Anda di halaman 1dari 10

URGENSI PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK

PIDANA PENCURIAN DATA PRIBADI

Tugas

Magister Ilmu Hukum

Universitas Jenderal Soedirman

Disusun Oleh:

Deslaz Rannu Handicha

E2A019057

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS HUKUM

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi kini sangat cepat dan jauh berbeda


dengan masa awal kehadirannya. Era globalisasi telah menempatkan peranan
teknologi informasi ke dalam suatu posisi yang sangat strategis menjangkau tanpa
batas, jarak, ruang, dan waktu serta dapat meningkatkan produktivitas serta
efisiensi. Teknologi informasi telah merubah pola hidup masyarakat secara global
dan menyebabkan perubahan sosial budaya, ekonomi, serta kerangka hukum yang
berlangsung secara cepat dengan signifikan.1 Perkembangan teknologi yang
demikian cepat, khususnya pada dunia komunikasi dan informasi, telah
memberikan banyak kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan setiap
aktivitas kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah teknologi yang disebut
dengan smartphone.
Smartphone merupakan telepon seluler dengan kemampuan lebih, mulai
dari resolusi, fitur, hingga komputasi termasuk adanya sistem operasi mobile di
dalamnya.2 Kehadiran dari smartphone ini memang mampu memberi berbagai
manfaat dan kemudahan bagi penggunanya dalam melakukan telekomunikasi dan
mencari informasi. Perkembangan Teknologi makin pesat saat ini yang
mengakibatkan banyal dampak positif dan dampak negatif, salah satunya adalah
pencurian data yang lagi marak-maraknya saat ini. Sebenarnya banyak motif
pelaku pencurian data pribadi saat ini sangat beragam mulai dari unsur politik
untuk kesenangan sendiri bahkan untuk kepentingan dari seseorang. Biasanya

1
Diaz Gwijangge, Peran TIK dalam Pembangunan Karakter Bangsa, (makalah Disampaikan
dalam Workshop: “Pemanfaatan Jejaring E-Pendidikan”, Pusat Teknologi Informasi dan
Komunikasi Pendidikan Kementerian Pendidikan Nasional, Sulawesi Selatan, 2011, hlm. 1
2
Intan Trivena Maria Daeng, dkk, “Penggunaan Smartphone Dalam Menunjang Aktivitas
Perkuliahan Oleh Mahasiswa Fispol Unsrat Manado”, e-journal “Acta Diurna, Volume VI. No. 1,
2017, hlm.1.
pelaku pencurian data, data yang mereka dapatkan untuk diperjual belika secara
ilegal dan disalahgunakan untuk kekuasaan dan juga penipuan.3
Penggunaan data dalam dunia cyber banyak meninggalkan jejak
pembelian mulai dari nama, alamat, nomor ponsel hingga beberapa data penting
lainya. Tapi dibalik semua itu banyak kejahatan yang mengintai, dan juga perlu
diwaspadai pencurian data pribadi. Contohnya Kasus penyalahgunaan dan
kejahatan data pribadi di Indonesia, antara lain jual beli data pribadi, penggelapan
rekening nasabah, dan penipuan lainnya yang menggunakan data pribadi milik
orang lain.4
Pencurian data pribadi merupakan perbuatan yang dilarang, sebagaimana
dalam Pasal 362 KUHP yang menyatakan sebagai berikut : 
”Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan
hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama
lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah”.
Pasal 362 menjelaskan bahwa perbuatan pencurian merupakan perbuatan yang
dilarang dan jika dilakukan maka pelaku akan diberikan sanksi pidana penjara
paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah. Berdasarkan
pencurian ini dilakukan di dalam dunia cyber maka diatur dalam Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU
ITE”) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik. Artinya bahwa terdapat jalan untuk
memperjuangkan hak sebagai korban dari tindak pencurian data pribadi. Akan
tetapi perlu diketahui bagaimana penerapannya, mengenai keefektifan sanksi yang
diberikan peraturan perundang-undangan yang ada untuk menjerat pelaku

