Anda di halaman 1dari 27

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

MAKALAH
Dibuat untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah
Pancasila
Hana Fariddah, SH., MH.

Disusun oleh :
1. Muhammad Faisal Al Gifari (2310631020044)
2. Muhammad Fikri Yusuf (2310631020045)
3. Muhammad Putra (2310631020193)
4. Nabila Putri (2310631020196)
5. Najwa Asysyifa Kurniawan (2310631020135)

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan karunia dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah yang
berjudul “Pancasila Sebagai Sistem Filsafat” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka penyelesaian tugas mata kuliah
Pancasila. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Hana Fariddah, SH., MH. atas perannya sebagai dosen pada mata kuliah
Pancasila, serta kepada seluruh teman-teman dan pendukung lainnya yang
membantu dalam pembuatan makalah ini—terlalu banyak untuk disebutkan satu
per satu.
Tujuan kami adalah agar pembaca dapat lebih memahami dan
mendapatkan informasi mengenai “Pancasila Sebagai Sistem Fillsafat di
Indonesia” dengan menggunakan makalahl ini. Mengingat keterbatasan yang kami
miliki, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk
keperluan penyempurnaan makalah ini, kami dengan senang hati menyambut
masukan dan rekomendasi dari para pembaca.

Karawang, 20 Oktober 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.3 Batasan Masalah.....................................................................................3
1.4 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.5 Tujuan dan Manfaat...............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................4
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................6
3.1 Pengertian Pancasila sebagai Sistem Filsafat.....................................6
3.2 Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem...............8
3.3 Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat.................11
3.4 Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara
Republik Indonesia.....................................................................................15
3.5 Inti-Inti Pancasila.................................................................................17
BAB IV PENUTUP........................................................................................22
4.1 Kesimpulan...........................................................................................22
4.2 Saran.....................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara
resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam
pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II
No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.
Dalam perjalanan sejarah eksistensi pancasila sebagai dasar filsafat negara
Republik Indonesia Mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi
politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan
yang berlindung di balik legitimasi ideologi negara pancasila. Dengan kata lain,
dalam kedudukan yang seperti ini pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar
filsafat serta pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia melainkan direduksi,
dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada saat itu.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas gerakan reformasi berupaya untuk
mengembalikan kedudukan dan fungsi pancasila yaitu sebagai dasar negara
Republik Indonesia, yang hal ini direalisasikan melalui ketetapan sidang istimewa
MPR tahun 1998 No. XVIII/MPR/1998 disertai dengan pencabutan P-4 dan
sekaligus juga pencabutan pancasila sebagai satu-satunya asas bagi orsospol di
Indonesia. Ketetapan tersebut sekaligus juga mencabut mandat MPR yang
diberikan kepada presiden atas kewenangannya untuk membudayakan pancasila
melalui P-4 dan asas tunggal pancasila. Monopoli pancasila demi kepentingan
kekuasaan oleh penguasa inilah yang harus segera diakhiri, kemudian dunia
pendidikan tinggi memiliki tugas untuk mengkaji dan memberikan pengetahuan
kepada semua mahasiswa untuk benar-benar mampu memahami pancasila secara
ilmiah dan objektif.
Dampak yang cukup serius atas manipulasi pancasila oleh para penguasa
pada masa lampau, dewasa ini banyak kalangan elit politik serta sebagian
masyarakat beranggapan bahwa pancasila merupakan label politik orde baru.
sehingga mengembangkan serta mengkaji pancasila dianggap akan

