Anda di halaman 1dari 13

Pancasila sebagai Paradikma Pembangunan

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila

Di ampuh oleh Rusdi Tais, S.Pd., M.Si

Oleh kelompok 6

Liska D. Pou (NIM: 311419001)

Riskiawati Djafar (311419096)

Nurhayati S. Abdul Latif (311419034)

JURUSAN SASTRA DAN BUDAYA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu
melimpahkan rahmatnya tak lupa solawat serta salam kita curahkan kepada Nabi
besar nabi Muhammad SAW kepada keluarganya, sahabatnya, dan semoga sampai
kepada kita selaku umatnya hingga akhir zaman.

Akhirnya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang“Pendidikan


Pancasila” penyusunan makalah ini kami dasarkan pada beberapa referensi buku
yang telah di baca. Kami berharap semoga makalah ini selain untuk memenuhi
tugas Pendidikan Pancasila juga dapat memberikan wawasan baru terhadap
pembacanya

Walaupun demikian, kami sangat sadar bahwa dalam menyusun makalah ini
masih banyak kekurangan. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan

Gorontalo , Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................

1.1Latar belakang...............................................................................................................

1.2 Rumusan masalah.........................................................................................................


1.3 Tujuan Penulis..............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................

2.1 Pancasila sebagai paradigma pembangunan?..............................................................

2.2 Tridharma perguruan tinggi


............................................................................................................................................

2.3 Kampus sebagai Moral Froce Pengembangan Hukum dan Ham?...............................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................
3.2 Saran.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II
No.7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945 .

Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat negara


Republik Indonesia mengalami berbagai macam interprestasi dan manipulasi
politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan
yang berlindung dibalik legitimasi ideologi negara Pancasila. Dengan lain
perkataan dalam kedudukan yang seperti ini Pancasila tidak lagi diletakan sebagai
dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia melainkan
direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada saat
itu.

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas gerakan reformasi berupaya untuk


mengembalikan kedudakan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar negara
Republik Indonesia, yang hal ini direalisasikan melalui ketetapan sidang istimewa
MPR tahun 1998 No. XVIII/MPR/1998 disertai dengan pencabutan P-4 dan
sekaligus juga pencabutan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi Orsospol di
Indonesia. Ketetapan tersebut sekaligus juga mencabut mandate MPR yang di
berikan kepada Presiden atas kewenangannya untuk membudayakan Pancasila
melalui P-4 dan asas tunggal Pancasila. Monopoli Pancasila demi kepentingan
kekuasaan oleh penguasa inilah yang harus segera di akhiri, kemudian dunia
pendidikan tinggi memiliki tugas untuk mengkaji dan memberikan pengetahuan
kepada semua mahasiswa untuk benar-benar mampu memahami Pancasila secara
ilmiah dan objektif.

Dampak yang cukup serius atas manipulasi pancasila oleh parapenguasa pada
masa lampau, dewasa ini banyak kalangan elit politik serta sebagian masyarakat
beranggapan bahwa Pancasila merpakan label politik orde baru. sehingga
menggembangkan serta mengkaji Pancasila di anggap akan mengembalikan
kewibawaan orde baru. pandangan yang sinis serta upaya melemahkan peranan
ideology Pancasila pada era reformasi deewasa ini akan sangat berakibat patal bagi
bangsa Indonesia yaitu melemahnya kepercayaan rakyat terhadap ideologi negara
yang kemdian pada gilirannya akan mengancam persatuan dan Kesatuan bangsa
Indonesia yang telah lama di bina , di pelihara serta di dambakan bangsa Indonesia
sejak dahulu.

Bukti yang secara objektif dapat disaksikan adalah terhadapa hasil reformasi
yang telah empat tahun berjalan, belum menampakan hasil yang dapat di nikmati
oleh rakyat, nasionalisme bangsa rapuh,sehingga martabat bangsa Indonesia di
pandang rendah di masyarakat internasional.

