Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pancasila merupakan sumber hukum di Indonesia, Penempatan Pancasila

sebagai sumber hukum di Indonesia adalah sesuai dengan Pembukaan UUD

1945 yang menempatkan Pancasila sebagai dasar ideologi negara serta

sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara, sehingga setiap materi muatan

peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai

yang terkandung dalam Pancasila.

Berbagai kebijakan hukum juga belum mampu mengimplementasikan

nilai-nilai dari Pancasila yang menumbuhkan rasa kepercayaan yang tinggi

terhadap hukum sebagai pencerminan adanya kesetaraan dan pelindungan

hukum terhadap berbagai perbedaan pandangan, suku, agama, keyakinan, ras

dan budaya yang disertai kualitas kejujuran yang tinggi, saling menghargai,

saling menghormati, non diskriminatif dan persamaan di hadapan hukum.

Tanpa Pancasila, masyarakat nasional kita tidak akan pernah mencapai

kekukuhan seperti yang kita miliki sekarang ini.

Tampaknya, Pancasila khususnya Pancasila sebagai sumber hukum di

Indonesia masih kurang dipahami benar oleh sebagian bangsa Indonesia.

Padahal, maraknya korupsi, suap, main hakim sendiri, anarkis, sering

terjadinya konflik dan perpecahan, dan adanya kesenjangan sosial saat ini,

1
kalau diruntut lebih disebabkan belum dipahaminya, dihayati, dan

diamalkannya Pancasila.

B. RUMUSAN MASALAH

Kurangnya memaknai arti sesungguhnya dari Pancasila terutama Pancasila

merupakan sumber hukum di Indonesia. Maka perlu pendalaman agar lebih

mengerti bahwa Pancasila merupakan pedoman dan anutan daripada hukum

bangsa Indonesia.

Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Apa pengertian Pancasila sebagai sumber hukum di Indonesia?

2. Mengapa Pancasila menjadi sumber hukum tertinggi Indonesia?

3. Apa makna konstitusi?

4. Bagaimana sistem norma hukum di Indonesia?

C. TUJUAN PENYUSUNAN MAKALAH

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antar lain:

1. Dapat mengetahui dan memahami arti sesungguhnya Pancasila sebagai

sumber Hukum di Indonesia

2. Mengetahui Kedudukan Pancasila sebagai hukum tertinggi.

3. Mengetahui landasan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum.

4. Bisa mengamalkan Pancasila terutama Pancasila sebagai sumber hukum di

Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pancasila Sebagai Sumber Hukum Di Indonesia

Pancasila dalam kedudukannya ini sering disebut sebagai Dasar Filsafat

atau Dasar Falsafah Negara (Philosofische Gronslag) dari Negara, ideologi

Negara atau (Staatsidee). Dalam pengertian ini pancasila merupakan suatu

dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan Negara atau dengan kata

lain perkataan.

Pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan

Negara. Konsekuensinya seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara

terutama segala peraturan perundang-undangan termasuk proses reformasi

dalam segala bidang dewasa ini dijabarkan dan diderivasikan dari nilai-nilai

pancasila.

Maka pancasila merupakan sumber hukum di Indonesia, pancasila

merupakan sumber kaidah hukum Negara yang secara konstitusional mengatur

Negara Republik Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat

wilayah, beserta pemerintah Negara Sebagai dasar Negara, Pancasila

merupakan suatu asas kerokhanian yang meliputi suasana kebatinan atau cita-

cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta kaidah, baik

moral maupun hukum Negara, dan menguasai hukum dasar baik yang tertulis

atau Undang-Undang Dasar maupun yang tidak tertulis atau Dalam

3
kedudukannya sebagai dasar Negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat

secara hukum.

