Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA

Disusun oleh:
Zaulia Mizani
(22231043)

Dosen Mata Kuliah :


Huma Magridoni Koling, S.Pd, M.Pd

DEPARTEMEN PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha
penyayang kepada segenap makhluk yang pada-Nya penulis mengucapkan puji
syukur yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis
bisa menyelesaikan makalah mata kuliah Pendidikan Pancasila.

Makalah ini dapat penulis selesaikan dengan baik atas usaha penulis dan
atas berkat Allah SWT yang telah memudahkan penulis menyelesaikannya.
Penulis berharap, makalah makalah mata kuliah Pancasila.

Terlepas dari itu semua penulis sangat menyadari sepenuhnya masih


terdapat kekurangan baik dalam segi penyusunan kalimat ataupun tata bahasanya.
Penulis berharap semua pihak dapat memakluminya.

Padang, 4 September 2022

Zaulia Mizani

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………..……….…ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………...………1

A. Latar Belakang……………………………………………………..……...1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………....2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………..…2
D. Manfaat Penulisan………………………………………………………....2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………...….3

A. Sumber Historis, Sosiologis dan Politis Pendidikan Pancasila …………...3


B. Dinamika dan Tantangan Pendidikan Pancasila……………………...…...5
C. Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila…………………….……….......7

BAB III PENUTUP………………………………………………………..…..…9

A. Penutup…………………………………………………………………….9
B. Saran……………………………………………………………………...10

DAFTAR RUJUKAN…………………………………………………..……….11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang

secara resmi yang disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan

tercantum dalam pembukaan UUD 1945, serta diundangkannya dalam

Berita Republik Indonesia tahun II Nomor 7 bersama-sama dengan batang

tubuh UUD 1945.1

Dalam perjalanan sejarah, eksistensi Pancasila sebagai dasar

filsafat negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi

dan manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demitokoh

dan tegaknya kekuasaan yang berlindung di balik legitimasi ideologi

negara Pancasila.

Berdasarkan kenyataan di atas, gerakan reformasi berupaya

mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara

Repulik Indonesia.

Untuk itu, dalam makalah ini penulis akan menjabarkan bagaiman

Sumber Historis, Sosiologis dan Politis Pendidikan Pancasila, Dinamika

dan Tantangan Pendidikan Pancasila,Esensi dan Urgensi Pancasila.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka ada beberapa

permasalahan yang bisa diangkat yaitu:

1
Asep Sulaiman, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, (Bandung: CV. Arfino
Raya, 2015), hlm. 1.

1
1. Bagaimana sumber historis, sosiologis dan politis pendidikan

Pancasila?

2. Apa saja dinamika dan tantangan pendidikan Pancasila?

3. Apa saja esensi dan urgensi pendidikan Pancasila?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas,

tujuan makalah ini sebagai berikut:

1. Menjelaskan sumber historis, sosiologis dan politis pendidikan

Pancasila

2. Menjelaskan dinamika dan tantangan pendidikan Pancasila

3. Menjelaskan esensi dan urgensi pendidikan Pancasila?

D. Manfaat Penulisan

Makalah ini dapat diharapkan dapat dijadikan modul pembelajaran

yang akan berguna untuk kegiatan belajar mengajar dalam kelas nantinya.

Makalah ini juga dapat dijadikan referensi yang akan berguna dalam

mempelajari mata kuliah Pendidikan Pancasila.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sumber Historis, Sosiologis dan Politis Pendidikan Pancasila

a) Sumber Historis

Presiden Soekarno pernah mengatakan jangan sekali-kali

meninggalkan sejarah. Pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa

sejarah mempunyai fungsi penting dalam membangun kehidupan

bangsa dengan lebih bijaksana di masa depan. Hal tersebut sejalan

dengan ungkapan seorang filsuf Yunani yang bernama Cicero

(106-43SM) yang mengungkapkan, “Historia Vitae 28 Magistra”,

yang bermakna, sejarah memberikan kearifan.”

Pengertian lain dari istilah tersebut yang sudah menjadi

pendapat umum adalah sejarah merupakan guru kehidupan.

implikasinya, pengayaan materi Pancasila melalui pendekatan

historis adalah amat penting dan tidak boleh dianggap remeh guna

mewujudkan kejayaan bangsa di kemudian hari. Melalui

pendekatan ini, hendaknya diharapkan dapat mengambil pelajaran

atau hikmah dari berbagai peristiwa sejarah, baik sejarah nasional

maupun sejarah bangsa-bangsa lain.

b) Sumber Sosiologis

Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang kehidupan

antarmanusia. Di dalamnya mengkaji, antara lain latar belakang,

3
susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan

kelompok masyarakat, disamping juga mengkaji masalah-masalah

sosial, perubahan dan pembaharuan dalam masyarakat. Soekanto

menegaskan bahwa dalam perspektif sosiologi, suatu masyarakat

pada suatu waktu dan tempat memiliki nilai-nilai yang tertentu.

Melalui pendekatan sosiologis ini pula, diharapkan dapat

mengkaji struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan-

perubahan sosial, dan masalah-masalah sosial yang patut disikapi

secara arif dengan menggunakan standar nilai-nilai yang mengacu

kepada nilai-nilai Pancasila. Berbeda dengan bangsa-bangsa lain,

bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada suatu asas kultural

yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri.

Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang

terkandung dalam sila-sila Pancasila bukan hanya hasil konseptual

seseorang saja, melainkan juga hasil karya besar bangsa Indonesia

sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh

bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para

pendiri negara.2

c) Sumber Politis

Salah satu sumber pengayaan materi pendidikan Pancasila

adalah berasal dari fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia.

Tujuannya agar Anda mampu mendiagnosa dan mampu

2
Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2000), hlm. 13.

4
memformulasikan saran-saran tentang upaya atau usaha

mewujudkan kehidupan politik yang ideal sesuai dengan nilai-nilai

Pancasila. Bukankah Pancasila dalam tataran tertentu merupakan

ideologi politik, yaitu mengandung nilai-nilai yang menjadi kaidah

penuntun dalam mewujudkan tata tertib sosial politik yang ideal.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Budiardjo sebagai

berikut ideologi politik adalah himpunan nilai-nilai, ide, norma-

norma, kepercayaan dan keyakinan sekelompok orang atas dasar

mana dia menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema

politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku

politiknya.

Melalui pendekatan politik ini, diharapkan mampu

menafsirkan fenomena politik dalam rangka menemukan pedoman

yang bersifat moral yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila untuk

mewujudkan kehidupan politik yang sehat. Secara spesifik, fokus

kajian melalui pendekatan politik tersebut, yaitu menemukan nilai-

nilai ideal yang menjadi kaidah penuntun atau pedoman dalam

mengkaji konsep-konsep pokok dalam politik yang meliputi negara

(state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision

making), kebijakan (policy), dan pembagian (distribution) sumber

daya negara, baik di pusat maupun di daerah.

B. Dinamika dan Tantangan Pendidikan Pancasila

Sebagaimana diketahui, pendidikan Pancasila mengalami pasang

surut dalam pengimplementasiannya. Apabila ditelusuri secara historis,

5
upaya pembudayaan atau pewarisan nilai-nilai Pancasila tersebut telah

secara konsisten dilakukan sejak awal kemerdekaan sampai dengan

sekarang. Namun, bentuk dan intensitasnya berbeda dari zaman ke zaman.

Pada masa awal kemerdekaan, pembudayaan nilai-nilai tersebut dilakukan

dalam bentuk pidato-pidato para tokoh bangsa dalam rapat-rapat akbar

yang disiarkan melalui radio dan surat kabar.

Dalam rangka mengintensifkan kembali pembudayaan nilai-nilai

Pancasila kepada generasi penerus bangsa melalui pendidikan tinggi,

pecinta negara proklamasi, baik elemen masyarakat, pendidikan tinggi,

maupun instansi pemerintah, melakukan berbagai langkah, antara lain

menggalakkan seminar-seminar yang membahas tentang pentingnya

membudayakan Pancasila melalui pendidikan. Di beberapa kementerian,

khususnya di Kementerian Pendidikan Nasional diadakan seminar-seminar

dan salah satu output-nya adalah terbitnya Surat Edaran Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi, Nomor 914/E/T/2011, pada tanggal 30 Juni

2011.3

Abdulgani menyatakan bahwa Pancasila adalah leitmotive dan

leitstar, dorongan pokok dan bintang penunjuk jalan. Tanpa adanya

leitmotive dan leitstar Pancasila ini, kekuasaan negara akan menyeleweng.

Oleh karena itu, segala bentuk penyelewengan itu harus dicegah dengan

cara mendahulukan Pancasila dasar filsafat dan dasar moral.4

3
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Pendidikan Pancasila, (Jakarta: 2016), hlm. 32.
4
Roeslan Abdulgani, Pengembangan Pancasila Di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Idayu,
1979), hlm. 14.

6
Agar Pancasila menjadi dorongan pokok dan bintang penunjuk

jalan bagi generasi penerus pemegang estafet kepemimpinan nasional,

maka nilai-nilai Pancasila harus dididikkan kepada para mahasiswa

melalui mata kuliah pendidikan Pancasila. Tantangannya ialah

menentukan bentuk dan format agar mata kuliah pendidikan Pancasila

dapat diselenggarakan di berbagai program studi dengan menarik dan

efektif. Tantangan ini dapat berasal dari internal perguruan tinggi,

misalnya faktor ketersediaan sumber daya, dan spesialisasi program studi

yang makin tajam (yang menyebabkan kekurangtertarikan sebagian

mahasiswa terhadap pendidikan Pancasila). Adapun tantangan yang

bersifat eksternal, antara lain adalah krisis keteladanan dari para elite

politik dan maraknya gaya hidup hedonistik di dalam masyarakat.

C. Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila

Menurut penjelasan pasal 35 ayat (3) Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, yang

dimaksud dengan mata kuliah pendidikan Pancasila adalah pendidikan

untuk memberikan pemahaman dan penghayatan kepada mahasiswa

mengenai ideologi bangsa Indonesia. Dengan landasan tersebut, Ditjen

Dikti mengembangkan esensi materi pendidikan Pancasila yang meliputi:

1) Pengantar perkuliahan pendidikan Pancasila

2) Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia

3) Pancasila sebagai dasar negara

4) Pencasila sebagai ideologi negara

5) Pancasila sebagai sistem filsafat

7
6) Pancasila sebagai sistem etika

7) Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.

Urgensi pendidikan Pancasila bagi suatu program studi, misalnya

yang berkaitan dengan tugas menyusun/membentuk peraturan perundang-

undangan. Orang yang bertugas untuk melaksanakan hal tersebut, harus

mempunyai pengetahuan, pengertian, pemahaman, penghargaan,

komitmen, penghayatan dan pola pengamalan yang lebih baik daripada

warga negara yang lain karena merekalah yang akan menentukan meresap

atau tidaknya nilai-nilai Pancasila ke dalam peraturan perundang-

undangan yang disusun

Oleh karena itu, menjadi suatu kewajaran bahkan keharusan

Pancasila disebarluaskan secara masif. Dalam hal ini, Riyanto menyatakan

bahwa pendidikan Pancasila merupakan suatu keniscayaan karena

mahasiswa sebagai agen perubahan dan intelektual muda yang di masa

yang akan datang akan menjadi inti pembangunan dan pemegang estafet

kepemimpinan bangsa dalam setiap tingkatan lembaga-lembaga negara,

badan-badan negara, lembaga daerah, lembaga infrastruktur politik,

lembaga-lembaga bisnis, dan sebagainya.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sejarah merupakan guru kehidupan. implikasinya, pengayaan


materi Pancasila melalui pendekatan historis adalah amat penting dan
tidak boleh dianggap remeh guna mewujudkan kejayaan bangsa di
kemudian hari. Melalui pendekatan ini, hendaknya diharapkan dapat
mengambil pelajaran atau hikmah dari berbagai peristiwa sejarah, baik
sejarah nasional maupun sejarah bangsa-bangsa lain.

Melalui pendekatan sosiologis ini pula, diharapkan dapat mengkaji


struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial, dan
masalah-masalah sosial yang patut disikapi secara arif dengan
menggunakan standar nilai-nilai yang mengacu kepada nilai-nilai
Pancasila. Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia
mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa
itu sendiri.

Melalui pendekatan politik ini, diharapkan mampu menafsirkan


fenomena politik dalam rangka menemukan pedoman yang bersifat moral
yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila untuk mewujudkan kehidupan
politik yang sehat. Secara spesifik, fokus kajian melalui pendekatan politik
tersebut, yaitu menemukan nilai-nilai ideal yang menjadi kaidah penuntun
atau pedoman dalam mengkaji konsep-konsep pokok dalam politik yang
meliputi negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan
(decision making), kebijakan (policy), dan pembagian (distribution)
sumber daya negara, baik di pusat maupun di daerah.

Dalam rangka mengintensifkan kembali pembudayaan nilai-nilai


Pancasila kepada generasi penerus bangsa melalui pendidikan tinggi,
pecinta negara proklamasi, baik elemen masyarakat, pendidikan tinggi,

9
maupun instansi pemerintah, melakukan berbagai langkah, antara lain
menggalakkan seminar-seminar yang membahas tentang pentingnya
membudayakan Pancasila melalui pendidikan.

Urgensi pendidikan Pancasila bagi suatu program studi, misalnya


yang berkaitan dengan tugas menyusun/membentuk peraturan
perundangundangan. Orang yang bertugas untuk melaksanakan hal
tersebut, harus mempunyai pengetahuan, pengertian, pemahaman,
penghargaan, komitmen, penghayatan dan pola pengamalan yang lebih
baik daripada warga negara yang lain karena merekalah yang akan
menentukan meresap atau tidaknya nilai-nilai Pancasila ke dalam
peraturan perundang-undangan yang disusun.

B. Saran
Melalui uraian dan pembahasan yang penulis tuliskan di atas sudah
cukup menggambarkan pembelajaran Pendidikan Pancasila. Makalah yang
penulis buat ini masih dalam bentuk umum, untuk itu penulis
menyarankan pembaca untuk tidak bertumpu sepenuhnya kepada makalah
ini dan mencari sumber buku yang lain dengan pengarang yang lebih
beragam.

10
DAFTAR RUJUKAN

Abdulgani, Roeslan. 1979. Pengembangan Pancasila Di Indonesia. Jakarta:


Yayasan Idayu.

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset,


Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. 2016. Pendidikan
Pancasila. Jakarta.

Kaelan. 2000. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Sulaiman, Asep. 2015. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Bandung:


CV. Arfino Raya.

11
NIM
Nama 22231043

Zaulia Mizani

Sesi

0614
Mata Kuliah

Pendidikan Pancasila
1.Sumber Historis Pendidikan Pancasila

❖ Sejarah memiliki fungsi penting dalam membangun


kehidupan berbangsa di masa depan.

❖ Sejalan dengan ungkapan filosuf Yunani yang bernama


Cicero (106-43SM) yang mengungkapkan “Historia Vitae
28 Magistra”, yang bemakna sejarah memberikan
kearifan.

❖ Pendapat umum tentang sejarah adalah sejarah


merupakan guru dalam kehidupan.
2.Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila

❖ Sosiologis dapat di pahami sebagai ilmu


kehidupan antarmanusia. Mengkaji tentang
latar belakang,susunan,dan pola kehidupan
sosial dari berbagai golongan dan kelompok
masyarakat.

❖ Melalui pendekatan sosiologis di harapkan


dapat mengkaji struktur sosial, proses sosial,
perubahan sosial, dan masalah sosial yang
patut disikapi secara arif dengan mengacu
kepada nilai nilai pancasila.
3. Sumber Politis Pendidikan Pancasila

Salah satu sumber materi pendidikan pancasila


berasal dari kehidupan politik bangsa indonesia

Melalui pendekatan politik ini, diharapkan


mampu menafsirkan fenomena politik dalam
rangka menemukan pedoman yang bersifat moral
yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila untuk
mewujudkan kehidupan politik yang sehat.
Menurut Abdulgani, Pancasila adalah leitmotive
dan leitstar, dorongan pokok dan bintang penunjuk
jalan.

Agar Pancasila menjadi dorongan pokok dan


bintang penunjuk jalan bagi generasi penerus
pemegang estafet kepemimpinan nasional. Maka nilai-
nilai Pancasila harus dididikkan kepada para
mahasiswa melalui mata kuliah pendidikan Pancasila.
Tantangannya ialah menentukan bentuk dan format
agar mata kuliah pendidikan Pancasila dapat
diselenggarakan di berbagai program studi dengan
menarik dan efektif
TANTANGAN PENDIDIKAN PANCASILA
Tantangan dapat berasal dari internal perguruan tinggi, yaitu:
 Faktor ketersediaan sumber daya
 Spesialisasi program studi yang makin tajam (yang menyebabkan
kekurangtertarikan sebagian mahasiswa terhadap pendidikan
Pancasila).
Tantangan yang bersifat eksternal, yaitu:
 Keteladanan dari para elite politik dan maraknya gaya hidup
hedonistik di dalam masyarakat.
Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila
• Menurut pasal 35 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, yang dimaksud
dengan mata kuliah pendidikan Pancasila adalah pendidikan untuk
memberikan pemahaman dan penghayatan kepada mahasiswa
mengenai ideologi bangsa Indonesia.
• Dikti mengembangkan esensi materi pendidikan Pancasila yang
meliputi:
1) Pengantar perkuliahan pendidikan Pancasila
2) Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia
3) Pancasila sebagai dasar negara
4) Pencasila sebagai ideologi negara
5) Pancasila sebagai sistem filsafat
6) Pancasila sebagai sistem etika
7) Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu

Urgensi pendidikan Pancasila bagi suatu program studi, misalnya


yang berkaitan dengan tugas menyusun/membentuk peraturan
perundang-undangan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai