Anda di halaman 1dari 37

PENDIDIKAN PANCASILA DAN SEJARAH PANCASILA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah wajib
Pendidikan kewarganegaraan dan deradikal Universitas Muhammadiyah Jember

Dosen pengampu :
Dr. Ir. Eko Budi Satoto, M. MT

Disusun oleh :

Jesica Nabila Azizah (2310411063)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan kasih sayang dan
rahmatnya, sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu. Penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada Bapak Eko Budi Satoto,Dr.Ir. Selaku dosen pengampu
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Dan Deradikal.
Makalah ini membahas mengenai landasan pendidikan pancasila, pengertian
pendidikan pancasila, tujuan pendidikan pancasila, pendidikan pancasila menurut para
ahli, sejarah pancasila sebelum masa kemerdekaan, masa setelah kebangkitan nasional
sampai kemerdekaan indonesia, masa setelah kemerdekaan. Semoga makalah ini
dapat dipergunakaan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun ilmu pengetahuan
bagi pelajar maupun mahasiswa.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya. Akhir kata kami
ucapkan terimakasih

Jember, 28 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................2
1.3 TUJUAN MASALAH..........................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................3
PENDIDIKAN PANCASILA........................................................................................3
2.1 Landasan pendidikan pancasila............................................................................3
2.2 Pengertian pendidikan pancasila.........................................................................12
2.3 Tujuan pendidikan pancasila..............................................................................13
2.4 Pendidikan pancasila menurut para ahli.............................................................14
BAB III.........................................................................................................................16
SEJARAH PANCASILA DALAM KONTEKS PERJUANGAN BANGSA
INDONESIA................................................................................................................16
3.1 Sejarah pancasila sebelum masa kemerdekaan..................................................16
3.2 Sejarah pancasila.................................................................................................17
3.3 Pancasila sebagai dasar negara.........................................................................18
3.4 Pancasila di masa saat ini...................................................................................19
3.5 Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa indonesia dibagi dalam
beberapa masa...........................................................................................................21
PENUTUP....................................................................................................................32
Kesimpulan :.............................................................................................................32
Saran :.......................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................33

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidikan pancasila merupakan nilai-nilai pancasila, yang merupakan dasar negara
Indonesia. Pendidikan pancasila diperlukan untuk menumbuhkan wawasan dan
kesadaran berbangsa dan bernegara, sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
pancasila. Pendidikan pancasila diperlukan untuk membentuk bersikap rasional dan
dinamis, serta dapat bersikap demokratis dan berkeadilan.
Pendidikan ini merupakan faktor yang menjadi dasar maju atau tidaknya suatu
bangsa, dan sekarang menjadi kebutuhan yang diwajibkan untuk mengikuti
perkembangan suatu zaman. Pendidkan pancasila dan kewarganegaraan mengemban
misi menjadikan siswa sebagai warga negara Indonesia yang cerdas, dan religius,
yang diperlukan konsisten agar mampu melestarikan dan mengembangkan citra
demokrasi serta bertanggung jawab. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
merupakan wahana untuk mengembang dan melestarikan nilai luhur dan moral yang
berakar pada budaya bangsa Indonesia.
Sejarah pancasila merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia yang
berpalingan dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia dari pemerintah kolonial
Belanda. Ideologi ini menggabungkan nilai-nilai yang penting bagi bangsa Indonesia ,
seperti peri kebangsaan, peri kemanusiaan, dan peri keTuhanan, serta menyediakan
garis panduan untuk mengatur hubungan antara rakyat dan negara. Pancasila juga
menjadi dasar bagi konstitusi UUD 1945, yang disahkan pada sidang PPKI pada 18
Agustus 1945 ia merupakan dasar hukum dan keadilan bagi rakyat Indonesia, yang
membantu menjamin kemakmuran dan kesejaterahan bangsa. Pancasila juga
berpalingan dengan perjuangan bangsa Indonesia yang melalui perubahan politik dan
ideologi, yang mengubah konteks politik dan sosial di Indonesia.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimana tentang landasan pendidikan pancasila?
2) Bagaimana pengertian pendidikan pancasila?
3) Bagaimana tujuan pendidikan pancasila?
4) Bagaimana pendidikan pancasila menurut para ahli?

5) Bagaimana sejarah pancasila pada masa sebelum kemerdekaan?

6) Bagaimana masa kebangkitan nasional sampai kemerdekaan indonesia?

7) Bagaimana pancasila masa setelah kemerdekaan?

1.3 TUJUAN MASALAH


1) Untuk mengetahui landasan pendidikan pancasila
2) Untuk mengetahui pengertian pendidikan pancasila
3) Untuk mengetahui tujuan pendidikan pancasila
4) Untuk mengetahui pendidikan pancasila menurut para ahli
5) Untuk mengetahui sejarah pancasila pada masa sebelum kemerdekaan
6) Untuk mengetahui masa kebangkitan nasional sampai kemerdekaan indonesia
7) Untuk mengetahui masa setelah kemerdekaan

2
BAB II

PENDIDIKAN PANCASILA

2.1 Landasan pendidikan pancasila

Pancasila menjadi ideologi bangsa Indonesia yang tercantum di dalam Pembukaan


Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Alinea ke-4 yang telah diterbitkan bersama
dengan teks UUD 1945 pdan disahkam pada 18 Agustus 1945 oleh PPKI. Secara
historis, dasar falsafah mengenyam pemahaman serta penyelewengan kekuasaan yang
bervariasi sebagai bentuk hajat dari elite politik agar sekedar menjadi kuat dalam
kekuasaan, bersembunyi di balik validasi dasar negaraIndonesia. Oleh karena itu,
Pancasila tidak lagi diposisikan menjadi landasan falsafah dan visi misi berbangsa dan
bernegara di Indonesia. Namun dikurangi, diperketat dan dikudeta demi hasrat para
penguasa politik elite pada masa itu. Sehingga, Pancasila tidak dapat melawan
beragam tuntutan, kecaman dan kemunafikan terhadap integritas Pancasila. Gerakan
reformasi berusaha mengubah derajat dan peran Pancasila, hal ini tercapai melalui
pembentukan TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Pencabutan P4 dan Pencabutan
Pancasila Sebagai Satu-Satunya Dasar Organisasi Politik dan Sosial di Indonesia.
Ketentuan ini juga menanggalkan amanat MPR yang dibubuhkan oleh Presiden demi
kewajiban penanaman Pancasila oleh P4 serta prinsip unik Pancasila. Dapat
memahami Pancasila dengan baik secara ilmiah dan objektif. Manipulasi Pancasila
oleh penguasa di masa lalu berdampak cukup serius, saat ini banyak elite politik dan
sebagian kalangan menganggap Pancasila adalah label politik Orde Baru, hal
ini tentunya dapat melemahkan keprcayaan masyarakat dan membahayakan persatuan
dan kesatuan bangsa.

1. Landasan historis

Negara Indonesia dibingkai dalam serangkaian pengalaman yang memiliki siklus


panjang yang dapat diverifikasi dalam upaya menemukan jati diri. di dalamnya

3
terdapat karakter, ciri-ciri, dan kepribadian negara yang berbeda dengan negara lain
yang dirumuskan begitu sederhana dan memiliki makna yang dalam, yakni terdiri dari
lima sila (lima prinsip) dan disebut Pancasila. Secara obyektif nilai Pancasila sudah
dimiliki oleh Negara Indonesia, dengan tujuan agar Pancasila menjadi nilai luhur
negara indonesia.

Pancasila adalah “warisan kejeniusan” dari founding father. Pancasila merupakan


rekaman realitas yang esensial bagi eksistensi interaksi berbangsa dan bernegara
Indonesia. Pancasila adalah barang otentik yang sangat penting yang dapat mengarang
dan mengikuti kondisi Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai saat ini.
Landasan hisoris adalah dasar kenyataan-kenyataan yang dapat dibuktikan
kebenarannya yang digunakan sebagai alasan untuk menciptakan pengajaran
Pancasila, baik dari segi penetapan tujuan, pergantian materi, rencana modal
pembelajaran, maupun evaluasi. Tentu pembentukan pendidikan Pancasila tidak
hanya berwawasan kebelakang, termasuk alasan historis perlunya tindakan spesifik
generasi muda. Pada dasarnya motivasi di balik pelatihan Pancasila adalah adalah
merumuskan hal-hal penting dari masa lalu, permasalahan masa kini, dan cita-cita
mengenai kehidupan ideal di masa lalu.

Berdasarkan landasan historisya, Pancasila sudah disusun dan dipersiapkan menjadi


ideologi negara. Interaksi kemajuan tergantung pada sisi positif kehidupan individu.
Realitas yang terekam ini dimulai sejak zaman purba, kerajaan kuno, masa keemasan
bangsa, penjajahan oleh bangsa lain, Proklamasi Kemerdekaan, sampai bentuk
memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan serta berdiri menjadi sebuah
negara yang satu. Bangsa Indonesia menemukan jati dirinya selama ratusan tahun
melalui proses kehidupan rangkaian pengalayang panjang sejak lama, negara
Indonesia baru-baru ini melalui sangat panjang dan melalui interaksi menemukan
kepribadian yang memiliki atribut dan kualitas kepribadiannya berbeda dengan negara
lain. Pada periode selanjutnya pendiri negara Indonesia menggambarkan definisi yang
lugas namun sangat mendalam yang mengandung lima pandangan hidup-pandangan
hidup (lima standar) yang kemudian disebut Pancasila untuk Ideologi negara
Indonesia.

4
Sebuah negara harus memiliki keyakinan dan perspektifnya sendiri tentang
kehidupan, yang tercermin dalam kualitas yang hidup dan diciptakan di negara yang
sebenarnya. Pancasila dihasilkan dengan menggunakan negara Indonesia sendiri, yang
telah berkembang dan tercipta sejak negara Indonesia merdeka. Sebuah negara
memiliki standar dan perspektifnya sendiri tentang rutinitas sehari-hari yang berasal
dari kualitas yang dialami dan diciptakan di dalam negaranya. Indonesia, tempat
negara
Indonesia didirikan, harus memiliki visi dan sudut pandang yang kokoh agar tidak
terpengaruh oleh global local area. Negara Indonesia perlu memiliki patriotisme dan
opini publik yang tegas, bukan melewati dominasi pembesar atau otoritas filosofis,
namun melalui keprihatinan publik yang ditetapkan dalam histori nasional. Dengan
demikian, sifat-sifat dalam tiap-tiap butir pancasila sebelum dibentuk dan diresmikan
sebagai ideologi Indonesia, pada umumnya diklaim para petinggi negara. Awal dari
nilai-nilai Pancasila sejujurnya adalah negara Indonesia itu sendiri. Dilihat dari
realitas rekaman yang asli, keberadaan masyarakat dipisahkan dari
Pancasila.Kemudian, Nilai-nilai Pancasila dikembangkan melalui proses kronik yang
panjang, dan ketika para pemimpin negara Indonesia hendak dalam membangun
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila berubah menjadi dasar negara.
Memahami sejarah berdirinya Pendidikan Pancasila menyiratkan bahwa kita
memahami kembali latar belakang histori masyarakat Indonesia dalam menjaga
dan memperjuangkan otonomi atau ikhtiar yang dilakukan untuk melepaskan negara
dari kolonialis yang sangat tua. Dalam situasi yang unik ini, kesepakatan ini ditingkatkan
menjadi kesadaran bahwa perjuangan masyarakat Indonesia bergantung pada, didukung
dancasila. didorong oleh sifat-sifat Pancasila yang telah ada di negara Indonesia cukup
lama. Penataan negara Indonesia melalui interaksi yang sungguh-sungguh panjang
mendorong negara ini untuk menelusuri jalan hidupnya sebagai negara yang otonom,
bersatu, dan memiliki rasa persaudaraan yang terangkum dalam cara pandang negara
terhadap kehidupan, khususnya Pancasila.

5
Hal ini bertujuan agar setiap penduduk tidak terpengaruh di tengah globalisasi dunia
kawasan lokal. Penduduk yang memahami latar belakang sejasejarah pertempuran
negara Indonesia. Hal ini bertujuan agar setiap penduduk tidak terpengaruh di tengah
globalisasi dunia kawasan lokal. Penduduk yang memahami latar belakang sejarah
negaranya akan menjadi penduduk yang memiliki mentalitas kuat, serta dibuktikan
dengan pribadi yang patriotisme. Dalam kehidupan bernegara dan bernegara saat ini,
terutama di masa perubahan, bangsa Indonesia harus memiliki visi dan sudut pandang
yang kuat agar tidak terpengaruh di tengah ruang lokal global. Pada akhirnya, negara
Indonesia harus memiliki patriotisme yang kuat dan rasa kesukuan yang kuat, bukan
melalui kekuatan atau otoritas filosofis, tetapi melalui kesadaran publik yang telah
berkembang dalam rangkaian pengalaman bernegara. Jadi pada umumnya ciri-ciri
yang ada dalam setiap undangundang Pancasila sebelum ditetapkan dan disahkan
sebagai dasar negara diklaim oleh bangsa Indonesia, sehingga dapat dikatakan bahwa
ciri-ciri pancasila pada umumnya berasal dari negara itu sendiri. Pada akhirnya,
negara Indonesia adalah alasan realistis bagi Pancasila. Catatan perjalanan yang dapat
diverifikasi dari Negara Indonesia menunjukkan bahwa pembentukan dan rencana
Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia memiliki sejarah interaksi yang panjang.
Interaksi tersebut diawali dengan pencopotan dan demonstrasi ciri-ciri pancasila yang
telah ada sejak keberadaan Indonesia, dimulai dengan era Kutai, Sriwijaya, Majapahit
dan diakhiri dengan munculnya negara-negara asing yang menjajah dan menguasai
negara Indonesia.Sifat-sifat tersebut kemudian dirinci dalam premis pemikiran negara
Indonesia oleh para arsitek terkemuka pada rapat BPUPKI dari tanggal 29 Mei 1945
sampai dengan 1 Juni 1945. pidato di rapat pusat BPUPKI dan berhasil menyusun
naskah-naskah yang mereka sebut “Surat dari Jakarta tanggal 22 Juni 1945”, yang di
dalamnya ditetapkan rancangan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. premis
negara, Selesai satu hari setelah kemerdekaan Republik Indonesia, lebih tepatnya pada
tanggal 18 Agustus 1945. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) secara
resmi menetapkan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia sehingga
Pancasila termasuk dalam Pembukaan UUD 1945. UUD 1945 dan secara formal
menjadi premis negara kesatuan Republik Indonesia. Penetapan Pancasila sebagai
falsafah dan premis negara kesatuan Republik Indonesia tidak
terlaksana.Sebagaimana yang diharapkan dan andal. pemberontakan sebagai upaya
untuk merekonstruksi falsafah Pancasila.untuk mengubah urred di berbagai tempat di
Indonesia. Munculnya tantangan G.30 S/PKI pada tahun 1965 merupakan bukti kuat

6
pelaksanaan Perisai Filsafat Pancasila sebagai falsafah yang dapat dikenali.
Kepentingan negara membawa serta pola pikir psikologis individu tertentu yang
diperlukan untuk memahami falsafah Mengubah Pancasila menjadi sistem
kepercayaan komunis.Ketidaktahuan akan makna sifat-sifat yang terkandung dalam
Pancasila merupakan salah satu penyebab terjadinya penyimpangan dari falsafah
Pancasila. Perjalanan sejarah dari Pancasila ini dimaksudkan sebagai bantuan untuk
memahami Pancasila secara akurat dan andal. Memahami peristiwaperistiwa
pembangkangan dan penganiayaan terhadap Pancasila yang terbukti kebenarannya,
akan menegaskan kembali komitmen setiap warga negara Indonesia untuk
memelihara, mengamalkan, dan mengamankan Pancasila sebagai pekerjaan guna
mencapai tujuan umum negara. Indonesia. Sebagai warga negara, siswa harus
memiliki karakter nasionalis yang mencintai negara dan negara serta rela berkorban
untuk itu. Para santri harus siap menerima transmisi perjuangan untuk mengisi
kemerdekaan di segala bidang dengan energi dan rasa kenyang dengan pancasila.Jiwa
dan jiwa ini harus dirasakan dan disebarkan melalui pendidikan pancasila.

1. Landasan kultural

Pancasila yang merupakan pribadi dan identitas rakyat Indonesia yang


menggambarkan pencerminan dari nilai yang tumbuh sejak dahulu. Potensi yang
diwujudkan Pancasila bukan merupakan adicita dari individu saja, sebagaimana
contoh dari hasil ide Karl Marx berupa ideologi Komunis, melainkan pemikiran dari
berkonsep dan dari para pendiri bangsa yang diperoleh dan diambil dari nilai luhur
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sudah sewajarnya bagi generasi penerus bangsa
ataupun penerus berikutnya, terutama dari bagian intelektual Kampus, ini merupakan
kewajiban kita agar mendalami dan mengkaji karya besar (Pancasila) dalam rangka
melestarikan nilai yang terdapat di dalam Pancasila secara dinamis dalam arti untuk
menyesuaikan nilai itu sesuai dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Landasan kultural merupakan perluasan pendidikan pancasila, yang berlandaskan
nilai-nilai yang yang tumbuh dari nenek moyang terdahulu. Pancasila ialah
perwujudan dari budaya bangsa yang wajib diwariskan kepada generasi mendatang.
Secara kultural, unsur- unsur Pancasila bisa ditemui dalam adat istiadat, kitab suci,
bahasa, semboyan, kesenian, keyakinan, agama serta budaya Indonesia pada biasanya.
Pembelajaran Pancasila memelihara sertameningkatkan nilai- nilai Pancasila yang

7
sudah disepakati serta hendak terus disepakati. Setiap negara di planet ini dalam
keberadaan masyarakat, negara dan negara secara konsisten memiliki cara pandang
tentang kehidupan, teori kehidupan, dan aturan selamanya agar tidak terpengaruh di
bidang masyarakat global. Setiap negara memiliki kualitas dan perspektif tentang
kehidupan yang unik dalam kaitannya dengan negara yang berbeda. Sosialisme
negara dan progresivisme meletakkan premis cara berpikir negara mereka pada ide
filosofis tertentu, misalnya sosialisme meletakkan premis filosofisnya pada ide ide
Karl MarxBerbeda dengan negara yang lain, negara Indonesia mendasarkan
pandangannya pada kehidupan di arena publik, negara dan negara pada aturan sosial
yang diklaim dan bergabung dengan negara yang sebenarnya. Sifatsifat kenegaraan
dan sosial yang terkandung dalam statuta Pancasila merupakan hasil teoretis dari
seorang individu serta merupakan konsekuensi dari karya luar biasa negara Indonesia
itu sendiri melalui kesan filosofis para penulis negara seperti Soekarno, Moh. Mamin,
Moh. Hatta, Soepomo, dan tokoh-tokoh pembentuk negara lainnya. Karya luar biasa
utama negara Indonesia yang sesuai dengan karya luar biasa berbagai negara di muka
bumi ini adalah konsekuensi dari merenungkan negara dan negara yang menyatukan
pandangan tentang eksistensi terhadap aturan nilai penting yang terutang di statuta
Pancasila.

Ciri-ciri sosial yang telah dilestarikan dan telah ada sejak keberadaan Indonesia
merupakan sumber falsafah Pancasila. Setiap negara di planet ini memiliki cara
hidup sendiri yang mengidentifikasi dengan negara yang berbeda. Bagi warga negara
Indonesia, budaya adalah warisan yang harus dilindungi dan dilestarikan. Upaya
menggali dan menggali budaya Indonesia telah dilengkapi oleh para penulis negara
kita melalui karya-karyanya yang luar biasa, yaitu Pancasila, yang statutanya telah
diangkat dari kualitas sosial Indonesia diri. Ajaran Pancasila tidak dapat dipisahkan
dari tatanan sosial manapun Penguasaan pembelajaran Pancasila juga harus
menguasaibudaya Indonesia, terutama yang mengidentifikasikan dengan kualitas
sosial negara Indonesia yang menjadi kepribadian negara Indonesia.Sebagai warga
negara, seorang mahasiswa tidak boleh menguras kepribadian Indonesianya sebagai
figur publik negara dimanapun dia berada. Negara yang tegas, ramah, berwawasan
luas, cerdas, amanah, berpikiran terbuka, tangguh, menghargai orang lain dan kualitas
negara yang berbeda harus terukir di setiap Indonesia. Kualitas-kualitas dunia lainnya

8
ini kemudian diakui sebagai kualitas universal untuk semua negara yang dihubungkan
dengan suatu metode pemikiran, falsafah Pancasila.

2. Landasan yudiris

Landasan Yuridis yakni landasan yang berlandaskan pada suatu ketentuan perundang-
undangan yang dibuat melewati bermacam proses negosiasi serta pemusyawarahan.
Pancasila secara yuridis konstitusional, secara resmi sebagai ideologi negara semenjak
dituangkannya rumusan Pancasila dalam pembukaan UUD 1945. Secara hierarkis,
landasan yuridis bisa ditelusuri dari UUD 1945, Ketetapan MPR, Undang- undang,
Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, Keputusan Direktur Jenderal, serta lain-
lain. Landasan yuridis konstitusional ini dapat diketahui melalui Pembukaan UUD
1945 alinea ke-4 yang menjadi rumusan dasar negara yang benar dan legal serta
autentik, sebagai berikut:
a. Ketuhanan yang Maha Esa;
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab;
c. Persatuan Indonesia;
d.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Batang tubuh UUD 1945 juga termasuk ke dalam landasan yuridis konstitusional
yang dipaparkan lebih lanjut secara terperinci dalam pasal-pasal dan ayat-ayat di
dalamnya. Adapun pemaparan yang ada di dalam batang tubuh UUD 1945 sebagai
berikut:

A. Sila pertama
Pasal 29 ayat (1) UUD 1945: Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Ayat
(2) UUD 1945: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

9
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.

B.Sila kedua
Pasal 27 ayat (1) UUD 1945: Segala Warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam Hukum Dan Pemerintahan dan wajib menjunjung Hukum dan Pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya. Ayat (2) UUD 1945: Tiap-tiap warganegara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

C. Sila ketiga
Pasal 30 ayat (1): Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara.

D. Sila keempat
Pasal 22E: Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.

E. Sila kelima
Pasal 33 ayat (1): Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas
kekeluargaan. Ayat (2):Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai hajat hudup orang banyak dikuasai oleh
Negara. Ayat (3): Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalammya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Landasan hukum pada sistem Pembelajaran Pancasila di dalam akademi diatur di
dalam UU Nomor. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pembelajaran Nasional pasal 39
yaitu, “Isi kurikulum tiap tipe, jalur serta jenjang pembelajaran harus dimuat
pembelajaran Pancasila, pembelajaran agama, serta pembelajaran
kewarganegaraan.Buat mewujudkan penerapan dari SK tersebut, Dirjen Pembelajaran
besar menghasilkan sesuatu pesan keputusan Nomor. 38/ DIKTI/ Kep/ 2002.

3. Landasan filosofi

10
Pancasila mempunyai 5 nilai-nilai krusial dan sakral menjadi kesatuan yang utuh,
yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan nilai keadilan,
nilai-nilai tersebut haruslah diimplementasikan seluruh masyarakat di negara
Indonesia. Diperkuat dengan kedudukan Pancasila menjadi etos bangsa Indonesia.
Pancasila juga menjadi asal dari segala asal aturan di Indonesia. Oleh karenanya,
sudah sebagai keharusan bagi bangsa kita dalam menjaga kelangsungan Pancasila
pada kehidupan setiap masyarakat negara Indonesia. Apabila ditinjau kembali, nilai
yang terkandung pada Pancasila mempunyai filosofi yang kuat. Kelima nilai
Pancasila diyakini adalah jiwa, kepribadian, dan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Maka dari itu, nilai-nilai Pancasila sangat identik dan tidak bisa dilepaskan dari
kehidupan bangsa. Dapat dipastikan bahwa bangsa Indonesia mengklaimnegaranya
hidup atas pondasi agama dengan mempercayai adanya Tuhan. Berjiwa kemanusiaan,
mengekspresikan kesamaan derajat individu masyarakatnya, berlaku adil, dan
menjunjung dan menginginkan persatuan tercipta di negaranya.pertama tentunya nilai
ini terdapat di dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, jika suatu tindakan
terbukti mencederai nilai-nilai Pancasila, maka wajib ditindak lanjuti dengan tegas.
Lantaran Pancasila mengandung nilai filosofi yang kuat bagi bangsa Indonesia.
Bahkan, sebelum Indonesia terbentuk sebagai suatu negara, nilai-nilai Pancasila ini
sudah ada semenjak masa kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia. Bisa dibuktikan
dengan pada masa kejayaan kerajaan tersebut, penduduk bangsa kita sudah
mengilhami nilai agama dan juga peka akan pentingnya nilai kemanusiaan. Menurut
Pandji Setijo (2006:12) landasan falsafah adalah falsafah Pancasila yang merupakan
bagian dari pendidikan Pancasila, kemudian didasarkan pada Pancasila dan UUD
1945. Negara mendasari hukum dan segala kegiatan Operasional dalam Landasan
Filosofis adalah memanfaatkan hasil pemikiran falsafah pancasila untuk memajukan
pendidikan pancasila. Nilai-nilai tersebut segera menjelma menjadi falsafah hidup
suatu bangsa. Negara harus menjadi sumber segala tindakan penyelenggara negara,
sebagai urat nadi peraturan perundang-undangan yang mengatur kehidupan berbangsa
dan bernegara. Pancasila adalah dasar pemikiran negara dan visi filosofis neg ara
Indonesia.Oleh karena itu, merupakan dasar etis untuk mengakuinya secara andal dalam
semua aspek kehidupan bermasyarakat, bermasyarakat dan bernegara.

11
Hal ini tergantung pada realitas filosofis dan objektif bahwa negara Indonesia
diposisikan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara dengan memperhatikan
ciri-ciri yang terkandung dalam Statuta Pancasila, yang merupakan pola pikir negara
Indonesia sebelum negara didirikan. Pancasila sebagai premis filosofis merupakan
dasar filosofis Pendidikan Pancasila. Sebagai premis filosofis, Pancasila memiliki
kemampuan untuk membantu dan membimbing bangsa Indonesia, bertindak,
bertindak dan bertindak dalam segala bidang dalam kehidupan sehari-hari, baik di
mata masyarakat, negara dan negara sebagai pedoman dalam kehidupan. Bangsa
Indonesia, Pancasila dapat menjawab beberapa pertanyaan mendasar tentang negara.
Bagi bangsa Indonesia, ciri pancasila yang dijadikan sebagai ajaran etika kenegaraan
merupakan konsekuensi dari cerminan bangsa Indonesia yang berbeda-beda.
Negara.Oleh karena itu, sifat-sifat tersebut harus diterima, dirasakan, dan diselubungi
oleh seluruh warga negara Indonesia yang sebagai pelajar harus membudayakan
akhlaknya sesuai dengan karakter bangsa Indonesia khususnya Pancasila.

2.2 Pengertian pendidikan pancasila

Pendidikan tentang pancasila merupakan salah satu cara untuk menanamkan pribadi
yang bermoral dan berwawasan luas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh
karena itu, pendidikan tentang pancasila perlu diberikan disetiap jenjang pendidikan
mulai dari tingkat dasar, menengah hingga perguruan tinggi.

Pendidikan Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan terwujud


dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai
golongan agama, kebudayaan, dan beraneka ragam kepentingan, perilaku yang
mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran diarahkan pada perilaku
yang mendukung upaya terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

12
2.3 Tujuan pendidikan pancasila

Tidak perlu diragukan lagi, bila Pancasila adalah etos bangsa Indonesia. Oleh
karenanya, telah sepatutnya Pancasila sebagai bagian pendidikan dari bangsa
Indonesia. Jika kita tidak mau mempelajari, memahami, dan menjaga keberadaan
Pancasila, itu sama saja dengan tidak menghargai dan menjunjung tinggi usaha
pusaha pahlawan bangsa yang telah susah payah merumuskan Pancasila dan
memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Dengan demikian, pendidikan
Pancasila bisa diartikan menjadi pilar bangsa dalam gerakan dan upaya
mempertahankan keutuhan Indonesia. Berikut dirincikan mengenai tujuan dari
pendidikan Pancasila. Melalui pendidikan Pancasila, masyarakat negara diharapkan
sanggup memahami dan menganalisis setiap kejadian baik mengenai sosial, politik,
ekonomi, maupun budaya tapi utamanya ideologi bangsa setidaknya untuk dirinya
sendiri. Jika ia turun di ranah pendidikan maka diharapkan bisa menjaga keberadaan
Pancasila di tengah kuatnya arus perkembangan dunia sehingga terus memperkuat jati
diri bangsa. Kemudian pendidikan ini mempunyai peranan krusial pada proses
implementasi nilai-nilai Pancasila kepada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, &
bernegara. Dengan demikian, Pendidikan Pancasila memiliki tanggung jawab secara
penuh terhadap ideologi, politik, sosial, moral juga aturan hukum sebagai
pembentengan diri bangsa Indonesia. Agar tetap bertahan dalam menghadapi aneka
ragam ancaman, hambatan, dan tantangan yang berpotensi menghambat ketahanan
bangsa. Adapun tujuan Pendidikan Pancasila yaitu:
1. mendorong setiap individu untuk beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. mendorong terwujudnya kehidupan berkemanusiaan yang adil dan beradab;
3. mendukung terwujudnya persatuan bangsa;
4. mendorong terwujudnya kerakyatan yang
mengutamakan kepentingan bersama, di atas
kepentingan individu atau golongan, dan
5. mendukung upaya terwujudnya suatu keadilan sosial
dalam kehidupan bangsa.

