Anda di halaman 1dari 6

Pancasila Sebagai Staatsfundamentalnorm Indonesia: Tidak Dapat Diubah dikaji

dari Perpektif Filsafat Hukum

Oleh:

Nama :

NIM :

Kelas :

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROGRAM MAGISTER HUKUM
FAKULTAS HUKUM - UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
A. Latar Belakang
Pancasila merupakan staatsfundamentalnorm dalam hirarki perundangan Indonesia.
Pancasila ada sebagai nilai-nilai utama yang melandasi terbentuknya aturan hukum di
Indonesia.1 Diketahui bahwa Pancasila diletakkan sebagai sebuah fundamen hukum
berbangsa bernegara berupaya untuk mewarnai corak hukum di Indonesia dengan lima
nilai dasar, yaitu: nilai Ketuhanan, nilai Kemanusiaan, nilai Persatuan, nilai Musyawarah,
dan nilai Keadilan Sosial. Kelima nilai dasar ini akan diturunkan dalam bentuk peraturan-
peraturan hukum di bawah Pancasila yang akan mengendalikan perilaku-perilaku dalam
berbangsa dan bernegara. Peletakan Pancasila sebagai ruh atau esensi dari terbentuknya
aturan hukum ini menjadikan semua aturan hukum harus mengacu pada lima nilai dasar
hukum Indonesia.2
Pancasila sebagai sebuah nilai dasar dari akan terbentuknya setiap aturan hukum yang
berlaku di Indonesia menghadapi tantangan berat ketika berhadapan dengan masuknya
beragam nilai-nilai yang ada di luar dirinya. Masyarakat Indonesia berhadapan dengan
beragam nilai baru seperti sosialisme3, kapitalisme4, dan sebagainya. Pancasila kini
berhadapan dengan beragam filsafat hukum lainnya berhadapan dengan beragam nilai
lainnya untuk berupaya saling mewarnai dan menanamkan nilai-nilainya dalam beragam
aturan hukum yang berlaku di Indonesia. Nilai Kapitalisme sebagai lawan berat Pancasila
berupaya terus menanamkan nilai-nilai dasarnya dalam pembentukan beragam peraturan-
peraturan hukum di Indonesia.
Perlu diketahui bahwa Pancasila yang sejatinya menjadi ruh setiap hukum di
Indonesia masih juga belum mendapatkan pemaknaan yang hakiki. 5 Belum tercipta
kesamaan pandangan di kalangan ahli hukum sejak Indonesia merdeka tiba-tiba era
reformasi meluluhlantakkan ide besar Pancasila sebagai staatsfundamentalnorm dalam
hubungan berbangsa dan bernegara. Pandangan akan eksistensi Pancasila segera beralih
kepada nilai-nilai dasar lainnya atas nama demokratisasi namun juga berpandangan
kapitalisme dan sosialis. Berdasarkan hal tersebut Pancasila menjadi semakin

1
Fokky Fuad, “Filsafat Hukum Pancasila: Antara Cita Ideal Hukum dan Nilai Praktis”, Jurnal Ilmiah
Mimbar Demokrasi, Vol.13 No.1, Oktober 2013, hlm.1.
2
Fokky Fuad Wasitaatmadja, 2018, Falsafah Pancasila Epistemologi Keislaman Kebangsaan, Depok,
Prenadamedia, hlm. 109.
3
Afiffudin, “Pendidikan Dengan Pendekatan Marxis-Sosialis”, Jurnal Adabiyah, Vol.15 Nomor 2, 2015,
hlm. 192
4
Choirul Huda, “Ekonomi Islam dan Kapitalisme”, Economica, Volume VII, Edisi 1, Mei 2016, Hlm. 28.
5
Tim Penyusun Pusat MKU, 2016, Pancasila, Modul Mata kuliah Pancasila Universitas Brawijaya, Hlm.
22.
dipertanyakan bahwa dapatkah pancasila tetap menjadi jiwa bangsa Indonesia dan
staatsfundamentalnorm di Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang penulis merumuskan suatu masalah yakni:
Apakah Pancasila sebagai staatsfundamentalnorm dapat diubah dari perspektif filsafat
hukum?
C. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis
penelitian hukum normatif6, dengan pendekatan konseptual (conseptual approach).
Pendekatan konseptual ini akan dilihat bangunan falsafah hukum Pancasila sebagai
rancang bangun hukum Indonesia yang tidak dapat diubah dan diganti. Adapun
spesifikasi penelitian secara deskriptif-analitis dengan menganalisis konsep pancasila
sebagai staatfundamentalnorm dapat diganti/diubah atau tidak. Sumber data penelitian ini
adalah data sekunder yang diambil dengan cara studi kepustakaan tentunya berkaitan
dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini
D. Pembahasan
Pancasila Sebagai Statfundamentalnorm Indonesia: Tidak Dapat Diubah Dari
Perpektif Filsafat Hukum
Pancasila mengandung lima Sila yakni: Nilai Ketuhanan, Nilai Kemanusiaan, Nilai
Persatuan, Nilai Musyawarah, dan Nilai Keadilan Sosial. Dari lima nilai tersebut dapat
dilihat terdapat dua inti nilai utama: Nilai Religiusitas dan Nilai Komunalitas. Nilai
Religiusitas mengandung makna adanya sebuah konsep berfikir bahwa dalam ruang
berfikir dan berhukum selalu mengkaitkan dengan nilai-nilai ketuhanan. 7 Meletakkan
Tuhan sebagai pusat dari gerak alam sekaligus gerak dinamika berhukum masyarakat
Indonesia. Nilai komunalitas adalah sebuah ruang bahwa manusia Indonesia menyadari
tak dapat hidup sendiri, kehidupan orang akan selalu bersama dengan orang lainnya. 8
Berdasarkan keberadaan manusia yang selalu bersama ini membuat hukum, diketahui
bahwa masyarakat tanpa hukum maka akan terjadi kacau balau 9. Nilai komunalitas ini
berpadu dengan nilai Religiusitas membentuk sebuah falsafah hukum hukumnya tentunya
dengan cara musyawarah yang bertujuan untuk keadilan masyarakat Indonesia demi

