Anda di halaman 1dari 10

Analisis Kasus Penipuan Lowongan Kerja Pada Media Elektronik

Makalah
Diajukan untuk memenuhi komponen tugas Mata Kuliah Cyberlaw

Disusun oleh :
Aisyah Mila Riski
2016.952.02.03

PROGRAM STUDI MANAJEMEN TEKNOLOGI KEIMIGRASIAN B


POLITEKNIK IMIGRASI
TAHUN 2018
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hilangnya batas ruang dan waktu di Internet mengubah banyak hal.


Perkembangan yang pesat dalam pemanfaatan jasa internet pada akhirnya
mengundang terjadinya kejahatan, yang lebih dikenal dengan nama Cybercrime.
Cybercrime merupakan perkembangan dari computer crime.Indonesia sebagai
salah satu negara dengan penduduk terpadat didunia juga tidak lepas dari persoalan
tersebut. Indonesia menyumbang 2,4% kejahatan cyber di dunia. Angka ini naik
1,7% dibanding tahun 2010 lalu di mana Indonesia menempati peringkat 28. Hal
ini tak lain disebabkan oleh terus meningkatnya jumlah pengguna internet di
Indonesia

Terlebih, sekarang Indonesia masuk lima besar pengguna jejaring sosial


terbanyak di dunia, disinyalir penjahat cyber lebih mudah lagi dalam menjalankan
aksinya. Para penjahat cyber memanfaatkan jaringan pertemanan melalui jejaring
sosial, karena sebagian besar pengguna jejaring sosial percaya begitu saja atas link
atau konten yang mereka terima dari sesama teman Tanpa melakukan konfirmasi
atau pengecekan lebih lanjut pengguna jejaring sosial tersebut melakukan akses
langsung ke web atau situs yang mereka terima, yang tanpa disadari berisi program
jahat. Hukum yang salah satu fungsinya menjamin kelancaran proses pembangunan
nasional sekaligus mengamankan hasil-hasil yang telah dicapai harus dapat
melindungi hak para pemakai jasa internet sekaligus menindak tegas para pelaku
Cybercrime. Melihat dari sifatnya Cybercrime termasuk dalam kategori borderless
cryme (kejahatan tanpa batasan ruang dan waktu), sehingga dalam memberantas
tindak kejahatan Cybercrime, diperlukan langkahlangkah yang kompleks,
terintegrasi serta berkesinambungan dari banyak pihak, tidak hanya tugas penegak
hukum semata.
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Cybercrime

Cybercrime adalah tindakan kriminal yang dilakukan dengan menggunakan


teknologi computer sebagai alat kejahatan utama. Cybercrime merupakan kejahatan
yang memanfaatkan perkembangan teknologi komputer khususnya internet.
Cybercrime atau kejahatan dunia maya dapat didefenisikan sebagai perbuatan
melawan hukum yang dilakukan dengan menggunakan internet yang berbasis pada
kecanggihan teknologi komputer dan komunikasi.

Pelanggaran Hukum Dalam Dunia Maya (Cybercrime)

Munculnya revolusi teknologi informasi dewasa ini dan masa depan tidak
hanya membawa dampak pada perkembangan teknologi itu sendiri, akan tetapi juga
akan mempengaruhi aspek kehidupan lain seperti agama, kebudayaan, sosial,
politik, kehidupan pribadi, masyarakat bahkan bangsa dan negara. Jaringan
informasi global atau internet saat ini telah menjadi salah satu sarana untuk
melakukan kejahatan baik domestik maupun internasional. Internet menjadi
medium bagi pelaku kejahatan untuk melakukan kejahatan dengan sifatnya yang
mondial, internasional dan melampaui batas ataupun kedaulatan suatu negara.
Semua ini menjadi motif dan modus operasi yang amat menarik bagi para penjahat
digital.

Pengertian Cyberlaw

Cyber law ialah sebuah aturan yang berbentuk hukum yang di buat khusus
untuk dunia digital atau internet. Dengan makin banyak dan berkembangnya tindak
kriminal dan kejahatan yang ada di dunia internet, maka mau tidak mau hukum dan
aturan tersebut harus di buat. Cyber law sendiri ruang lingkupnya meliputi setiap
aspek yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek hukum yang
menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai
online dan memasuki dunia cyber atau maya.
Latar Belakang Undang-Undang ITE (Informasi Transaksi Elektronik)

Harus diakui bahwa Indonesia belum mengadakan langkah-langkah yang


cukup signifikan di bidang penegakan hukum (law enforcement) dalam upaya
mengantisipasi kejahatan dunia maya seperti dilakukan oleh negara-negara maju di
Eropa dan Amerika Serikat. Kesulitan yang dialami adalah pada perangkat hukum
atau undang-undang teknologi informasi dan telematika yang belum ada sehingga
pihak kepolisian Indonesia masih ragu-ragu dalam bertindak untuk menangkap para
pelakunya, kecuali kejahatan dunia maya yang bermotif pada kejahatan
ekonomi/perbankan.