Sebagai sumber dari segala hukum atau sebagai sumber tertib hukum

Indonesia maka Setiap produk hukum harus bersumber dan tidak boleh

bertentangan dengan Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi

yaitu Pembukaan UUD 1945, kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut

dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945,

yang pada akhirnya dikongkritisasikan atau dijabarkan dari UUD 1945, serta

hukum positif lainnya.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara, pandangan hidup bangsa serta

idiologi bangsa dan negara, bukanlah hanya untuk sebuah rangkaian kata- kata

yang indah namun semua itu harus kita wujudkan dan di aktualisasikan di

dalam berbagai bidang dalam kehidupan bermasarakat, berbangsa dan

bernegara.

Pancasila sebagai sumber hukum di Indonesia yang bermula dari Pancasila

dasar negara dari sisi yuridisnya. Pranarka (1985) menyatakan bahwa dengan

diangkatnya Pancasila sebagai dasar negara menjadikan Pancasila sebagai

sumber. Secara leksikal, istilah sumber berarti tempat keluar, asal (yang berarti

sumber dari segala sesuatu yang berupa tulisan, naskah, dokumen dll), jadi

sumber hukum adalah tempat asal atau tempat keluar pengambilan hukum.

Menurut Lazim Hamidi (2006), sumber hukum dibedakan menjadi 2 yaitu

sumber hukum material dan sumber hukum formal. Sumber hukum material

4
adalah suatu keyakinan/perasaan hukum individu dan pendapat umum yang

menetukan isi hukum.

Dengan demikian keyakinan/perasaan hukum individu (selaku anggota

masyarakat) dan juga pendapat umum yang merupakan faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi pembentukan hukum. Sedangkan sumber hukum formal

adalah bentuk atau kenyataan dimana kita dapat menemukan hukum yang

berlaku. Jadi karena bentuknya itulah yang menyebabkan hukum berlaku

umum, diketahui dan ditaati. Adapun yang termasuk sumber hukum formal

adalah :

(1). Undang-Undang

(2). Kebiasaan atau hukum tak tertulis

(3). Yuresprudensi

(4). Traktat

(5). doktrin.

setiap hukum di Indonesia yang lahir di Indonesia harus berdasarkan pada

Pancasila dengan memuat konsistensi isi mulai dari panjang atas sampai yang

paling rendah hirarkinya.

2. Landasan Pendidikan Pancasila

1. Landasan Historis

Setiap bangsa memiliki ideologi dan pandangan hidup yang berbeda

satu dengan yang lainnya, diambil dari nilai-nilai yang tumbuh, hidup dan

berkembang di dalam kehidupan bangsa yang bersangkutan. Demikian

5
halnya dengan Pancasila yang merupakan ideologi dan pandangan hidup

bangsa Indonesia digali dari tradisi dan budaya yang tumbuh, hidup, dan

berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sendiri sejak kelahirannya

dan berkembangnya menjadi bangsa yang besar seperti yang dialami oleh

dua kerajaan besar tempo dulu yaitu Kedaulatan Sriwijaya dan Keprabuan

Majapahit.

Setelah berproses dalam rentang perjalanan sejarah yang panjang

sampai kepada tahap pematangannya oleh para pendiri Negara pada saat

akan mendirikan Negara Indonesia merdeka telah berhasil merancang

dasar Negara yang justru bersumber pada nilai-nilai yang telah tumbuh,

hidup, dan berkembang dalam kehidupan masyarakat dan bangsa

Indonesia yang kemudian diformulasikan dan disistematisasikan dalam

rancangan dasar Negara yang diberi nama Pancasila. Nama tersebut untuk

pertama kalinya diberikan oleh salah seorang penggagasnya yaitu Ir.

Soekarno dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945 dalam persidangan Badan

Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)

atas saran dan petunjuk seorang temannya yang ahli bahasa.

Dengan demikian kiranya jelas pada kita bahwa secara historis

kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari dan dengan nilai-

nilai Pancasila serta telah melahirkan keyakinan demikian tinggi dari

bangsa Indonesia terhadap kebenaran dan ketepatan Pancasila sebagai

pandangan hidup bangsa dan Negara Republik Indonesia, sejak resmi

disahkan menjadi dasar Negara Republik Indonesia pada tanggal 18

6
Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia sampai

dengan saat ini dan insya Allah untuk selamanya.