13
Secara umum, tujuan utama pendidikan Pancasila adalah untuk memupuk
pengetahuan dan pengenalan berbangsa dan bernegara, mentalitas dan pengamalan
cinta tanah air dan budaya masyarakat, pemahaman nusantara dan kemajemukan
masyarakat di masa depan Mahasiswa . Peneliti dari Republik Indonesia yang
mempelajari dan menguasai ilmu pengetahuan dan inovasi. Tujuan umum negara
Indonesia harus diakui dalam berbagai bidang kehidupan, dengan memperhatikan
bidang pendidikan. Sekolah negeri di Indonesia diatur oleh Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dengan tujuan menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk berserah diri
dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan tabah., terdidik,
bugar, inovatif, bebas dan berlandaskan kokoh serta warga negara yang berwawasan
luas. Untuk mencapai efisiensi dan tujuan pendidikan umum sebelumnya
diselenggarakan pendidikan tinggi. Pendidikan lanjutan yang memiliki salah satu
kemampuan “mengembangkan kemampuan peserta didik agar menjadi manusia yang
bertaqwa dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia, kuat,
cakap, mandiri”. Diabaikan kebenaran kehidupan global. Untuk mengharapkan
perbaikan.

2.4 Pendidikan pancasila menurut para ahli

Pendidikan kewarganegaraan ini dapat dimaknai sebagai suatu wadah pengalokasian


untuk pengembangan poin-poin kearifan nasional Indonesia yang dilihat dari silsilah
budaya, adat kebiasaan bangsa Indonesia yang ditanamkan ke ranah rutinitas sehari-
hari selaku pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan menurut Hartati (2018) merupakan suatu mata pelajaran yang
mendidik dan melatih dalam pertumbuhan karakteristik siswa. Kemudian menurut
Pangalila (2017) yang dimaksud dengan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
ialah mengajarkan warga negara yang baik dengan cara melatih perbedaan dengan
menghargai perbedaan yang berada di lingkup tatanan budaya Indonesia menjadi
suatu keanekaragaman. Selanjutnya Menurut Zamroni dalam jurnal Sakman &
Bakhtiar (2017) yang dimaksud pendidikan pancasila dan kewarganegaraan ialah
pendidikan yang mengintegrasikan pendidikannya untuk mengelola masyarakat agar

14
mampu berperan dalam musyawarah mufakat. Bersumber dari buah pikiran para
ahlidiatas, maka bahwasannya yang dimaksud dengan pendidikan kewarganegaraan
ialah cara melatih warga negara untuk toleran, mandiri, serta bertanggung jawab
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka dari itu
mengapa pendidikan kewarganegaraan sangat penting manfaatnya karena dapat
menghindarkan kita dari pengaruh kurang baik dari budaya negara lain yang tidak
sesuai dengan kultur negara kita. Selanjutnya berbicara mengenai tujuan pendidikan
pancasila dan kewarganegaraan dikutip dari Akbal (2016) ialah supaya setiap warga
negara memiliki rasa bangga terhadap tanah airnya. Selaras dengan itu Pahlevi (2017)
mengatakan bahwa tujuan dari pendidikan pancasila dan kewarganegaraan ialah untuk
mendidik warga negara dalam meningkatkan integritas terhadap bangsa dan negara
dalam wadah kesatuan dalam keberagaman. Dikutip dari Izma & Kesuma (2020)
mengemukakan bahwasannya tujuan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan yaitu
untuk memupuk pandangan dan kepekaan nasionalis
dalam cerminan perbuatan cinta tanah air. Adanya pendidikan pancasila dan
kewarganegaan, diharapkan seluruh bangsa Indonesia mampu untuk menghadapi
permasalahan-permasalahan yang menerjang bangsa saat ini hingga masa yang akan
mendekati setelahnya dengan menjunjung tinggi impian bangsa serta tujuan nasional
yang dimuat di pembukaan UUD 1945.

15
BAB III

SEJARAH PANCASILA DALAM KONTEKS PERJUANGAN BANGSA


INDONESIA

3.1 Sejarah pancasila sebelum masa kemerdekaan


Masa kerajaan munculnya kerajaan-kerajan pada abad ke VII di Indonesia telah
memberikan banyakandil terhadap nilai-nilai Pancasila seperti nilai sosial politik
dalam bentuk kerajaan, dan nilai Ketuhanan dalam bentuk kenduri, sedekah para
brahmana. Kerajaan Sriwijaya mengembangkan bidang pendidikan terbukti dengan
didirikannya semacam universitasagama Budha yang sangat terkenal di Asia. Pada
masa kejayaan kerajaan Majapahit , hidupdan berkembang dua agama yaitu Hindu
dan Budha. Pada masa itu pula hidup Mpu Prapancadan Mpu Tantular yang pada
kitab karangan mereka ditemukan istilah ‘’Pancasila’’ dan‘’Bhineka Tunggal Ika

Keberadaan Candi Borobudur sebagai wujud keberadaan masyarakat Buddha serta


Candi Prambanan milik masyarakat Hindu. Nilai-nilai Pancasila yang terdapat saat itu
ialah nilai religius, nilai toleransi beragama. kekeluargaan dan musyawarah.

A. Masa Kolonial

Pada masa penjajahan tercatat bahwa Belanda berusa dengan keras untuk
memperkuat dan mengintensifkan kekuasaannya di seluruh Indonesia. Melihat hal
tersebut munculah perlawanan yang masih bersifat kedaerahan. Seperti di Maluku
(1817), Imam Bonjol (1821- 1837), Pangeran Diponegoro dan mash banyak lagi
lainnya.

Setelah Majapahit runtuh, mulailah bermunculan kerajaan-kerajan islam. Pada saat itu
juga berdatangan bangsa-bangsa asing seperti Portugis dan Spanyol untuk mencari

16
rempah- rempah. Untuk menghidarkan persaingan, Belanda mendirikan suatu
perserikatan dagang yang diberi nama VOC mulai melakukan paksaan-paksaan
sehingga rakyat dari berbagai daerah melakukan perlawanan.

B. Masa kebangkitan nasional

Atas kesadaran bangsa Indonesia maka berdirilah Budi Utomo dipelopori oleh Dr.
Wahidin Sudirohusodo pada tanggal 20 Mei 1908. Gerakan ini mrupakan gerakan
awal gerakan kemerdekaan dan kekuatan sendiri. Lalu mulailah bermunculan Indische
Partij dan sebagainya.Sejak saat itu perjuangan nasional Indonesia mempunyai tujuan
yang jelas yaitu Indonesia merdeka.Perjuangan diteruskan dengan adanya gerakan
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang menyatakan satu bahasa, satu
bangsa serta satu tanah air yaitu Indonesia Raya.

C. Masa Penjajahan Jepang

Pada tahun 1943-1944 tentara Jepang mulai mengalami kekalahan. Dalam keadaan
demikian jepang berusaha mengambil hati bangsa-bangsa yang dijajahnya antara lain
Indonesia dengan menjanjikan kemerdekaan. Pada tanggal 29 April 1945 dibentuk
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Dokuritsu
Junbi Coesakai. Diketuai oleh Dr. Rajiman Wedyodningrat dengan anggota 62 orang
tugas BPUPKI adalah mempelajari hal-hal yang diperlukan untuk menyelenggarakan
suatu negara yang merdeka.

3.2 Sejarah pancasila


Pancasila adalah kesepakatan luhur antara semua golongan yang hidup di tanah air.
Kesepakatan luhur tidak akan banyak berfungsi jika tidak didudukan dalam status
yang jelas,oleh karena itu kesepakatan luhur bangsa harus dirumuskan sebagai
ideologi bangsa dan filsafat. Ideologi bangsa, artinya setiap warga negara Republik
Indonesia terikat oleh ketentuan-ketentuan yang sangat mendasar dalam sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan beradap, Persatuan indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan atau
perwakilan, dan Keadilan bagi seluruh rakyat indonesia. Pandangan hidup dan sikap

17
warga negara secara keseluruhan harus bertumpu pada Pancasila sebagai Ketuhanan
bukan sekedar masing-masing sila (Oesman, 1990:163)

Dewantara (2017:145), dalam tulisannya menyatakan bahwa bangsa dan negara


Indonesia merupakan suatu bangsa yang besar. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai
ragam sosial, kelompok etnis, budaya, agama dan aspirsi politik, sehingga bangsa ini
secara sederhana dapat disebut dengan masyarakat multikultular. Multikultular
menekankan keaneragaman kebudayaan dalam kederajatan.

