Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

“NILAI-NILAI PANCASILA”

disusun oleh:

DEDE DWIKA FIRMANSAH


22035146

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


20222-2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya,
tugas makalah mata kuliah Pendidikan Pancasila yang membahas tentang Nilai-Nilai
Pancasila dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang berkaitan
dengan Pancasila, dan serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan
Pancasila. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu
diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.

Penulis

Dede Dwika Firmansah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan ........................................................................................................... 2
D. Manfaat ......................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sumber Historis, sumber Sosiologi dan sumber Politis Pendidikan Pancasila
................................................................................................................... 4
2.2 Dinamika dan Tantangan Pancasila ........................................................... 9
2.3 Urgensi dan Esensi Pendidikan Pancasila Bagi Masa Depan .................... 14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 18
3.2 Saran .......................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia, menjadi dasar pedoman

dalam segala pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia

termasuk peraturan perundang-undangan. Pancasila merupakan cerminan bangsa

Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai

Pancasila yang terkandung di dalam Pancasila menjadi tolak ukur bagi bangsa

Indonesia dalam penyelenggaraan bernegara. Karena konsekuensi dari hal itu

bahwa penyelenggaraan bernegara tidak boleh menyimpang dari nilai ketuhanan,

nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.

Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sakral yang setiap warganya harus

hafal dan mematuhi segala isi dalam pancasila tersebut. Namun sebagian besar

warga negara Indonesia hanya menganggap pancasila sebagai dasar

negara/ideologi semata tanpa memperdulikan makna dan manfaatnya dalam

kehidupan. Tanpa manusia sedari nilai-nilai makna yang terkandung dalam

pancasila sangat berguna dan bermanfaat.

Di dalam Pancasila terkandung banyak nilai dimana dari keseluruhan nilai

tersebut terkandung di dalam 5 garis besar dalam kehidupan berbangsa

bernegara. Perjuangan dalam memperebutkan kemerdekaan tak lepas dari nilai

1
Pancasila. Sejak zaman penjajahan sampai sekarang, kita selalu menjunjung

tinggi nilai-nilai Pancasila tersebut.

Indonesia hidup di dalam berbagai keberagaman, baik itu suku, bangsa,

budaya dan agama. Dari semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan.

Menjadi kesatuan dan bersatu di dalam persatuan yang kokoh di bawah naungan

Pancasila dan semboyannya, Bhineka Tunggal Ika. Pancasila membuat Indonesia

tetap teguh dan bersatu di dalam keberagaman budaya. Dan menjadikan

pancasila sebagai dasar kebudayaan yang menyatukan 2 budaya dengan yang

lain. Karena ikatan yang satu itulah. Pancasila menjadi inspirasi berbagai macam

kebudayaan yang ada di Indonesia.

B. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sumber historis, sumber sosiologi dan sumber politis Pendidikan

Pancasila ?

2. Apa saja dinamika dan tantangan Pendidikan Pancasila ?

3. Bagaimana esensi dan urgensi Pendidikan Pancasila ?

C. Tujuan penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut ?

1. Untuk mengethaui sumber historis, sumber sosiologi dan sumber politis

Pendidikan Pancasila

2. Untuk mengetahui dinamika dan tantangan Pendidikan Pancasila

2
3. Untuk mengetahui esensi dan urgensi Pendidikan Pancasila

D. Manfaat penulisan

Manfaat yang dapat diambil yaitu membantu pembaca dalam memahami

nilai-nilai Pancasila, sumber historis, sumber sosiologi dan sumber politis

Pendidikan Pancasila, dinamika dan tantangan Pendidikan Pancasila, dan esensi

dan urgensi Pendidikan Pancasila.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sumber Historis, sumber Sosiologi dan sumber Politis Pendidikan Pancasila

Sumber Historis

Presiden Soekarno pernah mengatakan, ”Jangan sekali-kali meninggalkan

sejarah.” Pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai fungsi

penting dalam membangun kehidupan bangsa dengan lebih bijaksana di masa

depan. Hal tersebut sejalan dengan ungkapan seorang filsuf Yunani yang

bernama Cicero (106-43SM) yang mengungkapkan, “Historia Vitae

Magistra”, yang bermakna, “Sejarah memberikan kearifan”. Pengertian lain dari

istilah tersebut yang sudah menjadi pendapat umum (common-sense) adalah

“Sejarah merupakan guru kehidupan”. Implikasinya, pengayaan materi

perkuliahan Pancasila melalui pendekatan historis adalah amat penting dan

tidak boleh dianggap remeh guna mewujudkan kejayaan bangsa di kemudian

hari.

Melalui pendekatan ini, mahasiswa diharapkan dapat mengambil

pelajaran atau hikmah dari berbagai peristiwa sejarah, baik sejarah nasional

maupun sejarah bangsa-bangsa lain. Dengan pendekatan historis, Anda

diharapkan akan memperoleh inspirasi untuk berpartisipasi dalam

pembangunan bangsa sesuai dengan program studi masing-masing. Selain itu,

Anda juga dapat berperan serta secara aktif dan arif dalam berbagai

4
kehidupan berbangsa dan bernegara, serta dapat berusaha

menghindari perilaku yang bernuansa mengulangi kembali kesalahan sejarah.

Dalam peristiwa sejarah nasional, banyak hikmah yang dapat dipetik,

misalnya mengapa bangsa Indonesia sebelum masa pergerakan nasional

selalu mengalami kekalahan dari penjajah? Jawabannya antara lain karena

perjuangan pada masa itu masih bersifat kedaerahan, kurang adanya

persatuan, mudah dipecah belah, dan kalah dalam penguasaan IPTEKS

termasuk dalam bidang persenjataan. Hal ini berarti bahwa apabila integrasi

29 bangsa lemah dan penguasaan IPTEKS lemah,maka bangsa Indonesia

dapat kembali terjajah atau setidak-tidaknya daya saing bangsa melemah.

Implikasi dari pendekatan historis ini adalah meningkatkan motivasi

kejuangan bangsa dan meningkatkan motivasi belajar Anda dalam

menguasai IPTEKS sesuai dengan prodi masing-masing.

Sumber Sosiologi

Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang kehidupan antar manusia. Di

dalamnya mengkaji, antara lain latar belakang, susunan dan pola kehidupan

sosial dari berbagai golongan dan kelompok masyarakat, disamping juga

mengkaji masalah-masalah sosial, perubahan dan pembaharuan dalam

masyarakat. Soekanto (1982:19) menegaskan bahwa dalam perspektif

sosiologi, suatu masyarakat pada suatu waktu dan tempat memiliki nilai-

nilai yang tertentu. Melalui pendekatan sosiologis ini pula, Anda diharapkan

5
dapat mengkaji struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan-perubahan

sosial, dan masalah-masalah sosial yang patut disikapi secara arif dengan

menggunakan standar nilai-nilai yang mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.

Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan

pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada

suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri.

Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-

sila Pancasila bukan hanya hasil konseptual seseorang saja, melainkan juga

hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai

kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi

filosofis para pendiri negara (Kaelan, 2000: 13). Bung Karno menegaskan

bahwa nilai-nilai Pancasila digali dari bumi pertiwi Indonesia. Dengan kata

lain, nilai-nilai Pancasila berasal dari kehidupan sosiologis masyarakat

Indonesia. Pernyataan ini tidak diragukan lagi karena dikemukakan oleh

Bung Karno sebagai penggali Pancasila, meskipun beliau dengan rendah

hati membantah apabila disebut sebagai pencipta Pancasila, sebagaimana

dikemukakan Beliau dalam paparan sebagai berikut:

“Kenapa diucapkan terima kasih kepada saya, kenapa saya diagung-

agungkan, padahal toh sudah sering saya katakan, bahwa saya bukan pencipta

Pancasila.Saya sekedar penggali Pancasila daripada bumi tanah air Indonesia

ini, yang kemudian lima mutiara yang saya gali itu, saya persembahkan

kembali kepada bangsa Indonesia. Malah pernah saya katakan, bahwa


6
sebenarnya hasil, atau lebih tegas penggalian daripada Pancasila ini

saudara-saudara, adalah pemberian Tuhan kepada saya... Sebagaimana tiap-

tiap manusia, jikalau ia benar-benar memohon kepada Allah Subhanahu

Wata’ala, diberi ilham oleh Allah Subhanahu Wata’ala (Latif, 2011: 21).

Makna penting lainnya dari pernyataan Bung Karno tersebut adalah

Pancasila sebagai dasar negara merupakan pemberian atau ilham dari Tuhan

Yang Maha Kuasa. Apabila dikaitkan dengan teori kausalitas dari

Notonegoro bahwa Pancasila merupakan penyebab lahirnya (kemerdekaan)

bangsa Indonesia, maka kemerdekaan berasal dari Allah, Tuhan Yang Maha

Esa.

Hal ini sejalan dengan makna Alinea III Pembukaan UUD 1945.

Sebagai makhluk Tuhan, sebaiknya segala pemberian Tuhan, termasuk

kemerdekaan Bangsa Indonesia ini wajib untuk disyukuri. Salah satu bentuk

wujud konkret mensyukuri nikmat karunia kemerdekaan adalah dengan

memberikan kontribusi pemikiran terhadap pembaharuan dalam masyarakat.

Bentuk lain mensyukuri kemerdekaan adalah dengan memberikan kontribusi

konkret bagi pembangunan negara melalui kewajiban membayar pajak,

karena dengan dana pajak itulah pembangunan dapat dilangsungkan secara

optimal. Sejalan dengan hal itu, Anda juga diharapkan dapat berpartisipasi

dalam meningkatkan fungsi-fungsi lembaga pengendalian sosial (agent of

social control) yang mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.

7
Sumber Politis

Sumber Politik Pendidikan Pancasila Salah satu sumber pengayaan materi

pendidikan Pancasila adalah berasal dari fenomena kehidupan politik bangsa

Indonesia. Tujuannya agar anda mampu mendiagnosa dan mampu

memformulasikan saran-saran tentang upaya atau usaha mewujudkan kehidupan

politik yang ideal sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Bukankah Pancasila dalam

tataran tertentu merupakan ideologi politik, yaitumengandung nilai-nilai yang

menjadi kaidah penuntun dalam mewujudkan tata tertib social politik yang ideal.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Budiardjo (1998:32) sebagai berikut:

“Ideolo politik adalah himpunan nilai-nilai, ide, norma-norma, kepercayaan

dan keyakinan, suatu “Weltanschauung”, yang dimiliki seseorang atau

sekelompok orang, atas dasar mana dia menentukan sikapnya terhadap

kejadian dan problema politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah

laku politiknya.” Melalui pendekatan politik ini, Anda diharapkan mampu

menafsirkan fenomena politik dalam rangka menemukan pedoman yang bersifat

moral yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila untuk mewujudkan kehidupan

politik yang sehat. Pada gilirannya, Anda akan mampu memberikan kontribusi

konstruktif dalam menciptakan struktur politik yang stabil dan dinamis.

Secara spesifik, fokus kajian melalui pendekatan politik tersebut, yaitu

menemukan nilai-nilai ideal yang menjadi kaidah penuntun atau pedoman

dalam mengkaji konsep-konsep pokok dalam politik yang meliputi :

8
 negara (state)

 kekuasaan (power)

 pengambilan keputusan (decision making)

 kebijakan (policy), dan

 pembagian (distribution) sumber daya negara, baik di pusat maupun di

daerah.

Melalui kajian tersebut, Anda diharapkan lebih termotivasi berpartisipasi

memberikan masukan konstruktif, baik kepada infrastruktur politik maupun

suprastruktur politik.

2.2 Dinamika dan Tantangan Pendidikan Pancasila

Dinamika Pendidikan pancasila

Sebagaimana diketahui upaya pembudayaan atau pewarisan nilai-nilai

Pancasila tersebut telah secara konsisten dilakukan sejak awal kemerdekaam

sampai dengan sekarang. Pada masa kemerdekaan, nilai-nilai pancasila dilakukan

dalam bentuk pidato-pidato para tokoh bangsa dalam rapat-rapat yang disiarkan

melalui radio dan surat kabar. Pada tanggal 1 Juli 1947, diterbitkan sebuah buku

yang berisi pidato Bung Karno tentang lahirnya Pancasila. Buku tersebut

diterbitkan dengan maksud membentuk manusia Indonesia baru yang patriotik

melalui pendidikan. Pada tahun 1961 terbit pula buku yang berjudul penetapan

Tujuh Bahan-Bahan Pokok Indoktrinasi. Buku tersebut ditujukan kepada

masyarakat umum dan aparatur Negara.

9
Sejak lahirnya ketetapan MPR RI Nomor 11 / MPR / 1978, tentang Pedoman

Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P-4), P-4 tersebut kemudian menjadi

salah satu sumber pokok materi pendidikan Pancasila. Diperkuat dengan Tap

MPR RI Nomor 11/ MPR/ 1988 tentang GBHN. Dirjen Dikti, dalam rangka

menyempurnakan kurikulum inti Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU)

menerbitkan Sk, Nomor 25/ DIKTI / KEP/ 1985. Dampak dari beberapa

kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan penataran P-4, terdapat beberapa

perguruan tinggi terutama perguruan tinggi swasta yang tidak mampu

menyelenggarakan penataran P-4 pola 100 jam sehingga tetap menyelenggarakan

mata kuliah pendidikan pancasila tanpa penataran P-4 pola 45 jam. Dirjen Dikti

mengeluarkan kebijakan yang memperkokoh keberadaan dan menyempurnakan

penyelenggaraan mata kuliah pendidikan pancasila, yaitu :

1. Sk Dirjen Dikti, Nomor 232/ U/ 2000, tentang Pedoman Penyusunan

Kurikulum Pendidikan Tinggi.

2. Sk Dirjen Dikti, Nomor 265/ Dikti/ 2000, tentang Penyempurnaan

Kurikulum Inti Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK).

3. Sk Dirjen Dikti, Nomor 38/ Dikti/ kep/ 2002, tentang Rambu-rambu

Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di

Perguruan Tinggi.

Ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun

2003, kembali mengurangi langkah pembudayaan Pancasila melalui

pendidikan. Dalam rangka membudayakan nilai-nilai Pancasila kepada


10
generasi penerus bangsa. Penguat keberadaan mata kuliah Pancasila di

perguruan tinggi ditegaskan dalam Pasal 35, Pasal 2 Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 12 tahun 2012.

Pasal 2, menyebutkan bahwa pendidikan tinggi berdasarkan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Negara Kesatuan Republik

Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika.

Pasal 35 Ayat (3) menentukan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib

memuat mata kuliah agama, pancasila, kewarganegaraan, dan bahasa

Indonesia.

Tantangan Pendidikan Pancasila

Tantangan ialah menentukan bentuk dan format agar mata kuliah

Pendidikan Pancasila dapat diselenggarakan diberbagai program studi dengan

menarik dan efektif. Tantangan ini berasal dari perguruan tinggi, misalnya

factor ketersediaan sumber daya. Adapun tantangan yang bersifat eksternal,

untuk memahami dinamika dan tantangan Pancasila pada era globalisasi.

Dirjen Dikti mengembangkan esensi materi pendidikan Pancasila yang

meliputi :

1. Pengantar perkuliahan pendidikan Pancasila

2. Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia

3. Pancasila sebagai dasar Negara

4. Pancasila sebagai Ideologi Negara

11
5. Pancasila sebagai sistem Filsafat

6. Pancasila sebagai sistem etika

7. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.

Pendekatan pembelajaran dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila

adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa untuk

mengetahui dan memahami nilai-nilai Pancasial, filsafat Negara, dan ideologi-

ideologi bangsa. Agar mahasiswa menjadi jiwa pancasila daam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara. Selain itu, urgensi pendidikan Pancasila adalah

untuk membentengi dan menjawab tantangan perubahan-perubahan dimasa

yang akan datang.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 tahun 2003,

pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan merupakan alternatif terbaik

dalam melakuakn sosial secara damai. Setiap warga Negara sesuai dengan

kemampuan dan tingkat pendidikannya memiliki pengetahuan, pemahaman,

penghayatan, penghargaan, dan pola pengamalan Pancasila. Contoh urgensi

pendidikan Pancasila bagi suatu program studi, misalnya yang terkait dengan

tugas menyusun atau membentuk peraturan perundang-undangan. Orang yang

bertugas untuk melaksanakan hal tersebut, harus mempunyai pengetahuam,

pengertian, pemahaman, penghayatan dan pola pengalaman yang lebih baik

daripada warga Negara yang lain karena merekalah yang menentukan


12
kebujakan untuk negaranya. Begitu pula dengan mahasiswa yang lulusan prodi

perpajakan dituntut memiliki berkomitmen dan bertujuan agar dapat

memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan tempat

kerja secara baik dan benar.

Demikian bahwa keberadaan pendidikan Pancasila merupakan suatu

program studi di perguruan tinggi. Oleh karena itu, menjadi keharusan

Pancasila disebarluaskan secara benar, antara lain melalui mata kuliah di

perguruan tinggi. Karena mahasiswa sebagai bentuk perubahan muda dimasa

depan yang akan menjadi pembangunan dan pemimpin bangsa dalam setiap

tingkatan lembaga-lembaga di Negara, lembaga daerah dan sebagainya.

Dengan demikian, pemahaman nilai-nilai Pancasila dikalangan mahasiswa

amat penting, yang berprofesi sebagai pengusaha, pegawai swasta,pegawai

pemerintah, dan sebagainya. Semua masyarakat mempunyai peran penting

terhadap kejayaan bangsa di masa depan.secara benar, antara lain melalui mata

kuliah di perguruan tinggi. Karena mahasiswa sebagai bentuk perubahan muda

dimasa depan yang akan menjadi pembangunan dan pemimpin bangsa dalam

setiap tingkatan lembaga-lembaga di Negara, lembaga daerah dan sebagainya.

Dengan demikian, pemahaman nilai-nilai Pancasila dikalangan mahasiswa

amat penting, yang berprofesi sebagai pengusaha, pegawai swasta,pegawai

pemerintah, dan sebagainya. Semua masyarakat mempunyai peran penting

terhadap kejayaan bangsa di masa depan.

13
Menurut Abdulgani (1979:14) “Pancasila adalah leitmotive dan

leitstar, dorongan pokok dan bintang penunjuk jalan. Tanpa adanya

leitmotive dan leitstar Pancasila ini, kekuasaan negara akan menyeleweng.

Dan penyelewengan harus dicegah. Karena itu Pancasila Dasar Filsafat dan

Dasar Moral harus didahulukan.” Agar Pancasila menjadi dorongan pokok

dan bintang penunjuk jalan bagi generasi penerus pemegang estafet

kepemimpinan nasional, maka nilai- nilai Pancasila harus dididikkan kepada

para mahasiswa melalui mata kuliah Pendidikan Pancasila.

Tantangannya ialah bagaimana agar mata kuliah Pendidikan

Pancasila dapat diselenggarakan di berbagai program studi dengan menarik

dan efektif. Tantangan ini dapat berasal dari internal perguruan tinggi

misalnya faktor ketersediaan sumber daya, dan spesialisasi program studi

yang makin tajam (yang menyebabkan kekurangtertarikan sebagian

mahasiswa terhadap Pendidikan Pancasila). Sedangkan tantangan yang

bersifat eksternal antara lain adalah krisis keteladanan dari para elite politik,

dan maraknya gaya hidup hedonistik di dalam masyarakat.

2.3 Urgensi dan Esensi Pendidikan Pancasila

Urgensi dan Esensi Pendidikan Pancasila

Pengertian Urgensi jika dilihat dari bahasa latin bernam “urgere”

yaitu (kata kerja) yang berarti mendorong…dan jika dilihat dari bahasa

inggris bernama “urgent” yang memiliki arti (kata sifat) dan dalam dalam

14
bahasa indonesia “urgensi” (kata benda). Istilah Urgensi menunjuk pada

sesuatu yang mendorong kita, yang memaksa kita untuk diselesaikan..dengan

demikian mengandaikan ada suatu masalah dan harus segera ditindak

lanjuti.Pengertian esensi: esensi adalah inti/ hakikat. Bisa juga disebut

sebagai 'hal yang pokok' dari sesuatu.

Esensi Pendidikan Pancasila

Prof. Dr. Nadiroh, M. Pd., seorang Guru Besar Pada Prodi PPKN

FIS UNJ (Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta) mengtakan

bahwa, Pembentukan Karakter Bangsa Sebagai Esensi Pendidikan

Kewarganegaraan. Beliau mengukuhkan hal tersebut lantaran fenomena dan

fakta empiris yang diberitakan di mass media akhir-akhir ini merupakan

gambaran realita kehidupan bangsa Indonesia yang sampai saat ini masih

mengalami krisis multidimensi. Jika keadaan ini dibiarkan berlarut-larut, kita

akan sulit mengejar ketertinggalan dalam upaya mencapai Millenium

Developments Goals (MDG’s), yaitu: (1) menghapuskan tingkat kemiskinan

dan kelaparan; (2) mencapai Pendidikan Dasar secara Universal (3)

mendorong kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan ; (4)

mengurangi tingkat kematian anak; (6) memerangi HIV/AIDS, malaria dan

penyakit lainnya; (7) menjamin pembangunan berkelanjutan dan pelestarian

lingkungan; dan (8) mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

(United Nations Development Group, 2003).

15
Tujuan ini dapat tercapai jika didukung oleh masyarakat dan bangsa

yang berkualitas atau SDM Indonesia yang unggul. Untuk itulah peran

pendidikan sangat penting, sebagaimana tersirat dan tersurat dalam Undang-

undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pasal 1 ayat 2 dikatakan bahwa: Pendidikan nasional adalah

pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,

kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan

zaman. Dalam pasal 3, dikatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggungjawab.

Urgensi Pendidikan Pancasila

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat dimaknai sebagai

wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang

berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan

dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik baik sebagai

individu, maupun sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa

16
dan bernegara.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) berupaya

mengantarkan warganegara Indonesia menjadi ilmuwan dan profesional yang

memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air; menjadi warga negara

demokratis yang berkeadaban; yang memiliki daya saing: berdisiplin, dan

berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan

sistem nilai Pancasila. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

berkontiribusi penting menunjang tujuan bernegara Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. PPKN berkaitan dan berjalan seiring

dengan perjalanan pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara

Indonesia. Maka untuk ke depannya, bangsa ini harus benar-benar

berpedoman terhadap pancasila. Untuk dapat mengentaskan kemiskinan,

membasmi praktik KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), berbagai bentuk

kejahatan, dan lain sebagainya, keberadaan pancasila tetap harus

dipertahankan. Karena jika pancasila sudah diujung tanduk oleh ekses-ekses

negatif, maka akan menjadi apa bangsa ini kemudian.

17
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Berikut ini beberapa kesimpulan yang dapat penyusun tarik dalam makalah ini :

Dinamika dan tantangan pendidikan Pancasila tentang kurikulum inti Mata

Kuliah Dasar Umum dengan menyelenggarakan mata kuliah pendidikan

pancasila diberbagai program studi dengan menarik dan efektif. Dengan

bertujuan menunjukan arah tujuan pada moral dan diharapkan dapat terealisasi di

kehidupan bermasyarakat setiap hari.

3.2 Saran

Sebagai warga negara Indonesia sudah sepatutnya menjadi tanggung jawab

kita bersama untuk selalu mengkaji dan mengembangkan Pancasila dalam

berkhidupan dan bermasyarakat karena Pancasila merupakan dasar negara dan

sebagai pedoman dalam tata berkelakuan.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://leman2311.wordpress.com/2018/05/19/urgensi-dan-esensi-pendidikan-
pancasila-bagi-masa-depan/ diakses pada 5 September 2022 20.09WIB

https://guruppkn.com/tujuan-pendidikan-pancasila diakses pada 5 September


2022 21.20 WIB

http://nureazizah13.wordpress.com/2010/03/31/latar-belakang-pendidikan-
kewarganegaraan/ diakses pada 6 September 2022 22.00 WIB

https://afialestariblog.wordpress.com/2017/10/22/artikel-membangun-
argumen-tentang-dinamika-dan-tantangan pendidikan-pancasila/

diakses pada 6 September 2022. 22.39 WIB

Soegito A.T dkk. 2012. “Pendidikan Pancasila” .Semarang: Pusat pengembangan

MKUMKDK UNNES.

19
PENDIDIKAN
PANCASILA
Table of Contents
Sumber

01
Historis,Sosiologis
dan Politik
Pendidikan
Pancasila

Esensi &
Dinamika &
Urgensi
02 Tantangan
Pendidikan 03 Pendidikan
Pancasila
Pancasila
Merupakan sekumpulan materi didikan dancpengenalan akan
pancasila sebagai dasar negara, danuntuk menanamkan
ideologi pancasila itu sendiri kepadaanak didik atau
pendidikan pancasila yaitu pendidikan nilai-nilai yang
bertujuan membentuk sikap dan perilaku
positipmanusia/mahasiswa sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila
Sumber Historis, Sosiologis, & Politis
Pendidikan Pancasila
Adapun sekarang ini, berdasar Kurikulum 2013, pendidikan kewarganegaraan jenjang pendidikan
dasar dan menengah menggunakan nama mata pelajaran PPKn. Perguruan tinggi
menyelenggarakan mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan
Untuk memahami pendidikan kewarganegaraan di Indonesia, pengkajian dapat dilakukan secara
historis, sosiologis, dan politis.
1.Secara Historis
Pendidikan kewarganegaraan dalam arti substansi telah dimulai jauh sebelum Indonesia
diproklamasikan sebagai negara merdeka. PKn pada saat permulaan atau awal kemerdekaan
lebih banyak dilakukan pada tataran sosial kultural dan dilakukan oleh para pemimpin
negarabangsa. Dalam pidato-pidatonya, para pemimpin mengajak seluruh rakyat untuk mencintai
tanah air dan bangsa Indonesia. Seluruh pemimpin bangsa membakar semangat rakyat untuk
mengusir penjajah yang hendak kembali menguasai dan menduduki Indonesia yang telah
dinyatakan merdeka.
Atau dengan kata lain, bahwa Presiden Soekarno dahulu kala pernah berkata
bahwa "Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah." Hal tersebut kemudian
memiliki sebuah makna dimana dalam setiap sejarah terdapat berbagai macam
fungsi yang dimana penting dan akan sangatlah berguna dalam rangka untuk
membangun sebuah kehidupan karena dengan sejarah maka kita akan belajar
untuk tidak mengulangi hal yang sama dikemudian hari. Dalam konteks tersebut
maka sebuah sejarah akan berguna untuk membangun kehidupan pada sebuah
bangsa untuk dapat melihat jalan yang dimana lebih bijaksana di masa depan.
Kemudian, sebuah sejarah juga menjadi sebuah guru pada kehidupan. Dalam
pendidikan kewarganegaraan kemudian diharapkan mahasiswa akan
mendapatkan berbagai macam inspirasi yang dimana dapat digunakan untuk
berpartisipas dalam sebuah kegiatan untuk melakukan pembangunan bangsa
yang dimana sesuai dengan apa yang mereka sukai dengan menghindari
berbagai macam perilaku yang bernuansa untuk tidak mengulangi kembali
kesalahan sejarah.
2. Secara Sosiologis
Pidato dan ceramah-ceramah yang dilakukan oleh para pejuang, serta kyai-kyai di
pondok pesantren yang mengajak umat berjuang mempertahankan tanah air merupakan
PKn dalam dimensi sosial kultural. Inilah sumber PKn dari aspek sosiologis. PKn dalam
dimensi sosiologis sangat diperlukan oleh masyarakat dan akhirnya negara-bangsa untuk
menjaga, memelihara, dan mempertahankan eksistensi negara-bangsa. Upaya pendidikan
kewarganegaraan pasca kemerdekaan tahun 1945 belum dilaksanakan di sekolah-
sekolah hingga terbitnya buku Civics pertama di Indonesia yang berjudul Manusia dan
Masjarakat Baru Indonesia (Civics).

Oleh karena itu, Sosiologi kemudian adalah sebuah ilmu yang dimana mempelajari
kehidupan antar manusia. Dalam sebuah ilmu sosisologis maka kemudian didalamnya
sendiri terdapat kajian yang dimana tedapat latar belakang, susunan, dan berbagi pola
dari sebuah kehidupan sosial yang dimana terdapat dari berbagai macam golongan dan
juga kelompok yang dimana ada pada masyarakat, kemudian disamping itu pula terdapat
berbagai macam masalah sosial, perubahan, dan juga berbagai pembaharuan yang
dimana terdapat di dalam masayrakat. Dari pendekatan sosiologis ini kemudian
diharapkan untuk dapat melakukan sebuah kajian terhadap struktur sosial, proses sosial,
dan berbagai macam perubahan sosial dan berbagai masalah sosial untuk dapat
diselesaikan secara bijaksana dengan menggunakan nilai-nilai Pancasila.
3. Secara Politis
Pendidikan kewarganegaraan mulai dikenal dalam pendidikan sekolah dapat digali dari dokumen
kurikulum sejak tahun 1957 sebagaimana dapat diidentifikasi dari pernyataan Somantri (1972)
bahwa pada masa Orde Lama mulai dikenal istilah: (1) Kewarganegaraan (1957); (2) Civics
(1962); dan (3) Pendidikan Kewargaan Negara (1968). Pada masa awal Orde Lama sekitar tahun
1957, isi mata pelajaran PKn membahas cara pemerolehan dan kehilangan kewarganegaraan,
sedangkan dalam Civics (1961) lebih banyak membahas tentang sejarah Kebangkitan Nasional,
UUD, pidato-pidato politik kenegaraan yang terutama diarahkan untuk "nation and character
building” bangsa Indonesia. Sumber politis kemudian berasal dari fenomena yang dimana terjadi
pada kehidupan berbangsa di Indonesia itu sendiri yang dimana tujuannya adalah agar kita
mampu unutk melkaukan formulasi terhadap berbagai macam saran tentang upaya dan juga
sebuah usaha yang dimana kemudian akan berguna untuk melakukan perwujudan dari
kehidupan politik yang dimana ideal dan juga sesuai dengan nilai Pancasila.
Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa secara historis, PKn di Indonesia senantiasa
mengalami perubahan baik istilah maupun substansi sesuai dengan perkembangan peraturan
perundangan, iptek, perubahan masyarakat, dan tantangan global. Secara sosiologis, PKn
Indonesia sudah sewajarnya mengalami perubahan mengikuti perubahan yang terjadi di
masyarakat. Secara politis, PKn Indonesia akan terus mengalami perubahan sejalan dengan
perubahan sistem ketatanegaraan dan pemerintahan, terutama perubahan konstitusi.
Dinamika & Tantangan Pendidikan
Pancasila
1. Dinamika Pancasila
Pada 1 Juni 1945, setelah Soekarno menggali kembali nilai-nilailuhur
budaya Indonesia barulah Pancasila disuarakan menjadi dasar negara yang
diresmikan pada 18 Agustus 1945 dengan dimasukkannya sila-sila Pancasila
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.

Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, ditegaskanbahwa Pancasila


sebagai dasar negara akan dilaksanakan secaramurni dan konsekuen.
Menyusul kemudian diterbitkan Ketetapan MPRNo.II/MPR/1978 tentang
Pedoman Penghayatan dan PengamalanPancasila (P-4). Namun, pemerintahan
Presiden Soeharto pun akhirnya dianggap menyimpang dari garis politik
Pancasila dan UUD 1945.Namun, sampai saat ini nampaknya reformasi belum
membawa angin segar bagi dihayati dan diamalkannya Pancasila secara
konsekuen oleh seluruh elemen bangsa.
2. Tantangan Pancasila
Pancasila kita sedang berhadapan dengan polaperilaku elite yang tidak lagi peka terhadaprakyatnya.
Pancasila kita juga sedang menghadapitantangan bagaimana membuat orang-orangberagama lebih
toleran terhadap lainnya. Yangtercantum pada sila 1 pancasila dan salingberhubungan dengan sila-sila
pancasila lainnya.

Tantangan terhadap Pancasila sudah mulaitampak sejak masa-masa awal bangsa


Indonesiamenyatakan kemerdekaannya. Tantangan terhadapeksistensi Pancasila tidak hanya bersifat
internal tetapi juga bersifat eksternal.

- Tantangan dari dalam


Berbagai gerakan separatis yang hendak memisahkan diri dariNegara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).

-Tantangan dari luar


Di era modernisasi saat ini, dimana batas negara sudah tidak tampak lagi dan semua ini menuntut
adanya keterbukaan dan transparansi

“Tantangan yang paling berat dan utama, adalah masalah ekonomidan budaya yang menggilas bangsa
ini tanpa ampun. Sebab, ajaranPancasila yang hakiki sama sekali tidak sesuai dengan arusmodernisasi
yang masuk ke bumi tercinta, Indonesia”
.”
Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila
Untuk melihat apa esensi dan urgensi pendidikan Pancasila penting diperhatikan kembali
Undang-Undang Republik Indonesia. Menurut penjelasan UU Republik Indonesia Nomor 12
tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, yang dimaksud dengan mata kuliah pendidikan
Pancasila adalah pendidikan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan kepada
mahasiswa ideologi bangsa Indonesia. Dengan landasan ini, Ditjen Dikti mengembangkan
esensi meateri pendidikan Pancasila meliputi;
a. Pengantara perkuliahan pendidikan Pancasila
b. Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia
c. Pancasila sebagai dasar negara
d. Pancasila sebagai ideologi negara
e. Pancasila sebagai sistem filsafat
f. Pancasila sebagai sistem etika
g. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.
Tujuan dari pendidikan Pancasila ialah mempersiapkan mahasiswa calon sarjana yang berkualitas,
berdedikasi tinggi, dan bermartabat. Esensi dari pendidikan Pancasila bertujuan agar; menjadi pribadi
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat jasmani dan rohani, barakhlak mulia,
berbudi pekerti luhur, memiliki kepribadian yang mantap, mandiri, dan bertanggungjawab sesuai hati
nurani, mampu megikuti perkembangan IPTEK dan seni dan mampu ikut mewujudkan kehidupan yang
cerdas dan berkesejahteraan dan bangsanya.

Urgensi pendidikan Pancasila adalah untuk membentengi dan menjawab tentangan perubahan-
perubahan di masa yang akan datang. Urgensi berarti “hal yang sangat penting/mendesak”. Pendidikan
Pancasila dilihat urgensi karena selama ini Pancasila belum dilaksanakan dengan baik seperti
ditandaskan Presiden Soekarno pada peringatan Hari Ulang Tahun ke-25 Universitas Gajah Mada di
Yogyakarta pada 19 Desember 1974. Dalam pidatonya dimyatakan bahwa; “Pancasila adalah milik kita,
kita telah memilikinya, tetapi baru merasa memiliki, belum mamahami atau menghayati apa yang
sebenarnya Pancasila itu.

Mengapa kita harus memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila? Karena Pancasila sama
sekali bukan sekedar semboyan untuk dikumandangkan, Pancasila bukan dasar falsafah Negara yang
sekedar dikemaratkan dalam dokumen Pembukaan UUD; melainkan Pancasila harus diramalkan.
Himbauan ini disampaikan untuk menjaga kelestarian dan keampuahan Pancasila demi terwujudnya
tujuan nasional serta cita-cita bangsa seperti tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945.

Anda mungkin juga menyukai