2. Landasan Kultural

Pandangan hidup suatu bangsa merupakan sesuatu yang tidak dapat

dilepas pisahkan dari kehidupan bangsa yang bersangkutan. Bangsa yang

tidak memiliki pandangan hidup adalah bangsa yang tidak memiliki jati

diri (identitas) dan kepribadian, sehingga akan dengan mudah terombang-

ambing dalam menjalani kehidupannya, terutama pada saat-saat

menghadapi berbagai tantangan dan pengaruh dan baik yang datang dari

luar maupun yang muncul dari dalam, lebih-lebih di era globalisasi dewasa

ini.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia adalah jati diri

dan kepribadian bangsa yang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang

hidup dan berkembang dalam budaya masyarakat Indonesia sendiri dengan

memiliki sifat keterbukaan sehingga dapat mengadaptasikan dirinya

dengan perkembangan zaman di samping memiliki dinamika internal

secara selektif dalam proses adaptasi yang dilakukannya. Dengan

demikian generasi penerus bangsa dapat memperkaya nilai-nilai Pancasila

sesuai dengan tingkat perkembangan dan tantangan zaman yang

dihadapinya terutama dalam meraih keunggulan IPTEK tanpa kehilangan

jati dirinya.

7
3. Landasan Yuridis

Alinea IV Pembukaan UUD 1945 merupakan landasan Yuridis

konstitusional antara lain di dalamnya terdapat rumusan dan susunan sila-

sila Pancasila sebagai dasar Negara yang sah, benar, dan otentik sebagai

berikut:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa

2) Kemanusiaan yang adil dan beradab

3) Persatuan Indonesia

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan.

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Batang tubuh UUD 1945 pun merupakan landasan yuridis konstitusional

karena dasar Negara yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945

dijabarkan lebih lanjut dan rinci dalam pasal-pasal dan ayat-ayat yang

terdapat di dalam batang tubuh UUD 1945 tersebut.

4. Landasan Filosofis

Nilai-nilai yang tertuang dalam rumusan sila-sila Pancasila secara

filosofis dan obyektif merupakan filosofis bangsa Indonesia yang telah

tumbuh, hidup dan berkembang jauh sebelum berdirinya Negara Republik

Indonesia. Oleh karena itu sebagi konsekuensi logisnya menjadi kewajiban

moral segenap bangsa Indonesia untuk dapat merealisaikannya dalam

kehidupan sehari-hari, baik kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Sebagai dasar filsafat Negara, maka Pancasila harus menjadi

8
sumber bagi setiap tindakan para penyelenggara Negara dan menjiwai

setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

3. Kedudukan Pancasila Sebagai Hukum Tertinggi

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia artinya

bahwa posisi Pancasila diletakkan pada posisi tertinggi dalam hukum di

Indonesia, posisi Pancasila dalam hal ini menjadikan pedoman dan arah bagi

setiap bangsa Indonesia dalam menyusun dan memperbaiki kondisi hukum di

Indonesia.

Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber dari segala sumber hukum

sering disebut sebagai dasar filsafat atau ideologi Negara. Dalam pengertiannya

ini pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur

pemerintahan Negara. Pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur

penyelengaraan Negara.

Konsekuensinya seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara

terutama segala peraturan perundang-undangan termasuk proses reformasi

dalam segala bidang dewasa ini dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila.

Maka Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, Sebagai

dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang meliputi

suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber

nilai, norma serta kaidah, baik moral maupun hukum Negara, dan menguasai

hukum dasar baik tertulis atau UUD maupun tidak tertulis atau dalam

9
kedudukannya sebagai dasar Negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat

secara hukum.

Sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum

Indonesia maka setiap produk hukum harus bersumber dan tidak boleh

bertentangan dengan Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi

yaitu Pembukaan UUD 1945, kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-

pokok pikiran

Dalam rangka menuju masyarakat adil dan makmur yang menjadi tujuan

bangsa dan rakyat Indonesia, Pancasila menjadi landasannya, untuk itulah

perlu adanya tatanan dan tertip hukum dalam mengatur masyarakat dan Negara

untuk mencapai tujuan tersebut. Arah dan acuan tersebut tentunya harus

berpijak pada Pancasila.

