Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia, sebagai negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan
dengan keragaman budaya, agama, dan etnis yang luar biasa, memiliki dasar
yang unik untuk menyatukan masyarakat yang heterogen ini dalam satu
kesatuan negara. Pancasila, sebagai falsafah dan ideologi dasar yang
mencerminkan nilai-nilai universal, telah memainkan peran penting dalam
mengukuhkan persatuan, keadilan, dan hak asasi manusia di tengah
keragaman yang menjadi salah satu karakteristik Indonesia.
Sebagai negara demokratis, Indonesia telah menetapkan Pancasila
sebagai sumber hukum yang mendasari seluruh peraturan dan kebijakan
negara. Sejak Proklamasi Kemerdekaan pada tahun 1945, Pancasila telah
menjadi pondasi bagi semua undang-undang dan peraturan yang dibuat di
Indonesia, termasuk Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUD 1945). Namun, meskipun Pancasila telah mengilhami sejumlah
besar peraturan hukum, masih ada beberapa aspek yang perlu dipahami lebih
dalam terkait dengan peran dan relevansinya dalam sistem hukum modern.
Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki dan menjelaskan peran Penting
Pancasila sebagai sumber hukum dalam konteks Indonesia. Dengan
memahami dasar filosofis dan nilai-nilai Pancasila, kita dapat
mengidentifikasi cara di mana Pancasila memengaruhi proses perundang-
undangan, kebijakan, dan penegakan hukum di Indonesia. Selain itu, makalah
ini juga akan mengkaji isu-isu kontemporer yang terkait dengan penggunaan
Pancasila dalam hukum dan upaya-upaya reformasi yang mungkin diperlukan
untuk memastikan bahwa Pancasila terus berperan sebagai pilar penting dalam
memastikan keadilan, hak asasi manusia, dan persatuan dalam sistem hukum
Indonesia.
1.2 Rumusan masalah
a. Apa pengertian pancasila?
b. Apa arti dan makna pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum?

1
c. Bagaimana kedudukan pancasila dalam sistem hukum nasional?
d. Apa tantangan dan harapan dalam menjaga pancasila sebagai sumber
hukum?
e. Apa yang dimaksud dengan sumber hukum?
f. Apa tugas pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum?
g. Bagaimana penerapan pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum?

1.3 Tujuan
Mengedukasi pembaca tentang pentingnya Pancasila sebagai sumber hukum
dan bagaimana hal ini berkaitan dengan identitas dan budaya hukum
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila
Pancasila adalah dasar atau falsafah negara Indonesia. Kata "Pancasila"
berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti "lima prinsip" atau "lima asas."
Pancasila mencerminkan nilai-nilai dasar yang menjadi landasan berdirinya
negara Indonesia dan diakui secara resmi dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Pancasila terdiri dari lima prinsip atau asas utama, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa (Belief in the One and Only God): Pancasila
mengakui adanya Tuhan yang Maha Esa. Prinsip ini mencerminkan nilai-
nilai keagamaan dan kepercayaan pada Tuhan sebagai dasar moral dan
etika.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (Humanitarianism): Pancasila
menganut nilai-nilai kemanusiaan yang adil, beradab, dan menghormati
martabat manusia. Prinsip ini menekankan perlunya menghargai hak asasi
manusia, kesetaraan, dan keadilan sosial.
3. Persatuan Indonesia (National Unity): Prinsip persatuan Indonesia
menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam
keragaman budaya, suku, dan agama. Pancasila menciptakan semangat
persatuan dan nasionalisme.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan (People's Sovereignty): Prinsip ini
menggarisbawahi prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Masyarakat memiliki kedaulatan dan hak untuk memilih
pemimpin dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan politik.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Social Justice): Pancasila
menekankan perlunya keadilan sosial dalam masyarakat. Prinsip ini
mencakup distribusi kekayaan dan sumber daya secara merata, serta
perlindungan terhadap yang lemah.

3
Pancasila adalah dasar hukum tertinggi di Indonesia dan digunakan
sebagai panduan dalam menyusun peraturan perundang-undangan serta dalam
mengambil keputusan pemerintahan. Pancasila juga merupakan lambang dan
identitas nasional Indonesia, mencerminkan semangat persatuan, demokrasi,
keadilan, dan kemanusiaan.

