Anda di halaman 1dari 22

A.

Judul

TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA DOXING DI MEDIA

SOSIAL

B. Latar Belakang

Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi semakin

memodernisasi pola pikir manusia, peradaban dunia saat ini dicirikan dengan

fenomena kemajuan teknologi informasi dan globalisasi yang berlangsung hampir

di semua bidang kehidupan1, dengan kamajuan teknologi dan informasi yang

begitu cepat mempengaruhi berbagai aspek penunjang kehidupan masyarakat

global seperti mempermudah melakukan komunikasi secara online tanpa harus

face to face. Pesatnya arus komunikasi dan pertukaran informasi secara masif di

dunia maya juga memungkin masyarakat saat ini dengan mudah melakukan

berbagai kegiatan secara online seperti melakukan penguplodan, pengumpulan

data pribadi secara digital guna kepentingan pribadi, digitalisasi mengefesiensikan

waktu yang dibutuhkan dibandingan menggunakan metode nondigital / offline.

Kehadiran dunia maya turut menyumbang munculnya berbagai tindak

kejahatan yang muncul dengan berbagai modus yang memanfaatkan kemajuan

teknologi ini2, kemajuan dalam hal informasi dan teknologi tersebut tidak

selamanya berdampak positif bagi negara atau masyarakat karena dalam dampak

positif selalu diikuti pula dampak negatifnya, kemajuan terkadang justru menjadi

1
Didik M. Arief Mansur dan Ellisatris Gultom, “Cyber Law Aspek Hukum Teknologi
Informasi”, Reflika Aditama, Bandung, 2005, Hal 1.
2
Anna Maria Salamor et al., 2020. “Child Grooming Sebagai Bentuk Pelecehan Seksual
Anak Melalui Aplikasi Permainan Daring”. SASI 26, No. 4, Hal. 490.

1
2

sarana yang subur bagi perkembangan suatu kejahatan, dalam hal ini terkhusus

kejahatan cyber3.

Cybercrime menurut Josua Sitompul adalah tindak pidana yang terjadi

dalam cyberspace (dunia siber) yang dilakukan oleh manusia atau mesin atas

dasar perintah manusia.4 Negara memberikan perlindungan hukum mengenai

kegiatan di ruang siber yaitu hukum siber yang diatur dalam Undang- Undang

Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Jo. Undang –

Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor

11 Tahun 2008 (untuk selanjutnya disebut UU ITE) dengan peraturan perundang

– undangan tersebut memberikan hak dan kewajiban hukum kepada masyarakat

untuk memanfaatkan serta mendayagunakan kemajuan teknologi, informasi dan

komunikasi.

Salah satu bentuk cybercrime yang femomeal terjadi saat ini ialah perbuatan

penyebaran data pribadi atau doxing. Secara umum doxing sebagai tindakan

menemukan atau menerbitkan informasi pribadi tentang seseorang di internet

tanpa izin mereka, terutama dengan cara yang mengungkapkan nama, alamat, dan

lain sebagainya. Doxing adalah saat informasi pribadi seseorang dibagikan di

internet tanpa persetujuannya dan menekankan pada aspek persetujuan pemilik

data sebagai bentuk indikator ketika tindakan pelanggaran hak privasi daring ini

terjadi.5 Doxing dapat menjadi pintu masuk dari kejahatan dunia maya lebih lanjut

3
Radita Setiawan dan Muhammad Okky Arista, Efektivitas Undang-Undang Informasi
Dan Transaksi Elektronik Di Indonesia Dalam Aspek Hukum Pidana, Recidive Vol 2 No 2 Mei-
Agustus 2013, Hal 140.
4
Josua Sitompul., Cyberspace, cybercrimes, cyberlaw : Tinjauan Aspek Hukum Pidana
Jakarta. Tatanusa, 2012, Hal 15.
5
Lisa Bei Li, Federal Communications Law Journal Vol. 70 Data Privacy in the Cyber Age:
Recommendations for Regulating Doxing and Swatting, 2018, Hal 318.
3

termasuk pencurian identitas, kartu kredit dan/atau penipuan kartu debit, phishing,

peretasan atau kejahatan dunia maya lainnya.