Namun demikian dalam perjalanan Pancasila sebagai sumber dari segala

sumber hukum di Indonesia tentunya banyak mengalami pasang surut hal ini

disebabkan bahwa di era globalisasi saat sekarang ini banyaknya permasalahan

baru yang muncul ditanah air khususnya masalah korupsi, nepotisme[9], dan

masuknya budaya dari luar yang berdampak pada perubahan budaya dalam

masyarakat.

Perubahan perubahan tersebut akan berdampak pada kehidupan baru

masyarakat yang tentu saja membawa konsekwen baru dari segi hukum di

Indonesia.

Maka hukum di Indonesia juga terus mengalami perubahan untuk

disesuaikan dengan permasalahan yang ada. Masalah terorisme dan organisasi

10
kejahatan internasional menjadikan masalah baru bagi hukum kita untuk

menanggulangi, disinilah permasalah baru selalu muncul dan Pancasila harus

tetap menjadi pijakan bangsa Indonesia dalam menghadapi persolan persoalan

baru hukum.

4. Pancasila Sebagai Landasan Hukum

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum juga mengandung arti

semua sumber hukum atau peraturan2, mulai dari UUD`45, Tap MPR,

Undang- Undang, Perpu (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang2), PP

(Peraturan Pemerintah), Keppres (Keputusan Presiden), dan seluruh peraturan

pelaksanaan yang lainnya, harus berpijak pada Pancasila sebagai landasan

hukumnya.

Semua produk hukum harus sesuai dengan Pancasila dan tidak boleh

bertentangan dengannya. Oleh sebab itu, bila Pancasila diubah, maka seluruh

produk hukum yang ada di Negara RI sejak tahun 1945 sampai sekarang,

secara otomatis produk hukum itu tidak berlaku lagi. Karena sumber dari

segala sumber hukum yaitu Pancasila. Oleh sebab itu Pancasila tidak bisa

diubah dan tidak boleh diubah.

5. Pengamalan Pancasila

Komitmen bangsa Indonesia adalah melaksanakan atau mengamalkan

Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Artinya merupakan suatu kemauan bersama untuk

11
mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari secara membumi,

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta bukan sekedar

slogan.

Untuk mengamalkan Pancasila dalam kehidupan bernegara dapat di

lakukan dengan cara sebagai berikut:

5. Pengamalan secara objektif, yakni dengan melaksanakan atau mentaati

peraturan perundang-undangan sebagai norma hukum negara yang

berlandaskan pada Pancasila. Hal ini memerlukan dukungan kekuasaan

Negara untuk menerapkannya, serta bersifat memaksa, dan akan mendapat

sanksi bagi pelanggarnya. Artinya bagi siapa saja, apakah itu perorangan

maupun lembaga, yang melanggar norma hukum maka akan mendapatkan

sanksi hukum. Pengamalan obyektif ini merupakan konsekuensi dari

mewujudkan nilai dasar Pancasila sebagai norma hukum negara.

6. Pengamalan secara subjektif, yakni dengan menjalankan nilai-nilai

Pancasila yang berwujud norma etika secara pribadi atau kelompok dalam

bersikap dan bertingkahlaku pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Pengamalan secara subyektif ini mewajibkan setiap warga

negara dan penyelenggara negara untuk mengamalkan Pancasila dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dalam hal ini pancasila menjadi sumber etika dalam bersikap dan

bertingkah laku bagi setiap warga negara dan penyelenggara negara.

Melanggar norma etik tidak mendapat sanksi hukum tetapi sanksi yang

berasal dari diri sendiri. Pengamalan subyektif ini merupakan konsekuensi

12
dari mewujudkan nilai dasar Pancasila sebagai norma etik berbangsa dan

bernegara.

6. Sistem Norma Hukum

Sistem norma yang berlaku bagi manusia sekurang-kurangnya terdiri atas

4 (empat) unsur norma, yakni norma moral, norma agama, norma etika atau

norma sopan santun dan terakhir norma hukum. Norma hukum adalah sistem

aturan yang diciptakan oleh lembaga kenegaraan yang ditunjuk melalui

mekanisme tertentu.

Artinya hukum diciptakan dan diberlakukan oleh institusi yang memang

memiliki kompetensi atau kewenangan dalam membentuk dan memperlakukan

hukum, yaitu badan legislatif. Dengan demikian, hukum di Indonesia dibentuk

lembaga-lembaga seperti MPR, DPR, dan pemerintah sesuai dengan kapasitas

dan jangkauan yang ingin dicapai oleh hukum tersebut. Contoh, UUD dan

Ketetapan MPR adalah produk hukum yang diciptakan oleh MPR. Norma

hukum memuat sanksi yang tegas dan akan segera dijatuhkan apabila

dilanggar.

Hukum berisi norma-norma yang merupakan pedoman untuk bertingkah

laku . Hans Kelsen (2008) seorang ahli filsafat hukum dari Jerman menyatakan

bahawa norma hukum itu berjenjang dan bertingkat. Norma hukum pada suatu

negara membentuk kesatuan tata hukum yang berpuncak pada Groundnorm.

Hans Nawiasky mengembangkan lebih lanjut teori Hans Kelsen bahwa

jenjang norma sebagaimana dikemukakan Hans Kelsen itu berkelompok-

13
kelompok yang terdiri dari empat tingkat. Sedangkan Hans Kelsen tidak

membedakan dalam kelompok-kelompok sehingga jenjang itu sifatnya umum

an dua tingkat saja yaitu Grundnorm dan Norm.

Kelompok tingkatan norma menurut Hans Nawiasky tersebut, sebagai berikut:

7. Norma Fundamental Negara

8. Aturan dasar/pokok negara

9. Undang-Undang

10. Aturan pelaksana atau aturan otonomi

Menurut Hans Nawiaski norma tertinggi dan merupakan kelompok

pertama atau norma fundamental negara. Sebagai pokok fundamental negara

Joeniarto menyebutkan sebagai norma pertama. Sedangan Hamid S Patamimi

menyebutkan dengan cita hukum. Norma petama ini tidak dapat dibentuk

dengan norma yang lebih tinggi lagi, tetapi ditetapkan oleh masyrakat dan

menjadi tempat norma hukum di bawahnya.

Norma fundamental ini berisi norma yang menjadi dasar sebagai

pembentukan konstitusi atau undang undang dasar suatu negara. Di dalam

negara merupakan landasan dasar filosofi yang mengandung kaidah-kaidah

dasar bagi pengaturan negara lebih lanjut. Di Indonesia norma tertinggi ini

adalah Pancasila hal ini tercantum sebagaimana dalam pembukaan undang-

undang dasar 1945, jadi pancasila sebagai dasar negara dapat disebut: (1).

Norma dasar (2). Staatfundermentalnorm (3). Norma pertama (4). Cita hukum

(5). Pokok kaedah negara fundamental.

14
Aturan daar di bawah norma fundamental Negara adalah aruran dasar arau

pokok negara yang isinya bersifat pokok dan aturan umum dan garis besar,

seperti pembagian kekuasaan negara, hubungan antara lembaga negara, serta

hubungan negara dengan warga negara. Di Indonesia aturan dasar negara ini

tertuang dalam batang tubuh undang-undang dasar 1945, ketetapan majelis

permusyawaratan rakyat, serta hukum dasar tidak tertulis. Aturan dasar negara

ini menjadi dasar bagi pembentukan undang-undang atau aturan yang lebih

rendah.

7. Makna Konstitusi

Konstitusi sebagi terjemahan dari constitution (inggris) berasal dari istilah

constituer (Perancis) yang artinya membentuk, maksudnya pembentukan suatu

negara. Di Indonesia istilah konstitusi dan Undang-Undang Dasar mempunyai

pengertian yang sama. Tetapi apabila dicermati lebih dalan, istilah Undang-

Undang Dasar merujuk pada oengertian Wet atau Undang-Undang yang

bersifat mendasar. Konstitusi lebih dipahami sebagai keseluruhan peraturan

yang berlaku suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu negara.

Menurut Koerniatmanto Soepawiro (1978) istilah konstitusi berasal dari

bahasa Latin CISME yang berarti “Bersama dengan...” dan STATUE yang

berarti “Membuat sesuatu agar berdiri”. Sehingga konstitusi atau Countitution

berarti menetapkan secara bersama-sama atau semua yang telah ditetapkan.

15
Menurut Hamid S attamimi (1991) mengatakan bahwa konstitusi atau

Undang-Undang Dasar merupakan pemeberi pegangan dan pemberi batas,

sekaligus merupakan petunjuk bagaimana suatu negara harus dijalankan.

Oleh karena itu konstitusi sangat penting bagi suatu negara, sebab dengan

konstitusi menurut Djokosutono (1982), dapat diketahui :

1. Isinya memuat dasar dari struktur dan fungsi dari negara, dan

2. Bentuk, dibuat oleh lembaga yang khusus, yaitu mempunyai wewenang

hukum,

Konstitusi di Indonesia yang berlaku sekarang ini adalah Undang-Undang

Dasar 1945. Dalam sejarahnya kita pernah menggunakan tiga macam konstitusi

yaitu :

1. 18 Agustus 1945 sampai 27 September 1949 menggunakan UUD 1945

2. 27 Desember 1949 sampai 15 Agustus 1950 menggunakan konstitusi RIS

(KRIS) 1949

3. 16 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959 menggunakan Undang-Undang

Dasar Sementara (UUDS) 1950

4. 5 Juli 1959 sampai sekarang menggunakan kembali UUD 1945

UUD 1945 sebagai konstitusi negara Republik Indonesia sampai saat ini

telah mengalami 4 kali amandemen (perubahan) yang terjadi di era reformasi.

Keempat amandemen tersebut adalah :

1. Amandemen pertama terjadi pada sidang umum MPR, disyahkan 19

Oktober 1999

16
2. Amandemen kedua terjadi pada sidang tahunan MPR, disyahkan 18

Agustus 2000

3. Amandemen ketiga terjadi pada sidang tahunan MPR, disyahkan 10

Nopember 2001, dan

4. Amandemen keempat terjadi pada sidang tahunan MPR, disyahkan 10

Agustus 2002

Dengan ditetapkannya perubahan Undang Undang Dasar ini maka

berdasarkan pada Pasal 2 Aturan Tambahan, Undang Undang Dasar Republik

Indonesia adalah naskah yang terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal.

Pembukaan terdiri dari 4 alenia dan pada bagian Pasal terdiri atas 20 bab, 73

pasal, 3 pasal aturan peralihan dan 2 pasal aturan tambahan.

Adanya amandemen atas UUD 1945 ini telah memperbaharui dan

merubah sistem ketatanegaraan negara Indonesia yang sebelumnya

berdasarkan pada naskah UUD 1945 sebelum dilakukan amandemen.

Adapun isi UUD 1945 secara garis besar sebagai berikut.

1. Bab I tentang Bentuk dan Kedaulatan (pasal 1 )

2. Bab II tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat (pasal 2 sampai pasal 4 )

3. Bab III tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara ( pasal 4 sampai 6)

4. Bab V tentang Kementrian Negara (pasal 17)

5. Bab VI tentang Pemerintahan Daerah (pasal 18 sampai 18b)

6. Bab VII tentang Dewan Perwakilan Rakyat (pasal 19 samapi 22b)

7. Bab VIIA tentang Dewan Perwakilan Daerah (pasal 22c sampai 22d)

8. Bab VIIB tentang Pemilihan Umum (pasal 22e)

17
9. Bab VIII tentang Hal Keuangan (pasal 23 sampai 23d)

10. Bab VIIIA tentang Badan Pemeriksa Keuangan (pasal 23e sampai 23g)

11. Bab IX tentang Kekuasaan kehakiman (pasal 24 sampai 25)

12. Bab IXA tentang Wilayah Negara (pasal 25a)

13. Bab X tentang Warga negara dan Penduduk (pasal 26 sampai 28)

14. Bab XA tentang Hak Asasi Manusia (pasal 28a sampai 28j)

15. Bab XI tentang Agama (pasal 29)

16. Bab XII tentang Pertahanan dan Keamanan Negara (pasal 30)

17. Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan (pasal 31 sampai 32)

18. Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan sosial (pasal

33 sampai 34)

19. Bab XV tentang Bendera, Bahasa, Dasar Negara serta Lagu Kebangsaan

(pasal 35 sampai 36c)

20. Bab XVI tentang Perubahan Undang Undang Dasar (pasal 37)

8. Pancasila, Pembukaan UUD 1945 dan Batang Tubuh UUD 1945

Dasar negara menjadi sumber bagi pembentukan konstitusi. Sebagaimana

telah dikemukakan sebelumnya bahwa dasar negara menempati kedudukan

sebagai norma tertinggi negara. Sebagai norma tertinggi maka ia menjadi

sumber bagi pembentukan norma-norma hukum dibawahnya.

Konstitusi adalah salah satu norma norma hukum dibawah dasar negara.

Dengan demikian konstitusi bersumber dari dasar negara. Norma hukum

18
dibawahnya isinya tidak boleh bertentangan dengan norma dasar dan isi norma

tersebut bertujuan mencapai cita-cita yang terkandung dalam dasar negara.

Menurut Hamid S Attamimi (1991), sebagai norma tertinggi maka dasar

negara ini mempunyai fungsi :

1. Fungsi Regulatif

Fungsi Regulatif adalah sebagai tolak ukur untuk menguji apakah

norma hukum yang berlaku dibawah dasar negara tersebut

bertentangan atau tidak dan bersifat adil atau tidak.

2. Fungsi Konstitutif

Fungsi Konstitutif adalah sebagai pembentuk hukum bahwa tanpa

adanya dasar negara tersebut maka norma hukum dibawahnya akan

kehilangan maknanya sebagai hukum.

1. Pancasila dan Pembukaan UUD 1945

Pembukaan Undang-Undang dasar 1945 yang terdiri dari 4 alenia

berisi nila-nilai luhur bangsa yang didalamnya terdapat Pancasila dasar

negara. Rangkain alenia dalam pembukaan UUD 1945 memnggambarkan

proses berbangsa dan bernegara. Proses tersebut adalah:

a. Terjadinya negara tidak sekedar dimulai dari proklamasi tetapi adanya

pengakuan akan hak setiap bangsa untuk memerdekakan dirinya.

b. Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan.

c. Terjadinya negara Indonesia adalah kehendak bersama seluruh bangsa

Indonesia, sebagai suatu keinginan luhur bersama.

19
d. Negara Indonesia perlu menyusun alat-alat kelengkapan negara yang

meliputi tujuan negara, bentuk negara, sistem pemerintahan negara,

UUD negara dan dasar negara.

Hubungan antara Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 adalah secara

formal maupun material. Secara formal bahwa Pancasila dasar negara

terdapat dalam pembukaan UUD 1945 tepatnya pada alenia IV. Secara

material bahwa Pancasila merupakan norma dasar bernegara yang nantinya

menentukan pembertukan tertib hukum di Indonesia. Pancasila menjadi

inti dari Pembukaan UUD 1945.

Pada awalnya sidang BPUPKI I berkehendak untuk merumuskan

dasar negara. Rumus dasar negara selanjutnya banyak dikemukakan oleh

para pendiri negara, termasuk Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945

dengan nama Pancasila.

2. Pancasila dan (Batang Tubuh) UUD 1945

Hubungan antara norma fundamental negara yaitu Pancasila dengan

aturan dasar negara yaitu UUD 1945 dapat dilihat pada penjelasan UUD

1945 yaitu penjelasan umum angka II sebagai berikut : “Undang Undang

Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam

pembukaan di dalam pasal-pasalnya. Pokok-pokok pikiran tersebut

meliputi suasana kebatinan Undang Undang Dasar negara Republik

Indonesia.