1
mengembalikan kewibawaan orde baru. Pandangan yang sini serta upaya
melemahkan peranan ideologi pancasila pada era reformasi dewasa ini akan
sangat berakibat fatal bagi bangsa Indonesia yaitu melemahnya kepercayaan
rakyat terhadap ideologi negara yang kemudian pada gilirannya akan mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang telah lama dibina, dipelihara serta
didambakan bangsa Indonesia sejak dahulu.
Bukti yang secara objektif dapat disaksikan adalah terhadap hasil
reformasi yang telah berjalan selama ini, belum menampakkan hasil yang dapat
dinikmati oleh rakyat, nasionalisme bangsa rapuh, sehingga martabat bangsa
Indonesia dipandang rendah di masyarakat internasional.
Berdasarkan alasan serta kenyataan objektif tersebut di atas maka sudah
menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai warga negara untuk
mengembangkan serta mengkaji pancasila sebagai suatu hasil karya besar bangsa
kita yang setingkat dengan paham atau isme besar dunia dewasa ini seperti
misalnya liberalisme, sosialisme, komunisme. Upaya untuk mempelajari serta
mengkaji pancasila tersebut terutama dalam kaitannya dengan tugas besar bangsa
Indonesia untuk mengembalikan tatanan negara kita yang porak-poranda dewasa
ini. reformasi ke arah terwujudnya masyarakat dan bangsa yang sejahtera tidak
cukup hanya dengan mengembangkan dan membesarkan kebencian,
mengobarkan sikap dan kondisi konflik antar elit politik, melainkan dengan
segala kemampuan intelektual serta sikap moral yang Arif demi perdamaian dan
kesejahteraan bangsa dan negara sebagaimana yang telah diteladanikan oleh para
pendiri negara kita dahulu.
Jikalau jujur sebenarnya dewasa ini banyak tokoh serta elit politik yang
kurang memahami filsafat hidup serta pandangan hidup bangsa kita pancasila
namun bersikap seakan-akan memahaminya. Akibatnya dalam proses reformasi
dewasa ini diartikan kebebasan memilih ideologi di negara kita, kemudian
pemikiran apapun yang dipandang menguntungkan demi kekuasaan dan
kedudukan dipaksakan untuk diadopsi dalam sistem kenegaraan kita. Misalnya
seperti kebebasan pada masa reformasi dewasa ini yang jelas-jelas tidak sesuai
dengan nilai-nilai yang kita miliki dipaksakan pada rakyat sehingga akibatnya

2
dapat kita lihat sendiri berbagai macam gerakan massa secara brutal tanpa
mengindahkan kaidah-kaidah hukum yang berlaku melakukan aksinya, menjarah,
merusak, menganiaya bahkan menteror nampaknya dianggap sah-sah saja.
Negara melalui aparat keamanan tidak mampu berbuat banyak karena akan
berhadapan dengan penegak HAM yang mendapat dukungan kekuatan
internasional. Bahkan anehnya banyak tokoh-tokoh politik, elit politik dan
kelompok yang menamakan lembaga swadaya masyarakat yang mendapat
dukungan dana internasional dengan alasan menegakkan HAM tidak segan-segan
menyeret saudara sendiri ke Mahkamah Internasional dengan kesalahan yang
tidak sepadan, dengan tanpa memperhitungkan solidaritas kebangsaan Indonesia.
Oleh karena itu, kiranya merupakan tugas berat kalangan intelektual untuk
mengembalikan persepsi rakyat yang keliru tersebut ke arah cita-cita bersama bagi
bangsa Indonesia dalam hidup bernegara.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Perencanaan merupakan tahap paling penting
2. Perencanaan sangat membantu proses manajemen
3. Perencanaan memiliki beberapa kerugian
1.3 Batasan Masalah
1. Keterbatasan informasi
2. Ketidaksesuaian dengan realitas
3. Kreativitas dan inovasi terhambat
1.4 Rumusan Masalah
1. Jelaskan konsep "perencanaan"!
2. Berapa banyak langkah yang ada dalam prosedur persiapan?
3. Bisakah Anda memberi tahu saya pro dan kontra perencanaan?
1.5 Tujuan dan Manfaat
1. Mempelajari pentingnya membuat perencanaan.
2. mempelajari langkah-langkah yang terlibat dalam membuat perencanaan.
3. mempelajari kelebihan dan kekurangan perencanaan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Makalah ini membahas tentang Pancasila sebagai sistem filsafat, mulai dari
definisi, rumusan kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem, kesatuan sila-
sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat, Pancasila sebagai nilai dasar
fundamental bagi bangsa dan negara Republik Indonesia, inti-inti Pancasila
Pengertian Pancasila sebagai Sistem Filsafat, Pancasila sebagai filsafat
mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi
dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan
secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan
pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila
dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil permenungan
jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the faounding father kita, yang
dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani). Filsafat Pancasila
memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari
Pancasila (Notonagoro). (Safitri, 1981)
Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem, Pancasila
yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem. Pengertian
sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan
suatu kesatuan yang utuh. (Syarbaini, 2014)
Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat, Kesatuan sila-
sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang
bersifat formal logis saja, namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis,
epistemologis, serta aksiologis dari sila-sila Pancasila. (Kaelan, 1966)
Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara
Republik Indonesia, Nilai dasar yang fundamental dalam hukum mempunyai
hakikat dan kedudukan yang kuat dan tidak dapat berubah mengingat
pembukaan UUD 1945 sebagai cita-cita Negara (staatsidee). Di samping itu,

4
nilai-nilai Pancasila juga merupakan suatu landasan moral etik dalam
kehidupan kenegaraan yang ditegaskan dalam alinea keempat Pembukaan
UUD 1945 bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa berdasar
atas kemanusiaan yang adil dan beradab. (Amri, 2018)
Inti-Inti Pancasila, Secara filsafati, Pancasila merupakan sistem nilai-nilai
ideologis yang berderajat. Artinya di dalamnya terkandung nilai luhur, nilai
dasar, nilai instrumental, nilai praksis, dan nilai teknis. Agar ia dapat menjadi
ideologi bangsa dan negara Indonesia yang lestari tetapi juga dinamis
berkembang, nilai luhur dan nilai dasarnya harus dapat bersifat tetap,
sementara nilai instrumentalnya harus semakin dapat direformasi dengan
perkembangan tuntutan zaman. (Kebangsaan, 2016)

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya.
Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata
merupakan lightstar bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya,
baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat
pemersatu dalam kehidupan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk
kehidupan manusia Indonesia seharihari. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan
pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan
Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah Satu,
Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga,
Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Lima, Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh
perumus Pancasila itu ialah, Mr. Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir.
Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat
bertahan dari guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena
secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang
menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi.Pancasila sebagai dasar
falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara
Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa
yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang
telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan
muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa
adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
Indonesia.
1. Pengertian Filsafat

6
Pengertian menurut arti katanya, kata filsafat dalam Bahasa Indonesia
berasal dari bahasa Yunani “Philosophia” terdiri dari kata Phile artinya
Cinta dan Sophia artinya Kebijaksanaan. Filsafat berarti Cinta
Kebijaksanaan, cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar
atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya Kebenaran sejati atau
kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang
sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
2. Pengertian Filsafat Menurut Tokoh-Tokoh Filsafat
a. Socrates (469-399 s.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif
atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang
adil dan bahagia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat
dikembangkan bahwa manusia akan menemukan kebahagiaan dan
keadilan jika mereka mampu dan mau melakukan peninjauan diri
atau refleksi diri sehingga muncul koreksi terhadap diri secara
obyektif.
b. Plato (472-347 s. M.)
Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa para
filsuf adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of
truth). Dalam pencarian dan menangkap pengetahuan mengenai ide
yang abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato, filsafat
merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau terhadap
pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudian
digolongkan sebagai filsafat spekulatif.
3. Pengertian Filsafat Pancasila
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan yang terdiri dari
lima sila yang saling berhubungan dan bekerjasama untuk mencapai tujuan
tertentu. Pancasila merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan
merupakan pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, alat
pemersatu dalam kehidupan berbangsa, serta pandangan hidup untuk
kehidupan sehari-hari manusia Indonesia. Pancasila memiliki ciri-ciri

7
sebagai sistem filsafat yang bulat dan utuh, di mana setiap sila saling
terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan pandangan hidup dan dasar
filsafat negara Indonesia. Pancasila terdiri dari lima sila, yaitu Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia.

Sebagai sistem filsafat, Pancasila mencakup berbagai aspek kehidupan


manusia, termasuk etika, politik, hubungan sosial, dan spiritualitas.
Pancasila memberikan kerangka pemahaman dan panduan bagi perilaku
manusia dan perkembangan masyarakat. Prinsip-prinsip Pancasila saling
terkait dan saling mendukung, membentuk sistem filsafat yang koheren.

Pengkajian Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki beberapa manfaat.


Hal ini membantu individu memperoleh pengetahuan dan kebenaran yang
sejati, mengembangkan kemampuan berpikir logis, membentuk
kebijaksanaan dalam pemikiran dan tindakan, mendorong pemikiran
rasional dan komprehensif, mencapai pertimbangan yang seimbang
terhadap berbagai faktor, dan membuat keputusan dan tindakan yang
bijaksana.

Secara keseluruhan, Pancasila sebagai sistem filsafat memainkan peran


penting dalam membentuk masyarakat Indonesia dan memberikan dasar
filosofis bagi nilai-nilai, prinsip, dan perkembangan bangsa.

3.2 Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem


Pancasila adalah sebuah sistem karena pancasila merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Esensi seluruh sila-silanya juga merupakan

8
suatu kasatuan. Pancasila berasal dari kepribadian bangsa Indonesia dan unsur-
unsurnya telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak dahulu.

1. Susunan Kesatuan Nilai-Nilai Pancasila yang Bersifat Organis


Secara filosofis inti dan isi sila-sila Pancasila bersumber pada hakikat
dasar ontologis manusia yaitu sebagai monopluralis yang memiliki unsur-
unsur susunan kodrat yaitu jasmani dan rohani, sifat kodrat sebagai
mahluk individu sosial serta memiliki kedudukan kodrat sebagai pribadi
yang berdiri sendiri dan sebagai mahluk ciptaan Tuhan YME. Hal ini
terjadi karena manusia (Rakyat Indonesia) sebagai pendukung utama inti
dari isi pancasila.Unsur hakikat manusia merupakan kesatuan yang bersifat
organis dan harmonis.
Sila-sila Pancasila merupakan penjelasan dari hakikat manusia
monopluralis yang merupakan kesatuan organis maka memiliki kesatuan
yang organis pula.
2. Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Piramidal
Pengertian matematis piramidal digunakan untuk menggambarkan
hubungan hierarkis sila-sila Pancasila merupakan rangkaian tingkat dalam
urutan luas (kuantitas) dan juga dalam isi sifatnya (kualitas). Sedangkan
makna hierarkhis adalah susunan pancasila sudah dikemas sedemikian
rupa sehingga urutannya tidak akan berubah.Pancasila merupakan suatu
keseluruhan yang bulat dan memenuhi sebagian sistem filsafat.

Kesatuan sila-sila pancasila memiliki susunan hierarkhis piramidal


maka sila Ketuhanan yang Maha Esa adalah ketuhan yang
berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan serta berkeadilan sosial
sehingga di dalam setiap sila senantiasa terkandung sila-sila lainnya.
Rumusan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal :
a. Sila pertama : meliputi dan menjiwai sila-sila kedua, ketiga,
keempat dan kelima.

9
b. Sila kedua : diliputi dan dijiwai sila pertama, meliputi dan
menjiwai sila ketiga, keempat dan kelima.
c. Sila ketiga : diliputi dan dijiwai sila pertama dan kedua, meliputi
dan menjiwai sila keempat dan kelima.
d. Sila keempat : diliputi dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga,
meliputi dan menjiwai sila kelima.
e. Sila kelima : diliputi dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga, dan
keempat.
3. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang Saling
Mengisi dan Saling Mengkualifikasi
Hakikatnya sila-sila Pancasila tidak berdiri sendiri, akan tetapi pada
setiap sila terkandung keempat sila lainya. Dengan kata lain setiap sila
senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya.
Rumusan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan
mengkualifikasi :
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah berkemanusiaan yang adil
dan beradab, berperisatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah ber-Ketuhanan
yang Maha Esa,berperisatuan Indonesia, berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
c. Sila Persatuan Indonesia, adalah ber-Ketuhanan yang Maha
Esa,berkemanusiaan yang adil dan beradab,berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia.
d. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, adalah ber-Ketuhanan yang Maha

10
Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berperisatuan
Indonesia dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
e. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, adalah ber-
Ketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berperisatuan Indonesia dan berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Ini merupakan bukti bahwa sila-sila Pancasila merupakan kesatuan atau
sebagai Sistem Filsafat.
3.3 Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat
Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem adalah sebagai
berikut:
a. Pancasila merupakan suatu sistem filsafat yang terdiri dari lima sila.
b. Setiap sila dalam Pancasila saling mengisi dan saling mengkualifikasi satu
sama lain.
c. Susunan sila-sila Pancasila bersifat hirarkis dan berbentuk piramida.
d. Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki nilai-nilai fundamental,
universal, mutlak, dan abadi dari Tuhan Yang Maha Esa, serta nilai-nilai
kolektif nasional yang merupakan intisari dari nilai-nilai luhur budaya
masyarakat.
e. Pancasila sebagai sistem memiliki tujuan bersama, yaitu menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
f. Sila-sila Pancasila merupakan kesatuan yang bersifat organis harmonis.
g. Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki fungsi sebagai dasar negara
yang bersifat umum kolektif serta realisasi pengalaman Pancasila yang
bersifat khusus dan konkrit.
1. Landasan Ontologis Filsafat Pancasila
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki hakikat
sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya
dengan metafisika Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada
(eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam semesta (kosmologi),
metafisika.