Regulasi tentang doxing belum spesifik diatur, namun ada perlindungan

yang berkaitan dengan aspek perlindungan data pribadi dalam dunia elektronik

yang tercantum dalam Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Perlindungan Data Pribadi Dalam

Sistem Elektronik. Peraturan Menteri ini berisi tentang persetujuan pemilik data

yang secara tertulis baik secara manual dan/atau elektronik yang diberikan oleh

pemilik data pribadi setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai

tindakan perolehan, pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan,

penampilan, pengumuman, pengiriman, dan penyebarluasan serta kerahasiaan

atau ketidakrahasiaan data pribadi.

Selain dalam Peraturan Menteri Komunikasi, pengaturan yang berkaitan

dengan pelanggaran privasi juga dibahas dalam Undang – Undang Nomor 19

Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dalam pasal 26 menyebutkan bahwa:

“(1) Kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundangundangan,

penggunaan setiap informasi melalui media elektronik yang menyangkut data

pribadi seseorang harus dilakukan atas persetujuan orang yang bersangkutan.

(2) Setiap orang yang dilanggar haknya sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat mengajukan gugatan atas kerugian yang ditimbulkan berdasarkan

Undang-Undang ini.
4

(3) Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik wajib menghapus Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak relevan yang berada di

bawah kendalinya atas permintaan Orang yang bersangkutan berdasarkan

penetapan pengadilan.

(4) Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik wajib menyediakan mekanisme

penghapusan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang sudah

tidak relevan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Ketentuan mengenai tata cara penghapusan Informasi Elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)

diatur dalam peraturan pemerintah”

Pada pernyataan pasal diatas tidak secara jelas menyebutkan perbuatan

doxing, urgensi tentang privasi merupakan unsur penting dalam permasalahan

doxing. Informasi pribadi yang tidak ingin dibagi dan diketahui oleh umum,

namun tersebar dan diketahui oleh khalayak luas menjadi permasalahan krusial

dan dapat membahayakan posisi dan kredibilitas yang bersangkutan.

Istilah doxing dan kasus-kasusnya di Indonesia masih sangat asing akan

tetapi beberapa kasus doxing sudah banyak terjadi di Indonesia, sebagai contoh

doxing yang dilakukan perusahaan Fintech Illegal terhadap nasabah. Perusahaan

Fintech Illegal tersebut melakukan peretasan melaliu IMEI Handphone Nasabah

dan menyebarkan data baik berupa informasi berupa nama, foto saat memegang

kartu tanda penduduk (KTP), alamat, nomer handphne, nomer induk

kependudukan (NIK) dan nama orang tua serta menyebarakan informasi bohong

agar memberikan ancaman korban agar membayar hutang. Data – data tersebut
5

dikirimkan melalui via WhatsApp dan pesan kepada keluarga, kerabat maupun

orang diseitar korban.

Perbuatan yang dilakukan perusahaan Fintech Illegal untuk menagih

nasabah merupakan perbuatan doxing terhadap data informasi pribadi. Metode

Doxing ini berniatan jahat terhadap korban, penyebaran data informasi pribadi

merupakan pelanggaran atas hak privasi yang menimbulkan rasa malu di ruang

siber ataupun dunia nyata dan menimbulkan penderitaan psikis maupun fisik.

Dalam sebuah penelitian dibahas tentang kegiatan doxing pada media sosial

instagram dengan akun undip.cantik, akun instagram undip.cantik merupakan

akun berisi tentang foto – foto mahasiswi Universitas Diponegoro yang

dikategorikan cantik pada umumnya. Foto – foto tersebut diambil dan diupload

diduga tanpa sepengetahuan dan seijin pemilik foto. Akun undip.cantik posting

foto pertama kali pada 06 April 2015. Pada pertama kali posting, foto tersebut

sudah mendapatkan 31 likes dan 1 komentar. Mulai dari tanggal 06 April 2015

sampai dengan 28 Agustus 2018 terdapat 691 7 foto yang dipost, sedangkan

jumlah followers berjumlah 52,7k (52.700). Akun undip.cantik mengupload foto –

foto mahasiswi yang berkuliah di Universitas Diponegoro Semarang. Akun

undip.cantik mencoba untuk menampilkan sosok mahasiswi Undip yang

tergolong cantik, sehingga membuat para followers (pengikut) dari akun tersebut

dengan otomatis mengetahui bahwa sosok mahasiswi yang menjadi subjek adalah

seorang mahasiswi yang cantik.