Untuk itu diperlukan suatu perangkat UU yang dapat mengatasi masalah ini
seperti yang sekarang telah adanya perangkat hukum yang satu ini berhasil digolkan,
yaitu Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE) adalah undang-undang pertama di Indonesia yang secara
khusus mengatur tindak pidana cyber. Berdasarkan Surat Presiden
RI.No.R./70/Pres/9/2005 tanggal 5 September 2005,naskah UU ITE secara resmi
disampaikan kepada DPR RI.Pada tanggal 21 April 2008,Undang-undang ini di
sahkan.

Tujuan Cyberlaw

Cyberlaw sangat dibutuhkan, kaitannya dengan upaya pencegahan tindak


pidana, ataupun penanganan tindak pidana. Cyberlaw akan menjadi dasar hukum
dalam proses penegakan hukum terhadap kejahatan-kejahatan dengan sarana
elektronik dan komputer, termasuk kejahatan pencurian uang dan kejahatan
terorisme.
Kasus Tentang Penipuan Lowongan Kerja pada Media Elektronik

Pada awal bulan Desember 2012 tersangka MUHAMMAD NURSIDI Alias


CIDING Alias ANDY HERMANSYAH Alias FIRMANSYAH Bin
MUHAMMAD NATSIR D melalui alamat website http://lowongan-
kerja.tokobagus.com/hrd-rekrutmen/lowongan-kerja-adaroindonesia4669270.html
mengiklankan lowongan pekerjaan yang isinya akan menerima karyawan dalam
sejumlah posisi termasuk HRGA (Human Resource-General Affairs) Foreman
dengan menggunakan nama PT. ADARO INDONESIA.

Pada tanggal 22 Desember 2012 korban kemudian mengirim Surat Lamaran


Kerja, Biodata Diri (CV) dan pas Foto Warna terbaru ke email
hrd.adaro@gmail.com milik tersangka, setelah e-mail tersebut diterima oleh
tersangka selanjutnya tersangka membalas e-mail tersebut dengan mengirimkan
surat yang isinya panggilan seleksi rekruitmen karyawan yang seakan-akan benar
jika surat panggilan tersebut berasal dari PT. ADARO INDONESIA, di dalam surat
tersebut dicantumkan waktu tes, syarat-syarat yang harus dilaksanakan oleh korban,
tahapan dan jadwal seleksi dan juga nama-nama peserta yang berhak untuk
mengikuti tes wawancara PT. ADARO INDONESIA, selain itu untuk konfirmasi
korban diarahkan untuk menghubungi nomor HP. 085331541444 via SMS untuk
konfirmasi kehadiran dengan formatADARO#NAMA#KOTA#HADIR/TIDAK
dan dalam surat tersebut juga dilampirkan nama Travel yakni OXI TOUR &
TRAVEL untuk melakukan reservasi pemesanan tiket serta mobilisasi
(penjemputan peserta di bandara menuju ke tempat pelaksanaan kegiatan) dengan
penanggung jawab FIRMANSYAH, Contact Person 082 341 055 575.

Selanjutnya korban kemudian menghubungi nomor HP. 082 341 055 575
dan diangkat oleh tersangka yang mengaku Lk. FIRMANSYAH selaku karyawan
OXI TOUR & TRAVEL yang mengurus masalah tiket maupun mobilisasi
(penjemputan peserta di bandara menuju ke tempat pelaksanaan kegiatan) PT.
ADARO INDONESIA telah bekerja sama dengan OXI TOUR & TRAVEL dalam
hal transportasi terhadap peserta yang lulus seleksi penerimaan karyawan,
korbanpun kemudian mengirimkan nama lengkap untuk pemesanan tiket dan
alamat email untuk menerima lembar tiket melalui SMS ke nomor HP. 082 341 055
575 sesuai dengan yang diminta oleh tersangka, adapun alamat e-mail korban yakni
lanarditenripakkua@gmail.com.

