Pembahasan
Penerapan hukum pidana tersebut merupakan tindakan konkrit oleh
aparat penegak hukum. Perilaku atau sikap tindak itu bertujuan untuk
menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pada masa
pandemi Covid-19. Akan tetapi mengingat penegakan hukum itu merupakan
kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-
kaidah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir. Untuk
menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.
Hal ini menjelaskan bahwa penegakan hukum pidana seharusnya menjadi
upaya terakhir, mengingat bahwa masih banyak sanksi yang lebih tepat untuk
diterapkan pada pelanggar peraturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar
dengan cara memberikan teguran, sosialisasi dan edukasi, hal ini dapat
memberikan keadilan dan keseimbangan bagi pelaku tindak pidana maupun
korban untuk tetap mendapatkan jaminan perlindungan dari terkena virus
corona.
Sanksi pidana penjara bagi pelanggar aturan Pembatasan Sosial
Bersekala Besar ini dianggap sangat tidak tepat dan melanggar Hak Asasi
Manusia atas perlindungan terhadap virus corona pada keadaan yang genting
saat ini (Pandemi Covid-19). Menginat bahwa kata Hak Asasi merupakan hak
yang dasar atau pokok, seperti hak hidup dan hak untuk mendapatkan
perlindungan. Terlebih pemerintah membuat Keputusan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia bernomor M.HH-19.PK/01.04.04 tentang Pengeluaran dan
Pembebasan Narapidana dan Anak Melalui Asimilasi dan Integrasi dalam
Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19. Sanki pidana
penjara yang diterapkan menjadi tidak singkron dengan Keputusan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia bernomor M.HH-19.PK/01.04.04 tentang
Pengeluaran dan Pembebasan Narapidana dan Anak Melalui Asimilasi dan
Integrasi dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid-
19.
Kesimpulan