Akun instagram undip.cantik ini mengambil foto atau merepost foto

mahasiswi UNDIP tanpa ijin terlebih dahulu, tidak lupa dalam postingannya akun
6

undip.cantik ini membeberkan siapa nama lengkap dari foto tersebut serta jurusan

kuliahnya, perbuatan doxing yang dilakukan undip.cantik ini membuat dapat

diaksesnya data pribadi seseorang oleh khalayak umum tanpa persetujuan yang

bersangkutan.

Sebagaimana yang kita ketahui dalam ranah siber/online merupakan ruang

yang tidak terbatas dan dapat diakses banyak pihak dengan kegiatan doxing ini

dapat merugikan pemilik data, berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik

untuk membahas mengenai “TINJAUAN YURIDIS TINDAK PIDANA

DOXING DI MEDIA SOSIAL”

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas, maka rumusan

masalah yang akan dibahas yakni :

1. Perlindungan hukum atas data pribadi di media sosial

2. Kualifikasi penyebaran data pribadi atau doxing sebagai tindak pidana

D. Tujan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, yakni :

1. Untuk mengetahui perlindungan hukum akan data pribadi di media

sosial

2. Untuk mengetahui dan mengkaji kualifikasi doxing sebagai tindak

pidana.

E. Manfaat Penelitian
7

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan secara

teoritis dan praktis:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

sumbangan pemikiran bagi penulis, kalangan akademisi, dan

masyarakat serta bisa menjadi referensi bagi pihak-pihak yang

membutuhan informasi terkait penelitian ini mengenai penggunaan

data pribadi di media sosial dan kualifikasi doxing sebagai tindak

pidana.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

dan kebijakan yang tentang perlindungan data pribadi dan

pertanggungjawaban atas tindak pidana doxing.

F. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Umum Hukum Pidana

a) Pengertian Hukum Pidana

Hukum pidana adalah kumpulan peraturan yang mengatur perbuatan,

baik menyuruh berbuat atau melakukan sesuatu, maupun melarang berbuat

atau melakukan sesuatu yang diatur didalam undang-undang dan peraturan

daerah yang diancam dengan sanksi pidana6 Hazewinkel-Suringa, hukum

pidana adalah sejumlah peraturan hukum yang mengandung larangan dan

perintah atau keharusan yang terhadap pelanggarannya diancam dengan

pidana (sanksi hukum) bagi barang siapa yang membuatnya. 7

6
Rahman Syamsuddin, Pengantar Hukum Indonesia, edisi ke-1 Prenada Media Grup,
Jakarta, 2019, Hal 60.

7
Andi Hamzah, 1991, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta,Jakarta, Hal 4.
8

Menurut Wirjono Prodjodikoro bahwa istilah hukum pidana itu

dipergunakan sejak pendudukan Jepang di Indonesia untuk pengertian

strafrecht dari bahasa Belanda, dan untuk membedakannya dari istilah

hukum perdata untuk pengertian burgelijkrecht dari bahasa Belanda.8

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa menurut hukum pidana merupakan

kumpulan peraturan yang mengatur tentang tindak pidana dan pelanggaran

yang merupakan pelawanan masyarakat terhadap ketertiban umum yang

dapat merugikan orang lain bahkan negara.

b) Pengeritian Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak

asasi manusia yang dirugikan oleh orang lain dan perlindungan tersebut

diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak

yang diberikan oleh hukum. 9 Perlindungan hukum merupakan perlindungan

akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia

yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari

kesewenangan atau sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang akan

dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya.10

Menurut CST Kansil, perlindungan hukum adalah berbagai macam

upaya hukum yang diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan

8
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung, Refika Aditama,
2003, Hal 1 -2 .
9
Satjipto Rahardjo, 2014, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya, Hal 74.
10
Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia, Surabaya:
Bina Ilmu, Hal 25.
9

rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai

macam ancaman dari pihak manapun.11

Perlindungan hukum merupakan segala upaya pemenuhan hak dan

pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada sanksi dan/atau

korban, perlindungan hukum korban sebagai bagian dari perlindungan

masyarakat dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, yaitu melalui

pemberian restitusi, kompensasi, pelayanan medis dan bantuan hukum.