Bedasarkan alasan serta kenyataan objektif terebut di atas maka sudah menjadi
tanggung jawab kita bersama sebagai warga negara untuk mengembangkan serta
mengkaji Pancasila sebagai suatu hasil karya besar bangsa kita yang setingkat
dengan paham atau isme-isme besar dunia dewasa ini seperti misalnya di
beralisme, sosialisme, komunisme. Upaya untuk mempelajari serta mengkaji
Pancasila tersebut terutama dalam kaitannya dengan tugas besar bangsa Indonesia
untuk mengembalikan tatanan negara kita yang porak poranda dewasa ini.
Reformasi kearah terwujudnya masyarakat dan bangsa yang sejahtera tidak cukup
hanya dengan menggembangkan dan membesarkan kebencian, menggobarkan
sikap dan kondisi konflik antar elit politik, melaikan dengan segala kemampuan
dan intelektual serta sikap moral yang arif demi perdamaina dan kesejahteraan
bangsa dan negara sebagai mana yang telah diteladankan oleh para pendiri negara
kita dahulu.
Jikalau jujur sebenarnya dewasa ini banyak tokoh serta elit politik yang kurang
memahami filsafat hidup serta pandangan hidup bangsa kita Pancasila namun
bersikap seakan-akan memahaminnya akibatnya dalam proses reformasi dewasa
ini di artikan kebebasan memilih ideologi di negara kita, kemudia pemikiran
apapun yang di pandang menguntungkan demi kekuasaan dan kedudukan di
paksakan untuk di adopsi dalam sistem kenegaraan kita. Misalnya seperti
kebebasan pada masa reformasi dewasa ini yang jelas-jelas tidak sesuai dengan
nilai-nilai yang kita miliki dipaksakan pada rakyat sehingga akibatnya dapat kita
lihat sendiri sebagai macam gerakan massa secara brutal tanpa mengindahkan
kaidah-kaidah hukum yang belaku melakukan aksinya,
menjarah,merusak,menganiaya,bahkan menteror nampakanya dianggap sah-sah
saja. Negara melalui aparat keamanan tidak mampu berbuat banyak karena akan
berbahadapan dengan penegak HAM yang mendapat dukungan kekuatan
internaisional. Bahkan anehnya banyak tokoh-tokoh politik, elit politik dan
kelompok yang menamakan Lembaga Swadaya Masyarakat yang mendapat
dukungan dana internaisional dengan alasan menegakkan HAM tidak segan-segan
meneyeret saudara sendiri kemahkamah internaisional dengan kesalahan yang
tidak sepadan, dengan tanpa meperhitungkan solidaritas kebangsaan Indonseia.

Oleh karena itu kiranya merupakan tugas berat kalangan intelektual untuk
mengembalikan persepsi rakyat yang keliru tersebut kearah cita-cita bersama bagi
bangsa Indonesia dalam hidup bernegara.

1.2 RUMUSAN MASALAH


2. Pengertian Paradigma?
3. Tridharma perguruan tinggi?
4. Kampus sebagai moral force pengembangan hukun dan HAM?

1.3 TUJUAN PENULIS

Tujuan kami dalam menulis makalah ini untuk mengetahui :