11
Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan
sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila.
Pancasila terdiri atas lima sila, dimana setiap isla bukanlah merupakan asas
yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan memiliki suatu kesatuan dasar
ontologis. Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalam manusia, yang
memiliki hakikat mutlak yaitu monopluralis atau monodualis, karena itu juga
disebut sebagai dasar antropologis. Subjek pendukung dari sila-sila Pancasila
adalah manusia.

Hal tersebut dijelaskan bahwa kelima sila pancasila pada halikatnya adalah
manusia. Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-silaa pancasila
secara ontologis memiliki hal hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan
kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani. Sifat kodrat manusia adalah
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta sebagai makhluk pribasdi
dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Hubungan kesesuaian antara negara dan landasan sila-silaa pancasila


adalah berupa hubungan sebab-akibat :
a. Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, manusia,
satu, rakyat dan adil sebagai pokok pangkal hubungan.
b. Landasan sila-sila pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan
adil adalah sebab, dan negara adalah sebagai akibat.
2. Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat,
susunan, metode dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti
sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinnya pertemuan, batas dan
validasi ilmu pengetahuan. Epistemologi adalah ilmu tentang ilmu dan teori
terjadinnya ilmu atau science of science.
Menurut Titus, terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi
yaitu :

12
a. Tentang sumber pengetahuan manusia
b. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia
c. Tentang watak pengetahuan manusia

Secara epistemologis, kajian pancasila sebagai filsafat dimaksudkan


sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem
pengetahuan. Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga
merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi suatu
belief system, sistem cita-cita, menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu,
pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama dalam kedudukannya
sebagai sistem pengetahuan.
Dasar epistemologi pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan
dengan dasar ontologisnya. Maka, dasar epistemologis Pancasila sangat
berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Pancasila
sebagai objek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah sumber
pengetahuan dan susunan pengetahuan Pancasila. Tentang susunan pancasila
sebagai suatu sistem pengetahuan, maka pancasila memiliki susunan yang
bersifat formal logis, baik dalam atri susunan sila-sila Pancasila maupu isi arti
dari sila-sila pancasila.
Susunan kesatuan sila-sila pancasila adalah bersifat hirarkis dan berbentuk
piramidal. Sifat tersebut tempak dalam susunan pancasila. Itu terlihat dari sila
pertama pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya. Sila kedua
disadari sila pertama dan mendasari serta menjiwai sila ketiga dan seterusnya.
Dengan demikian, susunan pancasila memiliki sistem logis baik yang
menyangkut kualitas maupun kuantitasnya.
3. Landasan Aksiologis Filsafat Pancasila
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Istilah aksiologi berasal dari kata
Yunani “axios” yang artinya nilai, manfaat dan “logos” yang artinya pikiran,
ilmu dan teori. Aksiologi adalah teori nilai, yaitu suatu yang diinginkan,

13
disukai atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria
nilai, dan kedudukan metafisika suatu nilai.

Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan


dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada
hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Aksiologi Pancasila mengandung
arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai pancasila.

Nilai (value dalam Bahasa Inggris) berasal dari kata lain valere yang
artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu yang
sifatnya abstrak yang dapat diartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau
“kebaikan” (gooddnes). Nilai itu sesuatu yang berguna. Nilai juga
mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan.
Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga tingkatan nilai, yaitu :
a. Nilai Dasar
Nilai dasar adalah asas asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifaat
mutlak, sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi.
Nilai-nilai dari pancasila adalah nilai ketuhanan, kemaanuaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilaan
b. Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan norma
hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan
meknisme lembaga- lembaga negara.
c. Nilai Praktis
Nilai praktis adalah nilaai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam
kenyataan. Nilai ini merupakan batu ujian. Apakah nilai dasar dan nilai
instrumental itu benar-benar hidup di masyarakat.

Nilai-nilai dalam pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral


merupakan nilai dasar yang mendasari nilai instrumental dan selanjutnya

14
mendasari semua aktivitas kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara.

3.4 Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara
Republik Indonesia
Pancasila merupakan nilai dasar fundamental bagi Bangsa dan Negara
Republik Indonesia. Pancasila adalah sistem nilai yang kuat yang mengandung
nilai-nilai yang tidak hanya fundamental, tetapi juga realistis dan dapat
diterapkan. Pancasila adalah kesatuan organik yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain, dan ketika dipahami, dijalani, dan dipraktikkan sepenuhnya, dapat
mengurangi tingkat kejahatan dan pelanggaran dalam masyarakat. Nilai-nilai
Pancasila, yang meliputi nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
demokrasi, dan nilai keadilan, berfungsi sebagai dasar moral dan harus diterapkan
dalam semua kehidupan nasional dan negara. Pembudayaan nilai-nilai ini paling
efektif melalui pendidikan dan media, dengan pendidikan informal di keluarga
sebagai landasan utama.
1. Dasar Filosofis
Pancasila sebagai filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa
pada
hakekatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis
fundamental dan menyeluruh.Dasar pemikiran filosofis yang terkandung
dalam setiap sila dijelaskan sebagai berikut. Pancasila sebagai filsafat
bangsa dan negara Republik Indonesia, mengandung makna bahwa dalam
setiap aspek kehidupan kebangsaan kemasyarakatan dan kebangsaan harus
berdasarkan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
dan keadilan. Pemirkiran filsafat kenegaraan bertolak dari suatu
pandangan bahwa negara adalah merupakan suatu persekutuan hidup

15
manusia atau organisasi kemsyarakatan, yang merupakan masyarakat
hokum (legal society).

Selain itu secara kausalitas bahwa nilai-nilai Pancasila adalah bersifat


objektif dan juga subjektif. Artinya asensi nilai-nilai Pancasila adalah
bersifat universal yaitu keutuhan, kemanusiaan persatuan, kerakyatan dan
keadilan. Sehingga kemungkinan dapat diterapkan pada negara lain
walaupun barang kali namanya bukan Pancasila. Artinya jika suatu negara
menggunakan prinsip filosofi bahwa negara ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan berkeadilan, maka negara tersebut pada
hakekatnya menggunakan dasar filsafat dari sila-sila Pancasila.
Nilai-nilai Pancasila yang bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Rumusan dari sila-sila Pancasila.
b. Inti nilai-nilai Pancasila.
c. Pancasila yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945.
Sebaliknya nilai-nilai subjektif Pancasila dapat diartikan bahwa
beradaan nilai-nilai Pancasila itu tergantung atau terlekat pada bangsa
Indonesia.
Pengertian itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Nilai-nilai Pancasila timbul dari Bangsa Indonesia.
b. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa
Indonesia.
c. Nilai-nilai Pancasila didalamnya terkandung ketujuh nilai
kerohanian.
2. Nilai-Nilai Pancasila sebagai Fundamental
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia merupakan
suatu sumber dari segala hukum dalam negara Indonesia. Nilai-nilai
Pancasila terkandung dalam pembukaan UUD 1945 secara yuridis
memiliki kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental.

16
Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa negara Indonesia adalah
negara persatuan, yaitu negara yang melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, mengatasi segala paham golongan
maupun perseorangan. Hal ini merupakan sila ketiga.

Pokok pikiran kedua menyatakan bahwa negara merupakan hendak


mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam
hal ini negara berkewajiban mewujudkan kesejahteraan umum bagi
seluruh warga negara. Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Pokok pikiran ini sebagai penjabaran sila kelima.

Pokok pikiran ketiga menyatakan bahwa negara berkedaulatan rakyat


berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan. Hal ini
menunjukkan bahwa negara Indonesia adalah negara demokrasi yaitu
kedaulatan di tangan rakyat. Hal ini sebagai penjabaran sila keempat.

Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa, negara berdasarkan atas


ketuhanan yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang Adil dan
Beradab. Hal ini mengandung arti bahwa negara Indonesia menjunjung
tinggi keberadaban semua agama dalam pergaulan hidup negara. Hal ini
merupakan penjabaran sila pertama dan kedua.

3.5 Inti-Inti Pancasila


1. Ketuhanan yang Maha Esa
Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa; menuntut setiap warga negara
mengakui Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dan tujuan akhir, baik
dalam hati dan tutur kata maupun dalam tingkah laku sehari-hari.
Konsekuensinya adalah Pancasila menuntut umat beragama dan
kepercayaan untuk hidup rukun walaupun berbeda keyakinan.

17
a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaanya dan ketaqwaanya
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan memenuhi kebutuhan
tersebut, perencanaan dapat membantu manajemen dalam
menyesuaikan, memantau, dan mengelola bisnis perusahaan;
meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan atau sasaran yang
telah ditentukan; meningkatkan kemampuan beradaptasi dalam
menghadapi perubahan lingkungan usaha; memaksimalkan
efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber daya; membina kerja
sama dan koordinasi yang lebih erat antar berbagai departemen
perusahaan; meningkatkan kualitas keputusan manajemen; dan
memaksimalkan manajemen.
b. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang
berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
d. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
e. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa.
f. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaanya
masing masing
g. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa kepada orang lain.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab; mengajak masyarakat
untuk mengakui dan memperlakukan setiap orang sebagai sesama manusia
yang memiliki martabat mulia serta hak-hak dan kewajiban asasi. Dengan

18
kata lain, ada sikap untuk menjunjung tinggi martabat dan hak-hak
asasinya atau bertindak adil dan beradap terhadapnya.
a. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi
setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
c. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
d. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
e. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
f. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
g. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
h. Berani membela kebenaran dan keadilan.
i. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia.
j. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia
Sila Ketiga, Persatuan Indonesia; menumbuhkan sikap masyarakat
untuk
mencintai tanah air, bangsa dan negara Indonesia, ikut memperjuangkan
kepentingankepentingannya, dan mengambil sikap solider serta loyal
terhadap sesama warga negara.
a. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
b. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa
apabila diperlukan.
c. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

19
d. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
e. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
f. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal
Ika.
g. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawarahan/perwakilan; mengajak masyarakat untuk
bersikap peka dan ikut serta dalam kehidupan politik dan pemerintahan
negara, paling tidak secara tidak langsung bersama sesama warga atas
dasar persamaan tanggung jawab sesuai dengan kedudukan masing-
masing.
a. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang
sama.
b. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
e. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
f. Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
g. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
h. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan
hati nurani yang luhur.

20
i. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia, nilainilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama
j. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai
untuk melaksanakan pemusyawaratan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; mengajak
masyarakat aktif dalam memberikan sumbangan yang wajar sesuai dengan
kemampuan dan kedudukan masing-masing kepada negara demi
terwujudnya kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir dan batin
selengkap mungkin bagi seluruh rakyat.
a. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Menghormati hak orang lain.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri
sendiri.
f. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain
g. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
h. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
i. Suka bekerja keras.
j. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
k. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial.

21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Makalah ini berpendapat bahwa perencanaan adalah langkah manajemen
yang paling penting, karena tahapan lainnya termasuk pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian tidak dapat berhasil tanpa perencanaan.
Penetapan tugas dan tujuan, pengorganisasian dan analisis, pembangkitan
ide, dan sintesis merupakan langkah-langkah proses perencanaan.
Manfaat perencanaan antara lain memfasilitasi penyesuaian manajemen,
memfasilitasi pemantauan, memfasilitasi manajemen bisnis, dan menuntut
investasi besar baik waktu maupun sumber daya.
4.2 Saran
Perencanaan dalam Manajemen ini sangat dibutuhkan, jika belum
dipahami atau tidak direncanakan secara efektif kita dapat mengalami kerugian
yang mungkin tidak kita ketahui. Oleh karena itu, mengetahui bagaimana
membuat rencana dalam manajemen sangat penting untuk mencapai tujuan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan prosedur perencanaan yang
digunakan oleh manajer. Walaupun makalah ini masih banyak kekurangannya,

22
kami menyediakannya dengan harapan pembaca dapat menemukan sesuatu yang
bernilai di sini.

23
DAFTAR PUSTAKA
Amri, S. R. (2018). Pancasila Sebagai Sistem Etika. Voice of Midwifery, 8(01),
760–768. https://doi.org/10.35906/vom.v8i01.43
Kaelan. (1966). Kesatuan Sila-Sila Pancasila. Jurnal Filsafat, 1–11.
https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/view/31640/19174
Kebangsaan, P. (2016). Filsafat Ilmu Dan Arah Pengembangan Pancasila:
Relevansinya Dalam Mengatasi Persoalan Kebangsaan. Jurnal Filsafat,
21(2), 99–117. https://doi.org/10.22146/jf.3111
Safitri, R. (1981). Konsep Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Syarbaini, S. (2014). Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. Pendidikan Pancasila Di
Perguruan Tinggi, 1145010073, 17.

24

Anda mungkin juga menyukai