Perlindungan hukum yang diberikan kepada subyek hukum ke dalam bentuk

perangkat baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, serta

baik yang lisan maupun yang tertulis. Dengan kata lain dapat dikatakan

bahwa perlindungan hukum dilihat sebagai suatu gambaran tersendiri dari

fungsi hukum itu sendiri, yang memiliki konsep bahwa hukum memberikan

suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian12

c) Pengertian Tindak Pidana

Pada pasal 2 KUHP yang berbunyi “Ketentuan pidana dalam

perundang-undangan dangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang” yang

dalam hal ini pasal 2 KUHP menjelaskan bahwa ketentuan pidana yang ada

di Negara Kesatuan Republik Indonesia berlaku untuk setiap orang yang

berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga setiap

orang yang berada diwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

melakukan sesuatu tindak pidana maka harus menerima sanksi pidana yang

telah diatur.
11
CST Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, Hal 102.
12
10

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa tindak pidana

adalah perbuatan pidana (perbuatan kejahatan) yang dalam hal ini

melanggar norma yang ada dimasyarakat dan merugikan orang lain ataupun

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Sudarto, pidana adalah

nestapa yang diberikan oleh negara kepada seseorang yang melakukan

pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang (hukum pidana), sengaja

agar diberikan sebagai nestapa.13

Hukum pidana diharapkan mampu mencegah terjadi kejahatan

(prevention) baik oleh orang yang belum pernah melakukan kejahatan (tidak

terjadi first offender) maupun oleh mereka yang sudah pernah

melakukannya (tidak terjadi pengulangan kejahatan/residive), sehingga

tercipta ketertiban (masyarakat terlindung dari kejahatan).14

2. Tinjauan Umum Doxing

a) Pengertian Doxing

Secara umum, doxing kerap dijelaskan sebagai tindakan

mengumpulkan dan pengumbaran data pribadi di media sosial. Oxford

British and World English Dictionary mendefinisikan doxing sebagai

''mencari dan mempublikasikan informasi pribadi atau identitas tentang

(individu tertentu) di Internet, biasanya dengan niat jahat”. Doxing adalah

saat informasi pribadi seseorang dibagikan di Internet tanpa persetujuannya

13
Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 1981, Hal 109 – 110.
14
Ida Bagus Surya Dharma Jaya et al., Kilinik Hukum Pidana Komponen Persiapan dan
Praktek, Udayana University Press, Denpasar, 2016, Hal 26.
11

dan menekankan pada aspek persetujuan pemilik data sebagai bentuk

indikator ketika tindakan pelanggaran hak privasi daring ini terjadi.15

Doxing sebagai bentuk tindakan perisakan secara daring, doxing

adalah serangan di mana informasi pribadi korban dirilis untuk umum

secara daring serangan doxing ini dirumuskan sebagai salah satu bentuk

pelecehan daring. Definisi lebih rinci tentang doxing bisa definisikan

sebagai kegiatan mempublikasikan informasi individu yang ditargetkan

(tanpa persetujuannya) di internet untuk konsumsi publik, dengan maksud

menyebabkan rasa malu, penghinaan dan kerusakan, dengan cara tertentu

yang mengancam privasi korban dan mungkin orang-orang di sekitarnya

korban (teman, anggota keluarga, dan lain-lain) penekanan pada niat jahat

(dolus malus) yang memotivasi pelaku dengan sengaja melakukan doxing.

b) Perlindungan data pribadi

Data pribadi dan perundang-undangan dapat ditinjau dalam Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang

dimaksud sebagai Informasi Elektronik merupakan “satu atau sekumpulan

data elektronik, termasuk tapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar,

peta, rancangan foto, electonic data interchange (EDI), surat elektronik

(electronic mail), telegram, teleks, telecopy, atau sejenisnya, huruf, tanda,

angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah memiliki arti

atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.”


15
Lisa Be Li, Data Privacy in the Cyber Age: Recommendations for Regulating Doxing and
Swatting. Federal Communications Law Journal (FCLJ) Volume 70, Issue 3, September 2018, Hal
323.
12

Dalam Pasal 1 angka 22 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013

tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan yang dimaksud sebagai data pribadi

merupakan “Data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat dan dijaga

kebenaran serta dilindungi kerahasaiannya.” Secara lebih jelas kemudian

dijelaskan dalam Pasal 1 angka 2 Pertarutan Menteri Komunikasi dan

Informatika Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang

Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik yang dimaksud sebagai

“Data perseorangan tertentu merupakan setiap keterangan yang benar dan

nyata yang melekat dan dapat diidentifikasi, baik langsung maupun tidak

langsung, pada masing-masing individu yang pemanfaatanya sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Data pribadi erat kaitannya dengan privasi sesorangan sehingga data

tersebut dengan mudahnya dapat diperoleh oleh pihak lain tanpa seizin

pemilik data, di Indonesia belum memiliki aturan hukum spesifik yang

mengatur tentang perlindungan data pribadi. Akibatnya data pribadi menjadi

suatu hal yang sering terjadi yaitu pencurian, pembobolan data dan

informasi pribadi hingga penyebaran tanpa hak secara hak secara melawan

hukum Bahkan digunakan sebagai sarana melakukan kejahatan lainnya.

G. Metode Penelitian
13

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan

hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna

menjawab isu hukum yang dihadapi. 16Penelitian merupakan suatu kegiatan

ilmiah yang didasarkan pada analisis dan konstruksi yang dilakukan secara

sistematis, metodologis dan konsisten dan bertujuan untuk mengungkapkan

kebenaran sebagai salah satu manifestasi keinginan manusia untuk

mengetahui apa yang sedang dihadapinya.17.

Metode penelitian hukum merupakan suatu cara yang dilakukan oleh

seorang penulis untuk mengetahui sesuatu melalui langkah-langkah yang

telah disusun secara sistematis. Metode penelitian yang akan digunakan

dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Tipe Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tipe penelitian hukum

normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang mengkaji

dan menganalisa peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan

hukum lain. Selain itu penelitian ini juga merupakan penelitian tentang

keterkaitan asas-asas dan doktrin hukum dengan hukum positif, maupun

hukum yang hidup dalam masyarakat.18

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian merupakan anak tangga untuk

menentukan teori penelitian yang akan dipakai, yang berguna untuk

16
Peter Mahmud Marzuki., Penelitian Hukum, PT Kencana Prednaya Media Group,
Jakarta, 2011, Hal 35.
17
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, Hal 3.
18
Suteki dan Galang Taufani., Metodologi Penelitian Hukum (Filsafat, Teori dan Praktik),
PT Raja Grafindo, Depok, Hal 175.
14

membatasi peneliti mengeksplorasi landasan konseptual yang kelak bisa

membedah objek penelitian. 19


Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan pendekatan peraturan perundang-undangan dan

pendekatan konseptual.

1) Pendekatan perundang-undangan (statute approach) adalah

pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua undang-

undang atau regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang

sedang ditangani.20

2) Pendekatan konseptual (conceptual approach) adalah suatu

pendekatan yang beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-

doktrin yang berkembang didalam ilmu hukum dengan mempelajari

pandangan- pandangan dan doktrin didalam ilmu hukum. Sehingga

peneliti akan menemukan ide-ide yang berkaitan dengan pengertian

hukum, konsep hukum dan asas hukum yang relevan dengan isu

hukum yang dihadapi.21

3. Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum adalah bahan-bahan yang digunakan

untuk memecahkan isu hukum dan sekaligus memberikan preskripsi

mengenai apa yang seyogianya, diperlukan dalam sumber-sumber

19
Ibid., Hal 172
20
Peter Mahmud Marzuki., Penelitian Hukum Edisi Revisi, PT Kencana, Jakarta, 2005, Hal
133.
21
Suteki dan Galang Taufani., Op.Cit, Hal 174.
15

penelitian.22 Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu:

1) Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang besifat

autoritatif, artinya mempunyai otoritas.23 Bahan hukum

primer yang digunakan terdiri dari peraturan perundang-

undangan, catatan resmi, dan risalah dalam pembuatan

peraturan perUndang-Undangan.24 Dalam penelitian ini

yang digunakan yaitu:

a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

b) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

c) Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan.

d) Pertarutan Menteri Komunikasi dan Informatika

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang

Perlindungan Data Pribadi

2) Bahan hukum sekunder merupakan bahan-bahan yang erat

kaitannya dengan bahan hukum primer dan dapat

membantu menganalisus dan memahami bahan hukum

22
Peter Mahmud Marzuki., Op.Cit, hal 181
23
Ibid.
24
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji., Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), Cetakan 5, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, Hal 13.
16

primer.25 Bahan-bahan penelitian yang diperoleh dan

digunakan dalam penelitaian ini yaitu: buku- buku, jurnal-

jurnal hukum, hasil penelitian dan karya tulis ilmiah yang

berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.

3) Bahan hukum tersier yaitu berupa komplementer untuk

bahan hukum sekunder dan tersier comtohnya kamus besar

bahasa Indonesia, law dictionary, english dictionary, serta

penelurusan di website-website internet resmi.

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum dimaksudkan untuk

memperoleh bahan hukum dalam penelitian. Teknik

pengumpulan bahan hukum yang mendukung dan berkaitan

dengan pemaparan penelitian ini adalah studi dokumen (studi

kepustakaan).

Studi dokumen adalah suatu alat pengumpulan bahan

hukum yang digunakan melalui bahan hukum tertulis dengan

mempergunakan content analisys.26 Content analisys menunjukkan

pada metode analisis yang integratif dan secara konseptual cenderung

diarahkan untuk menemukan, mengidentifikasi, mengolah dan

menganalisis bahan hukum untuk memahami makna, signifikasi dan

relevansinya. 27

25
Suteki dan Galang Taufani., Op.Cit, Hal 216.
26
Peter Mahmud Marzuki., Op.Cit, Hal 21.
27
Burhan Bungin., Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2007, Hal 203.
17

5. Metode Anlisa Bahan Hukum

Analisis ini dapat dirumuskan sebagai suatu proses

penguraian secara sistematis dan konsisten terhadap gejala-gejala

tertentu. Analisis bahan hukum adalah bagaimana memanfaatkan

sumber-sumber bahan hukum yang telah terkumpul untuk digunakan

dalam memecahkan permasalahan dalam penelitian ini. Dasar dari

penggunaan analisis secara normatif, dikarenakan bahan-bahan hukum

dalam penelitian ini mengarah pada kajian-kajian yang bersifat teoritis

dalam bentuk asas-asas hukum, konsep-konsep hukum, serta kaidah-

kaidah hukum.

Metode yang digunakan untuk menganalisis adalah metode

destruktif sekaligus kualitatif. Deskriptif adalah menganalisis data

dengan cara memaparkan secara terperinci dan tepat perihal fenomena

tertentu terkait dengan penulisan hukum ini. Kualitatif adalah

menganalisis pemaparan hasil-hasil penulisan yang sudah

disistematisasikan tersebut dengan kajian dari teori-teori hukum dan

hukum positif. Hal ini guna menjelaskan permasalahan penelitian

hukum dengan kalimat yang logis, bersifat ilmiah dan mudah

dipahami.

H. Sistematika Penulisan

Sebagai suatu karya ilmiah, penulisan proposal ini memiliki

sistematika yang teratur dan terperinci dalam penulisannya dengan

tujuan agar dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh

pembaca. Untuk mencapai tujuan tersebut penulis membaginya

menjadi V (lima) bab yang terdiri dari sub-sub bab yang disesuaikan
18

dengan pembahasan sebagai berikut:

BAB I :PENDAHULUAN, pada bab ini menguraikan latar

belakang yang berisi permasalahan yang terdapat dalam

penelitian ini. Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan

masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian

hukum dan sistematika penulisan yang diuraikan secara

berurutan.

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA, pada bab ini menguraikan

tinjauan pustaka mengenai tinjauan umum hukum pidana,

tinjauan umum doxing, tinjauan umum mengenai kekerasan

berbasis gender online.

BAB III:METODE PENELITIAN, pada bab ini berisi tentang

metode penelitian yang terdiri atas metode pendekatan,

sumber bahan hukum, teknik pengunpulan bahan hukum

dan metode analisa bahan hukum.

