Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Soal UTS

Nama : Didi Suwandi


NPM : 20210110400171
Kelas : i
Matakuliah/sks : Pendidikan Pancasila/2 sks
Dosen Pengampu : Dr. MUH. Kadarisman, SH., M.Si
Hari/Tanggal : Rabu, 10 November 2021
Waktu Ujian : 90 Menit
Pelaksanaan Ujian : Dilakukan Secara e- learning

1. Berdasarkan segi objek materiil, pengayaan materi atau subtansi matakuliah Pendidikan
Pancasila dapat dikembangkan melalui beberapa pendekatan, di antaranya pendekatan
historis, sosiologis, dan politik. Sementara, dilihat dari segi objek formil, pengayaan
materi matakuliah Pendidikan Pancasila dilakukan dengan pendekatan ilmiah, filosofis,
dan ideologis Berikan analisis Anda atas pernyataan tersebut, kedalaman analisis sangat
menentukan nilai UTS !
Jawaban :
1.Dapat dilihat dari segala segi objek materill pergayaan materi dapat dikembangkan
melalui beberapa pendekatan diantaranya pendekatan historis, sosiologis,dan politik.
Sementara,dilihat dari segi objek formil pengayaan materi mata kuliah Pendidikan
Pancasila dilakukan dengan pendekatan ilmiah,filsofis,dan ideologis

Materi kuliah ini dikembangkan melalui landasan landasan fakta dan fenomena sosial
untuk dikajikan dicarikan solusi yang rasional dan sebuah pertanggung jawaban sesuai
dengan nilai nilai Pancasila pada mahasiswa.Kesadaran sosial pada mahasiswa yang dalam
memecahkan sebuah permasalahan sosial. Dengan ini akan terus menambah melalui mata
kuliah Pendidikan Pancasila,Pada gilirannya mahasiswa akan memiliki argumentasi bahwa
mata kuliah Pendidikan Pancasila bermakna penting dalam system Pendidikan yang tinggi
ditanah air.
1. Sebuah Historis Pendidikan Pancasila
Presiden Soekarno pernah berkata mengenai hal “Jangan sekali sekali meninggalkan
sejarah” pernyataan tersebut bisa diartikan bahwa sejarah mempuyai fungsi penting
dalam membangun kehidupan bangsa dengan lebih bijaksana
di masa depan. Sejarah juga merupakan guru kehidupan”.Melalui pendekatan
ini, mahasiswa diharapkan dapat mengambil pelajaran atau hikmah dari
berbagai peristiwa sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah bangsa-bangsa
lain.Dengan pendekatan historis, mahasiswa diharapkan akan memperoleh
inspirasi untuk berpartisipasi dalam pembangunan bangsa sesuai dengan
program studi masing-masing dan dapat menghindari perilaku yang bernuansa
mengulangi kembali kesalahan sejarah.
Dalam peristiwa sejarah nasional, banyak hikmah yang dapat dipetik, misalnya
mengapa bangsa Indonesia sebelum masa pergerakan nasional selalu mengalami
kekalahan dari penjajah? Jawabannya antara lain karena perjuangan pada masa itu
masih bersifat kedaerahan, kurang adanya persatuan, mudah dipecah belah, dan kalah
dalam penguasaan IPTEKS termasuk dalam bidang persenjataan. Hal ini berarti bahwa
apabila integrasi bangsa lemah dan penguasaan IPTEKS lemah, maka bangsa
Indonesia dapat kembali terjajah atau setidak-tidaknya daya saing bangsa melemah.
Implikasi dari pendekatan historis ini adalah meningkatkan motivasi kejuangan bangsa
dan meningkatkan motivasi belajar Anda dalam menguasai IPTEKS sesuai dengan
prodi nya masing-masing.
2.Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila
Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila Sosiologi adalah ilmu tentang kehidupan
antarmanusia. Didalamnya mengkaji, antara lain latar belakang, susunan dan pola kehidupan
sosial dari berbagai golongan dan kelompok masyarakat, disamping juga mengkaji masalah-
masalah sosial, perubahan dan pembaharuan dalam masyarakat. Melalui pendekatan
sosiologis ini pula, Anda diharapkan dapat mengkaji struktur sosial, proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial, dan masalahmasalah sosial yang patut disikapi secara arif
dengan menggunakan standar nilainilai yang mengacu kepada nilai-nilai Pancasila. Berbeda
dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat
pada bangsa itu sendiri. Nilainilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam
sila-sila Pancasila bukan hanya hasil konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil karya
besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara (Kaelan, 2000:
13). Bung Karno menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila digali dari bumi pertiwi Indonesia.
Dengan kata lain, nilai-nilai Pancasila berasal dari kehidupan sosiologis masyarakat Indonesia.
Pernyataan ini tidak diragukan lagi karena dikemukakan oleh Bung Karno sebagai penggali
Pancasila, meskipun beliau dengan rendah hati membantah apabila disebut sebagai pencipta
Pancasila, sebagaimana dikemukakan Beliau dalam paparan sebagai berikut: Makna penting
lainnya dari pernyataan Bung Karno tersebut adalah Pancasila sebagai dasar negara
merupakan pemberian atau ilham dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Apabila dikaitkan dengan
teori kausalitas dari Notonegoro bahwa Pancasila merupakan penyebab lahirnya
(kemerdekaan) bangsa Indonesia, maka kemerdekaan berasal dari Allah, Tuhan Yang Maha
Esa. Hal ini sejalan dengan makna Alinea III Pembukaan UUD 1945. Sebagai makhluk Tuhan,
sebaiknya segala pemberian Tuhan, termasuk kemerdekaan Bangsa Indonesia ini wajib untuk
disyukuri. Salah satu bentuk wujud konkret mensyukuri nikmat karunia kemerdekaan adalah
dengan memberikan kontribusi pemikiran terhadap pembaharuan dalam masyarakat. Bentuk
lain mensyukuri kemerdekaan adalah dengan memberikan kontribusi konkret bagi
pembangunan negara melalui kewajiban membayar pajak,karena itu dengan dana pajak
itulah pembangunan dapat dilangsungkan secara optimal.
Secara hal dengan ini, anda dapat diharapkan berpartisipasi dalam meningkatkan fungsi
fungsi Lembaga pengendalian sosial (agent of social control) yang mengacu kepada nilai-nilai
Pancasila.)