Pancasila dalam perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia merupakan cara


pandang untuk menilai peristiwa yang melatarbelakangi terbentuknya NKRI dan
dasar negaranya yaitu Pancasila. Pembentukan Pancasila tersebut tidak terlepas dari
sejarah kerajaan-kerajaan yang ada di nusantara dari zaman hindu, budha, islam.
Sejarah perjuangan dan berdirinya bangsa indonesia dalam mencapai
kemerdekaannya berjalan sejak sekian abad yang lalu, dengan berbagai cara dan
bertahap. Dengan itu sejarah perjuangan bangsa indonesia mempunyai hubungan
dengan sejarah lahirnya Pancasila.

Penjajahan barat yang memusnahkan kemakmuran bangsa Indonesia itu tidak


dibiarkan begitu saja oleh segenap bangsa Indonesia. Sejak semula imprealisme itu
menjejakkan kakinya di Indonesia. Sejarah pembuatan Pancasila ini berawal dari
pemberian janji kemerdekaan di kemudian hari kepada bangsa Indonesia oleh Perdana
Menteri Jepang saat itu, Kuniaki Koiso pada tanggal 7 September 1944 dengan
membentuk BPUPKI yang dibentuk oleh pemerintah jepang. Namun akhirnya bangsa
Indonesia memanfaatkan kekalahan Jepang atas Sekutu yang akhirnya Indonesia
mendapatkan kemerdekaannya.

Kemudian lahirlah organisasi-organisasi pergerakan lainnya, misalnya Sarikat


Dagang Islam (1909), yang kemudian berganti menjadi Sarikat Islam (1911) yang
dipimpin oleh H.O.S Cokrominoto. Lalu muncul Indische Partij (1913), partai
nasional Indonesia (1927), dan mulailah perjuangan nasional Indonesia yang menitik
beratkan pada kesatuan nasional dengan tujuan yang jelas yaitu kemerdekaan
Indonesia.

Jepang masuk Indonesia membawa propaganda, “Jepang pemimpin asia, Jepang


saudara tua Indonesia”, saat Jepang semakin terdesak dalam perang melawan sekutu
barat, Jepang kemudian bersikap murah hati pada Indonesia dengan menjanjikan
kemerdekaan bagi Indonesia. Jepang memberikan janji keduanya berupa
kemerdekaan tanpa syarat, Indonesia diperbolehkan memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI).

3.3 Pancasila sebagai dasar negara


Dasar negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu
memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah negara. Negara Indonesia dibangun

18
juga berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu Panacasila. Pancasila, dalam
fungsinya sebagai dasar negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur
negara Republik Indonesia. Pengertian Pancasila sebagai dasar negara dan seluruh
kedudukannya seperti inilah yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara
dan seluruh kehidupan negara Republik Indonesia. Pengertian Pancasila sebagai dasar
negara diperoleh dari alinea keempat Pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana
tertuang dalam Memoderum DPR-GR 9 Juni 1966 yang menandaskan Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI
atas nama bangsa dan rakyat Indonesia. Memorandum DPR-GR itu disahkan pula
oleh MPRS dengan ketetapan No.XX/MPRS1966

Ketetapan MPR No.V/MPR1973 dan ketetapan MPR No. IX/MPR/1978 yang


menegaskan kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau
sumber dari tertib hukum di Indonesia. Sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama
yaitu, yakni sebagai dasar negara ( philosophische grondslaag ) Republik Indonesia.
Pancasila yang terkandung dalam alinea keempat UUD 1945 tersebut ditetapkan
sebagai dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang dianggap sebagai
penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka.

Dewantara (2017:13) dalam tulisannya menyampaikan bahwa filsafat Pancasila


adalah nilai-nilai yang bermanfaat suatu pengetahuan. Filsafat pancasila memiliki
suatu kesatuan dasar yakni, kesatuan yang utuh. Bangsa Indonesia merupakan
pendukung nilai yang mengakui, dan menerima Pancasila sebagai sesuatu yang
bernilai.

Darmodiharjo (1985:22), dalam tulisannya menyatakan bahwa pancasila adalah


pandangan yang berkembang dalam sosial-budaya Indonesia. Nilai pancasila
dianggap nilai dasar dan puncak (sari-sari) budaya bangsa, karenanya nilai ini
diyakini sebagai jiwa dan kepribadian bangsa. Kepribadian bangsa ini menjiwai dan
memberikan watak kepribadian dan identitas sehingga pengakuan atas kedudukan
sebagai filsafat.

Oksep, A. (2015), Menurutnya Pancasila sebagai dasar Negara artinya bahwa


seluruh pelaksanaa dan penyelengaraan pemerintah harus mencerminkan nilai-nilai
yang memuat dalam pancasila dan tidak boleh bertentangan.

3.4 Pancasila di masa saat ini


Sebagai contoh, warga Indonesia yang aktif organisasi “persaudaraan” ini
menyebut tidak adanya keadilan sosial. Para pemimpin negara yang semestinya
memakmurkan rakyat, tapi ternyata tidak. Kekayaan rakyat dicuri, Indonesia saat ini
banyak menghadapi masalah besar. Seperti saat ini masalah tentang kekuasaan
diperebutkan, berita bohong tentang politik dimana-mana. Korupsi semakin
merajarela, hukum dimanipulasi, bukan digunakan untuk melindungi kepentingan

19
rakyat, tapi untuk melindungi pejahat-penjahat atau koruptor-koruptor di kalangan
para pengusaha negara, dan juga terorisme.

Kerukunan beragama sebenarnya dituntut oleh Pancasila, juga jauh dari kenyataan
di Indonesia saat ini. Dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa masyarakat
bebas beragama. Dengan demikian negara Indonesia bisa saling menghargai sesama
umat, dan juga bisa terlaksana ibadahnya dengan baik. Dengan sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, masyarakat dan negara Indonesia semakin paham untuk tidak melanggar
aturan yang ada atau yang ditegakkan oleh pemerintah. Pemerintah adalah orang yang
mengatur segala lalu lintas yang membuat aturan-aturan yang ada. Maka dari itu
yakni aturan yang dibuat oleh pemerintah. Dengan sila Ketuhanan ini negara
indonesia tidak ikut campur dalam aturan agama, karena setiap agama mempunyai
aturan-aturan yang ditegakkan oleh umat. Oleh sebab itu warga negara atau
masyarakat Indonesia semakin jaya dan saling menghargai dan menghormati agama,
dan sekaligus masyarakat bisa melaksanakan ibadahnya atau kepercayaan masing-
masing.

Pemerintah merupakan suatu bentuk yang ideal dalam memerintah negara.


Menurut demokrasi memiliki nilai yang baik bukan dalam konteks tetapi melainkan
kebaikan yang dibuat oleh pemerintah. Dan tidak semua yang dikehendaki oleh kaum
golongan tetapi semuanya rata tidak ada yang memilih. Dalam kelompok masyarakat
yang menyebut diri mayoritas, aparat yang bertanggung jawab terhadap keamanan
atau kestabilan pemerintah yang tidak bisa berbuat banyak. Tindakan yang
menyalahgunakan paham demokrasi yaitu pemerintah yang mayoritas paling pada
umunya yang menjadi kerap berasal dari paham demokrasi menjunjung tinggi
kebebasan hak manusia.

Pidato Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 tentu ada dalam suatu posisi filosofis
tertentu. Artinya, pidato ini ada dalam konteks pidato-pidato para tokoh yang lain
(yang tentunya mempunyai posisi filosofis dan ideologis yang berbeda). Pada sidang
yang pertama (31 Mei 1945), Soepomo menguraikan tiga teori tentang berdirinya
suatu negara. Aneka teori tersebut adalah: teori individualis (dengan Thomas Hobbes,
John Locke, Rousseau, Herbert Spencer, dan Laski sebagai pijakan filosofisnya), teori
golongan/kelas (dengan Marx, dan Hegel sebagai filosof rujukannya), dan teori
intergralistik (dengan Spinoza, Adam Muller, dan Hegel sebagai pijakan filosofinya).
Menurut Soepomo, Indonesia haruslah merupakan negara integralistrik. Karena dalam
negara integralistrik inilah ada persatuan antara pemimpin dan rakyatnya.

Negara seperti ini cocok dengan aliran pikiran ketimuran dan masyarakat
Indonesia yang ada dalam adatnya. Dengan kata lain, Soepomo hendak mengatakan
bahwa negara integralistrik khas Indonesia mempunyai pijakan filosofis yang jelas.
Ideologi yang hendak ditolak bagi bangunan Indonesia merdeka, menurut Soepomo
dengan demikian adalah federalisme (yang encuatkan keterpecahan) dan
individualisme-liberalisme (yang menekankan kebebasan mutlak bagi individu), dan

20
juga monarki. Pada pidato berikutnya M. Yamin juga mengatakan bahwa Indonesia
baru nanti menolak paham fedarilisme
feodalisme,monarki,liberalisme,autokrasi,birokrasi, dan demokrasi khas barat. Dari
sini saja tampak bahwa ada “perang ideologi” dalam konteks kemerdekaan Indonesia.

Dunia saat itu memang dilanda perang ideologi antara barat yang menjunjung
tinggi liberalisme dan timur yang mempromosikan sosialisme. Para founding fathers
tentu amat mengerti hal itu dan mencari pijakan filosofis dan sekaligus ideologis yang
memadai bagi berdirnya Indonesia merdeka. Dari sini bisa dimengerti mengapa
Soepomo mengajukan Hegel, Spinoza, dan Adam Muller bagi integralisme Indonesia
(meskipun patut diperdebatkan 53 apakah ketiga filosof tersebut berbicara mengenai
negara integralistrik). Pada bingkai itulah Soekarno menyampaikan pidatonya
mengenai Pancasila.

3.5 Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa indonesia dibagi dalam
beberapa masa

A. Masa sebelum kebangkitan nasional

Sejarah peradapan bangsa Indonesia mencatat dan membuktikan bahwa penjajahan


kolonial Belanda yang memakan waktu ratusan tahun lamanya, telah mengakibatkan
bangsa Indonesia meranaalam serba ketidakberdayaan. Dalam kenyataannya
kehadiran kolonialisme dibumi Indonesia adalah fakta historis yang turut menentukan
dalam sejarah perjalanan nasib bangsa Indonesia. Kolonial Belanda telah melakukan
penindasan terhadap kehidupan rakyat Indonesia, mulai dari monopoli perdangangan,
hingga penjajahan dalam berbagai bidang politik, kehidupan sosial, dan ekonomi.

Pada zaman penjajahan segala bentuk kegiatan dan usaha untuk memajukan
kehidupan bangsa dan perbaikan pemerintah di Indonesia selalu diawasi dan dilarang.
Begitu pula dalam kehidupan sosial terjadi diskriminasi ras, dimana bangsa Indonesia
dibagi dalam 3 golongan yaitu kelas Eropa, kelas Timur jauh atau asing dan kelas
inlander (pribumi). Tidak berbeda pula pada kehidupan ekonomi penjajah
memberlakukan aturan-aturan pemerintah yang didasarkan pada monopoli paksaan
dan kerja rodi (Iskandar Syah,2005:3-4).

Penjajahan ini menyebabkan rakyat Indonesia melakukan perjuangan melawan


penjajah. Namun perjuangan yang dilakukan oleh rakyat ini cenderung bersifat
kedaerahan. Berbagai pergerakan melawan penjajah dilakukan, pergerakan tersebut
hanya dilakukan demi kepetingan daerah saja. Pada waktu itu rasa kebersamaan atau
solidaritas sosial secara nasional yang meliputi wilayah Indonesia seperti yang

21
dimiliki dan dirasakan sekarang masih belum ada (Sagimun, 1989:72). Pergerakan
demi pergerakan yang dilakukan beberapa daerah di Indonesia dapat dengan mudah
dikalahkan oleh bangsa penjajah.

Zaman perjuangan dan perlawanan bangsa Indonesia dalam upaya mengusir dan
menentang penjajahan ini lazim disebut dengan zaman perlawanan menentang
kolonial. Namun perjuangan bangsa Indonesia sebelum tahun 1908 lebih cenderung
kepada perlawanan yang bersifat :

A. Perjuangan lokal, artinya setiap daerah mementingkan daerahnya masing-


masing.

B. Belum ada rasa persatuan dan kebangsaan, maksutnya rasa kesatuan yang
meliputi untuk kepentingan seluruh tanah air.

C. Tidak didasarkan pada suatu organisasi yang teratur.

D. Pemimpin perjuangan kebanyakan berada ditangan golongan kaum bangsawan


atau raja-raja (Iskandarsyah,2005:2).

Perjuangan yang sifatnya seperti ini tentu saja tidak dapat memberikan hasil yang
baik, sifat perjuangan yang lokal, belum mengenal rasa persatuan kebangsaan dan
perlawanan yang tidak didasarkan pada orginisasi yang teratur menyebabkan bangsa
kolonial menjajah Indonesia sehingga sulit mencapai kemerdekaan, selain itu benteng
kesukuan dan kedaerahan masih menjadi penghalangnya.

Pada tahun 1908 merupakan titik awal perjuangan bangsa Indonesia yang di
dasarkan pada :

A. Perjuangan Nasional, yang meliputi untuk kepentingan dan cita-cita seluruh tanah
air dan bangsa Indonesia.

B. Didasarkan pada suatu pola organisasi yang perjuangan yang teratur.

C. Timbulnya kesadaran nasionalisme.

D. Lahirnya golongan muda (Elite Nasional) yang menjadi pelopor perjuangan


(Iskandarsyah,2005:2)

22
Golongan muda berusaha memperjuangan kemerdekaan dengan menumbuhkan rasa
kesatuan kebangsaan Indonesia dengan cara mendirikan organisasi-organisasi. Ada
beberapa organisasi yang didirikan yang beazaskan kedaerahanya diantaranya:
Trikorodarmo yang kemudian menjadi Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Sekar
Rukun, Jong Minahasa, Jong cilebes, Jong Bataks Bond, Jong Ambon, Pemuda Kaum
Betawi, dan Jong Timoreesch Verbond.

Sedangkan organisasi yang berasas kebangsaan yang pertama berdiri adalah Boedi
Oetomo tahun 1908. Lahirnya Boedi Oetomo yang menjadi hari lahirnya kebangkitan
nasional Indonesia dan sekaligus tahun lahirnya Komisi Bacaan Rakyat atau Penerbit
Balai Pustaka. Kelahiran Komisi Bacaan Rakyat yang mendorong Sastrawan
Indonesia untuk memanfaatkannya sebagai wadah perjuangan mencapai
kemerdekaan.

Sastrawan mengunggah semangat juang bangsa Indonesia untuk bersatu melawan


penjajah melalui hasil karya sastranya. Hal ini menggambarkan bahwa kelahiran
kesusastraan Indonesia tidak bisa dipisahkan dari perjuangan bangsa Indonesia, sebab
disamping sastra Indonesia lahir sebagai buah keindahan kebanyakan Sastrawan awal,
dalam kelahiran kesusastraan Indonesia menggunakan sastra sebagai sarana
perjuangan bangsa.

Kelahiran kesusastraan Indonesia itu seiring dengan meluasnya penggunaan bahasa


melayu dalam seluruh kawasan nusantara. Penggunanya bahasa melayu sebagai
bahasa sehari-hari yang secara luas dipakai diseluruh nusantara membawa dampak
besar untuk persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Rasa senasib dan
sepenanggungan lebih memperkukuh solidaritas berbangsa, bertanah air dan
berbahasa yang seperti dilukiskan oleh Moh Yamin dalam karya-karyanya yang
ditulis untuk menyambut kongres Pemuda seluruh Indonesia ditahun 1928, dimana
akan lebih langsung berhubungan dengan Nasionalisme Indonesia (Teeuw, 1978:40-
41).

Pencetusan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 merupakan realisasi dan
kenyataan bahwa bangsa Indonesia memang sejak dahulu kala telah bertanah air satu,
berbangsa satu dan akan menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Pada tanggal 28 Oktober 1928 secara bulat menetapkan bahwa bahasa melayu sebagai

23
bahasa persatuan, yang sangat besar perannya dalam usaha pembinaan dan rasa
persatuan bangsa (Iskandarsyah,2005:31).

Dalam perkembangannya yang pesat didalam berbagai bidang Ilmu pengetahuan,


sastra, dan filsafat, Bahasa Indonesia juga mendapat sebutan baru bukan bahasa
melayu tetapi bahasa Indonesia. Dalam kesusastraan Bahasa Indonesia dapat
digunakan secara baik dan efesiensi oleh para Sastrawan sebagai media ekpresi. Rasa
kebangsaan yang berkembang dikalangan masyarakat Indonesia tidak saja
berlangsung di dunia politik dan diplomasi, tetapi berkembang juga dibidang
kesusastraan. Dalam hal ini kesusastraan pun sangat berperan dalam perjuangan
khususnya dalam upaya menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan kebangsaan
dalam jiwa bangsa Indonesia. Pembayangan akan realisasi kemerdekaan jauh hari
telah dilamunkan oleh para Sastrawan, dan diyakini mereka sebagai realitas kongkret
yang suatu saat akan tercapai.

Seperti yang dituliskan oleh Muhammad Yamin yang sajaknya “Indonesia Tumpah
Darahku” ini secara tegas menyiratkan bahwa kemerdekaan akan tercapai, seluruh
bangsa Indonesia akan bersatu padu berjuang dan membangun semangat kesatuan
kebangsaan demi kemerdekaan. Begitu pula yang telah dituliskan oleh Mohammad
Hatta pada tahun 1921 tentang kemerdekaan Indonesia, tentu saja dari hasil-hasil
karya tokoh politik sekaligus sastrawan ini akan menggugah semangat juang bangsa
Indonesia karena secara langsung akan memahami arti kesatuan dan kebangsaan
Indonesia (Yasmin, 1993:47-48).

B. Masa kebangkitan nasional sampai kemerdekaan indonesia

Kondisi sosial ekonomi pada abad ke 19 makin memburuk hal ini disebabkan
oleh eksploitasi kolonial, politik liberal dan politik etis. Di satu pihak keuntungan
yang diperoleh pemerintah kolonial dialirkan ke negeri Belanda, di lain pihak
kemelaratan dan kesengsaraan semakin menindih masyarakat Indonesia. Politik etis
merupakan usaha-usaha memajukan pengajaran, tetapi pada abad ke 20 terdapat
kekurangan dana belajar bagi anak-anak Indonesia. Keadaan ini menimbulkan
keprihatinan Dr. Wahidin Sudiro Husodo merupakan tamatan sekolah dokter pribumi
Stovia di Jakarta. Pada tahun 1906-1907 dia melakukan propaganda keliling pulau
jawa

24
Pada 1907 Dr. Wahidin Sudiro Husodo mengunjungi almamaternya dan bertemu
dengan para mahasiswa Stovia, ia melontarkan gagasan agar para mahasiswa segara
mendirikan organisasi yang bertujuan memajukan derajat bangsa. Ide Dr. Wahidin
Sudiro Husodo itu diterima dan dikembangkan oleh Sutomo dan kawan-kawannya
untuk mendirikan organisasi Budi Utomo di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908 yang
bertujuan untuk memajukan pengajaran, teknik/industri, peternakan, petertanian dan
perdagangan serta menghidupkan kembali kebudayaan.

Pada tanggal 3 sampai dengan 5 Oktober 1908 diselenggarakan kongres Budi


Utomo yang pertama di Yogyakarta. Dalam kongres tersebut berhasil diputuskan
beberapa hal yaitu :

1. Menyusun Pengurus Besar Budi Utomo dengan diketuai oleh RA. Tirtokusumo
yang merupakan mantan Bupati Karang Anyar.

2. Mengesahkan AD/ART Budi Utomo

3. Ruang gerak terbatas pada daerah Jaw-Madura

4. Yogyakarta menjadi pusat organisasi.

Setelah kongres berlangsung, dalam waktu singkat oraganisasi Budi Utomo


terjadi perubahan orientasi. Semula orientasi terbatas pada kalangan priyayi, tetapi
setelah muncul edaran yang dimuat dalam Batavia Nievwsblad pada tanggal 7
Agustus 1909, menekankan bagaimana cara memperbaiki kehidupan rakyat secara
lebih konprehensif.

C. Masa setelah kemerdekaan

Sejak Dekrit Prsiden 5 Juli 1959, Indonesia kembali kepada UUD 1945. Namun
selama dekrit itu berlaku dan menandai diterapkannya sistem Demokrasi Terpimpin,
dalam pelaksanaanya masih banyak ketentuan -ketentuan dalam UUD 1945 yang
tidak dilaksanakan menurut aturan-aturan yang ada dalam Undang-Undang Dasar.
Pemerintah telah menafsirkan salah bahwa Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi
yang sesuai dengan budaya Indonesia yakni UUD 1945. Dapat dilihat dalam bidang
ketatanegaraan, banyak ditumbuhkan lembaga-lembaga yang tidak sesuai dengan jiwa

25
dan bunyi UUD 1945. Lembaga-lembaga ketatanegaraan yang ada dan waktu itu
masih bersifat sementara saja, tidak bekerja sebagaimana yang diharapkan.

Lembaga-lembaga tersebut tidak memperoleh penempatan yangsemestinya. Dalam


kondisi yang demikian, sangat memberi peluang kepada pihak-pihak yang
mempunyai kepentingan untuk menjalankan peranan-peranan yang dapat merugikan
jalannya pemerintahan negara. Dalam bidang politik, Demokrasi Terpimpin telah
menarik berbagai pihak untuk bergelut dalam pemerintahan, sehingga berakibat pada
situasi politik yang tidak stabil. Tampilnya PKI dalam kepemerintahan, memunculkan
kecumburuan dan kekhawatiran banyak kalangan. Dalam situasi demikian, tampilnya
kekuatan politik Angkatan Darat tidak dapat dihindarkan. Akhirnya kekacauan politik
memuncak dengan meletusnya Gestapu 1965, yang telah meruntuhkan pemerintahan
soekarno.

1.Munculnya tuntutan rakyat (tritura)


Dalam keadaan yang serba kacau, akhirnya berdampak pada semakin buruknya
situasi politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Muncullah aksi-aksi yang menuntut
dituntaskannya peristiwa Gestapu. Aksi tersebut dipelopori Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indoonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pemuda Indonesia (KAPI), kemudian (KPPI),
dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia
(KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), dan Kesatuan Aksi Buruh
Indonesia (KABI). Akhirnya pada tanggal 26 Oktober 1965 kesatuan-kesatuan aksi
ini membentuk suatu front bersama yang dikenal dengan Front Pancasila. Keadaan
ekonomi yang semakin memburuk, telah mendorong semakin bertambahnya
perpecahan yang menjurus ke arah konflik politik. Gelombang demonstrasi yang
menuntut pembubaran PKI semakin meluas sejak terbentuknya Front Pancasila.
Mereka kemudian mengajukan tuntutan kepada pemerintah yang dikenal dengan Tri
Tuntutan Hati Nurani Rakyat atau lebih dikenal dengan Tiga Tuntutan Rakyat
(TRITURA). Tuntuntutan ini diajukan kepada pemerintah oleh Front Pancasila
dengan mendatangi gedung DPR-GR pada tanggal 12 Januari 1966 dengan
mengajukan tiga buah tuntutan rakyat (Tritura). Adapun isi dari Tritura itu adalah
sebagai berikut :

26
a. Pelaksanaan kembali secara murni dan konsekuen UUD 1945
b. Pembubaran Partai Komunis Indonesia
c. Penurunan harga barang-barang.

Menanggapi tuntutan tesebut, presiden Soekarno semakin kehilangan arah


kepemimpinan. Wibawa pemerintah semakin merosot. Terlebih lagi manakala AD
dengan RPKAD-nya mendukung aksi-aksi demonstrasi tersebut. Presiden kemudian
mereshuflle Kabinet Dwikora pada tanggal 21 Februari 1966, dan diberi nama
Kabinet Dwikora Yang Disempurnakan. Namun tindakan tersebut justru semakin
memperbesar kekecawaan rakyat terhadap presiden. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya orang-orang komunis atau pro PKI yang masudalam jajaran kabinet. Ini
mengindikasikan bahwa pemerintah telah mengabaikan Tritura.Untuk menandingi
aksi Tritura, presiden Soekarno juga telah membentuk Barisan Soekarno. Hampir
semua golongan termasuk beberapa anggota Dewan Mahasiswa (Universitas
Indonesia) menyatakan dukungannya. Akan tetapi ABRI menolak pembentukan
Barisan Soekarno secara formal. Tanggal 18 Januari kemudian ABRI mengumumkan
larangan terhadap pembentukan Barisan Soekarno yang diikuti oleh daerah-daerah.
Setelah gagalnya pembentukan Barisan Soekarno, presiden kemudian memberi
komando kepada seluruh rakyat Indonesia untuk menyusun Barisan Pembela
Pemimpin Besar Revolusi. Namun komando ini juga tidak membuahkan hasil, malah
justru menambah panasnya situasi politik dan pemerintahan . Pada hari pelantikan
kabinet baru tanggal 24 Februari 1966, para demonstran yang dipelopori oleh KAMI
berusaha menghalangi dan menggagalkan upacara pelantikan. Para demonstran
melakukan aksi serentak memblokir jalan-jalan dan mengempeskan ban-ban mobil
sehingga lalu lintas lumpuh. Aksi ini berdampak pada bentrokan yang tidak dapat
dihindarkan didepan istana. Dalam bentrokan ini gugur seorang demonstran Arief
Rachman Hakim, mahasiswa UI karena tertembak oleh Pasukan Cakrabirawa. Aksi-
aksi demonstrasi tersebut menimbulkan kemarahan presiden Soekarno.
Kemudian pada tanggal 25 Februari 1966 Presiden Soekarno membubarkan KAMI.
Tetapi tindakan ini juga tidak mampu meredam aksi-aksi demonstrasi, melinkan
justru semakin menambah merosotnya wibawa presiden. Mantan anggota KAMI
kemudian bergabungdengan KPPI membentuk Resimen Arief Rachman Hakim
dibawah lindungan ABRI. Mereka menamakan dirinya Angkatan 66.

27
2. Surat perintah sebelas maret 1996 (SUPERSEMAR)

Pada tanggal 10 Maret 1966, presiden Soekarno mengadakan pertemuan dengan


memanggil Front Pancasila, Partindo dan PNI serta wakil-wakil partai. Dalam
pertemuan itu presiden menekankan agar partai politik dan organisasi masa mengutuk
demonstrasi Tritura. Dalam pertemuan ini Front Pancasila tidak mau mengutuk
demonstrasi Trirura. Mereka tetap menuntut agar PKI segera dibubarkan. Akhirnya
pertemuan ini tidak membuahkan hasil, dan tuntutan Front Pancasila agar PKI
dibubarkan tidak dipenuhi oleh pemerintah. Pada tanggal 11 Maret 1966, pemerintah
menyelenggarakan sidang kabinet untuk mencari jalan keluar dalam menghadapi
krisis yang semakin memuncak. Akan tetapi sidang terhenti karena presiden diberi
tahu oleh Brigjend Subur, Komandan Cakrabirawa, bahwa sidang akan dikacau oleh
kekuatan sosial-politik yang menentangnya. Presiden kemudian meninggalkan sidang
diikuti oleh Soebandrio dan Chairul Saleh terbang dengan helikopter menuju Bogor.
Sidang kemudian ditutup oleh Dr. J. Leimena dan langsung menyusul ke Bogor
dengan menggunakan mobil. Dalam keadaan yang demikian, pimpinan AD
menawarkan jasa untuk memulihkan keadaan agar pemerintah tidak terganggu.
Jenderal Soeharto kemudian mengutus tiga Jenderal yakni M. Yusuf, Amir Mahmud,
dan Basuki Rachmad untuk menemui presiden di Istana Bogor dan dan
menyampaikan tawaran untuk memulihkan keadaan. Pesan Soeharto berpesan kepada
tiga jenderal itu adalah bahwa dirinya siap dan sanggup untuk mengatasi keadaan
yang semakin memburuk. Pertemuan tiga Jenderal dengan presiden Soekarno ini
menghasilkan keluarnya keputusan presiden yang berupa Surat Perintah Sebelas
Maret 1966 atau Supersemar. Isinya berupa surat perintah dari Presiden Soekarno
kepada Jenderal Soeharto untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu
untuk mengatasi keadaan bahaya. Keluarnya Supersemar ini telah mengakibatkan

28
adanya dualisme kepemimpinan dan menandai mulai tampilnya orde Soeharto atau
orde baru.

B.Tampilnya orde baru


Supersemar adalah tonggak sejarah lahirnya Orde Baru atau kepemimpinan
Soeharto. Dengan keluarnya Supersemar, Presiden Soekarno sudah kehilangan
sebagian besar kekuasaannya. Jenderal Soeharto yang diberi wewenang untuk
mengatasi keadaan bahaya melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut.

1. Pembubaran PKI
Pada tanggal 12 Maret 1966, Jenderal Soeharto mengeluarkan keputusan No.
1/3/1966 tentang pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya. Pembubaran PKI adalah
tuntutan rakyat sebagaimana tertuang dalam Tritura. Supersemar telah menjadi senjata
yang ampuh untuk membubarkan PKI yang selama itu berseteru dengan AD.

2. Membersihkan Kabinet Dari Unsur PKI

Melalui pengumuman Presiden No.5 tanggal 18 Maret 1966 yang tertanda Jenderal
Soeharto atas nama presiden dilakukan penangkapan beberapa menteri Kabinet
Dwikora yang dianggap tersangkut dengan PKI. Diantara para menteri yang
ditangkap terdapat pula menteri luar negeri Dr. Subandrio.

3. Penataan Lembaga Pemerintahan

Tindakan ini dimaksudkan untuk menertibkan kembali fungsi-fungsi lembaga


pemerintahan dan kehidupan sosial yang diharapkan. Untuk mewujudkan tujuan ini,
AD melancarkan gerakan kembali ke UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

29
Langkah selanjutnya adalah menata MPRS dengan membersihkan anggotanya dari ng
dianggap tersangkut dengan PKI. Diantara para menteri yang ditangkap terdapat pula
menteri luar negeri Dr. Subandrio. Unsur-unsur PKI. Setelah dlakukan penataan
terhadap MPRS, lembaga tertinggi ini melakukan sidangnya yang ke IV yakni dari
tanggal 20 Juni-5 Juli 1966. Sidang ini dipimpin oleh Jenderal A.N. Nasution, dan
menghasilkan ketetapan-ketetapan penting yang diantaranya adalah sebagai
berikut.
a. Tap. No. IX/MPRS/1966 tentang pengukuhan Supersemar.
b. Tap. No. XII/MPRS/1966 tentang kebijaksanaan politik luar negeri Indonesia.
c. Tap. No. XIII/MPPRS/1966 tentang pemberian wewenang kepada Soeharto untuk
membentuk Kabinet Ampera.
d. Tap. No. XVIII/MPRS/1966 tentang pencabutan Tap. No. III/MPRS/1963 tentang
pengangkatan Soekarno sebagai presiden seumur hidup.
e. Tap. No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran PKI dan ormas-ormasnya serta
larangan setiap untuk menyebarkan ajaran komunis-marxisme-leninisme.

Dengan dikukuhkannya Supersemar dalam ketetapan MPRS, maka presiden Soekarno


tidak dapat mencabutnya, melainkan justru sebaliknya dituntut untuk mendukungnya.

4. Pembentukan Kabinet Ampera

Berdasarkan pada kekuatan Tap. No. XIII/MPRS/1966, maka Jenderal Soeharto


kemudian membentuk Kabinet Ampera. Kabinet ini diresmikan pada tanggal 28 Juli
1966. Dengan demikian, dualisme kepemimpinan tidak dapat dihindarkan. Terdapat
tiga tokoh utama dalam kabinet ini adalah Soeharto, Sri Sultan Hamengkubuwono IX,
dan Adam Malik. Tugas pokok Kabinet Ampera adalah melaksanakan Dwi Dharma
dan programnya Catur Karya
Dwi Dharma adalah menciptakan:
a. Kestabilan politik, dan
b. Kestabilan ekonomi

Sedangkan program Catur Karya adalah:

30
a. Memenuhi kebutuhan pangan dan sandang
b. Menyelenggarakan Pemilu
c. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif, dan
d. Meneruskan perjuangan melawan imperialisme dan kolonialisme.

C. Situasi ekonomi dan politik pada masa orde baru

Istilah Orde Baru sesungguhnya sudah tidak relevan lagi dengan perjalanan sejarah
bangsa sampai pada saat ini. Istilah Orde Baru akan lebih tepat jika diganti dengan
istilah Orde Soeharto (OS) atau Masa Pemerintahan Soeharto (MPS), mengingat
jaman itu sudah menjadi tanggung jawab sejarah berganti dengan jaman yang lebih
baru. OS telah dibesarkan oleh sejarah hingga tampilnya selama 32 tahun dalam
pemerintahan, namun telah ditenggelamkan pula oleh sejarah. Oleh karena itu,
sebaiknya kita, pemerintah dan masyarakharus pandai-pandailah
belajar dari sejarah agar keterpurukan bangsa tidak selalu terulang.
Perubahan sistem politik dari Demokrasi Terpimpin menjadi OS atau Orde Baru,
berdampak pula pada perubahan arah dan kebijakan pembangunan ekonomi
Indonesia. Segera setelah presiden dilantik membentuk kabinet yang diberi nama
Kabinet Pembangunan.
Kabinet Presidensial ini mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan program yang
dikenal
dengan Pancakrida. Program tersebut adalah sebagai berikut.
1. Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi.
2. Menyusun dan merencanakan Repelita.
3. Menyelenggarakan Pemilu
4. Memulihkan keamanan dan ketertiban masyarakat dan menumpas PKI hingga ke
akar - akarnya.
5. Menjalankan pembersihan dan penyempurnaan aparatur negara secara menyeluruh

Memasuki tahun kedua Pelita I, pemerintah bersama DPR-GR telah merampungkan


dalam menata perundang-undangan yang berkaitan dengan pemerintahan. Misalnya
Undang-Undang yang mengatur hubungan pusat dan daerah telah diselesaikan.
Pemerintah berhasil pula merintis hubungan tata kerja yang rasional antar lembaga-

31
lembaga tinggi. Dengan demikian pemerintah tidak kesulitan dalam melakukan
koordinasi dalam penataan kepemerintahan. Dewan Pertimbangan Agung misalnya,
berhasil mengajukan usul-usul terhadap pemerintah. Badan Pemeriksa Keuangan juga
telah memberikan koreksi terhadap masalah penggunaan keuangan negara. Begitu
juga di bidang hukum, pemerintah maupun masyarakat mulai sadar
terhadap ketentuan hukum.

PENUTUP

Kesimpulan :
Pancasila adalah ideologi nasional yang merupakan produk otentik pendiri negara
yang bersumber dari nilai-nilai kebudayaan Indonesia. Sejarah perumusan pancasila
merupakan bagian penting dalam konteks perjuangan bangsa Indonesia , karena
menjadi ideologi yang paling tepat bagi bangsa Indonesia. Pancasila merupakan hasil
dari refleksi kristis oleh Soekarno, yang dilakukan untuk memperoleh unsur-unsur
kebudayaan Indonesia yang menopang negara Indonesia selamanya. Beberapa unsur
pancasila, seperti demokrasi, tidak ada dalam kehidupan bangsa Indonesia , dan
Soekarno mengambilnya dari kebudayaan asing untuk membuat bangsa Indonesia
mampu berkembang menjadi masyarakat yang adil dan makmur.

Saran :
Kepada masyarakat/orang tua diharapkan untuk meningkatkan Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan bagi anak-anaknya, sehingga anak-anak atau generasi penerus
bisa jauh lebih baik dari sebelumnya, yang memiliki pengetahuan, moral juga budi
pekerti yang baik, dan memahami persepsi masyarakat tentang fungsi Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa dan implementasinya dalam kegiatan masyarakat
mampu berpartisipasi aktif dalam melaksanakan kegiatan kemasyarakatan sebagai
bentuk pengamallan Pancasila. Relevansi Pancasila masih sangat diperlukan pada
zaman ini karena Pancasila adalah negara yang menyatukan, seperti yang
dimaksudkan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Harapannya nilai-nilai dan asas dasar
Pancasila bisa dihidupi, dihayati dan diamalkan dalam hidup berbangsa dan
bernegara. Oleh karena itu “ kembali kepada Pancasila sangat penting. “kembali

32
kepada Pancasila berarti kembali memurnikan jiwa bernegara sehingga nantinya dapat
membawa rakyat pada kesejaterahan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Asmaroini, A. P. 2017. Menjaga Eksistensi Pancasila dan


Penerapannya Bagi Masyarakat di Era Global
Astuti, N. R., & Dewi, D. A. 2021. Pentingnya Implementasi
Nilai-Nilai Pancasila Dalam Menghadapi Perkembangan
IPTEK. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology
and Counseling, 41-49.
Hasan, M. N. 2016. Pendidikan Pancasila di Perguruan
Tinggi. Semarang: Unissula Press
Kalean.2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Locke, J. 2002. The Second Treatise of Civil Government
and a Letter Concerning Toleration. 1689: Awnsham
Churchill.
Muljana, Slamet, Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan,
Jilid I, 2008, Yogyakarta: LKIS Yogyakarta.
Murtafi’atun, Retno Sasongkowati, Sejarah Nasional dan Dunia, 2016,
Yogyakarta: Indo Eduka
Notonagoro, 1971, Pancasila Secara ilmiah Populer, Pantjuran Tujuh, Jakarta.
Soekarno, 2008. Pancasila Dasar Negara. Adytia mediaYogjakarta
Karno, 2017. Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno. Presindo media
Dewantara, A. (2017, July 17). Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong
(Indonesia dalam kacamata soekarno).
Dewantara, A. (2017, August 8). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.

33
Dr,Aman.M.P.d., Sejarah Indonesia Masa Kemerdekaan 1945-1998, Penerbit Ombak
(Anggota IKAPI), 2015

34

Anda mungkin juga menyukai