1. Pengertian Paradigma
2. Tridharma perguruan tinggi
3. Kampus sebagai moral force pengembangan hukum dan HAM

BAB II

PEMBAHASAN

3.3 Pengertian paradigma


Istilah ‘paradigma’pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan
terutama dalam kaitanya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secara etimologis tokoh
yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia pengetahuan adalah Thomas S.
Revolution (1970 : 49). Inti sari pengertian paradigma adalah suatu asumsi-asumsi
dasar dan asumsi-asumi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga
merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu
pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu
sendiri .
Ilmu pengetahuan sifatnya sangat dinamis hal ini disebabkan oleh semakin
banyaknya hasil-hasil penelitian manusia. Sehingga dalam perkembangannya terdapat
suatu kemungkinan yang sangat besar ditemukannya kelemahan-kelemahan pada teori
yang telah ada, dan jikalau demikian maka ilmuan akan kembali pada asumsi-asumsi
dasar serta asumsi teoritis sehingga dengan demikian pekembangan ilmu pengetahuan
kembali mengkaji paradigma dari ilmu pengetahuan tersebut atau dengan lain
perkataan ilmu pengetahuan harus mengkaji dasar ontologism dari ilmu itu sendri.
Misalnya dalam ilmu-ilmu sosial manakala suatu teori yang didasarkan pada suatu hasil
penelitian ilmiah yang mendasarkan pada metode kuantitatif yang mengkaji manusia
dan masyarakat berdasarkan pada sifat-sifat yang parsial, terukur, korelatif dan
positivistic maka ternyata hasil dari ilmu pengetahuan tersebut secara epistimologis
hanya mengkaji satu aspek saja dari objek ilmu pengetahuan yaitu manusia. Oleh
karena itu kalangan ilmuan sosial kembali mengkaji paradigma ilmu tersebut yaitu
manusia. Berdasarkan hakikatnya manusia dalam kenyataan objektivnya bersifat ganda
bahkan multidimensi. Atas dasar kajian paradigma ilmu pengetahuan sosial tersebut
kemudian dikembangkanlah metode baru berdasarkan hakikat dan sifat paradigma ilmu
tersebut yaitu manusia, yaitu metode kualitatif.
Istilah ilmiah tersebut kemudian berkembang dalam berbagai bidang kehidupan
manusia serta ilmu pengetahuan lain misalnya politik, hukum, ekonomi, budaya serta
bidang-bidang lainnya. Dalam masalah yang populer ini istilah ‘ paradigma’
berkembang menjadi terminologi yang mengandung konotasi pengertian sumber nilai,
kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan dari suatu
perkembangan, perubahan serta proses dalam satu bidang pembangunan, reformasi
maupun dalam pendidikan.
3.4 Pancasila sebagai paradigma pembangunan

Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara


bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan naisional. Hal ini sebagai perwujudan
praktis dalam meningkatkan harkat dan martabatnya. Tujuan negara yang tertuang
dalam Pembukaan UUD 1945 yang rinciannya adalah sebagai berikut : “ melindungi
segenap bangsa dan seluruh darah Indonesia,” hal ini dalam kepastianya tujuan negara
hukum formal adapun rumusan “memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa” hal ini dalam pengertian negara hukum material, yang secara
keseluruhan sebagai manifestasi tujuan khusus atau nasional. Adapun selain tujuan
nasional juga tujuan internasional (tujuan umum) “ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial” hal ini
diwujudkan dalam tahta pergaulan masyarakat internasional.

Secara filosofis hakiakat kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan


nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan
nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila Pancasila
mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia sebagai subjek pendukung pokok sila-
sila Pancasila sekaligus sebagai pendukung pokok negara. Hal ini berdasarkan pada
kenyataan objektif bahwa Pancasila dasar negara dan negaraadalah organisasi
(persekutuan hidup) manusia. Oleh karena itu negara dalam rangka mewujudkan
tujuannya melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuan seluruh warganya
harus dikembalikan pada dasar-dasar hakikat manusia “monopluralis”. Unsur-unsur
hakikat manusia “monopluralis” meliputi susunan kodrat manusia, rokhani (jiwa) dan
raga, sifat kodrat manusia mahluk individu dan mahluk sosial serta kedudukan kodrat
manusia sebagai mahluk berdiri sendiri dan sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena pembangunan nasional sebagai upaya praksis untuk mewujudkan tujuan
tersebut, maka pembangunan haruslah mendasarkan pada paradigma hakikat manusia
“monopluralis” tersebut.

Konsekuensinya dalam realisasi pembangunan naisional dalam berbagai bidang


untuk mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara konsisten
berdasarkan nilai-nilai hakikat kodrat manusia tersebut. Maka pembangunan nasional
harus meliputi aspek jiwa (rokhani) yang mencakup akal, rasa dan kehendak, aspek
raga (jasmani), aspek individu, aspek mahluk sosial, aspek pribadi dan juga aspek
kehidupan ketuhananya. Kemudian pada gilirannya dijabarkan dalam berbagai
bidang:pembangunan antara lain:

1. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Iptek


Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat
dan martabatnya maka manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan
taknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) pada hakikatnya merupakan
suatu hasil kreativitas rokhani manusia. Unsur jiwa (rokhani) manusia meliputi
aspek akal, rasa dan kehendak. Akal merupakan potensi rokhaniah manusia
dalam hubungan intelektualitas, rasa dalam bidang estetis, dan kehendak dalam
bidang moral (etika).

