Anda di halaman 1dari 13

PERANAN IDEOLOGI

PANCASILA PADA GENERASI


MILENIAL

Oleh:

Tri Damayantho

200501072191

KOMUNIKASI PEMASARAN DIGITAL

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

UNIVERSITAS SIBER ASIA

2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmatnya dapat
terselesaikan makalah Tugas I Mata Kuliah Pendidikan Pancasila sebagai salah satu
syarat untuk mengikuti Ujian Tengah Semester Genap di Program Studi
Komunikasi Universitas Siber Asia Tahun Ajaran 2020/2021.

Mata Kuliah Pendidikan Pancasila adalah salah satu tahapan belajar dimana
mahasiswa diharapkan dapat memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten
mampu mewujudkan nilai-nilai dasar keagamaan dan kebudayaan, rasa kebangsaan
dan cinta tanah air sepanjang hayat.

Pada tugas kali ini, mahasiswa diminta untuk menuliskan makalah dengan
mengambil tema “Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara”

Demikianlah makalah ini disusun, semoga dapat memberikan manfaat.

Terima Kasih

Penulis

Tri Damayantho

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

Latar Belakang .................................................................................................... 1

Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

Tujuan ................................................................................................................. 3

Manfaat Penulisan ............................................................................................... 3

Metode Penelitian................................................................................................ 3

Sistematika Penulisan.......................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4

BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................... 5

BAB IV PENUTUP ................................................................................................ 9

Kesimpulan ......................................................................................................... 9

Saran.................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10

ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ideologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti ilmu tentang gagasan dan buah
pikiran. Konsep ini muncul pertama kali kala Revolusi Prancis tahun 1797 oleh
Antoine de Tracy. Dalam bukunya Elements d’Ideologie, de Tracy mengusulkan
sebuah ilmu pengetahuan baru tentang pikiran, yaitu “idea-logy” yang akan menjadi
dasar dari semua sains.

Ideologi merupakan seperangkat sistem yang diyakini oleh setiap wara negara
dalam kehidupan bermasyarakat yang terbentuk melalui suatu proses panjang
dalam berkebudayaan, beragaman dan pemikiran. Koentjaraningrat mengatakan
dalam bukunya Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, ideologi yang
bersumber dari kebudayaan artinya meliputi sistem religi, upacara keagamaan,
organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata
pencaharian hidup, sistem teknologi dan peralatan, mempengaruhi dan berperan
dalam membentuk ideologi suatu bangsa.

Dalam kehidupan kenegaraan ideologi adalah konsensus mayoritas warga negara


tentang nilai-nilai dasar yang ingin diwujudkan dengan mendirikan negara.
Beberapa pakar mengartikan ideologi sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh
dari ide-ide dasar. Padmo Wahjono juga melanjutkan bahwa ideologi merupakan
suatu kelanjutan atau konsekuensi dari pada pandangan hidup bangsa, falsafah
hidup bangsa, dan akan berupa seperangkat tata nilai yang dicita-citakan akan
direalisasi didalamkehidupan berkelompok.

Dalam perspektif berbeda, Mubyarto, seorang pakar ekonomi menjelaskan ideologi


adalah sejumlah doktrin, kepercayaan dan simbol-simbol sekelompok masyarakat
atau bangsa. Kemudian seorang pakar sosiologi, Soerjanto Poespowardojo
mengartikan ideologi adalah kompleks pengetahuan dan nilai yang keseluruhan
menjadi landasan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami jagatraya dan
bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya.

1
Sejarah dan perjalanan bangsa Indonesia selama ini membentuk nilai-nilai dan
kepribadian bangsa dan rakyat Indonesia, sehingga dinamika yang terjadi di dalam
masyarakat tidak selalu dapat dijelaskan secara ideologi, karena kecepatan
informasi, perubahan serta disrupsi yang terjadi akibat perkembangan pesat
teknologi menyebabkan ideologi tertatih-tatih mengikuti kecepatan perubahan
zaman yang saat ini sangat didominasi oleh generasi milenial.

Generasi milenial menurut Hasanudin Ali dan Lilik Purwandi (2017) dalam buku
Milenial Nusantara adalah mereka yang lahir antara tahun 1981 -2000. Sementara
peneliti sosial lainnya mendefinisikan generasi milenial adalah mereka yang lahir
antara tahun 1980 – 2000 an1.

Karakter generasi milenial yang sangat peka terhadap perubahan teknologi dan
gadget membentuk mereka dengan hidup yang serba mudah, tidak berpikir panjang
dan cendrung tidak sabar dalam menghadapi sesuatu. Keunikan ini yang
membedakan generasi milenial dengan generasi sebelumnya, disamping itu
kekuatan generasi milenial adalah mereka sangat terhubung satu sama lain, berkat
kemajuan teknologi dan internet, selain itu mereka juga mempunyai pendekatan
komunikasi yang berbeda dan sangat cepat mengikuti perkembangan global.

Rumusan Masalah
Seiring dengan perkembangan arus teknologi, derasnya informasi menjadikan
Pancasila sebagai ideologi mulai terlupakan dan terabaikan. Modal bangsa
Indonesia yang akan menyambut bonus demografi pada tahun 2030-2040 menjadi
tantangan tersendiri agar bangsa Indonesia khususnya generasi milenial sebagai
ujung tombak kemajuan bangsa tidak kehilangan jati diri dan nilai-nilai dasar
sebagai bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai Ideologi bangsa Indonesia perlu berjalan beriiringan dengan


kecepatan informasi yang terjadi di generasi milenial, karena generasi milenial akan

1
Mengenal Generasi Milenial, Sindonews.com, 2015

2
menjadi mesin penggerak bangsa yang menentukan arah perjalanan bangsa
Indonesia di masa depan.

Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan sudut pandang dari disrupsi yang terjadi
di masyarakat bagaimana Ideologi Pancasila dapat eksis di tengah derasnya arus
informasi dan pengaruh global yang sangat membentuk karakter dan identitas
generasi milenial Indonesia.

Manfaat Penulisan
Manfaat dari makalah ini adalah menjadi salah satu literatur awal yang dapat
membantu dan menginspirasi pemangku kepentingan dalam menanamkan Ideologi
Pancasila di kehidupan bangsa dan negara ditengah kecepatan dan dinamika sosial
yang sangat terpengaruh oleh informasi, budaya dan ideologi global.

Metode Penelitian
Metode penelitian dalam penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan
metode kualitatif, menggunakan studi kepustakaan dengan bahan kajian-kajian,
buku-buku, literatur, jurnal dan penelitian sebelumnya sesuai dengan masalah yang
akan dibahas, serta menggunakan data-data sekunder yang didapat secara daring
dengan sumber yang reliabel, akurat dan terpercaya untuk memperkuat landasan
teori penelitian.

Penelitian ini memfokuskan diri pada posisi dan peranan Ideologi Pancasila di
kalangan milenial dan pengaruh dari Ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka
agar dapat menjadi salah satu pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, sosial dan
budaya dengan memaksimalkan peranan teknologi informasi komunikasi.

Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun desuai dengan arahan tutor yaitu terdiri dari empat bab yaitu
Pendahuluan (terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat
Penulisan, Metode Penelitian dan sistematika Penulisan), Tinjauan Pustaka,
Pembahasan dan Penutup (terdiri dari Kesimpulan dan Saran) serta diakhir dengan
Daftar Pustaka.

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Ideologi sebagai hasil refleksi manusia mengadakan distansi terhadap dunia
kehidupannya sangat menentukan eksistensi dalam membimbing suatu bangsa dan
negara dalam mencapai tujuannya melalui berbagai realisasi pembangunan dan
kesejahteraan rakyat. Hal ini disebabkan adanya orientasi praksis, baik sebagai
sumber motivasi maupun sumber semangat dalam berbagai kehidupan manusia.2

Pancasila sebagai suatu ideologi bersifat terbuka, oleh karena itu Pancasila sebagai
ideologi bersifat aktual, dinamis antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan
dengan perkembangan zaman. Dalam Pancasila terdapat cita-cita dan nilai-nilai
yang bersifat tetap dan tidak berubah dan tidak langsung bersifat operasional.