Setelah korban mengirim nama lengkap dan alamat email pribadi, korban
kemudian mendapat balasan sms dari nomor yang sama yang berisi total biaya dan
nomor rekening. Isi smsnya adalah “Total biaya pembayaran IDR 2.000.000,-
Silakan transfer via BANK BNI no.rek:0272477663 a/n:MUHAMMAD FARID”
selanjutnya korbanpun kemudian mentransfer uang sebesar Rp. 2.000.000,- (dua
juta rupiah) untuk pembelian tiket, setelah mentransfer uang korban kembali
menghubungi Lk. FIRMANSYAH untuk menanyakan kepastian pengiriman
tiketnya, namun dijawab oleh tersangka jika kode aktivasi tiket harus dengan
menambah transfer, lalu korban melihat adanya kecurigaan ketika tahu jika
aktivasinya harus dilakukan dengan menambah uang transfer. Kepala Bidang
Humas Polda Sulsel, Kombes Polisi, Endi Sutendi mengatakan bahwa dengan
adanya kecurigaan setelah tahu jika aktivasinya dilakukan dengan menu transfer.
Sehingga pada hari itu juga Minggu tanggal 23 Desember 2012 korban langsung
melaporkan kejadian tersebut di SPKT Polda Sulsel. Dengan Laporan Polisi
Nomor : LP / 625 / XII / 2012 / SPKT, Tanggal 23 Desember 2012, katanya.

Menurut Endi adapun Nomor HP. yang digunakan oleh tersangka adalah
082341055575 digunakan sebagai nomor Contact Person dan mengaku sebagai
penanggung jawab OXI TOUR & TRAVEL, 085331541444 digunakan untuk SMS
Konfirmasi bagi korban dan 02140826777 digunakan untuk mengaku sebagai
telepon kantor jika korban meminta nomor kantor PT. ADARO INDONESIA
ataupun OXI TOUR & TRAVEL, paparnya.

Sehingga Penyidik dari Polda Sulsel menetapkan tersangka yakni


MUHAMMAD NURSIDI Alias CIDING Alias ANDY HERMANSYAH Alias
FIRMANSYAH Bin MUHAMMAD NATSIR D, (29) warga Jl. Badak No. 3 A
Pangkajene Kab. Sidrap. dan Korban SUNARDI H Bin HAWI,(28)warga Jl. Dg.
Ramang Permata Sudiang Raya Blok K. 13 No. 7 Makassar.
Analisi Kasus

Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi


Elektronik (“UU ITE”) tidak secara khusus mengatur mengenai tindak pidana
penipuan. Selama ini, tindak pidana penipuan sendiri diatur dalam Pasal 378 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”), dengan rumusan pasal sebagai berikut:

“Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum dengan menggunakan nama palsu atau martabat
(hoedaningheid) palsu; dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan,
menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau
supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang, diancam, karena penipuan,
dengan pidana penjara paling lama empat tahun.”

Walaupun UU ITE tidak secara khusus mengatur mengenai tindak pidana


penipuan, namun terkait dengan timbulnya kerugian konsumen dalam transaksi
elektronik terdapat ketentuan Pasal 28 ayat (1) UU ITE yang menyatakan:

“Setiap Orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong
dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik.”

Terhadap pelanggaran Pasal 28 ayat (1) UU ITE diancam pidana penjara


paling lama enam tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar, sesuai
pengaturan Pasal 45 ayat (2) UU ITE.

Jadi, dari rumusan-rumusan Pasal 28 ayat (1) UU ITE dan Pasal 378 KUHP
tersebut dapat kita ketahui bahwa keduanya mengatur hal yang berbeda. Pasal 378
KUHP mengatur penipuan (penjelasan mengenai unsur-unsur dalam Pasal 378
KUHP silakan simak artikel Penipuan SMS Berhadiah), sementara Pasal 28 ayat (1)
UU ITE mengatur mengenai berita bohong yang menyebabkan kerugian konsumen
dalam transaksi elektronik (penjelasan mengenai unsur-unsur dalam Pasal 28 ayat
(1) UU ITE silakan simak artikel Arti Berita Bohong dan Menyesatkan dalam UU
ITE).
Walaupun begitu, kedua tindak pidana tersebut memiliki suatu kesamaan,
yaitu dapat mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Tapi, rumusan Pasal 28 ayat
(1) UU ITE tidak mensyaratkan adanya unsur “menguntungkan diri sendiri atau
orang lain” sebagaimana diatur dalam Pasal 378 KUHP tentang penipuan.

Pada akhirnya, dibutuhkan kejelian pihak penyidik kepolisian untuk


menentukan kapan harus menggunakan Pasal 378 KUHP dan kapan harus
menggunakan ketentuan-ketentuan dalam Pasal 28 ayat (1) UU ITE. Namun, pada
praktiknya pihak kepolisian dapat mengenakan pasal-pasal berlapis terhadap suatu
tindak pidana yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana penipuan sebagaimana
diatur dalam Pasal 378 KUHP dan memenuhi unsur-unsur tindak pidana Pasal 28
ayat (1) UU ITE. Artinya, bila memang unsur-unsur tindak pidananya terpenuhi,
polisi dapat menggunakan kedua pasal tersebut.

Dan menurut Endi pelaku dijerat hukuman Pasal 28 ayat (1) Jo. Pasal 45
ayat (2) UU RI No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektonik Subs.
Pasal 378 KUHPidana tentang. "Barang siapa dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum, dengan
memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun dengan
rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda
kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam
karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 tahun."

Tafsir/penjelasan pasal 378 KUHP tentang penipuan :

Berdasarkan Penjelasan R.Soesilo (KUHP Serta Komentar-komentarnya Lengkap


pasal demi Pasal), Politea Bogor, Tahun 1996. Hal.261 disebutkan bahwa :

* Membujuk = melakukan pengaruh dengan kelicikan terhadap orang,


sehingga orang itu menurutinya berbuat sesuatu yang apabila mengetahui duduk
perkara yang sebenarnya, ia tidak akan berbuat demikian itu.

* Memberikan barang = barang itu tidak perlu harus diberikan (diserahkan)


kepada terdakwa sendiri, sedang yang menyerahkan itupun tidak perlu harus orang
yang dibujuk sendiri, bisa dilakukan oleh orang lain.
* Menguntungkan diri sendiri dengan melawan hak = menguntungkan diri
sendiri dengan tidak berhak.

* Nama palsu = nama yang bukan namanya sendiri. Nama “Saimin”


dikatakan “Zaimin” itu bukan menyebut nama palsu, akan tetapi kalau ditulis, itu
dianggap sebagai menyebut nama palsu.

* Keadaan palsu = misalnya mengaku dan bertindak sebagai agen polisi,


notaris, pastor, pegawai kotapraja, pengantar surat pos, dsb-nya yang sebenarnya ia
bukan penjabat itu.

* Akal cerdik atau tipu muslihat = suatu tipuan yang demikian liciknya,
sehingga seorang yang berpikiran normal dapat tertipu. Suatu tipu muslihat sudah
cukup, asal cukup liciknya.

* Rangkaian kata-kata bohong : satu kata bohong tidak cukup, disini harus
dipakai banyak kata-kata bohong yang tersusun sedemikian rupa, sehingga
kebohongan yang satu dapat ditutup dengan kebohongan yang lain, sehingga
keseluruhannya merupakan suatu ceritera sesuatu yang seakan-akan benar.

* Tentang “barang” tidak disebutkan pembatasan, bahwa barang itu harus


kepunyaan orang lain. Jadi membujuk orang untuk menyerahkan barang sendiri,
juga dapat masuk penipuan, asal elemen-elemen lain dipenuhinya.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Cybercrime melibatkan computer dalam pelaksanaannya. Kejahatan-


kejahatanyang berkaitan dengan kerahasiaan, integritas dan keberadaan data dan
sistem komputer perlu mendapat perhatian khusus, sebab kejahatankejahatan ini
memiliki karakter yang berbeda dari kejahatan-kejahatan konvensional. Sistem
perundang-undangan di Indonesia belum mengatur secara khusus mengenai
kejahatan komputer melalui media internet. Beberapa peraturan yang ada baik yang
terdapat di dalam KUHP maupun di luar KUHP untuk sementara dapat diterapkan
terhadap beberapa kejahatan.

Saran

Undang-undang tentang Cybercrime perlu dibuat secara khusus sebagai


lexspesialis untukmemudahkan penegakan hukum terhadap kejahatan tersebut. Dan
jangan sembarangan mengklik link yang muncul di social network entah melalui
facebook, twitter, atau blog. Sering kita temui link yang menarik perhatian
walaupun tidak mengetahui jelas soal apa link tersebut. Seperti link loker yang
memberikan sajian yang menarik minat atau perhatian berupa iming-iming gaji
besar. Dan jangn mudah tergiur gaji yang ditawarkan pada loker media elektronik
dan jika disuruh transfer hendaklah jangan mentransfer dulu karena kita belum tau
kejelasannya.

Anda mungkin juga menyukai