B. Arti dan Makna Pancasila sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum
Menurut Pasal 1 ayat (3) Ketetapan MPR Nomor III/MPR/2000 tentang
Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan, sumber hukum
dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana yang tertulis dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, yaitu lima sila tersebut beserta batang tubuh
Undang-Undang Dasar 1945. Artinya, Pancasila merupakan norma dasar yang
menjadi induk dari segala macam tatanan norma di Indonesia. Pancasila juga
merupakan sumber atau tempat untuk menggali serta menemukan hukum dalam
suatu masyarakat dan negara. Dengan demikian, Pancasila berkedudukan sebagai
sumber dari tertib hukum negara Indonesia.

Pancasila termasuk sumber hukum materiel yang ditentukan oleh muatan atau
bobot materinya. Ada tiga kualitas materi Pancasila, yaitu:

 Muatan Pancasila merupakan muatan filosofis bangsa Indonesia

 Muatan Pancasila sebagai identitas hukum nasional

 Pancasila tidak menentukan perintah, larangan, dan sanksi, melainkan


hanya menentukan asas fundamental bagi pembentukan hukum.

Fungsi Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum berarti bahwa
Pancasila berkedudukan sebagai:

 Ideologi hukum Indonesia

 Kumpulan nilai yang harus ada di belakang keseluruhan hukum Indonesia

 Asas yang harus diikuti sebagai petunjuk dalam mengadakan pilihan hukum
di Indonesia

4
 Sebagai suatu pernyataan dari nilai kejiwaan serta keinginan bangsa
Indonesia.

c. Kedudukan Pancasila dalam Sistem Hukum Nasional


Sistem hukum nasional adalah keseluruhan aturan hukum yang berlaku di
suatu negara beserta lembaga-lembaga yang menjalankan aturan tersebut. Sistem
hukum nasional Indonesia terdiri dari beberapa tingkatan peraturan perundang-
undangan yang diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Tingkatan tersebut adalah:

 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

 Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

 Peraturan Pemerintah

 Peraturan Presiden

 Peraturan Daerah

Dalam sistem hukum nasional, Pancasila memiliki kedudukan sebagai


sumber hukum tertinggi yang menjadi landasan bagi pembentukan peraturan
perundang-undangan lainnya. Hal ini sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 yang menyatakan bahwa setiap peraturan
perundang-undangan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi. Oleh karena itu, setiap peraturan perundang-undangan harus
mengandung nilai-nilai Pancasila dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.
Selain itu, Pancasila juga memiliki kedudukan sebagai sumber hukum yang
bersifat dinamis dan fleksibel. Artinya, Pancasila dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Pancasila tidak bersifat kaku
dan statis, melainkan dapat diinterpretasikan dan diimplementasikan sesuai
dengan konteks dan situasi yang ada. Pancasila juga dapat memberikan ruang bagi
keberagaman hukum yang ada di Indonesia, seperti hukum adat, hukum agama,
dan hukum internasional, asalkan tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

5
D. Tantangan dan Harapan untuk Menjaga Pancasila sebagai Sumber
Hukum Nasional
Pancasila sebagai sumber hukum nasional menghadapi berbagai tantangan
yang harus diatasi agar dapat terus berfungsi secara optimal. Beberapa tantangan
tersebut antara lain:

 Adanya peraturan perundang-undangan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai


Pancasila, seperti yang mengandung diskriminasi, pelanggaran hak asasi
manusia, atau korupsi.

 Adanya praktik penegakan hukum yang tidak berkeadilan, seperti yang


tidak independen, tidak profesional, atau tidak transparan.

 Adanya sikap apatis, skeptis, atau sinis terhadap Pancasila dan hukum di
kalangan masyarakat, khususnya generasi muda.

 Adanya pengaruh globalisasi, liberalisasi, dan radikalisasi yang dapat


mengancam eksistensi Pancasila dan hukum nasional.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan beberapa upaya yang harus


dilakukan oleh semua pihak yang terkait dengan Pancasila dan hukum nasional.
Beberapa upaya tersebut antara lain:

 Melakukan harmonisasi, sinkronisasi, dan evaluasi terhadap peraturan


perundang-undangan yang ada agar sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

 Melakukan reformasi sistem hukum dan penegakan hukum agar lebih


demokratis, akuntabel, dan berkeadilan.

 Melakukan pendidikan, sosialisasi, dan internalisasi Pancasila dan hukum


kepada masyarakat, khususnya generasi muda, agar lebih menghargai,
memahami, dan menjalankan Pancasila dan hukum.

 Melakukan kerjasama antara pemerintah, lembaga negara, organisasi


kemasyarakatan, akademisi, media massa, dan masyarakat sipil dalam
menjaga Pancasila dan hukum nasional dari ancaman globalisasi,
liberalisasi, dan radikalisasi.

6
Harapan dari upaya-upaya tersebut adalah agar Pancasila dapat terus
menjadi sumber hukum nasional yang mampu menciptakan ketertiban, keadilan,
kesejahteraan, dan kebahagiaan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian,
Pancasila dapat terus menjadi jati diri bangsa Indonesia yang berdaulat dalam
politik, ekonomi, sosial budaya, serta berperan aktif dalam perdamaian dunia.

E. Sumber Hukum
Satjipto Rahardjo,menyatakan ; salah satu aspekdalam hukum adalah
kepastian,artinya hukum berkehendak untuk menciptakan kepastian dalam
hubungan antar orang dalam masyarakat. Salah satu hal yang berhubungan erat
dengan masalah kepastian tersebut adalah masalah dari hukum itu berasal.
Kepastian mengenai asal atau sumber hukum menjadi penting sejak hukum
menjadi lembaga yang semakin formal. Dalam konteks perkembangan yang
demikian itu pertanyaan mengenai “Sumber yang manakah yang kita anggap sah,
menjadi penting“. Sumber hukum dapat dilihat dari berbagai segi, baik dari segi
hukum atau ilmu hukum, sosiologis, dan filosofis. Dan menurut Satjipto Rahardjo
sumber hukum yang melahirkan hukum bisa di golongkan dalam dua kategori
besar, yaitu sumber yang bersifat hukum dan yang bersifat social. Sumber yang
pertama merupakan sumber yang diakui oleh hukum sendiri sehingga secara
langsung bisa melahirkan atau menciptakan hukum. Adapun sumber yang kedua
merupakan sumber yang tidak mendapatkan pengakuan secara formal oleh
hukum, sehingga tidak secara langsung bisa diterima sebagai hukum.
Dilihat dari sisi historis, menurut sejarawan hukum, sumber hukum
mempunyai dua arti, yaitu dalam arti sumber tempat orang-orang untuk
mengetahui hukum dan sumber bagi pembentuk undang-undang menggali bahan
dalam penyusunan undang-undang. Ditilik dari sisi sosiologis, sumber hukum
berarti faktor-faktor yang benar-benar menyebabkan hukum benar-benar
berlaku. Faktor-faktor tersebut adalah fakta-fakta dan keadaanyang menjadi
tuntutan social untuk menciptakan hukum. Dari segi sosiologis, hukum tidak lebih
dari pencerminan realita sosial. Oleh karena itu hukum dikondisikan oleh faktor-
faktor politik, ekonomi, agama, geografis dan sosial dalam mengundangkan
undang-undang dan memutus perkara. Tanpa mempertimbangkan faktor-faktor

7
tersebut, maka hukum tidak lebih dari pada kehendak penguasa. Didalam
perspektif filsafat, istilah sumber hukum mempunyai arti keadilan yang
merupakan esensi hukum. Sumber hukum menetapkan kriterium untuk menguji
apakah hukum yang berlaku sudah mencerminkan keadilan dan fairness. Secara
filosofis, hukum di pandang sebagai aturan tingkah laku, sudut pandang ini akan
menela’ah lebih dalam mengenai esensi hukum. Titik berat filsufis terhadap
hukum, bahwa hukum harus betul-betul memuat nilainiali keadilan dan fairness,
dengan memperhatikan faktor politik, ekonomi, budaya, dan sosial serta aspek
fisik dan eksistensial manusia.
Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum selain itu, pancasila
merupakan sumber segala sumber hukum atau ketertiban hukum di negara kesatuan
republik indonesia. Hal ini ditegaskan oleh peraturan MPR no. III/MPR/2000 tentang
sumber hukum dan tata cara perundang-undangan. Pasal 1 TAP MPR mempunyai
tiga pokok, antara lain:
1. Sumber hukum adalah sumber yang digunakan sebagai bahan penyusunan
peraturan perundang-undangan.

2. Sumber hukum terdiri dari sumber hukum tertulis dan sumber hukum tidak tertulis.

3. Sumber konstitusi nasional adalah Pancasila, sebagaimana tercantum dalam


pembukaan UUD 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan Undang-Undang Dasar 1945.

F. Tugas Pancasila Sebagai Sumber Segala Sumber Hukum


Tugas Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum berarti bahwa
kedudukan Pancasila adalah:
• Ideologi hukum Indonesia
• Seperangkat nilai yang harus dimiliki di belakang hukum. Keseluruhan
hukum Indonesia
• Pokok-pokok pedoman pilihan hukum Indonesia
• Ungkapan nilai-nilai kejiwaan dan keinginan rakyat Indonesia, juga dalam
hukum.

8
G. Penerapan Pancasila Sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum Negara
dalam membangun negara hukum di Indonesia

1) Pelaksanaan Sila Ketiga Pancasila Sebagai Dasar Negara


Hukum Indonesia sila kesatuan Indonesia (kewarganegaraan Indonesia) dalam
pancasila pada dasarnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia adalah negara bangsa.
Bangsa yang mau bersatu dipersatukan oleh kesatuan alam, bangsa yang terikat pada
tanah air. Bangsa yang terlindungi dari kemungkinan sifat chauvinistik. Kesatuan
berasal dari kata one yang artinya utuh, tidak terbagi. Kesatuan juga berarti
pentingnya keragaman, dalam menggabungkan berbagai pola yang berbeda menjadi
satu kesatuan. Persatuan Indonesia pada tatanan ketiga meliputi kesatuan ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, dan keamanan. Persatuan Indonesia pada tatanan
ketiga meliputi kesatuan dalam ekspresi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan
keamanan.
Persatuan Indonesia adalah kesatuan nasional Indonesia, yang terbentuk dari
persatuan berbagai latar belakang sosial, budaya, politik, agama, etnis, kebangsaan,
dan ideologi yang hidup di wilayah Indonesia, dalam wadah negara yang merdeka
dan berdaulat. Menurut urutan ketiga ini dan nilai-nilai yang terkandung dalam pasal-
pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semua
peraturan perundang-undangan harus menjamin keterpaduan atau keutuhan ideologi
dan wilayah negara Indonesia. dan bangsa menurut tujuan melindungi segenap
bangsa dan tumpah darah seluruh Indonesia dapat dilihat dalam ketentuan pilihan
bentuk negara kesatuan, yang tidak dapat diubah melalui prosedur ketatanegaraan.
Antara lain, penyusunan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang ketiga termuat dalam Pasal 1 ayat 3 yang menegaskan bahwa negara
Indonesia adalah negara hukum. Pasal 1(2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia (1945) menegaskan bahwa demokrasi Indonesia menganut dua prinsip
sekaligus: demokrasi (kedaulatan rakyat) dan nomokrasi (aturan hukum). Pasal 1(2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.
Sedangkan pada ayat 3 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.

2) Pancasila dalam Pembangunan Sistem Hukum Nasional


Pada saat mulai berlakunya Garis-garis Besar Haluan Nasional (GBHN) tahun 1978
dan 1983, pembangunan hukum tetap dipahami sebagai penciptaan hukum dan
9
kepastian. Pada saat itu, program pengembangan hukum difokuskan pada upaya
normatif dalam pelaksanaan kodifikasi dan harmonisasi hukum, pemantauan kegiatan
lembaga hukum, dan peningkatan kapasitas dan kekuasaan kepolisian. Selain itu,
GBHN (1988) sedikit mengembangkan arah pembangunan hukum dengan
menambahkan pengembangan bahan hukum, aparat penegak hukum, serta sarana dan
prasarana hukum. GBHN 1999 memperluas agenda pembangunan hukum dengan
memasukkan pengembangan budaya hukum dan hak asasi manusia. Setelah
reformasi, pemerintah menciptakan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS)
yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional 1999-2004. Sub program pembangunan hukum dibagi
menjadi 9 (sembilan) program: perencanaan hukum, pengembangan dan
pengembangan hukum dan hak asasi manusia, pembuatan undang-undang,
peningkatan kesadaran hukum dan hak asasi manusia, pelayanan dan bantuan hukum,
perlindungan hukum dan hak asasi manusia, hukum - membuat pengembangan.
sektor hukum, pengembangan peralatan dan profesi hukum, promosi nasihat hukum
dan infrastruktur.

Pandangan hukum normatif yang tercermin dalam GBHN mengasumsikan


penyusunan tatanan hukum nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Akan
tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa implementasi Pancasila dalam instrumen-
instrumen konkrit dan fungsional serta sistem hukum nasional tidaklah mudah. misi
Sunaryati Hartono mengatakan bahwa hukum dalam perkembangannya saat ini tidak
dapat dianggap hanya sebagai buku peraturan bagi lembaga legislatif dan eksekutif
tetapi dalam perkembangannya menjadi suatu sistem yang paling sedikit terdiri dari
10 (sepuluh) unsur yang ada dan akibat yang mempengaruhi. satu sama lain sehingga
jika salah satu unsur tidak berfungsi dengan baik, maka seluruh sistem peradilan juga
tidak berfungsi. Dengan kata lain, jika salah satu unsurnya diubah dengan sengaja
atau tidak sengaja, maka semua unsurnya yang lain juga harus diubah agar seluruh
sistem hukum dapat berfungsi kembali atau bahkan berfungsi lebih baik dari
sebelumnya. Hukum sebagai suatu sistem paling sedikit terdiri dari 10 (sepuluh)
unsur atau unsur yang berbeda, yaitu:
1. Nilai-nilai dari kehidupan bernegara (RI) dan bermasyarakat (Indonesia);

2. Filsafat hukum yang dianut oleh lembaga hukum dan masyarakat;

10
3. Norma hukum, yang meliputi: peraturan perundang-undangan dalam negeri
(undang-undang dan sebagainya), yurisprudensi; dan hukum umum;

4. Lembaga lembaga hukum;


5. Persidangan dan proses pengadilan;

6. Sumber daya manusia;

7. Lembaga pendidikan hukum dan sistem pendidikan hukum;

8. Sarana dan prasarana fisik dan lainnya;

9. Lembaga pengembangan profesi hukum;

10. Anggaran negara untuk pengembangan legislasi dalam negeri.


Kesepuluh unsur sistem hukum itu saling mempengaruhi dan bersinergi
sedemikian rupa sehingga jika hanya salah satu unsur saja yang tidak berjalan
sebagaimana mestinya, atau tugas dan fungsi sumber daya manusianya tidak
mencukupi, atau anggarannya cukup panjang, dan sebagainya, seluruh sistem runtuh.
Pada saat yang sama ketika salah satu elemen berubah, seperti peraturan atau institusi
atau prosedur, semua elemen lain dari sistem hukum yang relevan juga berubah.
Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup harus dilaksanakan.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila berkedudukan sebagai ideologi hukum di Indonesia.sebagai
warga negara kita harus tahu kedudukan pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum. Selain itu kita harus tahu bagaimana cara menerapkan pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum negara dalam membangun negara
hukum di Indonesia. Kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum negara dalam sistem hukum Indonesia yang memberikan arah dan jiwa
serta menjadi norma-norma dalam pasal pasal UUD 1945.

B. Saran
Teruntuk pemerintah dan lembaga-lembaga hukum mempertimbangkan
nilai-nilai Pancasila ketika merancang kebijakan, undang-undang, dan peraturan
baru. Hal ini untuk memastikan bahwa kebijakan dan undang-undang sesuai
dengan prinsip-prinsip Pancasila, terutama dalam hal hak asasi manusia dan
keadilan sosial. Masyarakat juga harus berpartisipasi dalam pemantauan dan
evaluasi implementasi Pancasila dalam hukum dan kebijakan. Masyarakat harus
didorong untuk berpartisipasi aktif dalam proses demokratis dan memberikan
masukan pada perubahan hukum.

12

Anda mungkin juga menyukai