Anda di halaman 1dari 2

Nama : Amsal juan charlos Siadari

Kelas : D
Nmp :190513499
Tinjuan Pustaka
Indonesia adalah salah satu negara berkembang terbesar yang saat ini akan menyambut
revolusi industry 4.0. Kendati demikian, kita tidak menutup kemungkinan perkembangan
teknologi yang semakin maju di era sekarang. Banyak penelitian yang dilakukan oleh para pakar
hukum , dan saat ini penulis akan melampirkan tiga karya ilmiah sebagai referensi. Pertama karya
penelitian oleh Prof. Dr. Ahmad M. Ramli, SH., MH., FCBArb (2008), dan yang kedua oleh Qur’ani
Dewi Kusumawardani (2019), serta yang terakhir penelitian oleh Budi Agus Ruswandi (2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Ahmad M. Ramli, SH., MH., FCBArb (2008) dalam
karya ilmiah nya yang berjudul “ANALISIS PERENCANAAN HUKUM BIDANG TEKNOLOGI
INFORMASI DAN KOMUNIKASI” berisi tentang hukum siber (cyber law) yang sangat ditunggu
keberadaannya di Indonesia. Beberapa masalah yang memerlukan perhatian lebih lanjut antara
lain pembahasan tentang telekomunikasi global, sistem pengamanan komunikasi elektronik,
perbandingan Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik di beberapa negara,
masalah Money Laundering, masalah “Digital Signature”, masalah “Privacy Rights”.
Penelitian kedua yang dilakukan oleh Qur’ani Dewi Kusumawardani (2019), dalam artikel
nya yang berjudul “HUKUM PROGRESIF DAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KECERDASAN
BUATAN” yang membahas tentang kecerdasan buatan (artificial intelligent) . Bahwa teknologi
informasi di era revolusi industri 4.0 akan semakin canggih dan mengubah pola interaksi hukum
dengan masyarakat. Hukum, dalam interaksi dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence)
dan penggunaan algoritma, diharapkan mampu memberika jawaban lebih baik pada beragam
situasi dan permasalahan manusia yang muncul dari waktu ke waktu. Bahkan teknologi ini
diprediksi akan menggantikan peran pengacara serta hakim dalam memutus perkara di masa
depan. Prediksi di atas akan dianalisis dari sudut pandang teori hukum progresif yang
memandang hukum pada prinsipnya harus dikembangkan untuk manusia.
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Budi Agus Ruswandi (2016), yang mengangkat
pokok bahasan tentang “Hukum dan Teknologi: Model Kolaborasi Hukum dan Teknologi dalam
Kerangka Perlindungan Hak Cipta di Internet”. Dikatakan bahwa kehadiran internet telah
membawa dampak negative kepada sikap dan perilaku manusia. Dampak negatif ini
tercerminkan dengan maraknya kasus-kasus pelanggaran hak cipta. Oleh karena itu, masalah
perlindungan hak cipta di internet menjadi salah satu isu yang krusial. Selama ini perlindungan
hak cipta di internet dapat dilakukan melalui pendekatan teknologi atau pendekatan hukum.
Apabila pendekatan ini dilakukan secara sendiri-sendiri, maka perlindungan hak cipta di internet
menjadi sangat sulit diwujudkan. Untuk dapat mewujudkan perlindungan hak cipta di internet,
maka model kolaborasi antara pendekatan teknologi dan hukum menjadi suatu keniscayaan.
Instrumen perlindungan hak cipta di internet mengkolaborasikan antara pendekatan teknologi
dan hukum.

Landasan teori
1. Pengertian hukum di teknologi
Hukum di teknologi atau biasa di kenal dengan sebutan hukum siber (cyber
law), adalah istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi.
Istilah lain yang juga digunakan adalah hukum Teknologi Informasi (Law of
Information Techonology) Hukum Dunia Maya (Virtual World Law) dan Hukum
Mayantara. Istilah-istilah tersebut lahir mengingat kegiatan internet dan
pemanfaatan teknologi informasi berbasis virtual.. Secara luas cyber law bukan
hanya meliputi tindak kejahatan di internet, namun juga aturan yang melindungi
para pelaku e-commerce, e-learning; pemegang hak cipta, rahasia dagang, paten, e-
signature.

2. Dasar hukum
"Penyalahgunaan Media Komunikasi dan Informasi dan kaitannya dengan
UU. ITE No. 11 Tahun 2008",
Bunyi dari Pasal 27 ayat (1) UU ITE menyatakan : Setiap Orang dengan sengaja dan
tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki
muatan yang melanggar kesusilaan.
Bunyi dari Pasal 27 ayat (3) UU ITE yang menyatakan: Setiap Orang dengan sengaja
dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat
dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki
muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.

Anda mungkin juga menyukai