsep dan siswa akan mencari cara

belajar sendiri yang tepat. Melalui penugasan yang

mengharuskan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah

itulah proses kreatif dapat muncul.

vi. Menciptakan situasi belajar yang bisa menumbuhkan daya

pikir dan bertindak kreatif


41
Situasi belajar yang dapat menumbuhkan kreatifitas siswa

dapat diwujudkan dalam belajar tutor sebaya atau belajar

dengan teman sesaa peserta didik. Belajar tutor sebaya

dilaksanakan pada waktu belajar malam di asrama. Atau

melalui kelompok itulah siswa berkreasi untuk mencari cara

penyelesaian masalah dengan mudah. Berdasarkan observasi

yang dilakukan di Politeknik Imigrasi terdapat mata kegiatan

kreatif mandiri disediakan oleh sekolah untuk menyalurkan

kreatifitas siswa. Kegiatan kreatif mandiri di antaranya pesiar,

cuti, kunjungan ke Kantor Imigrasi terdekat dan olahraga

mandiri.

Berdasarkan observasi yang dilakukan terdapat kegiatan

terprogram yang disusun sekolah untuk mengembangkan

kreatifitas siswa di antaranya kelas bahasa, majalah dinding,

pemanfaatan waktu luang, dan marching band. Dalam

pameran kreatifitas juga diadakan perlombaan mading tiap

kelas yang dikerjakan pada waktu-waktu luang di luar kegiatan

belajar, serta lomba kerapihan dan menghias asrama pada

hari-hari tertentu seperti 17 Agustus. Selain itu, Marching band

juga menjadi sarana untuk mengembangkan kreatifitas siswa,

dengan berbagai gaya mereka menampilkan atraksi-atraksi

yang dapat memukau perhatian.

42
c. Berlatih

Berlatih adalah sebuah homonim yang memiliki ejaan dan

pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Berlatih memiliki

arti dalam kelas verba atau kata kerja sehingga berlatih dapat

menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau

pengertian dinamis lainnya. (Arti Makna Pengertian Berlatih”, Arti

Makna Berlatih diakses dari

https://www.apaarti.com/berlatih.html,pada tanggal 6 Oktopber

2017 pukul 16.10)Berlatih merupakan kewajiban ketiga yang

harus dilaksanakan oleh para Taruna di Politeknik Imigrasi.

Berlatih sangat penting bagi para Taruna sebagai suatu kegiatan

untuk meningkatkan kepribadian dan mutu agar Taruna selalu

berusaha menjadi lebih baik dengan cara berlatih dan sebagai

pembelajaran bahwa setiap sesuatu yang sulit namun ingin

dicapai oleh kita salah satu caranya ialah dengan berlatih dengan

sungguh-sungguh dan tanpa kenal lelah, sehingga para Taruna

menjadi lebih baik di masa yang akan datang dengan terus

berlatih dan berlatih lagi. Penanaman nilai semangat kebangsaan

kepada peserta didik dengan kegiatan seperti, Sekolah

melaksanakan upacara secara rutin pada hari Senin. Upacara

merupakan kegiatan yang dapat menumbuhkan semangat

43
kebangsaan. Sekolah selalu melaksanakan upacara bendera,

baik upacara rutin setiap hari senin pagi, upacara hari-hari besar

nasional, maupun hari kepahlawanan nasional.

i. Tradisi Bela Negara

Untuk menumbuhkan semangat kebangsaan kepada

siswa sekolah juga mempunyai beberapa tradisi yang selalu

dilakukan seperti setiap pagi para peserta didik berangkat ke

kelas dari ruang makan diiringi lagu perjuangan, mereka

berbaris rapi. Setiap jam 6 pagi dan 6 sore ada pengibaran

dan penurunan bendera dimanapun taruna dan peserta didik

berada harus hormat, kegiatan apapun hentikan dulu sejenak

dan berdasarkan observasi di kelas terdapat foto presiden,

wakil presiden, lambang negara.. Hal ini merupakan

salahsatu implementasi dari Nawacita prioritas pemerintahan

Joko Widodo dalam memperbaiki revolusi karakter bangsa

melalui pendidikan karakter dengan mengedepankan aspek

pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara

proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah

pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah

Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam

kurikulum pendidikan Indonesia.

ii. Lomba Dalam Rangka Memperingati Hari-Hari Besar

Nasional
44
Selain melaksanakan upacara pada hari-hari besar

nasional, sekolah juga mengadakan lomba-lomba setelah

upacara berakhir. Lomba-lomba yang diadakan dibawah

koordinasi dari Resimen Taruna. Hal tersebut dapat

menumbuhkan semangat kebangsaan dan kecintaan mereka

terhadap tanah airnya.

iii. Peduli Sosial

Dalam mengimplementasikan nilai “Pengabdian

Masyarakat” Politeknik Imigrasi memfasilitasi kegiatan yang

bersifat sosial Berdasarkan wawancara dengan Bapak

Henang sekolah memfasilitasi siswa untuk kegiatan sosial

melalui Resimen Taruna. Pada saat terjadi bencana alam

para taruna mengadakan bantuan sosial melalui Resimen

Taruna. Kemudian pada jalur agama dengan zakat fitrah,

yayasan panti asuhan, dan termasuk distribusi daging

kurban.

B. Pembahasan

1. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Politeknik Imigrasi

Penanaman karakter pada kampus Politeknik Imigrasi dilakukan

secara berkala dan sesuai dengan hierarki yang ada, dimana hierarki
45
Taruna pada Politeknik Imigrasi dibagi menjadi 4, terhitung dari Taruna

tingkat 1 ialah Taruna yang paling junior, Taruna tingkat 2, Taruna

tingkat 3, serta Taruna tingkat 4/akhir ialah tingkat yang paling senior.

Pendidikan karakter itu sendiri sangat penting bagi para Taruna

Politeknik itu sendiri guna memberikan kontribusi yang positif terhadap

lingkungannya, karena pendidikan karakter akan membawa peserta

didik ke dalam pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai

secara afektif, dan akhirnya pengamalan nilai secara nyata di dalam

kehidupan. Pendidikan karakter yang terdapat dalam Politeknik

Imigrasi tidak hanya sekedar pengetahuan dan doktrinasi, tetapi lebih

menjangkau dalam wilayah emosi, hal ini sangat diperlukan agar

individu dan juga bukan hanya mengetahui kebajikan, tetapi juga

merasakan, mencintai sesama dan lingkungan sekitar, menginginkan

menjad dirinya lebih baik.

46
Gambar 1. Alur Pikir Penelitian

Model pendidikan karakter yang dikembangkan di Politeknik

Imigrasi yaitu dalam bentuk mata kegiatan bukan hanya mata

pelajaran saja. Pendidikan karakter dalam pelaksanaannya

menggunakan seluruh aspek kehidupan sehari-hari sebagai bagian

dari sistem pendidikan yang diterapkan sehingga Politeknik Imigrasi di

desain boarding school/berasrama penuh. Pendidikan karakter

implementasinya pada kehidupan sehari-hari melalui berbagai mata

kegiatan yang telah disusun dan tercantum didalam kurikulum khusus

47
Politeknik Imigrasi itu sendiri. Mata kegiatan yang diselanggarakan

sekolah untuk melaksanakan pendidikan karakter, diantaranya mata

kegiatan rutin terjadwal, kegiatan terprogram/ekstrakurikuler, kegiatan

terproyek, dan kegiatan kreatif mandiri.

Kegiatan rutin terjadwal merupakan kegiatan yang terdiri atas

berbagai macam aktivitas yang harus dilaksanakan siswa setiap

harinya yaitu sebagai berikut:

a. 04.45 bangun pagi

b. 05.00 ibadah

c. 05.15 olah raga pagi

d. 06.15 makan pagi

e. 06.30 apel makan pagi

f. 07.15 apel pagi

g. 07.30-11.30 belajar/kbm

h. 12.00 ibadah

i. 13.00-16.00 terprogram

j. 18.00 ibadah

k. 18.30 makan malam

l. 19.00-21.00 belajar malam

m. 22.00 istirahat malam

Mata kegiatan rutin terjadwal merupakan mata kegiatan

untuk mengembangkan diri peserta didik. Pada mata kegiatan

pengembangan diri siswa diajarkan sesuatu yang bersifat mendasar,


48
diantaranya diajarkan apa yang harus dilakukan setelah bangun tidur,

apa yang dilakukan ketika ingin melakukan kegiatan-kegiatan seperti

belajar, olahraga, termasuk etika bergaul sesama taruna, taruna

dengan pembina, bagaimana cara bicara yang baik dan benar, dan

juga bagaimana cara menghormati orang tua/orang yang lebih tua.

Pendidikan karakter di Politeknik Imigrasi bukanlah suatu mata

pelajaran tetapi penerapan yang harus dilakukan. Pendidikan

karakter diimplementasikan secara langsung dalam kegiatan

keseharian taruna atau peserta didik dan kegiatan belajar. Saat di

kelas seorang pembina berkewajiban menanamkan kedisiplinan

dengan cara menegakkan aturan, didalam kelas perkuliahan dosen

ikut andil dan harus melihat ketertiban para taruna, kebersihan kelas,

kerapian berpakaian, kalau menentukan yang tidak normatif maka

dosen tersebut wajib menegur dan meminta agar para taruna

mematuhi dengan aturan yang ada. Pendidikan karakter bukan mata

pelajaran tetapi penerapan harus dilakukan.

Untuk melatih melalui kegiatan secara langsung seperti etika

bertanya perihal materi yang belum dikuasai, ada juga etika

menjawab pertanyaan. Kegiatan terprogram/ekstrakurikuler adalah

kegiatan - kegiatan yang di programkan sekolah guna memberikan

pengetahuan dan ketrampilan dalam berbagai bidang yang dapat

mewadahi bakat, minat dan kebutuhan pedagogis lainnya.

49
No Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kreatif Kegiatan

Wajib Terprogram Mandiri Terproyeksi


1 Belajar Olahraga Pemanfaatan Napak tilas Rute

umum waktu luang Gedung Ditjenim

Lama
2 Beribadah Marching Pesiar Peringatan Hari

band Karya Dharmadhika


3 Baris- Pasukan Kunjungan ke Peringatan hari

berbaris Khusus Kantor Imigrasi besar nasional

Taruna terdekat
4 Perkuliahan Olahraga Tradisi bela negara
mandiri
dasar
5 Olahraga Ziarah taman
bela diri
makam pahlawan
6 Lomba-lomba hari

besar nasional
7 Majalah dinding
8 Hari ulang tahun

Imigrasi
Tabel 1. Kegiatan di Politeknik Imigrasi

Dalam pembentukan karakter segenap komponen pendidikan

harus ditata dan diarahkan sedemikian rupa hingga memberikan

pengaruh yang kondusif bagi perkembangan karakter peserta didik.

Pengembangan atau pembaharuan tradisi yang sudah melekat pada

Akademi Imigrasi perlu dievaluasi dengan kondisi zaman dan

peningkatan status menjadi Politeknik Imigrasi. Menciptakan suasana

50
pendidikan tanpa kekerasan menjadi amanah dari Direktur Jenderal

Imigrasi dalam menciptakan kader – kader pemimpin Imigrasi di

masa yang akan datang.

Ada dua strategi yang digunakan dalam pembentukan

karakter yaitu rekayasa mental (mental engineering) dan rekayasa

sosial (social engineering) terhadap lingkungan pendidikan dimana

peserta didik berada. Lingkungan pendidikan mencakup lingkungan

sosial, yaitu kehidupan di asrama dan kelas, hubungan pendidikan

dengan para pembina pengajar, pembina administrasi dan

masyarakat sekitar serta tamu atau orang tua peserta didik.

Lingkungan alam yaitu sarana prasarana dan fasilitas pendidikan

termasuk lingkungan taman. Rekayasa mental merupakan

internalisasi nilai-nilai karakter dan budaya bangsa. Bentuk lain dari

rekayasa mental adalah dengan memberikan petuah pada waktu

apel. Apel bertujuan untuk mengecek keberadaan taruna dan peserta

didik dan juga mengevaluasi apa yang taruna atau peserta didik

lakukan. Menyampaikan tata nilai/petuah di dalam pembinanaan lebih

dikenal dengan sebutan santiaji. Rekayasa mental dapat merekayasa

pemahaman seorang peserta didik secara mental maupun intelektual

sehingga nantinya akan terinternalisasi dan menjadi bagian dari

dirinya. Dalam strategi pendidikan karakter yang harus didahulukan

adalah menanamkan/menginternalisasikan nilai-nilai karakter

51
sehingga diharapkan peserta didik tahu apa yang dia lakukan dan

mengetahui tujuannya.

52
53
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan karakter menjadi dasar dalam membentuk karakter

peserta didik dan menjadi suatu media dalam menanamkan nilai-nilai

luhur yang berkembang di masyarakat. Dalam mengembangkan

pendidikan karakter, Politeknik Imigrasi menerapkan pendidikan vokasi

terapan dengan model full boarding yang mensinergikan bentuk

pengamalan pendidikan karakter dengan seluruh kehidupan sehari-hari

Taruna. Bentuk pengamalan pendidikan karakter dilakukan dengan

strategi beribadah, belajar, dan berlatih yang menjadi kewajiban setiap

Taruna Politeknik Imigrasi terhadap lingkungan yang mencakup

lingkungan di asrama maupun kelas dan juga menyangkut kepada

hubungan pendidikan dengan Pembina, Pejabat Struktural, hingga

Pimpinan tertinggi di Politeknik Imigrasi. Sarana dan prasarana yang

mendukung juga diperlukan dalam aktualisasi sikap perilaku peserta didik

melalui beberapa pendekatan seperti pendekatan intelektual, pendekatan

aktual, pendekatan keteladanan, dan pendekatan inspiratif.

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, pola pendidikan

karakter di Politeknik Imigrasi menerapkan sistem Pengajaran, Pelatihan,

dan Pembinanaan yang diterapkan dalam kehidupan sehari hari taruna

seperti:

54
a. Menumbuhkan nilai-nilai religius setiap taruna Politeknik Imigrasi

sebelum melakukan kegiatan sehari-hari mulai dari bangun pagi

hingga tidur malam, memberikan kesempatan ibadah dan

merayakan hari besar keagamaan;


b. Menjalankan kehidupan taruna sesuai dengan Peraturan Khusus

Taruna (Persustar) sebagai implementasi dari Sapta Prasetya

Taruna Akademi Imigrasi dan Panca Bhakti Insan Imigrasi;


c. Menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap,

hingga tindakan orang lain yang berbeda-beda;


d. Menciptakan suasana bersaing yang sehat baik dari bidang

akademik hingga non-akademik;


e. Menciptakan kreatifitas dan kemandirian setiap Taruna antara junior

dan senior dengan sistem boarding school;


f. Menanamkan sikap demokratis dengan mengikuti pemilihan

kepegurusan organisasi;
g. Menumbuhkan rasa cinta tanah air dan semangat kebangsaan

dengan kegiatan upacara bendera, baik upacara rutin setiap hari

senin pagi, upacara hari-hari besar nasional, maupun hari

kepahlawanan nasional;
h. Memberlakukan sistem reward and punishment dalam menciptakan

suasana sekolah yang memotivasi peserta didik untuk berprestasi;


i. Menciptakan suasana dan lingkungan sekolah yang memudahkan

terjadinya interaksi antara warga sekolah;


j. Menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam menciptakan rasa

kepedulian bagi setiap Taruna;


k. Melaksanakan tanggung jawab sesuai dengan jabatan dan fungsi

yang diemban oleh Taruna.

55
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di Politeknik Imigrasi

ditemui beberapa hambatan yang menyebabkan pelaksanaannya tidak

optimal, hambatan tersebut dibagi mejadi dua, yakni hambatan internal

dan hambatan eksternal. Hambatan yang timbul dari faktor internal

yaitu adaptasi peserta didik dengan kehidupan boarding school di

Politeknik Imigrasi dan juga kontrol dari pembina yang kurang,

menyebabkan Taruna memanfaatkan kesempatan untuk melakukan

hal yang tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku dan faktor

eksternal yaitu adanya infiltrasi budaya dengan masyarakat sekitar.

Dalam mengatasi hambatan diatas dilakukan upaya sebagai berikut:

a. Menerapkan masa basis selama tiga bulan yang bertujuan untuk

membentuk adaptasi peserta didik terhadap kehidupan boarding

school;

b. Mengontrol kegiatan setiap Taruna oleh Pembina;

c. Memberikan sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan

pendidikan karakter di Politeknik Imigrasi.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah disusun, masih

ditemukan kekurangan sehingga membutuhkan pengembangan atau

perbaikan untuk meningkatkan pelaksanaan pendidikan karakter di

Politeknik Imigrasi. Adapun beberapa saran yang penulis usulkan yaitu:

56
a. Menambah jumlah Pembina sebagai orang yang bersentuhan langsung

dengan Taruna melaksanakan kontrol dan pengawasan terhadap sikap

dan perilaku yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

b. Setiap Taruna wajib mengamalkan dan memahami nilai-nilai karakter

yang telah diajarkan dalam kehidupan sehari harinya;

c. Masyarakat yang berinteraksi dengan Taruna wajib memberikan

teguran, reward, dan pembinaan sebagai bentuk feedback;

d. Membangun sarana ibadah tambahan bagi pemeluk agama Kristen

Protestan, Hindu, maupun Buddha;

e. Merenovasi Masjid Al-Maidah karena jumlah Taruna setiap tahunnya

meningkat;

f. Setiap Taruna diperbolehkan membawa smartphone untuk

mempermudah komunikasi dengan pihak eksternal dengan waktu

penggunaan yang diatur berdasarkan Peraturan Khusus Taruna

Politeknik Imigrasi;

g. Melakukan renovasi asrama pendidikan sebagai tempat tinggal

sementara Taruna Politeknik Imigrasi agar nyaman dan aman tinggal di

dalam kesatrian Politeknik Imigrasi;

h. Melakukan pengadaan barang-barang kebutuhan sehari-hari Taruna

yang menunjang pendidikan dan kehidupan asrama per satu semester;

i. Menjalin kerja sama di bidang akademik maupun non akademik dengan

Perguruan Tinggi Negeri, Swasta, dan Kedinasan lainnya dalam

mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi.


57
58
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Arismantoro, 2008. Tinjauan Berbagai Aspek Charakter Building:


Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter?. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kertajaya, Hermawan. 2010. Grow with Character: The Model
Marketing. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Khan, Yahya. 2010. Pendidikan Karakter: Berbasis Potensi Diri.
Yogyakarta: Pelangi Publising.
Koesoema A, Doni. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik
Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.
Koesman, Soegeng. 2009. Membangun Karakter Bangsa: Carut-
marut & Centang-perentang Krisis Multi Dimensi di Era Reformasi.
Yogyakarta: LOKUS.
Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karekter. Jakarta: Indonesia.
Harritage Foundation.
Milles, Matthew B dan A. Michael Huberman. 2007. Analisis Data
Kualitatif. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Moleong, Lexy J. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT Remaja Rosadakarya.

B. Peraturan
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara

59
LAMPIRAN
Gambar 1. Kegiatan baris-berbaris

Gambar 2. Apel

Gambar 3. Pengibaran bendera


Gambar 4. Upacara di Taman Makam Pahlawan

60
Gambar 5. Kegiatan Praktek Taruna

Gambar 6. Kuliah Umum

61
Gambar 7. Jalan Juang
Gambar 8. Pembaretan

62
Gambar 9. Olahraga bersama
Gambar 10. OPTK

Gambar 11. Kirab Marching Band

63
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : OKTINARDO MANDIRA DULAGE KANSIL

NRT : 867

Tempat/ Tanggal Lahir : Bogor, 24 Oktober 1992

Alamat : Badan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Hukum dan HAM RI

Pekerjaan : Taruna Politeknik Imigrasi

Kementerian Hukum dan HAM RI

PENDIDIKAN FORMAL

2014 - Sekarang : Politeknik Imigrasi

2008 - 2011 : SMA Regina Pacis Bogor

2005 - 2008 : SMP Regina Pacis Bogor

2000 - 2005 : SD Regina Pacis

64

Anda mungkin juga menyukai