20
Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (rechtsidee)

yang menguasai hukum dasar negara baik hukum dasar yang tertulis

(Undang Undang Dasar) maupun hukum dasar yang tidak tertulis. Undang

Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran ini di dalam pasal-

pasalnya”. Dalam penjelasan umum UUD 1945 ditegaskan bahwa

Pancasila adalah cita hukum (Rechidise) yang menguasai hukum dasar

negara baik tertulis maupun tidak tertulis.

Pancasila sebagai landasan filosofil untuk pedoman dalam

menemukan muatan-muatan hukum. Peranan Pancasila memimbing

pemikiran para pembentuk hukum sekaligus memberikan landasan yang

kuat terhadap produk hukum.

Landasan norma dasar sangat diperlukan dalam pembentukan hukum,

tanpa landasan norma dasar sulit untuk dibentuk bahkan akan kehilangan

kekuatan spritualnya.

Dalam ketetapan MPR RI No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum

Dan Tata Urutan Peraturan Perundang undangan disebutkan bahwa

Pancasila merupakan sumber hukum dasar nasional Indonesia. Sumber

hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan

perundang-undangan.

Adapun jenis dan hirarki peraturan perundang-undangan negara

Indonesia menurut MPR adalah sebagai berikut:

a. Undang Undang Dasar 1945

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.

21
c. Undang-Undang

d. Peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang (Perpu)

e. Peraturan pemerintah

f. Keputusan Presiden

g. Peraturan Daerah

Dengan demikian jelas bahwa pancasila desar negara merupakan

sumber hukum dasar bagi penyusunanan perundangan negara. UUD 1945

adalah peraturan perundangan tertinggi negara Indonesia yang

bersumberkan pada Pancasila.

22
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sumber hukum yang paling mendasar dari negara Republik Indonesia

adalah Pancasila. Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia,

termasuk hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan dasar hukum pancasila,

akan tercipta jiwa yang menjunjung tinggi keadilan social dan tidak

bertentangan dengan norma-norma hukum yang berlaku.

Pancasila sebagai sumber hukum di Indonesia yang bertujuan untuk

mengatur perilaku masyarakat didalam hubungannya antar anggota

masyarakat yang lain, sehingga di harapkan mampu menjamin sebuah

kepastian hukum.

Sebagai generasi muda, kita harus mengamalkan Pancasila sebagai

sumber hukum yaitu dengan cara memaknai Pancasila itu sendiri.

B. SARAN

Semoga dengan penjabaran tadi mengenai Pancasila sebagai sumber

hukum di Indonesia ini menjadi suatu langkah awal kita untuk

menumbuhksn rasa cinta tanah air di dalam diri warga Indonesia, serta

mendorong tumbuhnya rasa rela berkorban dan selalu ingin mengabdikan

diri kepada bangsa dan Negara.

23
DAFTAR PUSTAKA

http://brainly.co.id/tugas/290499 , 11.45, 23-10-2014, google.com.

http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/MKFIS/article/view/467, 5.15, 26-

10-2014, google.com.

http://www.scribd.com/doc/189876560/PANCASILA-SEBAGAI-SUMBER-

DARI-SEGALA

SUMBER-HUKUM-FILSAFAT-HUKUM-DAN-FALSAFAH-NEGARA-

REPUBLIK INDONESIA#download, 14.30, 1-11-2014, google.com.

http://yogisaputera.wordpress.com/2012/11/24/pancasila-sebagai-sumber-

dari-segala-sumber

hukum, 19.10, 17-10-2014, google.com.

ArtiKata.com , 20.00, 09-11-2014, google.com

prezi.com7kmjemdc0s2/pancasila-sebagai-sumber-hukum-dasar-negara-nkri/

, 8:26, 15-10-2014,

google.com

Widodo, Sri, dkk. Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, Cirebon,

tanpa tahun.

24

Anda mungkin juga menyukai