Terdapat tiga tataran nilai dalam Ideologi Pancasila, yaitu nilai dasar, nilai
instrumental dan nilai praksis (Agus, 2016) dijelaskan sebagai berikut3:

1. Nilai dasar; adalah sesuatu yang bersifat abstrak dan tetap, terlepas dari
pengaruh dan perubahan waktu. Nilai dasar merupakan prinsip bersifat
abstrak dan umum, tidak terikat dengan waktu dan tempat.
2. Nilai instrumental; nilai yang bersifat kontekstual yang merupakan
penjabaran dari nilai Pancasila, merupakan arah kinerja untuk kurun waktu
tertentu dan kondisi tertentu.
3. Nilai praksis; nilai yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari baik secara
tertulis maupun tidak tertulis didalam organisasi kemasyarakatan, eksekutif,
yudikatif, legislatif dan sebagainya yang merupakan wujud penerapan dari
nilai-nilai Pancasila.

Sebagai ideologi yang bersifat terbuka dan bernilai praksis Pancasila memiliki tiga
dimensi yaitu dimensi idealistis, dimensi normatif, dan dimensi realistis4.

1. Dimensi idealistis: merupakan nilai dasar yang bersifat sistematis dan


rasional bersumber dari nilai-nilai filosofis Pancasila, yaitu filsafat

2
Zulmasyhur, (2019:99)
3
Anggraini, (2020)
4
Zulmasyhur, (2019:106)

4
Pancasila. Karena itu kadar dan kualitas idealisme yang terkandung mampu
memberikan harapan, optimisme dan motivasi untuk mencapai cita-cita.
2. Dimensi normatif; nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dijabarkan
dalam sistem norma agar dapat dijalankan dalam langkah operasional.
3. Dimensi realistis; mampu mencerminkan realitas yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat, dengan kata lain mampu dijabarkan dalam
kehidupan nyata dan sehari-hari, baik dalam masyarakat maupun dalam
aspek penyelenggaraan negara.

Karena itu upaya pengejawantahan Ideologi Pancasila dalam kehidupan


bermasyarakat di kalangan generasi milenial perlu diterapkan sesuai dengan kondisi
dan situasi masyarakat saat ini yang serba cepat dan berdinamika. Kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi sedianya dapat menjadi salah satu faktor dan
alat untuk menyebarluaskan dan menanamkan Ideologi Pancasila dalam kehidupan
nyata dan sehari-hari sehingga Pancasila sebagai ideologi dapat menjadi sistem
norma yang dapat dijalankan dan dipraktekan dalam setiap segi kehidupan
masyarakat.

BAB III PEMBAHASAN


Dalam pembahasan ini, penulis melakukan pengamatan di sosial media mengenai
perilaku pengguna, dibeberapa media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram
dan Whats App masih banyak informasi-informasi yang mencerminkan karakter
dan perilaku dari pengguna sosial media yang didominasi oleh kalangan milenial.
Penerapan ideologi Pancasila yang terlihat dalam aktivitas sosial media pada akhir-
akhir ini adalah

1. Sila Pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”; perilaku sosial media yang
mencerminka toleransi sebagai salah satu inti dari sila pertama adalah
dengan saling memberikan ucapan selamat hari raya Idul Fitri 1442 H yang
berbarengan dengan hari Kenaikan Isa Al Masih, 13 Mei 2021. Banyak
beredar di lini masa kartu ucapan digital yang menyandingkan pesan ucapan
yang memberikan semangat keberagaman dan toleransi.

5
2. Sila Kedua “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”; semangat solidaritas
kemanusiaan terlihat di lini masa ketika dukungan masyarakat Indonesia
atas Palestina makin kuat. Serangan Israel ke Palestina menjadi topik
perbincangan mengenai solidaritas, walaupun masih bernuansa agama.
Apabila lebih mendalami lini masa, terutama trending topik di twitter, sikap
solidaritas tidak hanya berasal dari Indonesia dan kaum muslim, dibeberapa
lini masa bertebaran utas yang mencerminkan solidaritas terhadap Palestina
walaupun berbeda suku, agama dan ras dan menjadi bahan perbincangan
hingga masuk ke trending topik.
3. Sila Ketiga”Persatuan Indonesia”; semangat persatuan juga tercermin di lini
masa ketika topik tertentu diketik. Yang sangat kental adalah ketika
mendalami topik Papua di lini masa, banyaknya pertukaran pendapat
membahas isu ini, menjadikan salah satu bukti bahwa generasi milenial
masih peduli terhadap persatuan bangsa, perdebatan yang mendukung
NKRI dan menbahas sisi kemanusiaan di Papua adalah salah satu titik utama
pembicaraan dalam isu ini.
4. Sila “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan”; ini terlihat jelas di lini masa bagaimana
setiap individu berpendapat mengenai opininya. Ada yang saling
menghargai, tetapi lebih menarik perhatian lini masa apabila silang
pendapat ini sudah keluar jalur, saling menghina dan merendahkan. Saling
berpendapat ini semakin memanas apabila memasuki tahun politik yang
biasanya digoreng dengan politik identitas.
5. Sila “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”; pembahasan
mengenai sila ini juga sangat kental di lini masa. Keadilan akan terciptanya
lapanga kerja, hidup layak, kemiskinan, korupsi adalah topik-topik yang
sangat sering menjadi trending topik, dan perhatian para warganet juga
cukup kritis dalam masalah ini.

Dari paparan diatas, pada dasarnya generasi milenial mempunyai perhatian yang
cukup tinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari total populasi
Indonesia 274,9 juta jiwa dengan lebih dari 125,6% sudah menggunakan koneksi

6
mobile (smartphone), dan 73,7% (202,6 juta) sudah terkoneksi dengan internet serta
61,8% (170 juta) menggunakan media sosial5, dan lebih dari 70 juta jiwa6
merupakan generasi milenial, sudah tidak dapat dipungkiri dan ditepikan betapa
masifnya pengaruh teknologi informasi dan komunikasi berperan dalam kehidupan
bangsa Indonesia.

Reaksi warganet terhadap isu-isu yang berkembang di lini masa secara tidak sadar
masih menepikan peranan Ideologi Pancasila terhadap pandangan mereka terhadap
suatu isu, hal ini menunjukkan peran dari Pancasila sebagai Ideologi terbuka dan
hakikat dari Pancasila sebagai yang memiliki tiga dimensi, yaitu dimensi idealis,
dimensi normatif dan dimensi realistis. Nilai praksis dimensi-dimensi ini dalam lini
masa tercermin sebagai berikut:

1. Dimensi Idelistis; seringkali perdebatan dan silang pendapat mengenai


berbagai hal yang pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama, yaitu
keadilan, persatuan, pengakuan hak azazi dan kebebasan berpendapat.
Empat topik ini merupakan esensi dari sila kedua sampai dengan sila ke
lima, dan topik ini merupakan topik yang selalu berulang tergantung dari
konteks permasalahan yang sedang terjadi saat itu.
2. Dimensi Normatif; selain tujuan yang ingin dicapai, perdebatan di warganet
juga sering membahas bagaimana bangsa Indonesia mencapai tujuan-tujuan
tersebut. Walau memang dengan bahasa yang terkadang kasar, kelewatan
dan tidak beretika, tapi motivasi yang dilakukan adalah kepedulian akan
nilai-nilai normatif yang terkandung pada pembukaan UUD 1945 Alinea ke
4 dapat dilaksanakan dan diterapkan ditengah masyarakat. Disini peran
legislatif, yudikatif dan eksekutif selalu menjadi pusat pembicaraan, karena
ada ditangan merekalah operasional bangsa dan negara ini.
3. Dimensi Realistis; dimensi ini juga paling sering menjadi topik
pembicaraan, kenyataan yang ada dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara adalah topik utama di lini masa warganet. Bahwa kehidupan yang

5
We Are Social, Hootsuite (Jan 2021)
6
Katadata.co.id (2020)

7
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila harus dijabarkan dalam kehidupan
sehari-hari.

Pembahasan dan diskusi mengenai Pancasila di lini masa selalu dibarengi oleh
topik-topik radikalisme, terorisme dan penguatan ideologi Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Ideologi Pancasila ditempatkan pada posisi
yang rentan untuk dijadikan diskursus di warganet, dan Pancasila sebagai Ideologi
menjadi suatu menara gading yang sulit dijangkau oleh masyarakat awam, sehingga
banyak warganet tidak merasa perlu untuk memahami dan mendalami Ideologi
Pancasila karena dianggap terlalu berat dan terlalu abstrak.

Ketidakpopuleran kata-kata dan topik “Ideologi Pancasila” di linimasa maupun di


warganet menjadi salah satu faktor menurunnya popularitas Pancasila di kalangan
generasi milenial. Bahkan di salah satu televisi swasta mengadakan vox populi
mengenai apakah generasi milenial hapal akan Pancasila, ternyata masih ada yang
salah dan keliru dalam mengucapkan sila-sila Pancasila, bahkan diantaranya ada
yang lupa dan tidak hapal.

Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara, bukan hnaya terletak pada aspek legal
formal sajatetapi harus hadir dan konkret dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.
Peran konkret Pancasila sebagai ideologi adalah sebagai berikut7:

1. Ideologi Pancasila adalah sebagai penuntun warga negara artinya setiap


perilaku warga negara harus didasarkan pada preskripsi moral. Oleh karena
itu diperlukan norma-norma penuntun yang jelas, baik dalam bentuk
persuasif, imbauan maupu penjabaran niali-nilai Pancasila ke dalam produk
hukum yang memberikan rambu yang jelas.
2. Ideologi Pancasila sebagai penolakan nilai-nilai yang tidak sesuai dengan
sila-sila Pancasila, yang bertentangan dengan nilai toleransi berkeyakinan,
hak-hak asasi manusia dan semangat persatuan.

7
Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi (2016: 136)

8
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
1. Pancasila sebagai Ideologi negara melekat dalam warga negara khususnya
generasi milenial lebih karena disebabkan karean Pancasila itu mempunyai
sifat sebagai ideologi yang terbuka, sehingga selalu dapat mengikuti
perkembangan zaman dan dinamika di dalam masyarakat.
2. Peran Pancasila sebagai Ideologi Terbuka seringkali tidak disadari oleh
sebagian besar warga negara Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, kondisi ini menyebabkan reputasi Pancasila sebgai ideologi
bangsa menjadi rendah, hal ini terjadi lebih karena ketidakpahaman warga
negara akan Ideologi Pancasila.
3. Kata “Pancasila” di lini masa selalu identik dengan pengentasan
radikalisme, terorisme dan idiom negatif lainnya, yang justru merugikan
Pancasila sendiri sebagai “brand” dari bangsa Indonesia jika selalu
disandingkan dengan hal-hal yang negatif.
4. Generasi milenial menjadi ujung tombak dalam penerapan Ideologi
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan akan memainkan
peranan penting dalam kehidupan bangsa dan negara dalam beberapa tahun
kedepan.

Saran
1. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadi salah satu
peluang untuk menghadirkan Ideologi Pancasila di tengah bangsa Indonesia
dengan menggunakan penerapan strategi yang baik agar tidak terjadi umpan
balik yang negatif.
2. Para pemangku kepentingan perlu dengan rendah hati untuk mengajak
generasi milenial akar rumput agar bersama-sama menghadirkan ideologi
Pancasila di tengah kehidupan bangsa dan negara.

9
DAFTAR PUSTAKA
Zulmasyhur, 2019. Pendidikan Pancasila; Buku Ajar untuk Perguruan Tinggi,
Jakarta: Lembaga Edukasi dan Advokasi Demokrasi dan Ekonomi Rakyat.

RISTEKDIKTI, 2016. Pendidikan Pancasila; Buku Ajar Mata Kuliah Wajib


Umum, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan,
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

KEMENPPA & BPS, 2018. Statistik Gender Tematik; Profil Generasi Milenial
Indonesia, Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak.

Anggraini, Dewi., Fathari, Fauzal., Anggara, J.W., & Al Amin, M.D.A. (2020).
Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila Bagi Generasi Milenial. Jurnal Inovasi
Ilmu Sosial dan Politik, Vol 2(1), 11 – 18.

Agus, A. A. (2016). Relevansi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka di Era


Reformasi. Jurnal Office, 2(2), 229–238.

10

Anda mungkin juga menyukai