6
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum Dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, Hlm 134.
7
Fokky Fuad, “Filsafat Hukum Pancasila: Antara Cita Ideal Hukum dan Nilai Praktis”, Op.Cit., hlm. 2-3.
8
Fokky Fuad, “Falsafah Hukum Pancasila, Reaktualisasi Staatsfundamentalnorm”, Lex Jurnalica, Volume
13 Nomor 3, Desember 2016, hlm. 172.
9
Tuti Haryanti, “Hukum dan Masyarakat”, Tahkim, Vol. X No. 2, Desember 2014, hlm. 160.
terciptanya persatuan indonesia yang adil, dapat dikatakan bahwa Falsafah Hukum
Pancasila.
Falsafah Hukum Pancasila dapat diartikan sebagai norma-norma dasar yang berisi
nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan, dalam sekelompok manusia yang bersatu dan
mengutamakan musyawarah demi tercipta-nya sebuah keadilan sosial.10 Disinilah hukum
tercipta, terbentuk sesuai dengan ruang berfikir masyarakat Indonesia. Falsafah hukum
Pancasila ini tidak sekedar berada dalam konstruksi ilmu pengetahuan hukum saja, tetapi
terefleksikan dalam gerak dinamika berfikir, sikap-tindak, serta perilaku masyarakat
Indonesia, yang selalu meletakkan posisi dunia dan alam akhirat secara bersama dan tidak
terpisah. Sebagaimana kita ketahui bahwa hukum yang berlaku universal dan abadi itu
bersumber dari Tuhan sebagai pembimbing manusia.11
Secara epistimologi hukum Indonesia dibuat berdasarkan konsep nilai nilai luhur
Pancasila, namun semakin berkembangnya zaman mulai muncul dengan nilai-nilai baru.
Gagasan-gagasan dan nilai-nilai baru antara lain Gagasan sosialisme, kapitalisme, dan
sebagainya mempengaruhi dinamika hukum Indonesia yang membuat pandangan bahwa
Pancasila sebagai sebuah falsafah hukum ini perlu diganti atau diubah. Pancasila menjadi
dipertanyakan apakah masih sesuai dengan masyarakat Indonesia saat ini. Namun perlu
diketahui bahwa Falsafah Hukum Pancasila memiliki dua sifat: Sifat Konstanta dan Sifat
Dinamis yakni : Sifat konstanta terdapat pada Sila Ketuhanan, karena pengakuan atas
eksistensi Tuhan sifatnya adalah pasti dan tidak berubah. Sifat Dinamis diwujudkan
dalam Sila Kedua hingga Kelima, karena Sila Kemanusiaan, Sila Persatuan, dan Sila
Demokrasi musyawarah hingga Keadilan Sosial menunjukkan dinamika antar dan
intersubjek. Sila Ketiga-Keempat adalah Proses kebersatuan melalui musyawarah
menunjukkan sifat dinamis Bangsa Indonesia dalam beragam kondisi. Konflik, sengketa,
dan juga kerjasama antar subjek menunjukkansifat dinamis ini. Dalam proses interaksi
untuk membangun nilai-nilai kemanusiaan terjadi dinamika sesuai dengan sifat relativitas
manusia. Sila Kelima mengandung Nilai Keadilan Sosial,dan nilai terakhir ini adalah
aksiologi dan teleleologis dari Nilai-nilai Pancasila secara keseluruhan. Nilai falsafah
hukum Pancasila sebagai staatsfundamentalnorm.12
Berdasarkan hal tersebut pada hakikatnya bahwa pancasila secara fundamental dapat
mengakomodir perkembangan zaman dan menerima nilai nilai baru yang hadir. Terlebih
10
Fokky Fuad, 2015, Filsafat Hukum, Akar Religiositas Hukum, Jakarta, PrenadaMedia, hlm 252.
11
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2008, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana Filsafat
Hukum Indonesia, Jakarta: Gramedia, hlm. 104.
12
Fokky Fuad, “Falsafah Hukum Pancasila, Reaktualisasi Staatsfundamentalnorm” Op.Cit., hlm. 173.
lagi Pancasila sebagai staatsfundamentalnorm itu mempunyai hakikat dan kedudukan
yang tetap, kuat dan tidak berubah bagi negara tersebut, yang artinya bahwa Pancasila
tidak dapat diubah dan ditiadakan. Bung Karno menyebut Pancasila itu sebagai fundamen
filsafat, pikiran sedalam-dalamnya, untuk kemudian di atasnya didirikan bangunan
“Indonesia merdeka yang kekal dan abadi”.13
Secara yuridis formal dalam Pasal 37 UUD 1945 menyebutkan “Setiap usul
perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan ditunjukkan
dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya” konstitusi
menjelaskan bahwa sebagai dasar hukum memungkinkan adanya perubahan. namun
Pancasila dalam kedudukannya sebagai staatsfundamentalnorm sifatnya tetap kuat dan
tak berubah. Pancasila sebagai staatsfundamentalnorm diletakkan sebagai dasar asas
dalam mendirikan negara, maka ia tidak dapat diubah. Hukum di Indonesia tidak
membenarkan perubahan Pancasila, karena ia sebagai sumber dari segala sumber hukum
atau sebagai sumber hukum dasar nasional di Indonesia. Mengubah Pancasila berarti
mengubah dasar atau asas negara. Kalau dasar asas atau fundamental dari negara tersebut
diubah maka dengan sendirinya negara yang diproklamasikan hasil perjuangan para
pahlawan bangsa akan berubah atau tidak ada sebab dasarnya atau fundamennya tidak
ada.14 Berdasarkan hal tersebut filsafat hukum, Pancasila menjadi landasan bagi
terbentuknya aturan-aturan hukum yang ada di bawahnya.15
E. Kesimpulan
Hadirnya nilai nilai baru serta pemikiran hukum yang baru yang masuk Indonesia,
namun Pancasila sebagai staatfundamentalnorm tetap tidak dapat diubah atau diganti,
secara fundamental dapat mengakomodir perkembangan zaman dan menerima nilai nilai
baru yang hadir karena pancasila memliki 2 sifat yaitu konstant dan dinamis. Terlebih lagi
Pancasila secara epistimologi hukum Indonesia, pancasila dijadikan sebagai sumber dari
segala sumber hukum atau sebagai sumber hukum dasar nasional di Indonesia. Mengubah
Pancasila berarti mengubah dasar atau asas negara. Kalau dasar asas atau fundamental
dari negara tersebut diubah maka dengan sendirinya negara yang diproklamasikan hasil
perjuangan para pahlawan bangsa akan berubah atau tidak ada sebab dasarnya atau
fundamennya tidak ada