BAB IV :PEMBAHASAN, pada bab ini berisi pokok kajian

penulisan yang merupakan jawaban atau pembahasan dari

rumusan masalah berdasarkan penelitian yang akan

dilaksanakan mengenai kualifikasi doxing sebagai tindak

pidana dan pengaturan kekerasan berbasis gender online

(KBGO).

BAB V :PENUTUP, pada bab ini akan menguraikan kesimpulan


19

dan saran yang akan penulis berikan mengenai jawaban

atas permasalahan dalam judul penulisan ini yang diuraikan

secara singkat dan jelas, bab ini juga merupakan bab

terakhir dari keseluruhan bab yang terdapat dalam

penulisan ini.

DAFTAR BACAAN

1. Buku:

Andi Hamzah, 1991, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta,Jakarta.

Ann Oakley. Sex, gender and society. 1972.

Burhan Bungin., Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Raja Grafindo


Persada, Jakarta, 2007.

Didik M. Arief Mansur dan Ellisatris Gultom, “Cyber Law Aspek Hukum
Teknologi Informasi”, Reflika Aditama, Bandung, 2005.
20

Frans Maramis, 2012, Hukum PIdana Umum dan Tertulis di Indonesia,


Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Hans Kelsen. General Theory of Law and State. Cetakan VII, Nusa Media,
Bandung, 1971.
Hanafi, Mahrus, Sistem Pertanggung Jawaban Pidana, Cetakan pertama,
Jakarta, Rajawali Pers, 2015.
Ida Bagus Surya Dharma Jaya et al., Kilinik Hukum Pidana Komponen
Persiapan dan Praktek, Udayana University Press, Denpasar, 2016.

Josua Sitompul., Cyberspace, cybercrimes, cyberlaw : Tinjauan Aspek


Hukum Pidana Jakarta. Tatanusa, 2012.

Lisa Bei Li, Federal Communications Law Journal Vol. 70 Data Privacy in
the Cyber Age: Recommendations for Regulating Doxing and Swatting,
2018.
Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 1996.
Maggie Humm, Ensiklopedia Feminis.

Moeljalento, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana, Edisi revisi, Jakarta, Renika


Cipta.
Peter Mahmud Marzuki., Penelitian Hukum, PT Kencana Prednaya Media
Group, Jakarta, 2011.
Peter Mahmud Marzuki., Penelitian Hukum Edisi Revisi, PT Kencana,
Jakarta, 2005.

Rahman Syamsuddin, Pengantar Hukum Indonesia, edisi ke-1 Prenada


Media Grup, Jakarta, 2019.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji., Penelitian Hukum Normatif (Suatu


Tinjauan Singkat), Cetakan 5, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001.
Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 1981.
21

Suteki dan Galang Taufani., Metodologi Penelitian Hukum (Filsafat, Teori


dan Praktik), PT Raja Grafindo, Depok.
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2003.
Nasaruddin Umar. Argumen Kesetaran Gender Prespektif al Qur’an ,
Jakarta, Paramadia, Agustus 1999.
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung,
Refika Aditama, 2003.

2. Jurnal:
Anna Maria Salamor et al., 2020. “Child Grooming Sebagai Bentuk
Pelecehan Seksual Anak Melalui Aplikasi Permainan Daring”. SASI
26, No. 4.

Radita Setiawan dan Muhammad Okky Arista, Efektivitas Undang-Undang


Informasi Dan Transaksi Elektronik Di Indonesia Dalam Aspek
Hukum Pidana, Recidive Vol 2 No 2 Mei-Agustus 2013.

3. Peraturan perundang-undangan:
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik

Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.

Pertarutan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang Perlindungan Data Pribadi


22

4. Website:

Wati Anggreani, Aspek Pidana Perbuatan Penyebaran Data Pribadi Di


Media Sosial, pta.turnojoyo.ac.id, dikunjungi 4 Oktober 2021.
Ellen Kusuma dan Nenden Sekar Arum, Memahami dan menyikapi
Kekerasan Berbasis Gender Online: Sebuah Panduan, id.safenet.or.id
, November 2019, Hal 4, dikunjungi 11 Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai