Anda di halaman 1dari 12

TUGAS II

PENDIDIKAN PANCASILA
Dosen:

Yuswarni, S.Ap.,MPA

Oleh:

Tri Damayantho

KM-05

200501072191

PENDIDIKAN PANCASILA

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

UNIVERSITAS SIBER ASIA

2020/2021

1
Resume singkat hal 40:

a) Analisis tentang “Pancasila sebagai kepribadian Bangsa Indonesia”


b) Analisis tentang “Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum”
c) Apa yang Anda pahami tentang filosofis Pancasila
d) Kemukakan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Resume halaman 220:

a) Kemukakan secara singkat proses reaktualisasi Pancasila dalam


Ipoleksosbud Hankam!
b) Temukan secara empirikal bahwa reaktualisasi Pancasila
memberikan nilai falsafah!
c) Berikan contoh-contoh reaktualisasi Pancasila dalam keadilan
sosial!

Pancasila sebagai kepribadian Bangsa Indonesia.


Pancasila sebagai ciri-ciri khas bangsa Indonesia yang membedakan bangsa
Indonesia dengan bangsa lain di dunia adalah pencerminan dari pertumbuhan dan
perkembangan bangsa Indonesia sepanjang sejarahnya. Pertumbuhan dan
perkembangan ini ditentukan oleh kehidupan budi bangsa Indonesia dan
dipengaruhi oleh tempat lingkungan dan suasana waktu sepanjang masa. Bangsa
Indonesia memiliki ciri khas tertentu yang tidak dimiliki oleh negara lain, yang
tercermin dari isi yang terkandung dari tiap sila dalam Pancasila.

Indonesia sebagai negara maritim yang sudah sejak zaman kerajaan berinteraksi
dengan bangsa dan peradaban lain namun kepribadian bangsa Indonesia tetap hidup
berkembang walaupun tetap ada unsur-unsur kepengaruhan bangsa asing yang
masuk ke masyarakat Indonesia. Unsur-unsur yang terdapat pada tiap sila di
Pancasila dengan jelas mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia yang diyakini kebaikan dan


kebenarannya adalah perwujudan dari nilai-nilai budaya milik bangsa Indonesia.

1
Dari dulu, Pancasila sudah mengandung nilai-nilai budaya luhur yang tercipta
ditengah-tengah masyarakat nenek moyang Indonesia, dimana nilai-nilai itu
terkandung dalam sila-sila dalam Pancasila. Sehingga nilai-nilai tersebut berasal
dari budaya Indonesia sendiri yang sudah menjadi ciri khas bangsa Indonesia dalam
sikap mental maupun tingkah lakunya sehingga mencjadi ciri khas diantara bangsa-
bangsa di dunia. Pancasila juga merupakan wujud peran dalam mencerminkan
adanya kepribadian Negara Indonesia yang bisa membedakan dengan bangsa lain,
yaitu amal perbuatan, tingkah laku dan sikap mental bangsa Indonesia.

Meskipun nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan juga


terdapat dalam ideologi bangsa lain, tetapi bagi bangsa Indonesia kelima sila
tersebut mencerminkan kepribadian bangsa karena diangkat dari nilai-nilai
kehidupan masyarakat Indonesia sendiri dan dilaksanakan secara simultan. Disisi
lain proses akulturasi dan inkulturasi ikut mempengaruhi kepribadian bangsa
Indonesia dengan berbagai variasi yang beragam. Kepribadian yang sudah
terbentuk sejak lama ini memperlihatkan keunggulan peradaban masa itu terdiri
dari nilai-nilai spiritual, sistem perekonomian, politik, budaya merupakan contoh
keunggulan yang berasal dari kepribadian bangsa Indonesia itu sendiri.

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum.


Pancasila sebagai dasar negara merupakan suatu norma dasar dalam
penyelenggaraan bernegara yang menjadi sumber dari segala hukum yang tertuang
pada pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang
pembentukan Peraturan Perundang-undangan, merupakan sumber dari segala
sumber hukum.

Kedudukan Pancasila sebagai sumber dari sumber hukum sudah selayaknya


menjadi ruh dari berbagai peraturan yang ada di Indonesia. Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang ditegaskan dalam
alinea keempat yang terdapat kata “berdasarkan” yang berarti Pancasila merupakan
dasar negara kesatuan Republik Indonesia.

2
Menurut Jimly Asshiddiqie sumber hukum disebut source of law yang berbeda dari
perkataan dasar hukum, landasan hukum maupun payung hukum. Dasar hukum
atau landasan hukum adalah legal basis atau legal ground yaitu norma hukum yang
mendasari suatu tindakan atau perbuatan hukum tertentu sehingga dapat dianggap
sah dan dibenarkan secara hukum. Sementara itu perkataan “sumber hukum” lebih
menunjuk pada pengertian tempat dari mana asal muasal suatu nilai atau norma
tertentu berasal1.

Penetapan Pancasila sebagai norma fundamental negara (staatsfundamentalnorm)


pertama kali disampaikan oleh Notonegoro. Pancasila dilihat sebagai cita hukum
(rechtsidee) merupakan bintang pemandu. Posisi ini mengharuskan pembentukan
hukum positif untuk mencapai ide-ide dalam Pancasila, serta dapat digunakan untuk
menguji hukum positif. Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai
staatsfundamentalnorm maka pembentukan hukum, penerapan, dan
pelaksanaannya tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila.

Pada ketentuan Pasal 2 Ketetapan MPR No III/MPR/2000 tentang Tata Urutan


Peraturan Perundang-Undangan ditegaskan sebagai berikut: Tata urutan peraturan
perundang-undangan merupakan pedoman dalam pembuatan aturan hukum
dibawahnya. Tata urutan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia
adalah:

1) Undang-Undang Dasar 1945


2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
3) Undang-Undang
4) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
5) Peraturan Pemerintah
6) Keputusan Presiden
7) Peraturan Daerah

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata urutan atau hierarkis peraturan perundag-
undangan Republik Indonesia diatur dalam ketentuan pasal 7 ayat (1) Undang-

1
Zulmasyhur, (2019:34)

3
Undang No 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
tetapi masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan
kebutuhan masyarakat. Kemudian diperbaharui lagi dengan pasal 7 ayat (1)
Undang-Undang No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan dengan hierarki sebagai berikut:

1) Undang-Undanga Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
3) Undang Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
4) Peraturan Pemerintah
5) Peraturan Presiden
6) Peraturan Daerah Provinsi
7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Filosofis Pancasila
Nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai objek yang dicari landasan filosofisnya
berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang berkembang di barat.
Notonegoro menganalisis nilai-nilai Pancasila berdasarkan pendekatan
substansialistik filsafat Aristoteles. Nilai-nilai Pancasila juga digunakan untuk
mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang, baik untuk menemukan hal-
hal yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila maupun hal-hal yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.

Pancasila yang nilai-nilainya diambil dari harta dan kekayaan rohani bangsa
Indonesia seperti adat isitiadat, budaya, agama dan kepercayaan mempunyai fungsi
yang sangat fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan juga
memiliki fungsi sebagai alat pemersatu bangsa sehingga Negara Kesatuan Republik
Indonesia masih kokoh hingga saat ini.

Pancasila dapat digolongkan sebagai falsafah dalam arti produk, sebagai pandangan
hidup, dan falsafah dalam arti praktis. Ini berarti falsafah Pancasila mempunyai
fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam hal sikap, tingkah laku,

4
dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan berbangsa
bermasyarakat dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.

Selain sebagai dasar negara dan pemersatu bangsa, Pancasila juga merupakan
pandangan hidup bagi bangsa Indonesia. Sebagai pandangan hidup maka
hendaknya Pancasila dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup bagi
bangsa Indonesia dalam melaksanakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Ariawantara2 mengatakan Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah sebagai way of
life bagi kehidupan bermasyarakat di Indonesia yang sudah tercatat sejak zaman
Majapahit dalam kitab Sutasoma karya Mpu Tantular dan kitab Negarakertagama
karya Mpu Prapanca. Pada era Majapahit, Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa
Indonesia berisikan larangan-larangan yang mengatur kehidupan bermasyarakat
agar lebih baik dan harmonis.