13
Suparman Usman, 2010, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Serang, Suhud Sentrautama, hlm.164
14
Fokky Fuad, “Filsafat Hukum Pancasila: Antara Cita Ideal Hukum dan Nilai Praktis”, Loc.Cit.
15
Ibid., hlm 11.
F. Daftar Pustaka

Buku

Darmodiharjo, Darji dan Shidarta, 2008, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan


Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta: Gramedia;

Fuad, Fokky, 2015, Filsafat Hukum, Akar Religiositas Hukum, Jakarta, PrenadaMedia;

MKU, Tim Penyusun Pusat, 2016, Pancasila, Modul Mata kuliah Pancasila Universitas
Brawijaya;

Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum Dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung;

Usman, Suparman, 2010, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Serang, Suhud Sentrautama;

Wasitaatmadja, Fokky Fuad, 2018, Falsafah Pancasila Epistemologi Keislaman


Kebangsaan, Depok, Prenadamedia;

Jurnal

Afiffudin, “Pendidikan Dengan Pendekatan Marxis-Sosialis”, Jurnal Adabiyah, Vol.15


Nomor 2, 2015;

Fuad, Fokky, “Falsafah Hukum Pancasila, Reaktualisasi Staatsfundamentalnorm”, Lex


Jurnalica, Volume 13 Nomor 3, Desember 2016;

___________, “Filsafat Hukum Pancasila: Antara Cita Ideal Hukum dan Nilai Praktis”,
Jurnal Ilmiah Mimbar Demokrasi, Vol.13 No.1, Oktober 2013;

Haryanti, Tuti, “Hukum dan Masyarakat”, Tahkim, Vol. X No. 2, Desember 2014;

Huda, Choirul, “Ekonomi Islam dan Kapitalisme”, Economica, Volume VII, Edisi 1, Mei
2016;

Anda mungkin juga menyukai