2.Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik

Pancasila dan badan bidang politik yang harus mendasarkan pada dasar
adalah subjek negara. Oleh karena itu kehidupan politik dalam negara harus
benar-benar untuk merealisasikan tujuan demi herkat dan martabat manusia.

3.Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi


Dalam dunia ilmu ekonomi boleh dikatakan jarang ditemukan pakar ekonomi
yang mendasarkan pemikiran pengembangan ekonomi aras dasar moralitas
Kemanusiaan dan Ketuhanan. Sehingga lazimnya pengembangan ekonomi
mengarah pada persaingan bebas.

4.Pancasila sebagai Paradigma Pembangun Sosial Budaya

Dalam pembangunan perkembangan aspek sosial budaya hendaknya didasarkan


atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh
masyarakat tersebut. Terutama dalam rangka bangsa Indonesia melakukan
reformasi disegala bidang dewasa ini. Oleh karena itu dalam pengembangan sosial
budaya pada masa reformasi dewasa ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang
dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai-nilai Pancasila itu sendiri.

5.Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan HanKam

Negara pada hakikatnya adalah suatu masyarakat hukum. Demi tegaknya hak-
hak warga negara maka diperlukan perundang-undangan negara. Dalam mengatur
ketertiban warga dalam rangka melindungi hak-hak warganya. Oleh karena itu
negara bertujuan melindungi segenap wilayah dan bangsanya. Adapun demi
tegaknya integritas seluruh masyarakat diperlukan suatu pertahanan negara dan
aparat hukum negara.

6.Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan POLEKSOSBUD HANKAM

Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu realisasi praktis untuk


mencapai tujuan bangsa. Adapun pembangungan dalam berbagai bidang antara lain
POLEKSOSBUD HANKAM. Pembangunan yang merupakan realisasi praktis
dalam negara untuk mencapai tujuan harus mendasarkan pada hakikat manusia.
Hakikat manusia adalah “Monoplularis” artinya meliputi berbagai unsur yaitu
rokhani, jasmani dan rohani.

7. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama


Pada proses reformasi dewasa ini dibeberapa wilayah negara Indonesia terjadi
konfik sosial yang bersumber pada masalah SARA hal ini menunjukan
kemunduran bangsa Indonesia kearah kehidupan beragama yang tidak
berkemanusiaan ini menunjukan betapa semakin melemahnya toleransi antara
kehidupan beragama yang berdasarkan kemanusiaan yang adil dan beradap.

2.3 Kampus sebagai sumber moral force pengembangan Hukum dan Ham

Kampus merupakan wadah kegiatan pendidikan, penelitian dan pengapdian


masyarakat, sekaligus merupakan tempat persemaian dan perkembangan nilai-nilai
luhur. Kampus merupakan wadah perkembangan nilai-nilai moral , dimana seluhur
warganya diharapkan menjunjung tinggi sikap yang menjiwai moralitas yang tinggi
dan di jiwai oleh Pancasila.

Kampus merupakan wadah membentuk sikap yang dapat memberikan kekuatan


moral yang mendukung lahir dan berkembang sikap mencintai kebenaran dan
keadilan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
BAB III

PENUTUP

3.1KESIMPULAN

Hakekat kedudukan Pancasila sebagai Paradigma pembangunan mengandung


pengertian bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional, harus berlandaskan pada
nilai-nilai yang terkandung dalm sila Pancasila .

3.2SARAN

Demikian materi yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini semoga dapat
bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi pendengar atau pembaca. Kami sadar
bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan dalam makalah ini. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca dan pendengar.
DAFTAR PUSTAKA

Armanyuni.blogspot.com

Kaelan.2008.pendidikan pancasila.Yogyakrta: Paradigma

Anda mungkin juga menyukai