Penggalian nilai-nilai luhur Pancasila menjadikan Pancasila dipahami dan dimaknai


lebih luas, yaitu merupakan nilai-nilai luhur yang wajib dipahami dan dilaksanakan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengukuhan Pancasila sebagai bilai-
nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dikukuhkan pada sidang BPUPKI
tanggal 1 Juni 1945, pada sidang tersebut Pancasila diterima secara bulat sebagai
dasar negara Indonesia Merdeka dan tercantum secara resmi dalam Pembukaan
UUD 1945 dan Undang-Undang Dasar 1945.

Pancasila sebagai ideologi bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa


mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan teknologi
dan teknologi, serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat. Keluwesan dan
fleksibilitas serta keterbukaan yang dimiliki oleh ideologi Pancasila menjadikan
Pancasila tidak ketinggalan zaman dalam tatanan sosial.

2
http://s2mkp.fisip.unair.ac.id/implementasi-pancasila-dalam-kehidupan-berbangsa-dan-bernegara/

5
Pancasila sebagai dasar dan ideologi bangsa dan negara Indonesia harus dimengerti
dan dipahami maknanya oleh seluruh warga negara Indonesia, sehingga makna
positif yang terkandung dalam ideologi Pancasila benar-benar dapat dirasakan
manfaatnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai ideologi
bangsa dan negara bangsa dan negara Indonesia dalam kehidupan sehari-hari tidak
hanya sebagai dasar negara yang harus dijadikan sebagai landasan dan patokan bagi
bangsa Indonesia dan penyelenggara negara dalam melaksanakan cita-cita dan
tujuan nasionalnya.

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum yang menjadikan Pancasila
sebagai Staatsfundamentalnorm dimana sistem norma hukum yang berlaku akan
dilihat sebagai suatu sistem yang berlapis-lapis dan berjenjang sekaligus
berkelompok. Pemberlakuan suatu norma akan bersumber dari norma yang lebih
tinggi dan norma yang lebih tinggi berlaku norma yang lebih tinggi lagi, demikian
seterusnya. Penempatan Pancasila sebagai bintang pemandu mengharuskan
pembentukan hukum-hukum positif untuk mencapai ide-ide dalam Pancasila dan
juga dapat menguji hukum positif tersebut, semua itu tidak dapat dilepaskan dari
nilai-nilai Pancasila.

Proses Reaktualisasi Pancasila dalam Ipoleksosbud Hankam


Untuk dapat melakukan reaktualisasi Pancasila dalam ipoleksosbud hankam, maka
perlu dimaklumi tentang kondisi bangsa dan Negara Indonesia saat ini. Posisi
Indonesia di tengah-tengah perkembangan dunia dan globlisasi berada pada posisi
silangbaik secara geografis, geopolitik, geostrategis, historis maupun dalam segala
aspek kehidupan.

1) Ideologi
Dalam bidang ini diperlukan untuk memperkokoh dan mempertebal
ideologi berbangsa dan bernegara agar tidakmenyimpang dan
bertentangan dengan Pancasila. Sejarah sudah membuktikan bahwa
Pancasila dapat menjalin persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
2) Politik

