Anda di halaman 1dari 3

SANKSI PIDANA PENJARA TERHADAP PELANGGAR PERATURAN

MENTERI KESEHATAN (PERMENKES) RI NOMOR 9 TAHUN 2020


TENTANG PEDOMAN PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA BESAR
DALAM RANGKA PERCEPATAN PENANGANAN CORONA VIRUS
DISEASE 2019 (COVID-19) DITINJAU DARI PERSPEKTIF HAK ASASI
MANUSIA
Latar Belakang
Indonesia mengakui hak dasar manusia salah satunya adalah
kesehatan, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menjelaskan bahwa kesehatan
merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.1 Serta diatur juga dalam Konvenan Internasional
terkait aturan-aturan untuk kesehatan masyarakat, sebagaimana diilustrasikan
dalam Pasal 12 Kovenan Internasional untuk Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya (ICESCR). Hak atas kesehatan ini dituangkan oleh pemerintah dan
pejabat publik dengan cara membuat berbagai aturan/kebijakan guna
menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan dalam
kemungkinan waktu yang secepatnya. Contohnya pada masa pandemi Covid-
19, pemerintah harus membuat suatu kebijakan untuk menangani kesehatan
dalam waktu yang secepatnya agar penyebaran virus corona ini dapat
diminimalisir sehingga hak atas perlindungan kesehatan masyarakat dapat
terpenuhi. Hal tersebut menandakan bahwa Hak asasi manusia dan hukum
kesehatan memiliki hubungan yang saling mempengaruhi dan seringkali
akibat dari pelanggaran Hak asasi manusia adalah gangguan terhadap
kesehatan demikian pula sebaliknya, pelanggaran terhadap hak atas kesehatan
juga merupakan pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia.
Berdasarkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia dalam
suatu negara guna menyelesaikan permasalahan khususnya pada masa
pandemi Covid-19, khususnya Indonesia membuat suatu kebijakan mengenai
Pembatasan Sosial Bersekala Besar sebagaimana tertuang dalam Peraturan
1
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 dan diturunkan secara rinci di Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Diikuti dengan Pasal 212, Pasal 216
dan Pasal 218 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sebagai dasar penegakan
untuk pelanggarnya. Pada pelaksanaannya masih banyak masyarakat yang
tidak yang tidak menaati kebijakan Pembatasan Sosial Bersekala Besar, dilihat
dari masih banyaknya masyarakat yang masih berkumpul dan di pelanggar
akan dikenakan sanksi penjara dan denda. Apakah Upaya Penegakan Hukum
dengan Sanksi Pidana Penjara terhadap Pelanggar Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) memenuhi aspek Hak Asasi Manusia?

Pembahasan
Penerapan hukum pidana tersebut merupakan tindakan konkrit oleh
aparat penegak hukum. Perilaku atau sikap tindak itu bertujuan untuk
menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pada masa
pandemi Covid-19. Akan tetapi mengingat penegakan hukum itu merupakan
kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-
kaidah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir. Untuk
menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.
Hal ini menjelaskan bahwa penegakan hukum pidana seharusnya menjadi
upaya terakhir, mengingat bahwa masih banyak sanksi yang lebih tepat untuk
diterapkan pada pelanggar peraturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar
dengan cara memberikan teguran, sosialisasi dan edukasi, hal ini dapat
memberikan keadilan dan keseimbangan bagi pelaku tindak pidana maupun
korban untuk tetap mendapatkan jaminan perlindungan dari terkena virus
corona.
Sanksi pidana penjara bagi pelanggar aturan Pembatasan Sosial
Bersekala Besar ini dianggap sangat tidak tepat dan melanggar Hak Asasi
Manusia atas perlindungan terhadap virus corona pada keadaan yang genting
saat ini (Pandemi Covid-19). Menginat bahwa kata Hak Asasi merupakan hak
yang dasar atau pokok, seperti hak hidup dan hak untuk mendapatkan
perlindungan. Terlebih pemerintah membuat Keputusan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia bernomor M.HH-19.PK/01.04.04 tentang Pengeluaran dan
Pembebasan Narapidana dan Anak Melalui Asimilasi dan Integrasi dalam
Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19. Sanki pidana
penjara yang diterapkan menjadi tidak singkron dengan Keputusan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia bernomor M.HH-19.PK/01.04.04 tentang
Pengeluaran dan Pembebasan Narapidana dan Anak Melalui Asimilasi dan
Integrasi dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid-
19.

Kesimpulan

Penerapan penegakan hukum pada masa pandemi Covid-19 terhadap


orang yang melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 dan
diturunkan secara rinci di Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI
Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar
Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-
19) dengan sanksi pidana penjara atas dasar Pasal 212, Pasal 216, dan Pasal
218 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang Undang Nomor 6
Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan kurang tepat untuk dilakukan pada
keadaan pandemi Covid-19 dikarenakan dapat dikatakan melanggar Hak Asasi
Manusia atas keselematan dari potensi terkena wabah Covid-19 dalam rumah
tahanan dan/atau lapas.

Anda mungkin juga menyukai