3
Sundari, Hati-hati Maraknya Pencurian Data Pribadi, Cara Menghindari dan Cara
Melaporkannya, 2019,
https://www.kompasiana.com/sundari012/5e086687097f36321b19e1a2/hati-hati-maraknya-
pencurian-data-pribadi-cara-menghindari-dan-cara-melaporkannya?page=all diakes pada 11 Mei
2020.
4
CNN Indonesia, Menkominfo: Kasus Pelanggaran Data Pribadi Sulit Terdeteksi, 2020,
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200225204935-185-478090/menkominfo-kasus-
pelanggaran-data-pribadi-sulit-terdeteksi diakses pada 11 Mei 2020
pencurian data pribadi, melihat kejahatan menggunakan sarana teknologi
informasi berpotensi menumbulkan kerugian kepentingan politik, ekonomi, sosial
budaya yang lebih besar. Oleh sebab tertarik membahas mengenai urgensi
pembaharuan hukum pidana terhadap pelaku tindak pidana pencurian data pribadi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan araian diatas, permasalahan yang akan dibahas pada


makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa urgensi pembaharuan hukum pidana terhadap tindak pidana pencurian
data pribadi?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Urgensi Pembaharuan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana


Pencurian Data Pribadi

Penegakan hukum pidana memiliki tujuan untuk menegakan keadilan,


keamanan dan ketertiban masyarakat”, adalah suatu rumusan yang abstrak,
sedangkan prosedur untuk melaksanakannya bersifat formal.5 Prosedur penegakan
hukum secara formal belum pasti dapat mengantarkan penegakan hukum pidana
secara baik sesuai tujuan penegakan hukum, berupa proses penyelarasan nilai
nilai, kaidah kaidah dengan perilaku kongkrit dalam masyarakat yang bertujuan
untuk mencapai keserasian bermasyarakat, bahkan terdapat tindakan yang tidak
sepernuhnya berdasarkan hukum formal, sebaliknya tindakan itu menjadi “peace
maintenance” selain law enforcement.
Penegakan hukum termasuk didalamnya kesepakatan agar prosedur
penegakan hukum menjamin hak hak dan kewajiban yang telah diberikan oleh
hukum kepada masyarakat. proses penegakan hukum hak dan kewajiban secara
kongkrit dituangkan dalam undang-undang sebagai kesepakatan yang
disampaikan kepada individu-individu ataupun kepada masyarakat dan wajib
mematuhi dengan sungguh-sungguh.
Aparat penegak hukum dalam penegakkan hukum pidana berkenaan
dengan proses berkerjanya aparat penegak hukum tidak terlepas dari peraturan
perundang-undangan yang mengatur kinerja kelembagaan penegak hukum dan
subtansi hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum pidana materil maupun
hukum pidana formil; institusi penegak hukum beserta sarana dan prasarana
pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya, termasuk mengenai
kesejahteraan aparat penegak hukum.
Pembicaraan dan diskusi mengenai antisipasi perkembangan kejahatan
dengan menggunakan teknologi informasi yang canggih sudah banyak
dibicarakan dalam pengupayaan penanggulangan kejahatan melalui dunia cyber
5
Moch Anwar, hukum Pidana Bagian Khusus, Bandung: Alumni, 1986, hlm.105.
dalam rangka pencegahan, penindakan dan perlindungan terhadap masyarakat dari
cybercrime. Terutama pada masa ini, makin marak tindak kejahatan melalui dunia
cyber. Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa sekarang banyak tindak kejahatan
pencurian data pribadi. Penegak hukum dalam melakukan penindakan terhadap
pelaku pencurian data pribadi sangatlah terbatas karena belum ada peraturan
hukum undang-undang khusus untuk mengatur perlindungan data pribadi dalam
sistem informasi dan teknologi.
Seperti pada umumnya suatu tindak pidana akan diproses oleh peradilan
sebagiamana didasarkan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (“KUHAP”). KUHAP sebagai hukum acara berisi tata tertib
proses penyelesaian atau penanganan perkara pidana yang dimuat dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”), mulai dari penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, peradilan, acara pemeriksaan, upaya hukum banding, kasasi, dan
peninjauan kembali. KUHAP dan KUHP sendiri merupakan lex generali  dalam
hukum pidana. Artinya apabila terdapat undang-undang lain di luar KUHAP dan
KUHP yang memiliki hukum acara khusus dan sanksi pidana yang spesifik, maka
ketentuan tersebut berlaku secara lex specialis.
Pengaturan untuk menjerat pelaku pencurian data pribadi, segala kejahatan
yang dilakukan dunia cyber diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Serta
diatur juga dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana Pasal 362 KUHP yang
menyatakan sebagai berikut : 
”Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan
hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama
lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah”.

Data pribadi merupakan data perseorangan tertentu yang disimpan,


dirawat, dan dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya hal ini tercantul
dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 20
Tahun 2016 tentang Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik. Jika
dikaitkan dengan kasus pencurian data pribadi, pelaku telah mengambil data
perseorangan tertentu yang disimpan dalam dunia cyber, seluruh atau sebagian
dari data pribadi dan dimiliki secara melawan hukum. Hal ini jelas bahwa perlaku
melakukan suatu tindak pidana. akan tetapi sanksi yang diberikan oleh peraturan
dalam KUHP saat ini saya berpandangan bahwa tidak balance dengan apa yang
diperbuat oleh pelaku. Sebagaimana tindakan pencurian data pribadi ini memiliki
dampak yang sangat luas.
Terlebih lagi pada pelaksanaannya, susahnya pelacakan yang dilakukan
oleh penegak hukum kepolisian karna keterbatasan kemampuan penegak hukum
dalam bidang informasi dan teknologi untuk menangani pencurian data pribadi
menyebabkan kesulitan penyidikan untuk menangkap pelaku dan menyelesaikan
kasus. Penegak hukum dalam melakukan penindakan terhadap pelaku pencurian
data pribadi sangatlah sulit, dikarenakan penegak hukum terkendala oleh belum
ada peraturan hukum undang-undang khusus untuk mengatur perlindungan data
pribadi dalam sistem informasi dan teknologi. Dapat dikatakan bahwa payung
hukum yang digunakan dalam penegakan hukum tindak pidana pencurian data
pribadi diatur Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik dan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang Perlindungan Data Pribadi
dalam Sistem Elektronika dan Kitab Undang Undang Hukum Pidana tidak dapat
mengakomodir penegakannya/tidak efektif diberlakukan untuk tindak pidana
pencurian data pribadi.
Hal ini merupakan urgensi pembaharuan hukum pidana terhadap tindak
pidana pencurian data pribadi, sebagaimana pembaharuan hukum pidana pada
hakekatnya mengandung makna, suatu upaya untuk melakukan peninjauan dan
penilaian kembali sesuai dengan nilai-nilai sentral sosio-politik, sosio-filosofi dan
sosio-kultural masyarakat indonesia yang melandasi kebijakan sosial, kebijakan
kriminal dan kebijakan penegakan hukum di Indonesia.6
Undang-Undang yang komprehensif tersebut diperlukan sebagai landasan
hukum dalam memberikan pelindungan, pengaturan dan pengenaan sanksi atas
penyalahgunaan data pribadi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang yang
akan kita hasilkan ini. Upaya pembaharuan hukum pidana Indonesia mempunyai
suatu makna yaitu menciptakan suatu kodifikasi hukum pidana nasional untuk
menggantikan kodifikasi hukum pidana yang merupakan warisan kolonial yakni
KUHP yang perlu adanya perubahan seiring perkembangan teknologi saat ini. 7
Dari hal tersebut di atas, terkandung tekat dari bangsa Indonesia untuk
mewujudkan suatu pembaharuan hukum pidana yang dapat diartikan sebagai
suatu upaya untuk melakukan reorientasi dan reformasi hukum pidana yang sesuai
dengan nilai-nilai sentral sosio-politik, sosio-filosofi dan sosio-kultural yang
melandasi dan memberi sisi terhadap muatan normatif dan substansi hukum
pidana yang dicita-citakan sebagaimana perkembangan teknologi saat ini.
Pembaharuan hukum pidana bersifat menyeluruh (komprehensif) sangat
diperlukan sebagai landasan hukum dalam memberikan pelindungan, pengaturan
dan pengenaan sanksi atas penyalahgunaan data pribadi. Dapat dikatakan payung
hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana pencurian data pribadi masih belum
efektif, sehingga diperlukannya pembahbaharuan hukum pidana untuk menjerat
pelaku tindak pidana pencurian data pribadi, serta memperhatikan perlindungan
hukum bagi pemilik data pribadi sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan dan
keamanan pemilik data pribadi, dengan dibuat peraturan yang mengakomodir
pemberian jaminan perlindungan data pribadi dan sanksi pada pelaku pencurian
data pribadi lebih berat dibandingkan pencurian biasa.

6
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, cetakakan kedua, PT. Kencana
Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hlm. 30
7
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, cetakan ketiga, Alumni, Bandung, 2005, hlm. 4.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uaraian dapat dikatakan bahwa urgensi pembaharuan hukum


pidana terdahap tindak pidana pencurian data pribadi disebabkan karena
penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana pencurian data pribadi
sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik masih belum efektif.
Sehingga tidak dapat memberikan perlindungan hukum terhadap korban
pencurian data pribadi. Oleh sebab itu sangat diperlukan untuk melakukan
pembaharuan hukum pidana sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan dan
keamanan pemilik data pribadi, dengan dibuat peraturan yang mengakomodir
pemberian jaminan perlindungan data pribadi dan sanksi pada pelaku pencurian
data pribadi lebih berat dibandingkan pencurian biasa.
DAFTAR PUSTAKA
Buku

Anwar, Moch, hukum Pidana Bagian Khusus, Bandung: Alumni, 1986;

Arief, Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, cetakakan


kedua, PT. Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010;

Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, cetakan ketiga, Alumni, Bandung, 2005;

Jurnal

Daeng, Intan Trivena Maria, dkk, “Penggunaan Smartphone Dalam Menunjang


Aktivitas Perkuliahan Oleh Mahasiswa Fispol Unsrat Manado”, e-journal
“Acta Diurna, Volume VI. No. 1, 2017;

Gwijangge, Diaz, Peran TIK dalam Pembangunan Karakter Bangsa, (makalah


Disampaikan dalam Workshop: “Pemanfaatan Jejaring E-Pendidikan”,
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Kementerian
Pendidikan Nasional, Sulawesi Selatan, 2011;

Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 20


Tahun 2016 tentang Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronika

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi


Elektronik

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

Internet

Indonesia, CNN, Menkominfo: Kasus Pelanggaran Data Pribadi Sulit Terdeteksi,


2020, https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200225204935-185-
478090/menkominfo-kasus-pelanggaran-data-pribadi-sulit-terdeteksi
diakses pada 11 Mei 2020;

Sundari, Hati-hati Maraknya Pencurian Data Pribadi, Cara Menghindari dan


Cara Melaporkannya, 2019,
https://www.kompasiana.com/sundari012/5e086687097f36321b19e1a2/ha
ti-hati-maraknya-pencurian-data-pribadi-cara-menghindari-dan-cara-
melaporkannya?page=all diakes pada 11 Mei 2020;

Anda mungkin juga menyukai