Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

EKSISTENSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA


MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASIS

Dosen Pengampu :
WENDHY YANUAR PRATHAMA, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH :
ISMA’EL
22112025

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER


FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMATIKA
UNIVERSITAS NURDIN HAMZAH
JAMBI 2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Eksistensi Pancasila sebagai Ideologi Terbuka Menjawab Tantangan
Globalisasis”. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah PPKN.
Selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu melalui
kesempatan yang baik ini kami mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar- besarnya kepada Bapak Wendhy Yanuar Prathama, S.H., M.H. Selaku dosen
Pengampu mata kuliah PPKN.

Tidak lepas dari kekurangan-kekurangan dalam penulisan ini, sehingga apa yang
tertulis dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Karena apabila ada kritik
maupun saran dari manapun datangnya akan penulis terima dengan ketulusan hati.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap agar makalah yang telah
penulis buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Jambi, 10 Juni 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................. 3

BAB II Landasan Teori


2.1 Pengertian Pancasila............................................................................... 4
2.2 Pengertian Ideologi................................................................................. 6
2.3 Pengertian Globalisasi............................................................................ 7

BAB III Pembahasan


3.1 Eksistensi Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia....................... 12
3.2 Globalisasi Menjadi Tantangan bagi Bangsa Indonesia......................... 13
3.3 Tantangan Masyarakat Menghadapi Budaya yang Tidak Sesuai
Pancasila ................................................................................................. 15

BAB IV Penutup
4.1 Kesimpulan............................................................................................. 19
4.2 Saran....................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang semakin pesat dan tidak bisa dihindari


menciptakan tatanan kehidupan baru bagi manusia modern. Perkembangan
teknologi dan globalisasi memudahkan berjalannya proses integrasi
internasional untuk menukar pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-
aspek kebudayaan lainnya tampak tanpa batas. Kebebasan globalisasi secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi perkembangan moral
bagi berbagai kalangan terutama remaja generasi z saat ini. Dampak positifnya
adalah kontribusi aktif pada dunia ilmu pengetahuan, kemajuan peradaban, dan
akses komunikasi. Sementara dampak negatif yang tidak kalah banyak dapat
mempengaruhi perkembangan degradasi sosial, tingkah laku, dan moral. Pada
era globalisasi manusia mulai meninggalkan cara-cara konvensional dalam
menjalani kehidupannya dan digantikan oleh gaya hidup. Hal ini dapat terlihat
pada orang-orang yang semakin terlena dengan kemajuan teknologi bersumber
dari handphone, internet, dan televisi. Mereka sibuk mencoba hal baru tanpa
peduli batasannya dan lingkungan sekitarnya.

Maka dari itu, perlu untuk melakukan reaktualisasi nilai-nilai Pancasila


untuk masyarakat Indonesia. Pancasila sendiri juga tersusun sesuai nilai-nilai
kebangsaan melalui proses sejarah yang cukup panjang sejak jaman Kerajaan
Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah serta
menguasai bangsa Indonesia yang dalam perjalanan hidupnya berjuang untuk
menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka, mandiri serta
memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat
bangsa yang berbeda dengan bangsa yang lain, yang oleh pendiri negara
dirumuskan dalam suatu rumusan sederhana namun mendalam meliputi lima
prinsip ideologi yang mempunyai ciri khas, karakter, dan sifat bangsa.

1
2

Berdasarkan falsafah Pancasila, manusia Indonesia adalah makhluk


ciptaan Tuhan yang mempunyai naluri, akhlak, daya pikir, dan sadar akan
keberadaannya yang serba terhubung dengan sesamanya, lingkungannya, alam
semesta, dan penciptanya. Kesadaran ini menumbuhkan cipta, karsa, dan karya
untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya dari generasi ke
generasi (Sumarsono dkk 2007).

Sifat-sifat pada ideologi pancasila tidak kaku dan tidak tertutup, akan
tetapi reformatif, dinamis, dan terbuka. Keterbukaan ideologi Pancasila tersebut
bukan berarti mengubah nilai yang ada di dalamnya. Dengan kata lain,
Pancasila bisa hidup di berbagai zaman dan mampu mengatur kondisi dinamika
masyarakat yang sering mengalami perubahan terutama dalam menghadapi
dampak negatif dari perkembangan teknologi dan globalisasi. Kelangsungan
hidup negara dan bangsa Indonesia di era globalisasi, mengharuskan kita
melestarikan nilai nilai pancasila yang sekarang mulai luntur, agar generasi
penerus bangsa tetap dapat mengamalkan nilai-nilai pancasila serta nilai-nilai
yang luhur tetap terjaga dan menjadi pedoman bangsa Indonesia sepanjang
masa.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana eksistensi Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia?


2. Mengapa globalisasi menjadi tantangan bagi Bangsa Indonesia?
3. Apa tantangan masyarakat dalam menghadapi budaya masa kini yang tidak
sesuai dengan Pancasila?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum:

1. Mengetahui pengertian Pancasila sebagai idiologi terbuka.


2. Mengetahui pengertian idiologi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
3. Mengetahui pengertian globalisasi yang menjadi bentuk perubahan
dalam suatu negara.
3

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan eksistensi pacasila sebagai idiologi Bangsa


Indonesia.
2. Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab adanya globalisasi.
3. Mendeskripsikan tantangan masyarakat dalam menghadapi budaya
masa kini yang tidak sesuai dengan Panacasila.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Penulis

Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan


kompetensi penulis terhadap eksistensi ideologi Pancasila yang bersifat
terbuka sehingga dapat menjadi landasan berpijak terhadap globalisasi.

1.4.2 Bagi Pembaca

Menambah wawasan dan pemahaman mengenai teknologi di era


globalisasi sehingga dapat mewujudkan intergrasi internasional serta
meningkatkan kembali sifat-sifat pada ideologi Pancasila untuk
menguatkan pandangan hidup di era globalisasi.
B
AB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pancasila

Pancasila adalah pilar ideologis negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dai bahasa Sansakerta: “panca” berarti lima dan “sila” berarti lima
prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Berikut adalah lima ideologi utama penyusun Pancasila adalah 5 sila


Pancasila, yang tercantum pada alinea ke-4 dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Sekalipun terjadi perubahan isi dan urutan lima sila Pancasila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun
1945, tanggal 1 Juni diperingati bersama sebagai hari lahirnya Pancasila.

Pada tanggal 1 Maret 1945 dibentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan


Kemerdekaan Indonesia, yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung
(K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat. Dalam pidato pembukaannya, dr. Radjiman
antara lain mengajukan pertanyaan kepada anggota-anggota Sidang, "Apa dasar
Negara Indonesia yang akan kita bentuk ini?”

Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi,


terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu:
1. Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei
1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut:
4
5

• Perikebangsaan
• Perikemanusiaan
• Periketuhanan
• Perikerakyatan
• Kesejahteraan rakyat
Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada
sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama
berkembang di Indonesia. Mohammad Hatta dalam memoarnya
meragukan pidato Yamin tersebut.

2. Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945
dalam pidato spontannya yang kemudian dikenal dengan judul "Lahirnya
Pancasila". Soekarno mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut:
Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme, Kemanusiaan atau
internasionalisme, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial,
Ketuhanan yang berkebudayaan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh
Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya:
Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme,
mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya.
Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan
petunjuk seorang teman kita ahli bahasa - namanya ialah
Pancasila. Sila artinya asas atau dasar, dan di atas kelima dasar
itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.

Sebelum sidang pertama itu berakhir, dibentuk suatu Panitia Kecil yang
bertugas untuk:
• Merumuskan kembali Pancasila sebagai dasar Negara berdasarkan pidato
yang diucapkan Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.
• Menjadikan dokumen itu sebagai teks untuk memproklamasikan
Indonesia Merdeka.

Dari Panitia Kecil itu dipilih 9 orang yang dikenal dengan Panitia
Sembilan, untuk menyelenggarakan tugas itu. Rencana mereka itu disetujui pada
tanggal 22 Juni 1945 yang kemudian diberi nama Piagam Jakarta. Setelah
6

Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa


dokumen penetapannya ialah:
• Rumusan Pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni
1945
• Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 - tanggal 18
Agustus 1945
• Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat -
tanggal 27 Desember 1949
• Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara -
tanggal 15 Agustus 1950
• Rumusan Kelima: Rumusan Pertama menjiwai Rumusan Kedua dan
merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan Konstitusi (merujuk Dekret
Presiden 5 Juli 1959)

Presiden Joko Widodo pada tanggal 1 Juni 2016 telah menandatangani


Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir
Pancasila sekaligus menetapkannya sebagai hari libur nasional yang berlaku
mulai tahun 2017.

2.2 Pengertian Ideologi

Istilah ideologi pertama kali dicetuskan oleh seorang filsuf Perancis, yang
bernama Destutt de Tracy. Secara etimologis, kata “ideologi” berasal dari bahasa
Perancis, yaitu: Idéo, yang berarti ide, cita-cita, gagasan, pemahaman,
memandang, atau melihat. Logia atau logie, yang berarti logika atau alasan. Jadi,
secara bahasa arti ideologi adalah seperangkat ide yang membentuk kepercayaan
dan pemahaman untuk mewujudkan cita-cita manusia. Secara umum, pengertian
Ideologi adalah kumpulan ide-ide dasar, gagasan, kepercayaan dan keyakinan
yang sistematik sesuai dengan arahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ada juga yang menyatakan bahwa, definisi ideologi adalah sebagai visi
yang holistik, sebagai cara memandang semua hal secara umum dan serangkaian
arahan filosofis yang diterapkan oleh kelas penguasa kepada semua anggota
masyarakat. Istilah ideology terkait erat dengan berbagai bidang kehidupan
7

manusia, yaitu di antaranya: Politik (Hukum, Pertahanan dan Keamanan), sosial,


budaya, dan agama.

Fungsi dari ideologi Pancasila adalah sebagai sarana pemersatu bangsa


Indonesia, membimbing dan mengarahkan bangsa Indonesia untuk mencapai
tujuan. Pancasila dianggap sebagai ideologi nasional karena selain berfungsi
sebagai cita-cita normatif penyelenggaraan bernegara, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai yang disepakati bersama, karena
itu juga Pancasila berfungsi sebagai sarana atau alat pemersatu masyarakat yang
dapat mempersatukan berbagai golongan masyarakat di Indonesia. Pancasila
berfungsi sebagai pandangan cara hidup bernegara. Pancasila dapat
menumbuhkan jiwa patriotisme dan nasionalisme.

Ideologi Pancasila berfungsi sebagai pedoman bangsa Indonesia dan


masyarakat yang hidup di dalamnya. Dengan tidak adanya Pancasila, banyak
kehidupan masyarakat Indonesia akan dirugikan. Ideologi-ideologi asing dapat
masuk ke Indonesia, tanpa bangsa Indonesia mengolah kembali. Praktik
ketidaksetaraan seperti rasisme atau biasa disebut SARA akan marak terjadi di
lingkungan sekitar. Hal ini memungkinkan terjadinya kesenjangan sosial di
antara masyarakat Indonesia. Indonesia dapat melestarikan dan memperkuat
ideologi dengan cara menerapkan sila-sila Pancasila, seperti rukun antar agama,
saling gotong royong, tidak memandang rendah suku, ras, golongan, atau agama
lain.

2.3 Pengertian Globalisasi

Globalisasi adalah proses mendunianya suatu hal sehingga batas antara


negara menjadi hilang. Globalisasi didukung oleh berbagai faktor, seperti
perkembangan teknologi, transportasi, ilmu pengetahuan, telekomunikasi, dan
sebagainya yang kemudian berpengaruh pada perubahan berbagai aspek
kehidupan dalam masyarakat. Misalnya dalam aspek ekonomi, globalisasi
menimbulkan terbentuknya pasar bebas yang membuat perdagangan antar negara
dapat dilakukan lebih bebas.
8

Globalisasi ekonomi pada intinya adalah suatu kegiatan ekonomi atau


perdagangan internasional yang terintegrasi dan terjadi tanpa batas batasan
wilayah negara. Globalisasi perekonomian ini memudahkan keluar masuknya
barang dari dalam maupun luar negeri. Seiring berjalannya waktu, globalisasi
memberikan pengaruh yang besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi
banyak negara.

• Faktor penyebab globalisasi


Berikut pendorong terjadinya proses globalisasi:
1. Perkembangan teknologi informasi dan transportasi.
Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan
transportasi membuat kegiatan jual beli antar negara menjadi lebih
mudah. Kini kita bisa transaksi dengan pembeli/penjual di negara
lain tanpa tatap muka lewat e-commerce.
2. Meningkatnya kerja sama internasional
Kerja sama internasional memudahkan terjadinya
transaksi antar negara, yang kemudian turut meningkatkan jumlah
produk yang masuk dari luar negeri dan juga sebaliknya. Proses
globalisasi pun terus terjadi lebih perdagangan internasional ini.
3. Kemudahan Transportasi
Pengiriman barang dan jasa antar negara menjadi lebih
mudah sehingga banyak produk asing yang masuk dan menjadi
bagian dalam kehidupan masyarakat. Tidak jarang produk asing
ini kemudian diadaptasi oleh masyarakat setempat sehingga
terjadi penggabungan kebudayaan.
4. Ekonomi Terbuka
Perdagangan global yang terjadi saat ini dikarenakan
negara-negara di dunia semakin terbuka satu sama lain sehingga
terjadi pertukaran produk dari satu negara ke negara lain. Produk
ini sendiri tidak lepas dari elemen dan budaya negara asalnya,
yang kemudian bisa saja mempengaruhi negara lain. Misalnya
produk kecantikan asal Korea yang mengandung bahan-bahan
yang tidak umum ditemukan di Indonesia, namun karena
popularitas produk
9

kecantikan ini membuat anggapan “cantik ala Korea” banyak


diadaptasi oleh produk-produk lokal.

• Aspek globalisasi
Dalam perkembangannya, globalisasi mempengaruhi 3 aspek yaitu:
1. Aspek Ekonomi
Dapat dilihat dari meningkatnya perdagangan
internasional di mana kini segala transaksi jual beli antar negara
dapat dilakukan dengan mudah melalui berbagai macam e-
commerce seperti Tokopedia, Amazon, e-bay, dan lain-lain.
2. Aspek Sosial Budaya
Dapat dilihat dari proses masuknya nilai, norma, cara
hidup, hingga praktik kebudayaan secara terintegrasi dalam
kehidupan masyarakat. Hal ini merujuk kepada berbagai perilaku
masyarakat yang tengah dipengaruhi oleh budaya global.
Contohnya seperti pengaruh tren musik dari Amerika Serikat,
kecantikan dan fashion ala Korea karena adanya pengaruh K-Pop,
dan lain-lain.
3. Aspek Politik
Era globalisasi membuat banyak terciptanya kerja sama
politik seperti World Trade Organization (WTO), world bank, dan
lain-lain. Aspek politik di era globalisasi juga dapat dilihat dari
maraknya kegiatan politik untuk mempromosikan nilai - nilai
universal secara luas atau global, yakni seperti masalah
lingkungan, kesetaran, hak asasi manusia, dan lain sebagainya.

• Ciri-ciri globalisasiCiri-ciri
Globalisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terjadinya kemajuan dan perkembangan teknologi dalam
berbagai aspek, contohnya saja dengan kehadiran internet yang
memudahkan komunikasi antar satu sama lain menjadi lebih
efisien
10

2. Terjadinya kerjasama ekonomi antar negara di dunia yang


menyebabkan adanya ketergantungan antara pasar dan produksi
ekonomi negara. Kesepakatan kerjasama inilah yang membuat
proses globalisasi terus berjalan tanpa henti.
3. Munculnya berbagai macam masalah bersama yang harus
diselesaikan, contohnya seperti pencemaran lingkungan, krisis
multinasional, dan lain sebagainya.
4. Terjadinya interaksi yang mengakibatkan adanya pertukaran
budaya atau akulturasi tanpa disadari. Seiring berkembangnya
zaman dan perkembangan teknologi, pertukaran budaya semakin
mudah terjadi dan cepat mempengaruhi satu sama lain. Misalnya
saja budaya K-Pop yang tengah ramai bukan hanya di Indonesia,
namun juga di dunia.

Globalisasi memiliki dampak positif dan negatif dalam kehidupan


masyarakat, berikut di antaranya:
• Dampak positif
1. Masyarakat antar negara dapat berinteraksi lebih mudah dengan
kemajuan teknologi.
2. Peningkatan perdagangan internasional dan kegiatan wisata ke
luar negeri karena kemajuan transportasi.
3. Pengembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat.
4. Penyebaran informasi yang tidak dibatasi oleh jarak antar negara.
5. Terjalinnya hubungan internasional antar negara yang semakin
baik.
• Dampak negatif
1. Lunturnya nilai-nilai kebudayaan asli masyarakat karena mulai
melebur dengan budaya asing dari luar.
2. Nilai-nilai kehidupan masyarakat dari luar negeri ikut masuk
seperti konsumerisme dan hedonisme.
3. Masuknya pola hidup yang berbeda dengan gaya hidup
masyarakat lokal, khususnya pola hidup dari negara barat.
11

4. Kehidupan pertanian yang mulai ditinggalkan karena masyarakat


agraris yang beralih menjadi masyarakat industri.
5. Kerusakan lingkungan dan peningkatan polusi udara.

Pada dasarnya, globalisasi bukanlah hal yang buruk dan memiliki banyak
manfaat, yaitu seperti semakin berkembangnya teknologi informasi dan
komunikasi yang tentu memudahkan proses interaksi dan pencarian wawasan
atau ilmu pengetahuan yang lebih efisien. Cara paling penting untuk menghadapi
era globalisasi adalah untuk mengatur cara berpikir agar tetap kritis dalam
menerima berbagai informasi dari media massa, sehingga tidak menghilangkan
nilai, budaya, dan adat istiadat yang kita miliki.

Mempelajari budaya asing menjadi salah satu hal yang penting untuk
dilakukan dan dipelajari, namun harus tetap disaring untuk mencegah hilang atau
pudarnya budaya lokal yang dimiliki. Beberapa upaya menghadapi globalisasi
dapat dicontohkan dengan tetap mencintai produk dalam negeri,
mengembangkan usaha mikro, meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya
nasional, dan lain sebagainya.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Eksistensi Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia

Pancasila merupakan dasar Negara dan pandangan hidup bangsa


Indonesia. Sebagai dasar Negara, Pancasila dijadikan sebagai dasar dalam
membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai suatu ideologi
bangsa dan Negara Indonesia, Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai adat-
istiadat, nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan
hidup masyarakat Indonesia. Nilai yang ada dalam Pancasila memiliki
serangkaian nilai, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan. Kondisi bangsa Indonesia saat ini dapat identifikasi dengan melihat
prilaku dan kepribadian masyarakat Indonesia yang tercermin dari tingkah laku
sehari-hari. Globalisasi tidak bisa dihindarkan. Globalisasi yang menjadikan
semua Negara seakan tiada batas. Untuk itu perlunya Pancasila sebagai
penyaring dari arus globalisasi. Perlunya pembudayaan nilai-nilai Pancasila tidak
sekedar memahami saja, namun harus dihayati dan diwujudkan dalam
pengalamannya oleh setiap diri pribadi dan seluruh masyarakat sehingga
menumbuhkan kesadaran dan kebutuhan untuk melaksanakan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila.

Pancasila merupakan ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang


digagas oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945. Pancasila dijadikan ideologi
negara Indonesia dengan tujuan segala kehidupan berbangsa dan bernegara harus
berlandaskan Pancasila. Pancasila memiliki beberapa fungsi diantaranya: jiwa
dan kepribadian bangsa, perjanjian luhur, sumber dari segala sumber hukum,
serta cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia. Pancasila terdiri dari lima sila.
Kelima sila itu adalah: Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusayawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Masing-masing sila memiliki makna yang berbeda
namun tetap saling berkaitan.

12
13

Pancasila merupakan dasar Negara dan pandangan hidup bangsa


Indonesia. Sebagai dasar Negara, Pancasila dijadikan sebagai dasar dalam
membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai suatu ideologi
bangsa dan Negara Indonesia, Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai adat-
istiadat, nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan
hidup masyarakat Indonesia. Nilai yang ada dalam Pancasila memiliki
serangkaian nilai, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan. Kondisi bangsa Indonesia saat ini dapat identifikasi dengan melihat
prilaku dan kepribadian masyarakat Indonesia yang tercermin dari tingkah laku
sehari-hari. Globalisasi tidak bisa dihindarkan. Globalisasi yang menjadikan
semua Negara seakan tiada batas. Untuk itu perlunya Pancasila sebagai
penyaring dari arus globalisasi. Perlunya pembudayaan nilai-nilai Pancasila tidak
sekedar memahami saja, namun harus dihayati dan diwujudkan dalam
pengalamannya oleh setiap diri pribadi dan seluruh masyarakat sehingga
menumbuhkan kesadaran dan kebutuhan untuk melaksanakan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila.

3.2 Globalisasi Menjadi Tantangan bagi Bangsa Indonesia

Globalisasi merupakan sebuah era baru di mana meluasnya pengaruh


ilmu pengetahuan dan budaya di seluruh dunia. Globalisasi dapat mempermudah
peluang ekspor dan menjual barang ke pasar internasional. Namun, globalisasi
saat ini bisa dikatakan sebagai bentuk penjajahan model baru atau tantangan bagi
bangsa Indonesia karena perkembangan globalisasi yang semakin pesat dapat
memicu gaya hidup kosumerisme, dimana seseorang suka memakai barang-
barang hasil produksi secara berlebihan. tidak hanya itu, globalisasi juga dapat
menyebabkan terjadinya Westernisasi, keadaan dimana masyarakat Indonesia
lebih mengedepankan budaya barat daripada budaya lokal. Lebih parahnya lagi
globalisasi dapat memicu terjadinya ateisme dan pelanggaran HAM hal ini bisa
terjadi karena masyarakat Indonesia mulai melupakan nilai-nilai luhur pancasila
yang seharusnya menjadi sumber hukum dan pandangan hidup bagi seluruh
rakyat indonesia didalam kegiatan sehari-hari ataupun dalam kegiatan
keagamaan.
14

Sosial dan budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat di


Indonesia. Sosial yang berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan
masyarakat sekitar. Dan budaya yang berarti segala sesuatu yang mengandung
cinta dan rasa. Sosial budaya juga berkaitan erat dengan nilai-nilai pancasila dan
menjadi pedoman dalam bersosial dan berbudaya. Dewasa ini tidak mudah
dalam menciptakan sosial budaya dengan ciri khas Indonesia dan berdasarkan
pancasila mengingat semakin besarnya dampak dari arus globalisasi yang
ada. Dalam lingkup sosial sekarang masyarakat lebih menjadi seorang yang
individualis, sedangkan dalam lingkup budaya masyarakat sekarang lebih senang
menirukan budaya yang kurang baik. Sosial dan budaya ini termasuk juga dalam
sikap, etika, dan karakter warga negara. Ketiganya sekarang sudah menyimpang
dari norma norma kemasyarakatan. Tidak hanya terjadi dalam masyarakat saja,
namun para petinggi negara yang kurang dalam budaya jujur dan bertanggung
jawab atas amanah yang diberikan.

Masuknya budaya barat di Indonesia tidak hanya karena mudahnya


budaya tersebut masuk, tetapi juga karena mudahnya masyarakat yang menerima
tanpa memilah terlebih dulu budaya tersebut. Kurangnya pengetahuan agama
juga menjadi salah satu faktor dalam masuknya budaya barat, pengetahuan akan
ilmu agama sangat penting dan bermanfaat dikalangan remaja, dimana
pengetahuan agama akan mengontrol diri para remaja dan menghindari
perbuatan yang buruk. Selain itu kurangnya peran utama orang tua dalam
pengawasan. Orang tua bertanggung jawab terhadap perilaku dan pergaulan
anaknya ketika di luar rumah. Seorang anak akan mencari kebahagian di tempat
lain atau dengan teman- temannya ketika mereka merasa orang tuanya kurang
peduli dan merasa tidak disayangi ketika berada dalam lingkungan keluarga.
Akibatnya perilaku para remaja saat ini sudah tidak mencerminkan
sosial dan budaya luhur bangsa dengan nilai dan norma yang ada. Dalam norma-
norma sosial budaya, lingkungan keluarga dan pendidikan agama menjadi bagian
penting dalam menciptakan sosial budaya yang positif karena akan berdampak
bagi Sumber Daya Manusia.

Sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat saat kini sudah banyak
yang menyimpang dari nilai-nilai moral pancasila. Penyimpangan ini dapat
15

dilihat secara nyata dan dominan terjadi pada generasi milenial sekarang
yang suka
16

mencontoh budaya barat, misalnya dalam cara berpakaian dan kebiasaan


perilaku. Cara berpakaian remaja yang mencontoh budaya barat saat ini sudah
sering diperbincangkan keberadaannya. Kebiasaan perilaku budaya barat juga
dijadikan sebagai kebiasaan baru, kalau saja kebiasaan yang dicontoh adalah
budaya baiknya Indonesia. Tetapi sayangnya kebiasaan perilaku yang ditiru
adalah budaya buruknya seperti seks bebas, narkoba, alkohol, dan lain
sebagainya. Budaya barat yang masuk ke Indonesia dapat dengan mudah
diterima di kalangan remaja, hal ini terjadi karena kurang tersaringnya budaya
barat yang masuk di Indonesia. Namun, terdapat juga budaya luar yang masuk
dapat ditiru sebagai contoh kebiasaan yang baru dan baik di kacamata generasi
milenial saat ini, seperti kedisiplinan waktu, menghargai waktu, dan pekerja
keras.Hal tersebut akan berdampak baik dalam sosial budaya di masyarakat.

Karena Globalisasi adalah suatu integrasi internasional yang terjadi


karena pertukaran dunia. Globalisasi membentuk hubungan lintas negara dan
lalu lintas yang memperlihatkan adanya ketergantungan satu dengan yang lain
serta saling membutuhkan dan melengkapi.Globalisasi mempunyai pengaruh
dalam mendorong munculnya perubahan yang berlaku di kehidupan sekarang.
Globalisasi bisa menjadi tantangan bagi suatu negara salah satunya ialah negara
Indonesia. Globalisasi juga memiliki dampak negatif bagi negara Indonesia.
Dampak negatif nya adalah lunturnya budaya asli yang seharusnya di lestarikan,
terjadinya perubahan gaya hidup Masyarakat yang ke barat baratan, adanya
kesenjangan sosial di masyarakat, serta munculnya sikap sikap yang
menyimpang dari nilai pancasila.Jika kita perhatikan dampak negatif inilah yang
menjadikan globalisasi menjadi tantangan yang serius bagi bangsa Indonesia.

3.3 Tantangan Masyarakat Menghadapi Budaya yang Tidak Sesuai Pancasila

Setiap bangsa berkembang berkat interaksi dengan bangsa lainnya.


Masyarakat harus terbuka dengan dunia luar, tetapi juga harus kokoh dengan
akar budaya bangsa kita. Harus diakui globalisasi telah menempatkan kita
dalam satu gerbong dunia yang terus mengalami perubahan-perubahan secara
cepat di segala aspek kehidupan. Globalisasi mempunyai dampak positif dan
17

dampak negatif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Tilaar (1998) bahwa


dampak
18

positifnya akan menyebabkan munculnya masyarakat megakompetisi, di mana


setiap orang berlomba untuk berbuat yang terbaik untuk mencapai yang terbaik
pula. Sedangkan sisi negatif dari globalisasi sebagai sebuah proyek kultural
berdampak pada semua dimensi kehidupan tidak saja memadatkan ruang dan
waktu, tetapi juga menimbulkan kompleksitas interaksi manusia dan
kegelisahan sosial. Ia menyempitkan ruang gerak sosial dan mengaburkan
identitas kultural. Dalam keadaan seperti ini Alberto Melluci melihat terjadinya
transformasi budaya yang sangat luar biasa dalam masyarakat kontemporer.
Manusia saat ini hidup dalam keadaan modern, baik dari aspek teknologi
maupun komunikasi di mana dalam kemajuan dua bidang ini sangat
berimplikasi terhadap lunturnya nilai-nilai luhur yang ada pada suatu bangsa
(Indonesia). Kemajuan tersebut juga telah memberikan ekses negatif kepada
pola pikir dan perilaku masyarakat. Tidak begitu sulit untuk mencari
perumpamaan bahwa budaya asing sedikit demi sedikit telah menggerogoti
nilai-nilai budaya tanah air, seperti narkoba, free sex, hedonisme, dan lain
sebagainya yang seakan menjadi trend bagi sebagian kalangan masyarakat
Indonesia.

Dalam kehidupan moral dan sosial misalnya pemandangan paradoks


antara nilai dan fakta serta dalam konteks kehidupan masyarakat yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dapat dilihat masih besarnya kesenjangan
antara konsep dan muatan nilai yang tercermin dalam aturan normatif
konstitusional maupun budaya lokal negara sendiri. Orientasi kehidupan global
yang individualis, hedonis, dan materialistik tersebut mampu menggeser
berbagai sistem nilai sosial, moral, dan sebagainya. Tentu hal tersebut harus
segera diatasi. Dalam menghadapi kondisi tersebut perlu upaya revitalisasi
nilai- nilai luhur Pancasila, dan hal ini sangat mendesak dilakukan.
Dikarenakan nilai- nilai luhur budaya lokal merupakan akar kebangsaan kita
yang berfungsi sebagai tempat berpijak bagi peradaban kita dalam mengarungi
era globalisasi.

Pancasila sebagai dasar negara kemudian dihadapkan pada fenomena


globalisasi. Globalisasi membawa tatanan baru dengan menghapus batas antar
negara. Dampak negatif dapat terasa jika banyak budaya asing masuk ke
19

Indonesia lalu menggerus nilai-nilai asli bangsa Indonesia. Budaya ramah,


sopan, tolong menolong, saling menghormati, gotong royong, dan lain
20

sebagainya mulai terlupakan disebabkan sebagian masyarakat terlalu


menikmati kemodernan yang terjadi seakan-akan kehilangan identitas aslinya,
sehingga muncul karakter baru pada mereka yang justru tidak sejalan dengan
budaya aslinya. Sebagai contoh, globalisasi ini telah mempengaruhi salah satu
aspek budaya kita, yaitu gotong royong (Tinggi et al., 2011). Dikarenakan
globalisasi membawa Indonesia pada masyarakat yang lebih individualis.

Pancasila memiliki kedudukan yang tetap sebagai ideologi, artinya isinya


tidak boleh diubah-ubah. Namun, Pancasila sendiri memiliki sifat yang lebih
terbuka dan tidak tertutup terhadap perubahan pola kehidupan yang terjadi pada
masyarakat. Pancasila bersifat aktual dan mampu menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman. Pancasila memiliki peranan penting sebagai filter
(penyaring) nilai-nilai baru. Rakyat Indonesia perlu untuk dapat menyesuaikan
diri dengan cepat terhadap perkembangan zaman, tetapi Pancasila diperlukan
untuk mempertahankan nilai budaya asli. Pancasila dapat digunakan untuk
memilah mana saja nilai yang dapat diserap untuk kemudian disesuaikan
dengan nilai-nilai Pancasila sendiri.

Salah satu strategi menghadapi globalisasi adalah dengan cara


memperkuat akar kebangsaan. Secara sederhana, kearifan lokal nilai-nilai
Pancasila dapat dikatakan sebagai sekumpulan tata nilai yang dipegang dan
dijalankan oleh masyarakat dengan mengacu pada nilai-nilai hubungan antara
manusia dengan ketuhanan, sesama manusia, budaya setempat, dan nilai-nilai
yang berlaku dalam masyarakat. Pancasila dapat mengatur segala komponen
yang membentuk struktur keberadaan suatu bangsa. Hal itu meliputi cara hidup
berbangsa bernegara, mengatur norma sesuai kearifan lokal, keberagaman,
warisan luhur bangsa, serta nilai-nilai bangsa, dan manusia sebagai warga
negara yang mengelola sumber daya bangsanya. Upaya pembatasan globalisasi
melalui Pancasila bukan berarti menghambat proses integrasi internasional
ataupun budaya namun sebagai pembangun batas apa yang diterima pengaruh
dari dunia luar yang merugikan dan bersifat negatif.

Hubungan antar suku bangsa Indonesia belum harmonis karena masih


ada suku bangsa yang mendominasi suku bangsa lain yang lebih kecil.
Globalisasi
21

dan keterbukaan saat ini telah memperkuat paham etnosentrisme dan


primordialisme sehingga beberapa suku bangsa di Indonesia ingin mendirikan
negara merdeka baru. Tentu saja keinginan ini mengancam eksistensi NKRI,
yang akhirnya akan memunculkan konflik sosial dengan kekerasan.

Akibat dari konflik sosial salah satunya adalah memudarnya jati diri
bangsa. Jati diri (human character) adalah suatu sifat, watak, rasa, akal,
kehendak, semangat, roh kesadaran dan kekuatan yang terdapat dalam jiwa
manusia sebagai hasil dari proses belajar tentang nilai-nilai budaya yang luas
dan yang muncul dalam perilaku tindakan. Untuk mengatasi memudarnya jati
diri bangsa adalah dengan menumbuhkan jati diri yang berbasis kepada budaya
dan kepribadian bangsa. Jati diri yang telah tersusun harus berbasis kepada
budaya dan kepribadian bangsa Indonesia meliputi sifat-sifat: religius, humanis,
naturalis, terbuka, demokratis, integrasi yang harmonis, nasionalisme,
patriotisme, berkomitmen terhadap kebenaran, jujur, adil, profesional,
berwawasan IPTEK, mandiri, etis, moralis, taat hukum, berjiwa sosial, berjiwa
kultural, berjiwa seni, dan berjiwa estetika.

Hendaknya semua pihak meyakini bahwa pembangunan jati diri bangsa


Indonesia memiliki tujuan akhir, yaitu memperoleh persatuan dan kesatuan
bangsa. Jati diri inilah yang membangun dan mengembangkan bangsa agar
memiliki identitas diri secara komprehensif sebagai pribadi yang percaya
kepada diri sendiri, percaya akan potensi dengan kemampuan sendiri,
mempertahankan harga diri, bersikap terbuka dan moderat. Bangsa dan negara
Indonesia akan menjadi bangsa dan negara besar. Oleh karena itu harus
memiliki identitas diri dan jati diri yang khas yang berbeda dengan bangsa dan
negara lainnya. Sehingga bangsa Indonesia akan memberikan sumbangan besar
bagi peradaban umat manusia dikemudian hari. Penguatan keberadaan
Pancasila akan membentengi bangsa Indonesia dari pengaruh negatif yang
berasal dari luar. Dengan demikian bangsa Indonesia mampu mengarungi
globalisasi tanpa kehilangan jati diri bangsa.
22

B
AB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perkembangan teknologi dan globalisasi memang dapat memudahkan


kita untuk melakukan proses integrasi internasional untuk menukar pandangan
dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya tampak tanpa
batas. Tetapi, dengan adanya globalisasi ini kita harus dapat menyaring apa saja
yang masuk ke dalam negeri ini. Maka dari itu, kita perlu menerapkan nilai nilai
pancasila yang ada menjadi pedoman hidup kita sehari hari dalam menghadapi
globalisasi dari berbagai macam hal.

4.2 Saran

Sebagai masyarakat Indonesia sangat diwajibkan untuk menjaga


kebudayaan bangsa Indonesia. Semakin berkembangnya globalisasi maka
semakin kuat juga dalam menjaga budaya Indonesia, agar tidak terpengaruh dari
globalisasi yang buruk. Memang tidak semua globalisasi yang berkembang
bernilai negatif, banyak pula nilai positif yang diberikan. Maka sebagai
masyarakat kita juga harus pandai menyaring budaya-budaya baru yang masuk
dari luar negeri atau dari hasil perkembangan zaman. Agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan, kita harus menjadikan pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia dan sebagai dasar Negara. Pancasila juga dijadikan sebagai
dasar dalam membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka dari itu
wajib bagi warga Indonesia untuk menjaga ketahanan dan kebudayaan Indonesia
dari budaya asing atau globalisasi yang bernilai negatif. Sosial dan budaya harus
tetap dipertahankan demi keutuhan dan masa depan Negara Indonesia.
23

DAFTAR PUSTAKA

Frederikus Fios, dkk. 2018. Character Building: Butir-butir Percikan Nilai Pancasila.
Jakara: Binus University. 978-602-1138-52-6. Via: https://binus.ac.id/character-
build
Hatta, Mohammad (2015). Politik, Kebangsaan, Ekonomi (1926-1977). Jakarta:
Kompas. hlm. 309. ISBN 9789797099671.
Suwarno, P.J. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. hlm. 12.
Schindehuette, Matti Justus (2006). Zivilreligion als Verantwortung der Gesellschaft.
Religion als politischer Faktor innerhalb der Entwicklung der Pancasila
Indonesiens. Hamburg: Universitas. hlm. 151.
"Jadi Hari Libur Nasional, Inilah Keppres Penetapan 1 Juni Sebagai Hari Lahir
Pancasila" Diarsipkan 2017-10-22 di Wayback Machine., Sekretariat Kabinet
Republik Indonesia.
Asmorini, Puji A. 2017. Menjaga Eksistensi Pancasila dan Penerapannya Bagi
Masyarakat di Era Globalisasi. 10.24269/v2.n1.2017.59-72.
Jalius, Ilza M. 1711013040. Ancaman Globalisasi terhadap Ideologi Pancasila. Via:
https://www.academia.edu/34524886/Ancaman_Globalisasi_terhadap_Ideologi_
Pancasila
Welianto, Ari. 2020. Pengaruh Globalisasi bagi Negara. PT. Kompas Cyber Media.
Via: https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/12/170000569/pengaruh-
globalisasi-bagi-negara?page=2
. Globalisasi. PT Tokopedia. Via: https://kamus.tokopedia.com/g/globalisasi/.
Endah Dwi Inahari. 2019. Peran Pancasila Dalam Kehidupan Sosial dan Budaya.
Madiun: Universitas Khatolik Widya Mandala Surabaya. Via: https://osf.io/xeg6s
Hudi, Ilham. 2020. Tantangan Globalisasi Terhadap Kearifan Lokal. Riau: Universitas
Muhammadiyah Riau.
Tilaar, HAR. (1998). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, dalam
Perspektif Abad 21. Jakarta: Penerbit Tera Indonesia. Magelang., 1998.
ISBN/ISSN: 979-95428-1-2
Sumarsono, dkk. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. ISBN 9796861666.
24

Haryono. 2015. Cara Kita Mengatasi Globalisasi di Bidang Sosial dan Budaya. Via:
https://haryonogaf.wordpress.com/2015/01/07/carakitamengatasiglobalisasidibid
angsosialdanbudaya/
Ruslan, Idrus. 2015. Penguatan Ketahanan Budaya Dalam Menghadapi Derasnya Arus
Budaya Asing. DOI: 10.24042/tps.v11i1.838.
Tampake, Tony. 2016. Tantangan Globalisasi terhadap Nilai-nilai Keindonesiaan.
Universitas Kristen Satya Wacana.
Yuniar, Cinka (2020). Pancasila dan Perannya dalam Menghadapi Arus Globalisasi.
Via: http://lpmedentsundip.com/pancasila-dan-perannya-dalam-menghadapi-
arus-globalisasi/

Anda mungkin juga menyukai