6
Reaktualisasi Pancasila dibidang politik bagi bangsa Indonesia harus
berlandaskan Pancasila, sehingga tidak dapat digantikan dengan landasan
lain. Pancasilasebagai dasar bagi segala pergerakan dan kemajuan bangsa,
menempatkan bangsa Indonesia sejajar dan berdampingan dengan bangsa-
bangsa lain di dunia secara merdeka dan berdaulat, ideologi yang realistis,
idealis dan fleksibel.
3) Ekonomi
Reaktualisasi di bidang ekonomi mesti berakar dan bersumber pada
Pancasila secara konsisten. Dengan menggunakan prinsip ekonomi-
kerakyatan atas prinsip kebersamaan, menekankan pada harmoni
mekanisme harga dan sosial (sistem ekonomi campuran), ekonomi
kerakyatan dan dan aset produksi yang vital dikuasai oleh pemerintah
untuk kemakmuran rakyat.
4) Sosial Budaya
Reaktualisasi di bidang sosial budaya harus berakar dari kehidupan bangsa
Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan tidak boleh menyimpang dari
pengalaman sila-sila Pancasila secara konsisten. Di bidang sosial budaya,
aktualisasi Pancasila berwujud sebagai pengkarakter sosial budaya
(keadaban) Indonesia yang mengandung nilai-nilai religi, kekeluargaan,
kehidupan bangsa Indonesia yang gagasan, nilai dan norma/aturannya
yang tanpa paksaan sebagai sesuatu yang dibutuhkan: proses
pembangunan budaya yang dibelajarkan/dikondisikan dengan tepat dan
diseimbangkan dalam tatanan kehidupan, bukan sebagai suatu warisan dari
generasi ke generasi; serta penguat kembali proses integrasi nasional baik
secara vertikal maupun horizontal.
5) Hankam
Bidang pertahanan dan keamanan juga harus mewujudkan pengamalan
sila-sila Pancasila secara konsisten terutama menjaga nilai-nilai Pancasila
pada sila ke 3 Persatuan Indonesia dengan berlandasan pada sila ke 2
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Isu dibidang pertahanan dan
keamanan adalah mengenai hak asasi manusia dan perlengkapan alutsista.

7
Reaktualisasi Pancasila memberikan nilai falsafah (secara empirikal)
Menurut Zulmasyhur, Pancasila sebagai falsafah hidup dan cita-cita moral bangsa
Indonesia merupakan inti semangat bersama dari berbagai moral yang secara nyata
terdapat di Indonesia. Di tanah air kita terdapat berbagai ajaran moral sesuai dengan
adanya berbagai agama dan kepercayaan serta adat istiadat. Setiap moral
mempunyai corak sendiri, berbeda satu sama lain dan hanya berlaku pada umatnya
yang bersangkutan. Dalam moral-moral itu terdapat unsur bersama yang bersifat
umum dan mengatasi segala paham golongan. Moral Pancasila mampu mengatasi
segala golongan dan bersifat nasional. Pancasila sebagai falsafah hidup
menginginkan agar moral Pancasila menjadi moral kehidupan negara dalam arti
menuntut penyelenggara dan penyelenggaraan negara menghargai dan menaati
prinsip prinsip moral atau etika politik.

Pancasila sebagai sistem etika sangat terkait dengan masalah yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia. Upaya menginternalisasi nilai-nilai Pancasila ke dalam
aktualisasi kehidupan berbangsa dan bernegara oleh setiap warga negara menjadi
hal yang terus menerus dilakukan direaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Reaktualisasikan nilai-nilai Pancasila disetiap perilaku kehidupan menjadi suatu
kemustian setelah memperhatikan banyaknya kasus korupsi, terorisme, SARA,
HAM, kebebasan berbicara, keadilan, hukum tajam dibawah tumpul ke atas, dan
kekerasan lainnya.

Semua permasalahan bangsa yang terjadi menjadi salah satu kurangnya


internalisasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Reaktualisasi
Pancasila sebagai falsafah hidup dan cita-cita moral bangsa Indonesia menjadi
faktor penentu untuk mengatasi permasalahan disetiap perilaku kehidupan
berbangsa dan bernegara.

Salah satu nilai falsafah secara empirikal, salah satunya adalah Falsafah Hukum
Pancasila sebagai bentuk dari nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia. Menurut Fuad
(2016) falsafah hukum Pancasila dapat terlihat paduan utama nilai hukumnya yaitu:
Nilai Religius dan Nilai Komunal. Nilai Religius adalah sebuah pengakuan manusia
atas eksistensi Tuhan yang mengendalikan alam semesta dan manusia. Nilai ini

8
menuntun manusia Indonesia dalam bertindak, berbuat dan berinteraksi dengan
sesama manusia dan dengan lingkungannya. Dalam hubungan interaksi dengan
sesama dan lingkungannya, maka tercipta nilai kedua, yaitu nilai komunal. Nilai
kedua ini merupakan turunan dari nilai pertama sebagai nilai utama dan pertama.
Nilai komunal ini merupakan bentuk kesadaran akan kebersamaan sebagai sebuah
bangsa yang bersatu. Kesadaran akan eksistensi Tuhan sebagai pegendali
diwujudka dalam nilai-nilai komunal.

Pada hakikatnya berbuat baik dan benar adalah dalam hubungan erat dengan
pelaksanaan kehendak-kehendak Tuhan. Dalam posisi ini kebenaran hukum yang
tercipta adalah kebenaran yang berkait dengan fungsi nilai ketuhanan dan nilai akal.
Falsafah hukum Pancasila mencoba menuangkan dua fungsi nilai tersebut secara
operasional dalam bentuknya yaitu peraturan undang-undang serta putusan-putusan
lembaga lainnya.

Contoh Reaktualisasi Pancasila dalam Keadilan Sosial


Dikutip dari Fuad (2016), keadilan sosial adalah pencapaian keadilan terhadap
manusia Indonesia secara menyeluruh. Proses pencapaian keadilan sosial ini
tercapai melalui konsep musyawarah. Capaian keadilan sosial ini membuktikan
bahwa nilai-nilai ketuhanan tidaklah terpisah dari nilai kesejahteraan manusia.
Unsur jiwa ruhani tidak terpisahkan dari unsur fisik tubuh manusia Indonesia.
Dalam pencapaian keadilan sosial ini musyawarah menjadi sarana untuk
mencapainya, sehingga keadilan dapat dirasakan oleh tiap individu.

Keadilan sosial dengan capaian kesejahteraan sosial dengan tidak mengabaikan


hak-hak individu dalam kepemilikan benda. Benda sebagai harta pada hakikatnya
bukan dimiliki oleh manusia secara mutlak, karena kemutlakkannya menjadi milik
Tuhan. Tuhan mendistribusikan miliknya kepada manusia untuk diatur oleh
manusia. Manusia sebagai pengatur dan distributor atas benda milik Tuhan ini
selalu mendasarkan distribusinya pad konsep keadilan. Keadilan yang tercipta tidak
saja dirasakan oleh secara individu, tetapi juga ada keadilan yang diperoleh
masyarakat sosial.

9
Setiap orang diakui kepemilikan individualnya dan ia berhak untuk
mempertahankan apa yang menjadi hak miliknya. Negara dengan hukumnya wajib
melindungi hak individu tersebut. Kepemilikan individu diakui sebagai bagian dari
kepemilikan sosial.

Keadilan sosial menempatkan individu-individu yang kooperatif. Kepentingan


sekelompok kecil orang yang memiliki kekuasaan ekonomi tidaklah dapat
mengganggu kepentingan rakyat banyak yang miskin. Keadilan yang diharapkan
adalah keadilan didasarkan atas kemakmura dan kebahagiaan. Prinseip negara yagn
terbangun dengan semangat nilai keadilan sosial ini adalah sebuah negara
kesejahteraan. Dalamnegara kesejahteraan Indonesia yang dituntut adalah etika
politiknya bukanlah penghapusan hak milik pribadi, melainkan bahwa hak milik itu
mempunyai fungsi sosial. Negara bertanggung jawab atas kesejahteraan sosial.

10
Daftar Pustaka
Zulmasyhur, 2019. Pendidikan Pancasila; Buku Ajar untuk Perguruan Tinggi,
Jakarta: Lembaga Edukasi dan Advokasi Demokrasi dan Ekonomi Rakyat.

RISTEKDIKTI, 2016. Pendidikan Pancasila; Buku Ajar Mata Kuliah Wajib


Umum, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan,
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Wahyudi, 2010. Reaktualisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pembangunan


Karakter Bangsa Indonesia, Surakarta: Prosiding Seminar Nasional Inovasi
Pendidikan

Fuad, Fokky. 2016. Falsafah Hukum Pancasila, Reaktualisasi


Staatfundamentalnorm, Jakarta: Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 3.

11

Anda mungkin juga menyukai