3.Sumber Yuridis Pendidikan Pancasila


Negara Republik Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat) dan salah satu cirinya
atau istilah yang bernuansa bersinonim, yaitu pemerintahan berdasarkan hukum (rule
of law). Pancasila sebagai dasar negara merupakan landasan dan sumber dalam
membentuk dan menyelenggarakan Negara hukum tersebut. Hal tersebut berarti
pendekatan yuridis (hukum) merupakan salah satu pendekatan utama dalam
pengembangan atau pengayaan materi mata kuliah pendidikan Pancasila. Urgensi
pendekatan yuridis ini adalah dalam rangka menegakkan Undang-Undang (law
enforcement) yang merupakan salah satu kewajiban negara yang penting. Penegakan
hukum ini hanya akan efektif, apabila didukung oleh kesadaran hukum warga negara
terutama dari kalangan intelektualnya.Dengan demikian, pada gilirannya melalui
pendekatan yuridis tersebut mahasiswa dapat berperan serta dalam mewujudkan
negara hukum formal dan sekaligus negara hukum material sehingga dapat
diwujudkan keteraturan sosial (social order) dan sekaligus terbangun suatu kondisi
bagi terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat sebagaimana yang dicita-citakan
oleh para pendiri bangsa.Kesadaran hukum tidak semata-mata mencakup hukum
perdata dan pidana, tetapi juga hukum tata negara. Ketiganya membutuhkan sosialisasi
yang seimbang di seluruh kalangan masyarakat, sehingga setiap warga Negara
mengetahui hak dan kewajibannya. Selama ini sebagian masyarakat masih lebih
banyak menuntut haknya, namun melalaikan kewajibannya. Keseimbangan antara hak
dan kewajiban akan melahirkan kehidupan yang harmonis sebagai bentuk tujuan
negera mencapai masyarakat yang adil dan Makmur.

2. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, diharapkan dapat menjadi wahana


pembelajaran bagi para mahasis dilakukan dengan pendekatan ilmiah, filosofis dan
ideologiswa untuk mengkaji Pancasila secara akademik, dan menjadikan Pancasila sebagai
perspektif untuk mengkaji, menganalisis, dan memecahkan masalah-masalah bangsa dan
negara. Secara spesifik tujuan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi adalah
memersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi terhadap berbagai
persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui sistem pemikiran
yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Berikan analisis Anda
atas pernyataan tersebut, kedalaman analisis sangat menentukan nilai UTS !
Jawaban :
2. Tujuan pendidikan pancasila dapat dipahami dengan menelaah dasar-dasar pendidikan
pancasila sebagai bagian yang tidak terpisah dalam konsep pendukung capaian dalam
penyelenggaraan pendidikan pancasila di perguruan tinggi. Dasardasar yang dimaksud
yakni dasar filosofis, sosiologis, dan dasar yuridis yang akan diuraikan dalam artikel ini.
Sebagaimana dikemukakan oleh sejumlah pengamat bahwa gerakan untuk merevitalisasi
Pancasila saat ini semakin menunjukkan gejala yang menggembirakan. Forum-forum
ilmiah di berbagai tempat telah diselenggarakan baik oleh masyarakat umum maupun
kalangan akademisi. Tidak terkecuali lembaga negara yaitu MPR mencanangkan empat
pilar berbangsa yang salah satunya adalah Pancasila. Memang ada perdebatan tentang
istilah pilar tersebut, karena selama ini dipahami bahwa Pancasila adalah dasar negara,
namun semangat untuk menumbuhkembangkan lagi Pancasila perlu disambut dengan
baik. Undang undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
yang belum lama disahkan, secara eksplisit juga menyebutkan bahwa terkait dengan
kurikulum nasional setiap perguruan tinggi wajib menyelenggarakan mata kuliah
Pancasila, Kewarganegaraan, Agama dan Bahasa Indonesia. Menindaklanjuti undang
undang tersebut, Dikti juga menawarkan berbagai hibah pembelajaran untuk keempat mata
kuliah tersebut.Pancasila adalah dasar filsafah negara indonesia, sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu setiap warga negara Indonesia harus
mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkan dalam segala bidang kehidupan.
Pancasila merupakan warisan luar biasa dari pendiri bangsa yang mengacu kepada nilai-
nilai luhur. Nilai nilai luhur yang menjadi panutan hidup tersebut telah hilang otoritasnya,
sehingga manusia menjadi bingung. Kebingungan tersebut dapat menimbulkan krisis baik
itu krisis moneter yang berdampak pada bidang politik, sekaligus krisis moral pada sikap
perilaku manusia.

Dalam upaya merespon kondisi tersebut, pemerintah perlu mengantisipasi agar tidak
menuju kearah keadaan yang lebih memprihatinkan. Salah satu solusi yang dilakukan oleh
pemerintah, dalam menjaga nilai-nilai panutan dalam berbangsa dan bernegara secara
lebih efektif yaitu melalui bidang pendidikan. Oleh karena itu, tujuan pendidikan pancasila
yang akan diuraikan dalam artikel ini sasarannya adalah bagi para mahasiswa-mahasiswi
di perguruan tinggi. Adapun dasar-dasar pendidikan pancasila tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1.Dasar filosofis
Pada saat Republik Indonesia diproklamasikan pasca Perang Dunia kedua, dunia dicekam oleh
pertentangan ideologi kapitalisme dengan ideologi komunisme. Kapitalisme berakar pada
faham individualisme yang menjunjung tinggi kebebasan dan hak-hak individu; sementara
komunisme berakar pada faham sosialisme atau kolektivisme yang lebih mengedepankan
kepentingan masyarakat di atas kepentingan individual. Kedua aliran ideologi ini melahirkan
sistem kenegaraan yang berbeda. Faham individualisme melahirkan negara - negara kapitalis
yang mendewakan kebebasan (liberalisme) setiap warga, sehingga menimbulkan perilaku
dengan superioritas individu, kebebasan berkreasi dan berproduksi untuk mendapatkan
keuntungan yang maksimal. Sementara faham kolektivisme melahirkan negara-negara
komunis yang otoriter dengan tujuan untuk melindungi kepentingan rakyat banyak dari
eksploitasi segelintir warga pemilik kapital. Pertentangan ideologi ini telah menimbulkan
‘perang dingin’ yang dampaknya terasa di seluruh dunia. Namun para pendiri negara Republik
Indonesia mampu melepaskan diri dari tarikan-tarikan dua kutub ideologi dunia tersebut,
dengan merumuskan pandangan dasar (philosophische grondslag) pada sebuah konsep
filosofis yang bernama Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila bahkan bisa
berperan sebagai penjaga keseimbangan (margin of appreciation) antara dua ideologi dunia
yang bertentangan, karena dalam ideologi Pancasila hak-hak individu dan masyarakat diakui
secara proporsional.

2.Dasar Sosiologis
Bangsa Indonesia yang penuh kebhinekaan terdiri atas lebih dari 300 suku bangsa
yang tersebar di lebih dari 17.000 pulau, secara sosiologis telah mempraktikan
Pancasila karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan kenyataan-
kenyataan (materil, formal, dan fungsional) yang ada dalam mas yarakat Ind onesia.
Kenyataan objektif ini menjadikan Pancasila sebagai dasar yang mengikat setiap
warga bangsa untuk taat pada nilai-nilai instrumental yang berupa norma atau hukum
tertulis (peraturan perundangundangan,yurisprudensi, dan traktat) maupun yang tidak
tertulis seperti adat istiadat, kesepakatan atau kesepahaman, dan konvensi.
Kebhinekaan atau pluralitas masyarakat bangsa Indonesia yang tinggi, dimana agama,
ras, etnik, bahasa, tradisi-budaya penuh perbedaan, menyebabkan ideologi Pancasila
bisa diterima sebagai ideologi pemersatu. Data sejarah menunjukan bahwa setiap kali
ada upaya perpecahan atau pemberontakan oleh beberapa kelompok masyarakat, maka
nilai-nilai Pancasilalah yang dikedepankan sebagai solusi untuk menyatukan kembali.
Begitu kuat dan ‘ajaibnya’ kedudukan Pancasila sebagai kekuatan pemersatu, maka
kegagalan upaya pemberontakan yang terakhir (G30S/PKI) pada 1 Oktober 1965
untuk seterusnya hari tersebut dijadikan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Bangsa
Indonesia yang plural secara sosiologis m embutuhkan ideologi pemersatu Pancasila.
Oleh karena itu nilai-nilai Pancasila perlu dilestarikan dari generasi ke generasi untuk
menjaga keutuhan masyarakat bangsa. Pelestarian nilai-nilai Pancasila dilakukan
khususnya lewat proses pendidikan formal, karena lewat pendidikan berbagai butir
nilai Pancasila tersebut dapat disemaikan dan dikembangkan secara terencana dan
terpadu.

3. Pendidikan Pancasila bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar terhadap


Pancasila. Tidak disadari, sering Pancasila yang diajarkan adalah Pancasila yang tidak
benar, yang merupakan bentuk tersamar dari ideologi yang justru bertentangan dengan
Pancasila. Oleh sebab itu Pancasila yang diajarkan dalam Pendidikan Pancasila adalah
Pancasila yang dapat dipertanggungjawabkan secara juridis-konstitusional dan obyektif-
ilmiah. Berikan analisis Anda atas pernyataan tersebut, kedalaman analisis sangat
menentukan nilai UTS !
Jawaban :
3.Titik tolak dari tujuan kita mempelajari sesuatu, terlebih jika sesuatu itu merupakanilmu
pengetahuan berpangkal pada salah satu sifat manusia, yaitu sifat ingin tahu.Setiap
manusia yang normal pasti mempunyai sifat ingin tahu. Sifat ingin tahu yang merupakan
sifat asasi atau kodrat manusia itu bukan hanya sekedar ingin tahu saja,melainkan ingin
tahu yang benar. Saat seseorang sudah tahu yang benaratau telah mengetahui dengan
sebenarnya tentang sesuatu, maka ia akan menghubungkan sesuatu itu dengan dirinya,
yaitu pemanfaatan sesuatu itu terhadap dirinya atau orang lain. Demikian halnya dengan
tujuan mempelajari Pancasila, adalah ingin mengetahui Pancasila yang benar, yaitu yang
dapat dipertanggungjawabkan, baik secara yuridis konstitusional maupun secara secara
obyektif ilmiah. Secara yuridis konstitusional karena Pancasila adalah dasar negara yang
dipergunakan sebagai dasar mengatur atau menyelenggarakan pemerintahan negara. Oleh
karena itu, tidak setiap orang boleh memberikan pengertian atau tafsiran menurut
pendapatnya sendiri. Secara obyektif ilmiah karena Pancasila adalah suatu paham filsafat,
suatu phillosopical way of thinking atau philosophical system, sehingga uraiannya harus
logis dan dapat diterima oleh akal sehat. Dengan mempelajari dan memahami Pancasila
secara benar, maka kita akan dapat mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
kita, maksudnya adalah kita dapat memanfaatkan atau mengamalkan sesuatu yang benar
yang telah kita ketahui dengan sebenar-benarnya untuk kepentingan kita atau kepentingan
orang lain. Pancasila yang benar itu kita amalkan sesuai dengan fungsinya dan kemudian
Pancasila yang benar itu kita amankan agar jiwa dan semangatnya, perumusan dan
sistematikanya yang sudah tepat benar itu tidak diubah-ubah apalagi dihapuskan atau
diganti dengan paham lain. Hal tersebutlah yang dimaksud dengan mengamankan
Pancasila. Karena Pancasila adalah dasar negara, maka mengamalkan dan mengamankan
Pancasila sebagai dasar negara mempunyai sifat imperatif atau memaksa, artinya setiap
warga negara Indonesia harus tunduk atau taat kepadanya. Siapa saja yang melanggar
Pancasila sebagai dasar negara harus ditindak menurut hukum, yaitu hukum yang berlaku
di negara Indonesia. Atau dengan kata lain, pengamalan dan pelaksanaan Pancasila
sebagai dasar negara disertai sanksi-sanksi hukum. Sedangkan pengamalan dan
pelaksanaan Pancasila sebagai Weltanschauung, yaitu pelaksanaan Pancasila dalam hidup
sehari-hari tidak disertai sanksi hukum, tetapi mempunyai sifat mengikat, maksudnya
setiap manusia Indonesia terikat dalam citacita yang terkandung di dalamnya untuk
mewujudkan dalam hidup dankehidupannya, sepanjang tidak melanggar peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

4. Pancasila merupakan pandangan hidup dan falsafah bangsa Indonesia yang dahulu pernah
akan digantikan keberadaanya dengan paham ideologi lain. Pancasila merupakan
kesepakatan dasar bangsa Indonesia untuk hidup dalam suatu Negara Kesatuan Republik
Indoensia. Pancasila mempunyai tempat dalam Pembukaan UUD 1945. Karena
merumuskan nilai-nilai dasar manusiawi. Pancasila dapat disebut visi atau pandangan
hidup bangsa Indonesia yang mendasari dan menjadi tujuan segala hukum dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berikan analisis Anda atas pernyataan tersebut,
kedalaman analisis sangat menentukan nilai UTS !
Jawaban :
4. Pancasila merupakan kesepakatan dasar bangsa Indonesia untuk hidup dalam satu negara
kesatuan Republik Indonesia. Pancasila mempunyai tempat dalam Pembukaan Undang-undang
Dasar 1945. Karena merumuskan nilai-nilai dasar manusiawi, Pancasila dapat disebut visi atau
pandangan hidup yang mendasari dan menjadi tujuan segala hukum dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 ditulis:“ … untuk
membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang barkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” Mewujudkan keadilan sosial merupakan salah satu tugas
utama negara Indonesia. Dengan demikian, segala bentuk ketidakadilan tidak boleh dibiarkan di
bumi Indonesia. Negara dan segala alat negara berkewajiban untuk menciptakan jalurjalur dan
prasarana-prasarana ekonomis, politis, sosial, dan budaya yang menjamin keadilan dan
kesejahteraan bagi segenap warga Indonesia. Tuntutan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia tersebut dijabarkan dalam pasal 33 dan 34 yang menentukan bagaimana perekonomian
nasional harus disusun. Ayat pertama pasal 33 mengungkapkan semangat yang harus menjiwai
penyelenggaraan perekonomian nasional, yaitu semangat kekeluargaan. Kekeluargaan berarti
bahwa dalam menjalankan produksi, kita tidak bekerja hanya untuk diri kita semata-mata
melainkan kita bekerja untuk kita semua. Oleh sebab itu, negara dalam pasal 34 UUD 1945
diwajibkan untuk memperhatikan orang-orang dan kelompok yang tidak berdaya, seperti fakir
miskin dan anak terlantar secara khusus. Pemerintah harus mewujudkan demokrasi ekonomi di
mana koperasi adalah bentuk usaha ekonomis yang sesuai. Istilah demokrasi ekonomi mengatakan
bahwa seluruh rakyat ikut menentukan kebijaksanaan di bidang ekonomi. Jadi, rakyat tidak boleh
sekadar dijadikan objek perencanaan dan pelaksanaan ekonomi, tetapi subjek dalam
pengembangan ekonomi. Jelaslah bahwa kelima sila mencantumkan nilai-nilai perikemanusiaan
dan persatuan serta keadilan yang diyakini secara universal oleh seluruh dunia. Namun sekaligus
asas permusyawaratan dan ketuhanan menampilkan corak pandangan hidup yang khas kebudayaan
Indonesia, yakni corak religius sosial. Pancasila akan bermakna bagi kehidupan bangsa kalau
dihayati sebagai nilai-nilai yang diamalkan dan diperjuangkan. Sebaliknya, Pancasila akan menjadi
rumusan kosong atau sarana kepentingan kelompok tertentu kalau dipakai untuk memperjuangkan
hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang menjadi kandungannya

5. Di zaman yang penuh dengan persaingan ini, makna dan nilai-nilai Pancasila harus tetap
diamalkan dalam kehidupan kita, agar keberadaannya tidak hanya dijadikan sebagai
simbol semata. Pancasila dalam sejarah perumusannya melalui proses yang sangat panjang
oleh para pendiri negara ini. Pengorbanan tersebut akan sia-sia apabila kita tidak
menjalankan amanat para pendiri negara yaitu Pancasila yang termaktub dalam
Pembukaan UUD 1945 alenia ke-4. Pancasila diharapkan dapat dijadikan sebagai
pedoman hidup bagi kehidupan manusia, baik itu dalam lingkungan masyarakat,
berbangsa dan bernegara. Berikan analisis Anda atas pernyataan tersebut, kedalaman
analisis sangat menentukan nilai UTS !
Jawaban :
5. pancasila harus di jadikan sebagai asas dari hukumserta di kehidupan Negara kita,agar
tidak hanaya saja yang dijadikan sebagai symbol oleh para pemimpin Negara, dengan apa
kita mengharuskan menanam pedoman ini di dalam kehidupan kita sehari hari?, yaitu
dengan cara memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan, karna, di masa
pandemi, banyak manusia yang belum merasakan apa arti dari pancasila ke 5, yaitu
keadilan sosial bag seluruh rakyat Indonesia, maka dari itu kita sebagai mahasiwa, yang di
amanahkan oleh masyarakat sebagai penyambung lidah rakyat, haruslah kita menjalankan
amanah itu, untuk merobohkan para pemimpin yang zholim akan keadilan
Keadilan ini berlaku untuk seluruh aspek kehidupan, termasuk juga hak dan kewajiban
yang dimiliki masing-masing individu. Keadilan Sosial juga memiliki berarti kita tidak
boleh mementingkan diri sendiri. Kita harus mengutamakan kepentingan umum dalam
hidup bermasyarakat. Sangat penting untuk mengetahui seberapa pentingnya keadilan
social dalam kehidupan bermasyarakat sehingga tidak menutup kemungkinan untuk
menciptakan kehidupan masyarakat yang sejahtera dan adil terbentuk.

6. Pancasila dapat dipahami sebagai sistem filsafat yang mengandung pemikiran tentang
manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama, dan
dengan masyarakat sebagai sebuah bangsa. Beragam hubungan ini, secara teoretik dimiliki
Pancasila. Oleh sebab itu, sebagai sistem filsafat, Pancasila memiliki ciri khas yang
berbeda dengan sistem-sistem filsafat lain yang ada di dunia, seperti materialisme,
idealisme, rasionalisme, liberalisme, komunisme dan lain sebagainya. Berikan analisis
Anda atas pernyataan tersebut, kedalaman analisis sangat menentukan nilai UTS !
Jawaban :
6. Pancasila adalah filsafat bangsa Indonesia yang diperoleh sebagai hasil
perenunganmendalam para tokoh pendiri negara (the founding fathers) ketika mereka
berusaha menggali nilai-nilai dasar dan merumuskan dasar negara untuk di atasnya
didirikan negara Republik Indonesia. Hasil perenungan itu kemudian secara resmi
disahkan bersamaan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD
NRI) tahun 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus
1945 sebagai Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia. Kelima dasar atau prinsip yang
terdapat dalam sila-sila Pancasila, juga jelas merupakan satu kesatuan bagianbagian
sehingga saling berhubungan untuk menyatakan adanya satu tujuan yang hendak dicapai
secara bersama sehingga dapat disebut sebagai sistem. Pengertian suatu sistem,
sebagaimana dikutip oleh Kaelan (2000: 66) dari Shrode dan Don Voich memiliki ciri-ciri
sebagai berikut: 1) suatu kesatuan bagian-bagian; 2) bagian-bagian tersebut mempunyai
fungsi sendiri-sendiri; 3) saling berhubungan, saling ketergantungan; 4) kesemuanya
dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem); dan 5) terjadi dalam
suatu lingkungan yang kompleks. Berdasarkan pengertian tersebut, Pancasila yang berisi
lima sila, yaitu Sila Ketuhanan yang Maha Esa, Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Sila Persatuan Indonesia, Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan dan Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia,saling berhubungan membentuk satu kesatuan sistem yang dalam proses
bekerjanya saling melengkapi dalam mencapai tujuan. Meskipun setiap sila pada
hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, memiliki fungsi sendiri-sendiri, namun memiliki
tujuan tertentu yang sama, yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila. Selanjutnya, Pancasila dapat dipahami sebagai sistem filsafat yang mengandung
pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan diri sendiri,
dengan sesama, dan dengan masyarakat sebagai sebuah bangsa. Beragam hubungan ini,
secara teoretik dimiliki Pancasila. Oleh sebab itu, sebagai sistem filsafat, Pancasila
memiliki ciri khas yang berbeda dengan sistem-sistem filsafat lain yang ada di dunia,
seperti materialisme, idealisme, rasionalisme, liberalisme, komunisme dan lain
sebagainya. Kekhasan nilai filsafat yang terkandung dalam Pancasila berkembang dalam
budaya dan peradaban Indonesia, terutama sebagai jiwa dan asas kerohanian bangsa dalam
perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Selanjutnya nilai filsafat Pancasila, baik
sebagai pandangan hidup atau filsafat hidup (Weltanschauung) bangsa maupun sebagai
jiwa bangsa atau jati diri (Volksgeist) nasional yang kemudian dijadikan sebagai penanda
identitas bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi budaya dan peradaban dunia
Filsafat Pancasila
Secara harfiah, istilah “filsafat” atau philosophia menurut Bahasa Yunani mengandung arti “cinta
akan kebijaksanaan.” Beranjak dari arti harfiahnya, menurut Bagus (1996: 242-243), arti itu
menunjukkan bahwa manusia tidak pernah secara sempurna memiliki pengertian menyeluruh
tentang segala sesuatu yang dimaksudkan kebijaksanaan, namun terus-menerus harus
mengejarnya. Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil permenungan
jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding fathers Indonesia, yang dituangkan dalam
suatu sistem (Abdul Gani, 1998). Oleh karena itu, pengertian filsafat Pancasila secara umum
adalah hasil berpikir atau pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap,
dipercaya dan diyakini sebagai kenyataan, normanorma dan nilai-nilai yang benar, adil, bijaksana,
dan paling sesuai dengan kehidupan dan kepribadian bangsa Indonesia. Sebagai sistem filsafat,
Pancasila memiliki dasar ontologis, epistemologis, dan aksiologis, seperti diuraikan di bawah ini.
a. Dasar ontologis Pancasila
Dasar-dasar ontologis Pancasila menunjukkan secara jelas bahwa Pancasila itu benar-benar
ada dalam realitas dengan identitas dan entitas yang jelas. Melalui tinjauan filsafat, dasar
ontologis Pancasila mengungkap status istilah yang digunakan, isi dan susunan silasila, tata
hubungan, serta kedudukannya. Dengan kata lain, pengungkapan secara ontologis itu dapat
memperjelas identitas dan entitas Pancasila secara filosofis
b. Dasar Empistemologis Pancasila
Dasar epistemologis Pancasila terkait dengan sumber dasar pengetahuan Pancasila. Demikian
juga, eksistensi Pancasila dibangun sebagai abstraksi dan penyederhanaan terhadap realitas
yang ada dalam masyarakat Indonesia dengan lingkungan yang heterogen, multikultur, dan
multietnik dengan cara menggali nilai-nilai yang memiliki kemiripan dan kesamaan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat bangsa Indonesia (Salam, 1998: 29).
Masalah-masalah yang dihadapi menyangkut keinginan untuk mendapatkan pendidikan,
kesejahteraan, perdamaian, dan ketentraman. Pancasila itu lahir sebagai respon atau jawaban
atas keadaan yang terjadi dan dialami masyarakat bangsa Indonesia dan sekaligus merupakan
harapan. Diharapkan Pancasila menjadi cara yang efektif dalam memecahkan kesulitan hidup
yang dihadapi oleh masyarakat bangsa Indonesia.
7. Salah satu fungsi pendidikan adalah membangun karakter bangsa yang harus tetap
dipertahankan. Begitu pula perlu dikembangkan nilai-nilai yang dikategorikan high-trust
seperti Etika Pancasila menjadi fundamental bangsa dalam rangka penguatan integritas
para penyelenggara negara atau pejabat publik yang jelas perlu penguatan etika. Berikan
analisis Anda atas pernyataan tersebut, kedalaman analisis sangat menentukan nilai UTS !
Jawaban :
7. Pemberdayaan Etika Pancasila dalam Konteks Kehidupan Akademiksebagai dasar etika
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara diberdayakan
melalui kebebasan akademik untuk mendasari suatu sikap mental atau attitude. Kebebasan
akademik adalah hak dan tanggung jawab seseorang akademisi. Hak dan tanggung jawab
itu terkait pada susila akademik, yaitu;
1. Curiosity, dalam arti terus menerus mempunyai keinginan untuk mengetahui
halhal baru dalam perkembangan ilmu pengetahuan, tidak mengenal titik henti,
yang berpengaruhi dengan sendirinya terhadap perkembangan etika.
2. Wawasan, luas dan mendalam, dalam arti bahwa nilai-nilai etika sebagai norma dasar
bagi kehidupan suatu bangsa dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara tidak
terlepas dari unsur-unsur budaya yang hidup dan berkembang dengan ciri-ciri khas yang
membedakan bangsa itu dari bangsa lain;
3. Terbuka, dalam arti luas bahwa kebenaran ilmiah adalah sesuatu yang tentatif, bahwa
kebenaran ilmiah bukanlah sesuatu yang hanya sekali ditentukan dan bukan sesuatu yang
hanya sekali ditentukan dan bukan sesuatu yang tidak dapat diganggu gugat, yang
implikasinya ialah bahwa pemahaman suatu norma etika bukan hanya tekstual,
melainkan juga kontekstual untuk diberi makna baru sesuai dengan kondisi aktual yang
berkembang dalam masyarakat;
4. Open mindedness, dalam arti rela dan rendah hati (modest) bersedia menerima kritik
dari pihak lain terhadap pendirian atau sikap intelektualnya;
5. . Jujur, dalam arti menyebutkan setiap sumber atau informasi yang diperoleh dari pihak
lain dalam mendukung sikap atau pendapatnya; serta
6. Indenpenden yaitu dalam arti beranggungjawab atas sikap dan pendapatnya, bebas dari
7. tekanan atau “kehendak yang dipesankan” oleh siapa pun dan dari mana pun dan bisa
juga diartikan berdiri sendiri

Anda mungkin juga menyukai