Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KRIMINOLOGI

URGENSI PENEGAKAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN DATA


PRIBADI GUNA MENCEGAH PENYALAHGUNAAN IDENTITAS HASIL
CURIAN PADA MEDIA OLEKTRONIK DALAM PERSPEKTIF
KRIMINOLOGI

Dosen Pengampu: Bapak Sonny Saptoajie Wicaksono, S.H., M.Hum

DISUSUN OLEH:

Nama : Chike Revianda

No Absen : 8

NIM : 8111421219

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................7
A. Penegakan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi Guna Mencegah
Penyalahgunaan Identitas Hasil Curian Pada Media Elektronik..........................7
B. Urgensi Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi Guna Mencegah
Penyalahgunaan Identitas Hasil Curian Pada Media Elektronik Dalam
Perspektif Kriminologi.......................................................................................10
BAB III..................................................................................................................14
PENUTUP..............................................................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini, mengakibatkan perkembangan teknologi dan
informasi menjadi sangat pesat yang telah menimbulkan perubahan
kebutuhan serta gaya hidup masyarakat. Kualitas masyarakat Indonesia
yang meningkat secara berkelanjutan dalam memanfaatkan teknologi
informasi dan ilmu pengetahuan menjadi salah satu tujuan pembangunan
nasional sekaligus menjadi suatu tantangan global.1
Kemajuan pada teknologi informasi membuktikan bahwa di bidang
komputer dan internet telah memberikan dampak positif bagi kemajuan
kehidupan manusia.2 Perkembangan yang pesat pada teknologi informasi
ini mengubah pola pemikiran dari yang sifatnya manual menjadi
komputerisasi/digital.3 Hal tersebut mengakibatkan masyarakat semakin
tergantung pada teknologi. Namun, dibalik kelebihan dan kemudahan yang
diberikan, masih terdapat sisi negatif yang dapat menghancurkan
kehidupan dan budaya manusia.4
Teknologi informasi saat ini menjadi “pedang bermata dua”, hal itu
disebabkan karena teknologi informasi selain memberikan kontribusi bagi
peningkatan kesejahteraan dan kemajuan peradaban manusia, dan
sekaligus dapat menjadi sarana efektif untuk melakukan perbuatan
melawan hukum yang kemudian dikenal dengan istilah “cybercrime”.
Selain itu, terdapat pula tindak pidana yang berpotensi untuk dilakukan
dengan mudah dan efektif dengan memanfaatkan perkembangan teknologi
ini, yaitu pada pengelolaan data dan informasi khususnya data pribadi

1
Sudaryati, K. D., Darmawan, N. K. S., dan Purwanti, N. P., “Perlindungan Hukum
Terhadap Investor Dalam Perdagangan Obligasi Secara Elektronik,” Kertha Wicara, Vol. 2, no. 1,
(2013), Hal. 1
2
Rumlus, M. H., dan Hartadi, Hanif, “Kebijakan Penanggulangan Pencurian Data Pribadi
Dalam Media Elektronik,” Jurnal HAM, Vol. 11, no. 2, (2020), Hal. 286.
3
Ekawati, Dian, “Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Dirugikan Akibat
Kejahatan Skimming Ditinjau Dari Perspektif Teknologi Informasi Dan Perbankan,” Jurnal Unes
Law Review, Vol. 1, no. 2, (2018), Hal. 158.
4
Tumalun, Brisilia, “Upaya Penanggulangan Kejahatan Komputer Dalam Sistem
Elektronik Menurut Pasal 30 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008,” Jurnal Lex Et Societatis,
Vol. 6, no. 2, (2018), Hal. 24.
yang membutuhkan perlindungan data. Hal tersebut dikarenakan semakin
teknologi informasi dan komunikasi maju, maka batas privasi makin tipis
yang mengakibatkan berbagai data pribadi semakin mudah untuk tersebar.5
Akibat dari meningkatnya jumlah pengguna teknologi informasi
menyebabkan isu tentang perlindungan data pribadi menjadi hal serius
karena penyebarannya yang dengan mudah dan cepat dilakukan melalui
teknologi sehingga menimbulkan risiko kebocoran data pribadi seseorang,
seperti NIK, nama, email, dan nomor handphone.6
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami beberapa
insiden kebocoran data. Pada 17 April 2020, Tokopedia mengalami
kebocoran data pribadi penggunanya, setidaknya terdapat 12.115.583
akun. Kemudian kembali terjadi kebocoran data yang dialami
Bhineka.com yang merupakan online store business. Sekelompok peretas
Shiny Hunters mengklaim bahwa terdapat 1,2 juta data pengguna
Bhineka.com yang dimiliki. Data yang sudah diretas tersebut
diperjualbelikan dengan nilai USD 12.000 atau setara dengan
Rp17.800.000.7
Berdasarkan banyak kasus kebocoran data yang mengakibatkan
adanya penyalahgunaan data pribadi, maka dapat dilihat adanya
kelemahan sistem dan kurangnya pengawasan, sehingga data pribadi
tersebut dapat disalahgunakan dan mengakibatkan kerugian bagi pemilik
data. Pencurian, penyalahgunaan, penjualan data pribadi merupakan suatu
pelanggaran hukum di bidang teknologi informasi dan dapat dikategorikan
sebagai pelanggaran atas hak asasi manusia. Hal itu dikarenakan data
pribadi merupakan bagian dari hak asasi manusia yang harus dilindungi.8

5
Rumlus, M. H., dan Hartadi, Hanif, “Kebijakan Penanggulangan Pencurian Data Pribadi
Dalam Media Elektronik,” Jurnal HAM, Vol. 11, no. 2, (2020), Hal. 286.
6
Lesmana, Teddy; Elis, Eva; dan Hamimah, Siti, “Urgensi Undang-Undang Perlindungan
Data Pribadi Dalam Menjamin Keamanan Data Pribadi Sebagai Pemenuhan Hak Atas Privasi
Masyarakat Indonesia,” Jurnal Rechten: Riset Hukum dan Hak Asasi Manusia, Vol. 3, no. 2,
(2022), Hal. 2.
7
ELSAM dan Komisi I DPR RI, Terms of References (TOR) Perwakilan Sekretariat
Komisi I DPR dan Tim Asisten RUU PDP Sekjen DPR RI “Pembahasan Daftar Investasi Masalah
(DIM) RUU Perlindungan Data Pribadi Focus Group Discussion (Jakarta: Century Park Hotel,
Rabu, 22 Juli 2021).
8
Situmeang, S. M. T., “Penyalahgunaan Data Pribadi Sebagai Bentuk Kejahatan
Sempurna Dalam Perspektif Hukum SIber,” Jurnal SASI, Vol. 27, no. 1, (2021), Hal. 39.
Berkaitan dengan kasus-kasus tersebut sangat diperlukan adanya
regulasi hukum untuk melakukan perlindungan khususnya terkait dengan
pencurian data pribadi milik orang. Pada 17 Oktober 2022 disahkanlah
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data
Pribadi. Disahkannya peraturan tersebut menimbang bahwasannya
perlindungan data pribadi merupakan salah satu hak asasi manusia yang
merupakan bagian dari perlindungan data pribadi, sehingga perlu
diberikan landasan hukum agar memberikan keamanan atas data pribadi.
Kemudian Undang-Undang tentang Perlindungan Data Pribadi ini
ditujukan untuk menjamin hak warga negara atas perlindungan diri pribadi
dan menumbuhkan kesadaran masyarakat serta menjamin pengakuan dan
penghormatan atas pentingnya perlindungan data pribadi.9
Atas dasar hal itulah, penulis membuat makalah ini agar dapat
menjawab permasalahan mengenai penegakan peraturan perlindungan data
pribadi untuk mencegah penyalahgunaan identitas hasil curian di media
elektronik, serta urgensi dari undang-undang perlindungan data pribadi
untuk mencegah penyalahgunaan identitas hasil curian tersebut dalam
perspektif kriminologi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana penegakan undang-undang perlindungan data pribadi guna
mencegah penyalahgunaan identitas hasil curian pada media
elektronik?
2. Bagaimana urgensi undang-undang perlindungan data pribadi guna
mencegah penyalahgunaan identitas hasil curian pada media elektronik
dalam perspektif kriminologi?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai, sebagai berikut:

9
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi.
1. Mengetahui penegakan undang-undang perlindungan data pribadi guna
mencegah penyalahgunaan identitas hasil curian pada media
elektronik.
2. Mengetahui urgensi undang-undang perlindungan data pribadi guna
mencegah penyalahgunaan identitas hasil curian pada media elektronik
dalam perspektif kriminologi.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Penegakan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi Guna
Mencegah Penyalahgunaan Identitas Hasil Curian Pada Media
Elektronik
Adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
sangat pesat mengakibatkan terjadinya berbagai peluang dan tantangan.
Salah satu faktor pendorong globalisasi adalah adanya teknologi informasi
yang memungkinkan manusia untuk saling terhubung tanpa ada batasan
wilayah negara. Teknologi informasi telah digunakan di berbagai sektor
kehidupan, seperti penyelenggaraan perdagangan/bisnis melalui electronic
commerce (e-commerce), penyelenggaraan di bidang kesehatan
menggunakan electronic health (e-health), kemudian terdapat
penyelenggaraan pendidikan dengan menggunakan electronic education
(e-education), dan dalam bidang pemerintahan menggunakan electronic
government (e-government), serta masih banyak bidang lain yang juga
memanfaatkan teknologi informasi ini. Pemanfaatan teknologi informasi
di berbagai sektor tersebut mengakibatkan data pribadi seseorang sangat
mudah dikumpulkan dan dipindahkan tanpa sepengetahuan subjek data
pribadi itu sendiri, sehingga mengancam hak konstitusional dari subjek
data pribadi.10
Data pribadi adalah keterangan yang benar yang melekat pada diri
orang, sehingga dapat mengidentifikasi orang tersebut. Perlindungan data
pribadi ini sangat penting, karena bertujuan untuk memastikan bahwa data
pribadi seseorang yang terkumpul digunakan sesuai dengan tujuan
pengumpulan, sehingga tidak terjadi penyalahgunaan data. 11 Perlindungan
data pribadi juga merupakan salah satu hak asasi manusia yang menjadi
bagian dari perlindungan diri dan menumbuhkan kesadaran masyarakat

10
Suryaden, “UU 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi,” Joglobang, 19
Oktober, (2022), https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-27-2022-pelindungan-data-pribadi
diakses pada 7 April 2023 pukul 8.57.
11
D., Ananthia, Ayu; Anindyajati, Titis; dan Ghoffar, Abdul, “Perlindungan Hak Privasi
Atas Data Diri Di Era Ekonomi Digital,” (2019), Hal. 9.
serta menjamin pengakuan dan penghormatan atas pentingnya
perlindungan data.12
Dalam beberapa waktu terakhir, Indonesia sering diserang oleh
oknum kejahatan siber yang mengakibatkan banyaknya kasus mengenai
kebocoran data pribadi di beberapa platform di Indonesia. Di Indonesia
terdapat beberapa peraturan yang mengatur tentang data pribadi. Sehingga,
untuk menindaklanjuti agar meningkatnya efektifitas dalam pelaksanaan
perlindungan data pribadi, pada tanggal 17 Oktober 2022, Presiden Joko
Widodo mengesahkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang
Perlindungan Data Pribadi.13
Mengimplementasikan pasal-pasal yang secara tegas menjelaskan
mengenai sanksi untuk para pelanggar merupakan salah satu cara untuk
menegakan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi. Dalam Undang-
Undang Perlindungan Data Pribadi atau biasa disebut sebagai UU PDP
dengan jelas menyatakan bahwa pelanggar yang merupakan perorangan,
mereka dapat dipenjara dan dijatuhi denda miliaran rupiah. Sementara
korporasi yang menyalahgunakan data pribadi asetnya dapat dirampas,
bahkan usahanya bisa ditutup paksa. Johnny G. Plate, selaku Menteri
Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), menyatakan bahwa terdapat
dua jenis sanksi yang diatur dalam UU PDP, yaitu sanksi administratif dan
pidana.14
UU PDP Pasal 57 menjelaskan mengenai sanksi administratif yang
berupa peringatan tertulis, pemberhentian sementara kegiatan pemrosesan
data pribadi, pemusnahan data pribadi, dan atau denda administratif. 15
Denda administratif biasanya dikenakan bagi pengendali atau pemroses
data pribadi yang melanggar ketentuan UU PDP, denda yang diberikan
12
JDIH Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, “UU No. 27/2022: Perlindungan
Data Pribadi,” 24 Oktober, (2022), https://jdih.maritim.go.id/uu-no-272022-pelindungan-data-
pribadi diakses pada 6 April 2023 pukul 23.32.
13
JDIH Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, “UU No. 27/2022: Perlindungan
Data Pribadi,” 24 Oktober, (2022), https://jdih.maritim.go.id/uu-no-272022-pelindungan-data-
pribadi diakses pada 7 April 2023 pukul 09.09.
14
Kaltim Post, “Di UU Perlindungan Data Pribadi, Jika Melanggar Aset Bisa Dirampas
dan Perusahaan Dibubarkan,” 22 September, (2022),
https://kaltimpost.jawapos.com/utama/22/09/2022/di-uu-perlindungan-data-pribadi-jika-
melanggar-aset-bisa-dirampas-dan-perusahaan-dibubarkan diakses pada 7 April 2023 pukul 19.05.
15
Pasal 57 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi.
pada si pelanggar paling tinggi sebesar 2 persen dari pendapatan tahunan
atau penerimaan tahunan terhadap variabel pelanggaran.
Pasal 67-73 UU PDP mengatur tentang sanksi pidana. Pasal 65
menyatakan vahwa pidana denda maksimal Rp 4 miliar hingga Rp 6 miliar
dan pidana penjara maksimal 4-6 tahun, dikenakan bagi orang yang
melakukan perbuatan mengumpulkan data pribadi bukan miliknya untuk
menguntungkan diri sendiri dan merugikan orang lain.16 Terdapat pidana
tambahan pada Pasal 69 UU PDP berupa perampasan keuntungan dan
harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana dan ganti kerugian.17
Dalam Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi juga terdapat
aturan mengenai sanksi pidana untuk korporasi yang diatur dalam Pasal
70. Namun, sanksi yang diberikan untuk korporasi hanya berupa pidana
denda. Pasal tersebut menyebutkan bahwa denda yang diberikan kepada
korporasi paling banyak 10 kali dari maksimal pidana denda. Dengan
denda yang diberikan maksimal Rp 50 miliar untuk korporasi yang
melanggar Pasal 67. Sedangkan, korporasi yang melanggar Pasal 68
mengenai pembuatan data pribadi palsu atau pemalsuan data pribadi
dikenakan denda maksimal Rp 60 miliar.18
Korporasi yang melanggar UU PDP selain dijatuhi pidana denda,
juga dapat diancam dengan pidana tambahan berupa perampasan
keuntungan atau harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana,
pembekuan seluruh atau sebagian usaha korporasi, pelarangan permanen
melakukan perbuatan tertentu, penutupan seluruh atau sebagian tempat
usaha, melaksanakan kewajiban yang telah dilalaikan, pembayaran ganti
kerugian, pencabutan izin, serta pembubaran korporasi.19
Mayor Jenderal (Purn) TB Hasanuddin, mengatakan bahwa
pengesahan UU PDP menjadi awal yang baik dari komitmen pemerintah
dan DPR untuk menghadirkan negara dalam perlindungan data pribadi
16
Pasal 67 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi.
17
Pasal 69 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi.
18
Pasal 70 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi.
19
Kaltim Post, “Di UU Perlindungan Data Pribadi, Jika Melanggar Aset Bisa Dirampas
dan Perusahaan Dibubarkan,” 22 September, (2022),
https://kaltimpost.jawapos.com/utama/22/09/2022/di-uu-perlindungan-data-pribadi-jika-
melanggar-aset-bisa-dirampas-dan-perusahaan-dibubarkan diakses pada 7 April 2023 pukul 19.05.
seluruh masyarakat Indonesia. Meski demikian, Wahyudi Djafar, selaku
Direktur Eksekutif Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam),
memiliki pandangan bahwa UU PDP belum sempurna, namun perundang-
undangan tersebut menjadi rujukan awal untuk memperbaiki tata kelola
perlindungan data pribadi di Indonesia. Kemudian, Wahyudi berharap di
masa transisi ini dapat dimaksimalkan untuk menyiapkan peraturan
pelaksanaan, termasuk kesiapan lain guna memastikan kepatuhan terhadap
pelaksanaan UU PDP.20
B. Urgensi Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi Guna Mencegah
Penyalahgunaan Identitas Hasil Curian Pada Media Elektronik
Dalam Perspektif Kriminologi
Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat
membanjiri setiap sendi kehidupan benyak membantu dan memberikan
kemudahan, tetapi sekaligus mendatangkan ancaman. Menurut Taufiq R.
Abdullah, selaku Komisi I DPR RI dari FPKB, pertumbuhan digital saat
ini belum dibersamai dengan tumbuhnya kesadaran dalam melindungi data
pribadi, sehingga dapat menimbulkan kebocoran data pribadi.21 Kebocoran
data pribadi memiliki dampak negatif yang sangat serius terhadap
seseorang yang data pribadinya tersebut bocor. Privasi yang terganggu,
dan ancaman menjadi korban cybercrime, seperti penipuan, pemalsuan,
pemerasan, atau praktek doxing, yaitu menyebarkan dan membongkar
target sasaran oleh pihak tidak berwenang.
Pada beberapa tahun terakhir, isu mengenai perlindungan data
pribadi gencar disuarakan oleh masyarakat. Hal tersebut dikarenakan
banyaknya pelanggaran terkait kebocoran data pribadi. Peraturan yang
sudah ada ternyata tidak bisa banyak berbuat terkait pengaturan
perlindungan data pribadi, karena peraturan yang sudah ada tersebut hanya
sebatas pengaturan secara umum, dan masih terkesan terpecah-pecah. Hal

20
Harianja, A. J. H. R., “UU Pelindungan Data Pribadi Akhirnya Disahkan, Asa Baru
Mencegah Kebocoran Data,” Kompas, 19 Oktober, (2022),
https://www.kompas.id/baca/polhuk/2022/10/19/harapan-menekan-kebocoran-data-lewat-uu-
perlindungan-data-pribadi diakses pada 7 April 2023 pukul 20.13.
21
Nashrullah, Nashih, “Legislator Jelaskan Urgensi UU Perlindungan Data Pribadi,”
Republika, 7 Juni, (2022), https://news.republika.co.id/berita/rd2pe2320/legislator-jelaskan-
urgensi-uu-perlindungan-data-pribadi diakses pada 7 April 2023 pukul 22.09.
itu yang membuat kurang efektifnya aturan yang sudah ada dalam
menangani kasus perlindungan data pribadi.22
Banyaknya kasus mengenai kebocoran data pribadi di masyarakat,
menjadi alasan disahkannya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022
tentang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) oleh Presiden Joko Widodo
yang ditandatangani pada 17 Oktober 2022. Undang-undang ini bertujuan
untuk adanya regulasi tentang perlindungan data pribadi masyarakat yang
dikelola oleh penyelenggara sistem elektronik, serta mencegah
penyalahgunaan data pribadi dari individu tak bertanggungjawab.23
Dari tahun ke tahun, kasus kebocoran data pribadi selalu
meningkat. Laporan tentang kejahatan siber yang dilaporkan ke pihak
polisi oleh masyarakat juga selalu meningkat. Pada tahun 2015 terdapat
2.609 kasus yang dilaporkan, kemudian pada tahun 2016 terdapat 3.110,
tahun 2017 ada 3.109 kasus, tahun 2018 terdapat 4.360 kasus, tahun 2019
terdapat 4.586 kasus, kemudian di tahun 2020 terdapat 4.250 kasus yang
dilaporkan kepada pihak kepolisian. Banyak jenis-jenis kejahatan siber
yang dilaporkan oleh masyarakat, antara lain penipuan secara daring,
penyebaran konten provokatif, pornografi, akses ilegal, perjudian,
pemerasan, pencurian data atau identitas, peretasan sistem elektronik,
intersepsi ilegal, pengubahan tampilan situs, gangguan sistem, dan
manipulasi data. Berikut di bawah ini tabel mengenai jumlah dan jenis
kejahatan siber yang dilaporkan ke pihak polisi yang dicatat hingga bulan
Juni tahun 2020.24

Jenis Kejahatan Siber 2015 2016 2017 2018 2019 2020


Penipuan daring 1.494 1.570 1.430 1.781 1.617 649

22
Hisbulloh, M. H., “Urgensi Rancangan Undang-Undang (RUU) Perlindungan Data
Pribadi,” Jurnal Hukum Unisulla, Vol. 37, no. 2, (2021), Hal. 127.
23
Firmansyah, M. J., “UU PDP Disahkan, Pemalsu Data Pribadi Diancam Denda hingga
Rp 6 Miliar,” Tempo.co, 19 Oktober, (2022), https://nasional.tempo.co/read/1646858/uu-pdp-
disahkan-pemalsu-data-pribadi-diancam-denda-hingga-rp6-miliar diakses pada 8 April 2023 pukul
09.23.
24
Harianja, A. J. H. R., “UU Perlindungan Data Pribadi Akhirnya Disahkan, Asa Baru
Mencegah Kebocoran Data,” Kompas, 19 Oktober, (2022),
https://www.kompas.id/baca/polhuk/2022/10/19/harapan-menekan-kebocoran-data-lewat-uu-
perlindungan-data-pribadi?status=sukses_login&status_login=login diakses pada 8 April 2023
pukul 11.33.
Penyebaran konten 715 1.047 1.157 1.724 1.769 1.048
provokatif
Pornografi 135 155 180 266 364 208
Akses ilegal 107 147 153 263 248 138
Perjudian 16 26 24 35 35 32
Pemerasan 18 17 22 36 132 19
Pencurian 49 20 47 88 143 39
data/identitas
Peretasan sistem 0 0 35 43 148 18
elektronik
Intersepsi ilegal 7 15 10 5 3 24
Pengubahan tampilan 27 42 5 5 4 9
situs
Gangguan sistem 41 71 13 1 9 4
Manipulasi data 0 0 33 113 114 71
Dalam wacana pengesahan sebuah peraturan perundang-undangan,
tidak terlepas dari adanya asas kemanfaatan hukum. Ditinjau dari asas
kemanfaatan hukum, Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi atau UU
PDP ini sudah memiliki kriteria yang tepat, hal tersebut karena UU PDP
menjadi satu-satunya aturan yang menjadi ujung tombak dari
pemberantasan kasus pelanggaran data pribadi.25

Dalam Sudikno Mertokusumo, Mochtar Kusumaadmadja


menyatakan bahwa tujuan pokok pertama dari hukum adalah kebutuhan
dan ketertiban. Ketertiban ini menjadi syarat pokok atau fundamental bagi
adanya masyarakat yang teratur.26 Sedangkan tujuan hukum yang paling
utama adalah kemanfaatan. Tujuan hukum merupakan salah satu alat untuk
mencapai tujuan hidup bermasyarakat dan bernegara. Tujuan hukum dapat
dilihat dalam fungsinya sebagai perlindungan bagi kepentingan manusia,
dan hukum juga memiliki sasaran yang hendak dicapai.

25
Hisbulloh, M. H., “Urgensi Rancangan Undang-Undang (RUU) Perlindungan Data
Pribadi,” Jurnal Hukum Unissula, Vol. 37, no. 2, (2021), Hal. 129.
26
Sampara, Said; dkk, “Pengantar Ilmu Hukum,” Total Media, Yogyakarta, (2011), Hal.
46.
UU PDP bertujuan untuk memberikan keteraturan dalam hidup
bermasyarakat dengan menjamin hak privasi data pribadi. Hal tersebut
dikarenakan saat ini mulai diusik dengan kecerobohan pemangku
kepentingan. Peraturan-peraturan dan atau undang-undang sebelumnya
hanya mengatur tentang perlindungan data pribadi secara umum, tanpa
adanya aturan yang jelas untuk mengikat pelaku pelanggaran perlindungan
data pribadi itu sendiri. Sehingga, UU PDP hadir untuk menjadi ujung
tombak pengendalian kasus terkait perlindungan data pribadi serta
bertujuan untuk peningkatan efektivitas dalam pelaksanaan perlindungan
data pribadi mengenai peraturan dalam suatu undang-undang.27

27
Hisbulloh, M. H., “Urgensi Rancangan Undang-Undang (RUU) Perlindungan Data
Pribadi,” Jurnal Hukum Unissula, Vol. 37, no. 2, (2021), Hal. 130..
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam penegakan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi atau
biasa disebut sebagai UU PDP dapat dengan cara menerapkan pasal-pasal
yang secara tegas menjelaskan mengenai sanksi untuk para pelanggar.
Terdapat dua jenis sanksi yang diatur, yaitu sanksi administratif yang
tertuang pada Pasal 57 UU PDP, mulai dari peringatan tertulis,
penghentian sementara kegiatan pemrosesan data pribadi, penghapusan
atau pemusnahan data pribadi, dan/atau denda administratif. Serta sanksi
pidana yang terdapa pada Pasal 67-73 UU PDP dengan hukuman pidana
penjara paling lama hingga 6 (enam) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp 6 Miliar.
Kasus mengenai kebocoran data pribadi yang semakin meresahkan
masyarakat menjadikan UU PDP ini menjadi salah satu tombak
pengendalian kasus terkait perlindungan data pribadi tersebut. UU PDP ini
bertujuan untuk memberikan keteraturan dalam hidup bermasyarakat
dengan menjamin hak privasi data pribadi. Selain itu, UU PDP juga
bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dalam pelaksanaan perlindungan
data pribadi dari peraturan dan undang-undang sebelumnya yang hanya
mengatur tentang perlindungan data pribadi secara umum, tanpa adanya
aturan yang jelas untuk mengikat pelaku pelanggaran perlindungan data
pribadi itu sendiri.
B. Saran
1. Bagi pemerintah, perlu untuk memperkuat lembaga yang bertanggung
jawab dalam penegakan Undang-Undang Data Pribadi untuk
memastikan bahwa setiap pelanggaran akan ditindaklanjuti dengan
tegas dan adil, mengeluarkan peraturan yang jelas dan tegas tentang
penggunaan data pribadi di media elektronik, serta memberikan sanksi
yang tegas bagi pelaku yang melanggar.
2. Bagi masyarakat, perlu meningkatkan akan kesadaran tentang
perlindungan data pribadi dan cara-cara untuk melindungi data pribadi
mereka sendiri, berhati-hati dan menghindari memberikan data pribadi
kepada pihak yang tidak dikenal atau lembaga yang tidak terpercaya,
serta melaporkan kepada pihak yang berwenang jika menemukan
adanya indikasi penyalahgunaan data pribadi pada media elektronik.
3. Bagi pelaku bisnis atau usaha, perlu mematuhi undang-undang
perlindungan data pribadi dan memastikan bahwa data pribadi yang
mereka kumpulkan dijaga secara aman dan tidak disalahgunakan.
DAFTAR PUSTAKA
UNDANG-UNDANG

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi.


(n.d.).
JURNAL

Ayu, D. A., Anindyajati, T., & Ghoffar, A. (2019). Perlindungan Hak Privasi Atas
Data Diri Di Era Ekonomi DIgital. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengkajian Perkara, dan Pengelolaan Perpustakaan Kepaniteraan dan
Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi.
Hisbulloh, M. H. (2021). Urgensi Rancangan Undang-Undang (RUU)
Perlindungan Data Pribadi. Jurnal Hukum Unissula, 119-133.
Lesmana, T., Elis, E., & Hamimah, S. (2022). Urgensi Undang-Undang
Perlindungan Data Pribadi Dalam Menjamin Keamanan Data Pribadi
Sebagai Pemenuhan Hak Atas Privasi Masyarakat Indonesia. Jurnal
Rechten: Riset Hukum dan Hak Asasi Manusia, 1-7.
Rahman, F. (2021). Kerangka Hukum Perlindungan Data Pribadi Dalam
Penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik Di Indonesia.
Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada.
Rumlus, M. H., & Hartadi, H. (2020). Kebijakan Penanggulangan Pencurian Data
Pribadi Dalam Media Elektronik. Jurnal HAM, 285-299.
Situmeang, S. M. (2021). Penyalahgunaan Data Pribadi Sebagai Bentuk
Kejahatan Sempurna Dalam Perspektif Hukum Siber. Jurnal SASI, 38-52.
WEBSITE

Di UU Perlindungan Data Pribadi, Jika Melanggar Aset Bisa Dirampas dan


Perusahaan Dibubarkan. (2022, September 22). Retrieved from Kaltim
Post: https://kaltimpost.jawapos.com/utama/22/09/2022/di-uu-
perlindungan-data-pribadi-jika-melanggar-aset-bisa-dirampas-dan-
perusahaan-dibubarkan#:~:text=Sanksi%20administratif%20tertuang
%20dalam%20Pasal,penerimaan%20tahunan%20terhadap%20variabel
%20pelanggaran.
Harianja, A. J. (2022, Oktober 19). UU Pelindungan Data Pribadi Akhirnya
Disahkan, Asa Baru Mencegah Kebocoran Data. Retrieved from Kompas:
https://www.kompas.id/baca/polhuk/2022/10/19/harapan-menekan-
kebocoran-data-lewat-uu-perlindungan-data-pribadi?
status=sukses_login&status_login=login
Nashrullah, N. (2022, Juni 7). Legislator Jelaskan Urgensi UU Perlindungan
Data Pribadi . Retrieved from Republika:
https://news.republika.co.id/berita/rd2pe2320/legislator-jelaskan-urgensi-
uu-perlindungan-data-pribadi
UU No. 27/2022: Pelindungan Data Pribadi. (2022, Oktober 24). Retrieved from
JDIH Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi:
https://jdih.maritim.go.id/uu-no-272022-pelindungan-data-pribadi

Anda mungkin juga menyukai