Anda di halaman 1dari 41

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA IPTEK, SENI DAN

BUDAYA
Dosen Pengampu: Ratika Sekar Ajeng A.,M.Pd

Disusun Oleh:
Ayu Hartina Sari 18882030017
A'yun Latifah Hanum 1888203012
Mochamad Buqori Muslim 1855201033
Dhea Sagita Putri 1844201025
Dian aprilia Briliani 1888203013
Dwi Cahya Puspita 1844201031

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR


2018-2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA IPTEK, SENI
DAN BUDAYA”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak serta berbagai sumber sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
dan menambah pengetahuan serta pengalaman bagi para pembaca.

Blitar , 30 November 2018


Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar…………………………………………………………….
Daftar isi…………………………………………………………………...

BAB I ( PENDAHULUAN )
A. Latar Belakang……………………………………………………
B. Rumusan Masalah………………………………………………...
C. Tujuan Pembahasan………………………………………………

BAB II ( PEMBAHASAN )
I.Pancasila Sebagai Paradigma Iptek
A. Pengertian Pancasila ..……………………….
B. Pengertian Paradigma ………… ..…........
C. Sejarah Ilmu Pengetahuan ………………………………
D. Perkembangan Iptek …………………………..
E. Definisi Teknologi ………………………..
F. Definisi Ilmu Pengetahuan ……………………..
G. Perkembangan IPTEK di Indonesia berdasarkan Pancasila ...
H. Pancasila Sebagai Paradigma Perkembangan IPTEK ……….
I. Teknologi sebagai Bom Waktu ………………………..

II. Pancasila Sebagai Paradigma Seni Dan Budaya


A. Hubungan Antara Pancasila Dengan Keanekaragaman Budaya di Indonesia
……………………………………………………………..
B. Pancasila Inti Kebudayaan Indonesia …………………………
C. Konflik yang Muncul Akibat Adanya Keanekaragaman Budaya Indonesia
………………………………………………………………….
D. Nilai-Nilai Kebudayaan yang Terkandung Dalam Sila-Sila
Pancasila…………………………………………………………………
E. Pengaruh Budaya Luar Terhadap Budaya Indonesia …………..
F. Konflik yang Muncul Akibat Adanya Keanekaragaman Budaya Indonesia
dan Solusi yang Diberikan Pancasila Dalam Mengatasi Konflik
…………………………………………………………………………..
G. Konflik yang Muncul Akibat Adanya Keanekaragaman Budaya Indonesia
………………………………………………………………………….
H. Solusi yang Diberikan Pancasila dalam Mengatasi Konflik
BAB III ( PENUTUP )
A. Kesimpulan ……………………………………………………....
B. Saran …………..………………………………………………….

Daftar Pustaka………………………………………………………….….
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Pembahasan
BAB II

PEMBAHASAN

I. Pancasila Sebagai Paradigma Iptek

A. Pengertian Pancasila

Pancasila adalah sebuah dasar negara yang dimiliki oleh negara Republik
Indonesia, pancasila juga dikenal sebagai dasar falsafah negara dan juga ideologi
negara. Dalam penggunaanya, Pancasila merupakan sebuah dasar dalam
pemerintahanan negara Republik Indonesia. Pancasila juga digunakan sebagai
dasar dalam mengatur seluruh penyelnggaraan negara Rebublik Indonesia. Dalam
pembukaan UUD 1945 Aliena ke-4 jelas digambarkan jika Pancasila adalah dasar
negara Republik Indonesia, berikut adalah bunyi dari Pembukaan UUD 1945
Aliena ke-4 tersebut :

“Kemudian dari pada itu untuk dapat membentuk suatu pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia serta seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta ikut dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi serta keadilan sosial maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang suatu Dasar
Negara Indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil serta beradab, Persatuan Indonesia, serta
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, serta untuk mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.”

Sebagai dasar negara Republik Indonesia, Pancasila digunakan agar


mampu untuk mengatur segala tatanan kehidupan negara Republik Indonesia.

Yang dimaksud dalam hal ini adalah semua yang memiliki hubungan
dengan pelaksanaan kenegaraan harus selalu berlandaskan Pancasila. Selain itu
dalam seluruh pembentukan suatu peraturan dan juga peraturan yang telah berlaku
di negara Republik Indonesia juga harus belandaskan kepada Pancasila. Jadi dapat
dikatakan pancasila merupakan landasan/yang mengatur berbagai aspek tak
terkecuali dalam aspek perkembangan IPTEK, yang bertujuan dalam
perkembangannya IPTEK tidak melanggar nilai-nilai sila pancasila yang
merupakan sebuah dasar negara Republik Indonesia.Pancasila memiliki fungsi
utama sebagai sumber dari segala sumber hukum di negara Repbulik Indonesia,
yang membuat peraturan perundang-undangan yang ada di negara Republik
Indonesia haruslah berlandaskan kepada Pancasila dan tidak boleh bertentangan
dengan Pancasila. Adapun fungsi-fungsi lain dari Pancasila adalah sebagai berikut:

1. Sebagai asas kerohanian tertib hukum bagi negara Republik Indonesia

2. Sebagai suasana kebatinan dari Undang Undang Dasar

3. Merupakan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara Republik Indonesia

4. Merupakan pandangan hidup bagi masyarakat Indonesia

5. Merupakan jiwa dari bangsa Indonesia

6. Merupakan kepribadian bangsa Indonesia, dalam hal ini Pancasila lahir


bersamaan dengan lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia dimana hal
tersebut menjadikan suatu ciri khas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
dalam berprilaku yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa
lainnya

7. Merupakan perjanjian luhur, dalam hal ini Pancasila sudah disepakati secara
nasional pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang PPKI dimana pancasila
disepakatkan untuk menjadi dasar negara Repbulik Indonesia

8. Merupakan ideologi dari Bangsa Indonesia

9. Merupakan falsafah hidup yang menyatukan Bangsa Indonesia

Sebagai dasar untuk mewujudkan cita-cita dan juga tujuan yang ingin
diraih oleh bangsa Indonesia, adapun cita-cita tersebut adalah dapat terciptanya
masyarakat yang adil serta makmur dan juga terpenuhnya segala materi dan
spiritual.
B. Pengertian Paradigma

Istilah “Paradigma” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI)


adalah 1 daftar semua bentukan dr sebuah kata yg memperlihatkan konjugasi dan
deklinasi kata tsb; 2 model dl teori ilmu pengetahuan; 3 kerangka berpikir.
Sedangkan menurut Thomas S.Khun dalam bukunya yang berjudul The Structure
of Scientific Revolution (1970:49), paradigma merupakan suatu asumsi-asumsi
dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai),
sehingga merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, serta penerapan dalam
ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu
pengetahuan itu sendiri.

Ilmu pengetahuan sifatnya sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh


semakin banyaknya hasil-hasil penelitian manusia, sehingga dalam
berkembangnya terdapat suatu kemungkinan yang sangat besar ditemukannya
kelemahan-kelemahan pada teori yang telah ada, dan jikalau demikian maka
ilmuwan akan kembali pada asumsi-asumsi dasar serta asumsi teoritis sehingga
dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan kembali mengkaji paradigma
dari ilmu pengetahuan tersebut atau dengan lain perkataan ilmu pengetahuan harus
mengkaji dasar antologis dari ilmu itu sendiri. Misalnya dalam ilmu-ilmu sosial
manakala suatu teori yang didasarkan pada suatu hasil penelitian ilmiah yang
mendasarkan pada metode kuantitatif yang mengkaji manusia dan masyarakat
berdasarkan pada sifat-sifat parsial, terukur, korelatif dan positivistik maka
ternyata hasil dari ilmu pengetahuan tersebut secara epistemologis hanya mengkaji
satu aspek saja dari objek ilmu pengetahuan yaitu manusia. Oleh karena itu,
kalangan ilmuwan sosial kembali mengkaji paradigma ilmu tersebut yaitu manusia.
Berdasarkan hakikatnya manusia dalam kenyataan objektivnya bersifat ganda
bahkan multidimensi. Atas dasar kajian paradigma ilmu pengetahuan sosial
tersebut kemudian dikembangkanlah metode baru berdasarkan hakikat dan sifat
paradigma ilmu tersebut yaitu manusia, yaitu metode kualitatif.

Istilah ilmiah tersebut kemudian berkembang dalam berbagai bidang


kehidupan manusia serta ilmu pengetahuan lain misalnya politik, hukum, ekonomi,
budaya, serta bidang-bidang lainnya. Dalam masalah yang populer ini istilah
“Paradigma” berkembang menjadi terminologi yang mengandung konotasi
pengertian sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan
tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses dalam suatu bidang
tertentu termasuk dalam bidang pembangunan, reformasi maupun dalam
pendidikan.

C. Sejarah Ilmu Pengetahuan

1) Periode Pra Yunani Kuno

Catatan mengenai peradaban manusia yang paling awal tercatat berasal


dari Timur Tengah, persisnya Mesir. Pada jaman pra sejarah, nenek moyang
manusia modern di Mesir sudah mengenal bahasa, terbukti dengan peninggalan
tulisan-tulisan yang diukir di batu-batu dalam goa. Sejarah mencatat bahwa bangsa
Mesir kuno sudah mengenal ilmu bintang, ilmu bumi, arsitektur dan sebagainya.
Bangsa Mesir kemudian juga mengembangkan papyrus (sejenis kulit kayu) yang
dijadikan bahan tulis (tahun 3000 sebelum Masehi). Di Cina sekitar (2953-2838
SM), raja Fu Xi memperkenalkan kitab Yi Jing (bacanya: I ching) yaitu kitab Cina
kuno yang sangat terkenal di kalangan kaum penghayat ilmu Metafisika yang
bertutur tentang kehidupan manusia.
Di zaman dinasti Xia (2205-1766 SM) dikenal dengan nama Gui Cang
(kembali ke kegaiban). Lalu di masa dinasti Zhou (1066-221 SM) populer dengan
sebutan Zhou Yi (kitab perubahan dari dinasti Zhou), dan akhirnya, kini dikenal
sebagai Yi jing (dibaca: i Ching), yang secara harfiyah berati kitab tentang
perubahan.

Adapun ciri-ciri ilmu pengetahuan pada zaman ini sebagai berikut:

a) Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta


dengan sikap reseptif mind, keterangan masih dihubungkan dengan kekuatan
magic.

b) Kemampuan menemukan abjad dan sistim bilangan alam sudah


menampakkan perkembangan pemikiran manusia ke atas abstraksi.

c) Kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas


sintesa terhadap hasil abstraksi yang dilakukan.
d) Kemampuan meramal suatu peristiwa atas dasar peristiwa-peristiwa
sebelumnya yang pernah terjadi. Misalnya gerhana bulan dan matahari.

2) Zaman Yunani Kuno (abad 6 SM-6 M)


Pada zaman ini dianggap sebagai zaman keemasan yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:

a) Pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide


atau pendapatnya.

b) Masyarakat pada masa ini tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi yang


dianggap sebagai suatu bentuk pseudo-rasional.

c) Masyarakat tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap


reseptif attitude (sikap menerima begitu saja) melainkan menumbuhkan sikap an
inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis) sikap
belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern.
Sikap kritis inilah yang menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir-ahli
pikir terkenal sepanjang masa.

d) Tokoh atau ilmuwan masa yunani kuno antara lain: Thales, yang
mempelajari astronomi dan topik-topik pengetahuan termasuk fisika. Dan sebagian
sarjana mengakuinya pula sebagai ilmuwan pertama di dunia. Thales
mempertanyakan asal mula, sifat dasar dan struktur komposisi alam, yang
menurutnya semuanya berasal dari air sebagai materi daasar kosmis.

e) Pytagoras (572-497 SM) adalah seorang ahli matematika yang lebih


terkenal Dalailny dalam geometri yang menetapkan a2 + b2 = c2. Dan mendirikan
aliran filsafat Pythagorianisme yang mengemukakan sebuah ajaran metafisis
bahwa bilangan merupakan intisari dari semua benda maupun dasar pokok dari
sifat-sifat benda.

f) Tokoh lainnya yaitu Demokritus (460-370 SM) yang menegaskan bahwa


realitas terdiri dari banyak unsur yang disebutnya dengan atom. Pandangan
Demokritus ini merupakan cikal bakal perkembangan ilmu fisika, kimia dan
biologi.
g) Plato (428-348 SM) yang berpendapat bahwa geometri sebagai pengetahuan
rasional berdasarkan akal murni menjadi kunci ke arah ilmu pengetahuan serta
bagian pemahaman mengenai sifat dasar dari kenyataan yang terakhir. Geometri
merupakan suatu ilmu yang dengan akal murni membuktikan proporsi-proporsi
abstrak mengenai hal-hal yang abstrak. Begitu pentingnya geometri bagi filsafat
menurut Plato sehingga konon pintu gerbang akademi Plato tertulis ” janganlah
orang masuk ke sini jika ia tidak mengetahui geometri”

h) Aristoteles (384-322 SM) yang berpendapat bahwa filasafat dan ilmu


tergolong sebagai pengetahuan rasional, yakni pengetahuan yang diperoleh dari
pemikiran atau rasio manusia, yang dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:
Praktike (pengetahuan praktis), Poietike (pengetahuan produktif) dan theoretike
(pengetahuan teoritis). Adapun Theoritike dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu:
Mathematike (pengetahuan matematika), Phisike (pengetahuan fisika) dan Prote
philosophia (filsafat pertama).Aristoteles (384-322 SM) yang berpendapat bahwa
filasafat dan ilmu tergolong sebagai pengetahuan rasional, yakni pengetahuan yang
diperoleh dari pemikiran atau rasio manusia, yang dapat dibedakan menjadi tiga
bagian yaitu: Praktike (pengetahuan praktis), Poietike (pengetahuan produktif) dan
theoretike (pengetahuan teoritis). Adapun Theoritike dibedakan menjadi tiga
kelompok yaitu: Mathematike (pengetahuan matematika), Phisike (pengetahuan
fisika) dan Prote philosophia (filsafat pertama).

3) Zaman Pertengahan (Middle Age : 6-16 M)

Zaman pertengahan atau yang disebut Middle Age ditandai dengan


tampilnya para theolog di lapangan ilmu pengetahuan di belahan dunia eropa. Para
ilmuwan pada masa ini hampir semua para theolog, sehingga aktifitas ilmiah
terkait dengan aktifitas keagamaan yaitu agama Kristen, atau dengan kata lain,
kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan yang
berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah Ancilla Theologia (abdi agama).

Sebaliknya di dunia Timur terutama Negara-negara Islam justru terjadi


perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat. Kalau di daerah Barat pada
zaman pertengahan lebih berkutat pada masalah-masalah keagamaan, maka
berbeda dengan peradaban dunia Islam yang saat itu melakukan penerjemahan
besar-besaran terhadap karya-karya filosof yunani dan berbagai temuan di
lapangan ilmiah lainya.

Bani Umayyah sebagai salah satu contohnya telah menemukan suatu cara
pengamatan astronomi pada abad 7 Masehi, yaitu sekitar 8 abad sebelum Galileo
Galilei dan Copernicus. Sedangkan kebudayaan Islam yang menaklukkan Persia
abd 8 Masehi telah mendirikan sekolah kedokteran di Jundishapur. Pada zaman
keemasan kebudayaan Islam dilakukan penerjemahan berbagai karya Yunani dan
bahkan Kholifah Al Makmun telah mendirikan Rumah kebajikan (House
Wisdom) pada abad 9 Masehi. Itu artinya bahwa perjalanan peradaban islam sudah
jauh lebih dulu terbentuk dibandingkan peradaban Barat.

4) Zaman Renaissance (abad 14-16 M)

Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran


yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika
kebudayaan abad tengah mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern.
Manusia pada zaman renaissance adalah manusia yang merindukan pemikiran
yang bebas seperti zaman Yunani kuno. Pada zaman renaissance manusia disebut
sebagai animal rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan
berkembang. Manusia akan mencapai kemajuan (progress) atas hasil usahanya
sendiri, tidak didasarkan campur tangan ilahi.

Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada


zaman renaissance. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah
bidang astromoni. Tokoh-tokohnya yang terkenal seperti: Nicolus copernicus
(1473-1543) seorang tokoh gerejani yang ortodok yang mengemukakan bahwa
matahari berada di pusat jagat raya bumi mempunyai dua macam gerak yaitu:
perputaran sehari-hari pada porosnya dan perputaran tahunan mengelilingi
matahari. Teorinya ini disebut “Heliloisme” dimana matahari adalah pusat jagat
raya bukan bumi sebagaimana dikemukakan oleh Ptolomeus yang diperkuat oleh
Gereja.[24] Ilmuwan lainnya pada periode ini adalah Kepler dan Gelileo Gelilei.
Langkah-langkah yang dilakukan Galileo dalam bidang ini menanamkan pengaruh
kuat bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern, karena menunjukkan beberapa
hal seperti: pengamatan (observasi), penyingkiran (eliminasi) segala hal yang tidak
termasuk dalam peristiwa yang diamati. Idealisasi, penyusunan teori secara
spekulatif ats peristiwa tersebut, peramalan (prediction), pengukuran
(measurement), dan percobaan (experiment) untuk menguji teori yang didasarkan
pada ramalan matematik.

5) Zaman Modern (Abad 17-19 M)

Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah.


Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern ini sesungguhnya sudah
dirintis sejak zaman Renaissance, yaitu permulaan abad XIV. Benua
Eropa dipandang sebagai basis perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini
menurut Slamet Imam Santoso , sebenarnya mempunyai tiga sumber yaitu:

 Hubungan antara kerajaan Islam di semenanjung Iberia dengan Negara-


negara Perancis. Para pendeta di Perancis banyak yang belajar di Spanyol,
kemudian mereka inilah yang menyebarkan ilmu pengetahuan yang
diperolehnya itu di lembaga-lembaga pendidikan di Perancis.

 Perang Salib (1100-1300) yang terulang sebanyak enam kali tidak hanya
menjadi ajang peperangan fisik, namun juga menjadikan para tentara atau
serdadu Eropa yang berasal dari berbagai negara itu menyadari kemajuan
negara-negara Islam, sehingga mereka menyebarkan ajaran
pengalaman mereka itu sekembalinya di negara masing-masing.

 Pada tahun 1453 Istambul jatuh ke tangan Bangsa Turki, sehingga para
pendeta atau sarjana mengungsi ke Italia atau negara-negara lain. Mereka ini
menjadi pioner-pioner bagi pengembangan ilmu di Eropa.

Tokoh yang terkenal sebagai bapak Filsafat modern adalah Rene Descrates.
Ia telah mewariskan suatu metode berfikir yang menjadi landasan berfikir dalam
ilmu pengetahuan modern. Langkah-langkah descrates adalah sebagai berikut:

 Tidak menerima apapun sebagai hal yang benar kecuali kalau diyakini
sendiri bahwa itu memang benar.

 Memilah-milah masalah menjadi bagian-bagian terkecil untuk


mempermudah permasalahan.
 Berfikir runtut mulai dari hal yang sederhana sedikit demi sedikit untuk
sampai ke hal yang paling rumit.

 Perincian yang lengkap dan pemeriksaan yang menyeluruh diperlukan


supaya tidak ada yang terlupakan.

Perkembangan ilmu mencapai puncak kejayaan di tangan Newton. Ilmuwan


Inggris ini antara lain merumuskan teori gaya berat dan kaidah-kaidah mekanika
dalam karya tulis yang diberi judul Philosophiae Naturalis Principia Mathematica
Asas-asas matematika dari filsafat alam).

6) Zaman Kontemporer (Abad 20 dan seterusnya)

Diantara ilmu-ilmu khusus yang dibicarakan para filsuf, maka bidang fisika
menempati kedudukan yang paling tinggi. Menurut Root Fisika dipandang sebagai
ilmu pengetauan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamentasil
yang membentuk alam semesta.

Fisikawan termashur abad keduapuluh adalah Albert Einstein. Ia


mengatakan bahwa alam itu tak terhingga dan tak terbatas, tetapi juga bersifat
statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan materi. Ini berarti
bahwa alam semesta ini bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak mengakui
adanya pencipata alam. Namun pada tahun 1929 seorang fisikawan lain Hubble
yang mempergunakan teropong terbesar di dunia melihat galaksi-galaksi di
sekeliling kita dengan kelajuan yang sebanding dengan jaraknya dari bumi.
Observasi ini menunjukkan bahwa alam semesta ini tidak statis, melainkan dinamis,
sehingga meruntuhkan pendapat Einstein tentang teori kekekalan materi dan alam
semesta yang statis. Dan jagad raya ternyata berekspansi.

Disamping teori tentang fisika, teori alam semesta dan lain-lain, maka
zaman kontemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih.
Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Mulai dari penemuan computer, berbagai satelit
komunikasi, internet dan lain sebagainya. Mobilitas manusia yang sangat tinggi
saat ini merupakan pengaruh teknologi komunikasi dan informasi. Dalam
pertengahan abad ini, dapat pula disaksikan lahirnya serangkaian ilmu antar
disiplin misalnya ilmu perilaku (behavioral science) yang menggabungkan ilmu
psikologi dengan berbagai cabang ilmu sosial seperti sosiologi , antropologi untuk
menelaah tingkah laku manusia. Contoh lain ilmu antar disiplin ialah Anatomi
Sosial manusiawi (Human Social anatomy) yang memadukan anatomi, ilmu fosil,
antropologi Ragawi, dan Etopologi studi tentang pola perilaku organisme).

Bidang ilmu lainnya juga mengalami perkembangan yang sangat pesat


sehingga terjadi spesialisasi-spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan
kontemporer cenderung mengetahui hal yang sedikit tapi secara mendalam. Ilmu
kedokteran semakin menajam dalam spesialis dan sub-spesialis atau super-spesialis,
demikian juga bidang-bidang lain. Di samping cenderung ke arah spesialisasi,
kecenderungan lain adalah sintesis antara bidang ilmu satu dengan lainnya,
sehingga dihasilkannya bidang ilmu baru, seperti: Bioteknologi yang dewasa ini
dikenal dengan teknologi Kloning.

D. Perkembangan Iptek

Sebenarnya sejak dulu teknologi sudah ada atau manusia sudah


menggunakan teknologi. Seseorang menggunakan teknologi karena manusia
berakal. Dengan akalnya ia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih
aman dan sebagainya. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak dihindari
dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi memang sangat diperlukan.
Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan
manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam
melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah
menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan
dalam dekade terakhir ini.

Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang


cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin
otomatis, Demikian juga ditemukannya formulasi-formulasi baru kapasitas
komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam
berbagai bidang ilmu dan aktifitas manusia. Sumbangan iptek terhadap peradaban
dan kesejahteraan manusia tidak dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula
menipu diri akan kenyataan bahwa perkembangan iptek mendatangkan efek negatif
bagi manusia. Dalam peradaban modern, terlalu sering manusia terhenyak oleh
disilusi dari dampak negatif iptek terhadap kehidupan umat manusia.

Kini ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan temuan-temuannya melaju


pesat, mendasar, spektakuler. Iptek tidak lagi hanya sebagai sarana kehidupan
tetapi sekaligus sebagai kebutuhan kehidupan manusia. Bersamaan dengan itu
iptek telah menyentuh seluruh segi dan sendi kehidupan, dan merombak budaya
manusia secara intensif, yang berakibat terjadinya perbenturan tata nilai dalam
aspek kehidupan.

Dengan adanya kemajuan IPTEK, kini masyarakat begitu mudah


berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat dunia. Terjadinya proses
akulturasi dan pengaruh nilai-nilai kebudayaan antar bangsa secara langsung
ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi nilai, tata hidup, gaya hidup, sikap
hidup, maupun pikiran suatu kelompok masyarakat.Untuk itu diperlukan sikap
bijaksana, yaitu kesediaan untuk membuka diri terhadap tuntutan jaman, sekaligus
waspada terhadap nilai-nilai sosial budaya dari luar. Hanya nilai-nilai yang sesuai
dengan kepribadian kita yang kita serap. Dengan meningkatnya hubungan antar
bangsa di dunia, maka pengaruh tata nilai dan budaya luar akan makin tinggi pula
masuk ke Indonesia. Akibatnya jika masyarakat tidak mempunyai ketahanan
mental, ideologi, dan kewaspadaan, maka dapat menjadi korban globalisasi dan
pergaulan antar bangsa.

E. Definisi Teknologi

Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu


bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. Teknologi, menurut
Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan
perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi,
yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains
mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai
ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam interaksinya
satu terhadap lainnya.
Definisi mengenai sains menurut Sardar (1987, 161) adalah sarana
pemecahan masalah mendasar dari setiap peradaban. Tanpa sains, lanjut Sardar
(1987, 161) suatu peradaban tidak dapat mempertahankan struktur-struktur politik
dan sosialnya atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar rakyat dan budayanya.
Sebagai perwujudan eksternal suatu epistemologi, sains membentuk lingkungan
fisik, intelektual dan budaya serta memajukan cara produksi ekonomis yang dipilih
oleh suatu peradaban. Pendeknya, sains, jelas Sardar (1987, 161) adalah sarana
yang pada akhirnya mencetak suatu peradaban, dia merupakan ungkapan fisik dari
pandangan dunianya. Sedangkan rekayasa, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222)
menyangkut hal pengetahuan objektif (tentang ruang, materi, energi) yang
diterapkan di bidang perancangan (termasuk mengenai peralatan teknisnya).
Dengan kata lain, teknologi mencakup teknik dan peralatan untuk
menyelenggarakan rancangan yang didasarkan atas hasil sains.

- Pengertian Teknologi Menurut Para Ahli

Makna Teknologi, menurut Capra (2004, 106) seperti makna ‘sains’,


telah mengalami perubahan sepanjang sejarah. Teknologi, berasal dari literatur
Yunani, yaitu technologia, yang diperoleh dari asal kata techne, bermakna wacana
seni. Ketika istilah itu pertama kali digunakan dalam bahasa Inggris di abad
ketujuh belas, maknanya adalah pembahasan sistematis atas ‘seni terapan’ atau
pertukangan, dan berangsur-angsur artinya merujuk pada pertukangan itu sendiri.
Pada abad ke-20, maknanya diperluas untuk mencakup tidak hanya alat-alat dan
mesin-mesin, tetapi juga metode dan teknik non-material. Yang berarti suatu
aplikasi sistematis pada teknik maupun metode. Sekarang sebagian besar definisi
teknologi, lanjut Capra (2004, 107) menekankan hubungannya dengan sains. Ahli
sosiologi Manuel Castells seperti dikutip Capra (2004, 107) mendefinisikan
teknologi sebagai ‘kumpulan alat, aturan dan prosedur yang merupakan penerapan
pengetahuan ilmiah terhadap suatu pekerjaan tertentu dalam cara yang
memungkinkan pengulangan.

Akan tetapi, dijelaskan oleh Capra (107) teknologi jauh lebih tua daripada
sains. Asal-usulnya pada pembuatan alat berada jauh di awal spesies manusia,
yaitu ketika bahasa, kesadaran reflektif dan kemampuan membuat alat berevolusi
bersamaan. Sesuai dengannya, spesies manusia pertama diberi nama Homo habilis
(manusia terampil) untuk menunjukkan kemampuannya membuat alat-alat canggih.

Dari perspektif sejarah, seperti digambarkan oleh Toynbee (2004, 35)


teknologi merupakan salah satu ciri khusus kemuliaan manusia bahwa dirinya
tidak hidup dengan makanan semata. Teknologi merupakan cahaya yang
menerangi sebagian sisi non material kehidupan manusia. Teknologi, lanjut
Toynbee (2004, 34) merupakan syarat yang memungkinkan konstituen-konstituen
non material kehidupan manusia, yaitu perasaan dan pikiran , institusi, ide dan
idealnya. Teknologi adalah sebuah manifestasi langsung dari bukti kecerdasan
manusia.

Dari pandangan semacam itu, kemudian teknologi berkembang lebih jauh


dari yang dipahami sebagai susunan pengetahuan untuk mencapai tujuan praktis
atau sebagai sesuatu yang dibuat atau diimplementasikan serta metode untuk
membuat atau mengimplementasikannya. Dua pengertian di atas telah digantikan
oleh interpretasi teknologi sebagai pengendali lingkungan seperti kekuasaan politik
di mana kebangkitan teknologi Barat telah menaklukkan dunia dan sekarang telah
digunakan di era dunia baru yang lebih ganas. Untuk memperjelas statement
tersebut, kita coba menelaah teknologi secara lebih dalam lagi. Melihat substansi
teknologi secara lebih komprehensif, yaitu konsepsi teknologi dari kerangka
filsafat.

F. Definisi Ilmu Pengetahuan

Ilmu atau sains adalah pengetahuan tentang fakta baik itu yang bersifat
natural maupun sosial yang berlaku umum dan sistematis atau pengetahuan yang
sudah diatur menurut urutan dan arti serta menyeluruh dan sistematis. Bahasa ialah
ilmu, maka bahasa berlaku untuk umum dan sistematis. Siapa pun, kapan pun, di
mana pun, jika ingin mempelajari suatu bahasa, harus melalui tahap berbicara,
mendengar, membaca, dan menulis. Hal ini membuktikan bahwa bahasa adalah
ilmu yang mempunyai sifat umum dan sistematis yang dijadikan dasar/acuan.
1) Definisi menurut para ahli :

-) Moh. Hatta :

Pengertian ilmu pengetahuan menurut Moh. Hatta bahwa ilmu


pengetahuan adalah pengetahuan atau studi yang teratur tentang pekerjaan hokum
umum, sebab akibat dalam suatu kelompok masalah yang sifatnya sama baik
dilihat dari kedudukannya maupun hubungannya.

-) The Liang Gie :

Ilmu adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan


suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai
dunia ini dalam berbagai seginya,dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang
menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.

2) Syarat-syarat ilmu

-) Objektif :

Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah
yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam.
Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan
subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.

-) Metodis

Upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya


penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu
untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani
“Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu
yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.

-) Sistematis
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu
objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis
sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu ,
dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat
merupakan syarat ilmu yang ketiga.

-) Universal

Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang


bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º.
Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu
sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda
dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu
untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia
konteks dan tertentu pula.

G. Perkembangan IPTEK di Indonesia berdasarkan Pancasila

IPTEK memang bisa mempengaruhi dalam hal positif dan negatif.


Sehingga dalam pengembangannya pun dibutuhkan suatu landasan agar tidak
merugikan manusia dan bisa mengurangi dampak negatif. Yaitu berlandaskan pada
nilai – nilai Pancasila karena setiap sila demi sila pada Pancasila mengandung hal
– hal yang penting dalam pengembangan IPTEK dan menunjukkan sistem etika
dalam pengembangan IPTEK.

meliputi akal, rasa dan kehendak.

Akal

merupakan potensi rohaniah manusia yang berhubungan dengan intelektualitas,

rasa

merupakan hubungan dalam bidang estetisdan


kehendak

berhubungan dengan bidang moral (etika).Atas dasar kreatifitas akalnya itulah


maka manusia mengembangkan IPTEK untukmengolah kekayaan alam yang
disediakan oleh Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu tujuanyang esensial dari
IPTEK adalah semata-mata untuk kesejahteraan umat manusia. Dalammasalah ini
pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai bagi pengembangan IPTEK
demikesejahteraan hidup manusia. Pengembangan IPTEK sebagai hasil budaya
manusia harusdidasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan
beradab dari sila-sila yangtercantum dalam pancasila.Pancasila yang sila-silanya
merupakan suatu kesatuan yang sistematis haruslah menjadisistem etika dalam
pengembangan IPTEK.

1. Sila ketuhanaan yang maha esa

Sila ini mengklomentasikan ilmu pengetahuan, menciptakan


sesuatu berasarkan pertimbangan antara rasional dan irasional, antara akal, rasa da
n kehendak. Berdasarkan sila ini IPTEK tidak hanya memikirkan apa yang
ditemukan dibuktikan dan diciptakan tetapi juga dipertimbangkan maksudnya dan
akibatnya apakah merugikan manusia disekitarnya atau tidak. Sila ini
menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagi pusatnya melainkan sebagai
bagian yang sistematik dari alam yang diolahnya. (T.Jacob, 1986).

Contoh perkembangan IPTEK dari sila ketuhanan yang maha esa adalah
ditemukannya teknologi transfer inti sel atau yang dikenal dengan teknologi
cloning yang dalam perkembangannya pun masih menuai kotroversi. Persoalannya
adalah terkait dengan adanya “intervensi penciptaan” yang semestinya dilakukan
oleh Tuhan YME.

2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab

Memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam


mengembangkanIPTEK haruslah bersifat beradab. IPTEK adalah sebagai hasil
budaya manusia yang beradab dan bermoral. Oleh karena
itu pengembangan IPTEK harus didasarkan padahakikat tujuan demi kesejahteraan
manusia. IPTEK bukan untuk kesombongan,kecongkakan dan keserakahan
manusia namun harus diabdikan demi peningkatan harkat dan martabat manusia.

3. Sila persatuan Indonesia

Mengklomentasikan universal dan internasionalisme (kemanusiaan) dari


sila-sila lain. Pengembangan IPTEK diarahkan demi kesejahteraan umat manusia
termasuk di dalamnya kesejahteraan bangsa Indonesia. Pengembangan IPTEK
hendaknya dapat mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa serta
keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat manusia di dunia. Contohnya seperti
website yang telah mempermudah gerakan revolusi di abad ini. Ada Wikileaks,
Facebook, Twitter, Blog, Video Sharing dan masih banyak lagi yang lain. Terkait
dengan sila persatuan Indonesia GERAKAN 100% CINTA INDONESIA dan
Gerakan 1000000 facebookers dukung tetap bayar pajak adalah bentuk dari
sekian banyaknya gerakan-gerakan social network yang
mempersatukan pemikiran bangsa Indonesia.

4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan

Artinya mendasari pengembangan IPTEK secara demokratis. Artinya setiap


orang haruslah memiliki kebebasan untuk mengembangkan IPTEK. Selain itu
dalam pengembangan IPTEK setiap orang juga harus menghormati dan
menghargai kebebasan orang lain dan harus memiliki sikap terbuka. Artinya
terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan dengan penemuan teori-
teori lainnya. Contoh dalam kasus ini adalah ketika dulu santer beredar kabar
mengenai akan dibangunnya reaktor nuklir di Indonesia. Beramai-ramai seluruh
aliansi dari berbagi daerah memberikan pernyataan pro atau kontranya mereka
terhadap rencana pembangunan ini.
Bahkan melalui jejaring sosial facebook muncul gerakan TOLAK
PEMBANGUNAN REAKTOR NUKLIR di INDONESIA. Hal seperti inilah yang
seharusnya menjadi bahan permusyawarahan bagi para elit politik
beserta rakyatnya sehingga mencapai suatu kebijakan yang bijaksana demi
kemaslahatan bangsa Indonesia sendiri.
5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Contoh dari sila kelima ini adalah ditemukannya varietas bibit unggul padi
Cilosari dari teknik radiasi. Penemuan ini adalah hasil buah karya anak bangsa.
Diharapkan dalam perkembangan swasembada pangan ini nantinya akan
mensejahterakan rakyat Indonesia dan memberikan rasa keadilan setelah
ditingkatkannya jumlah produksi sehingga pada perjalanannya rakyat dari berbagai
golongan dapat menikmati beras berkualitas dengan harga yang terjangkau.

Dengan begitu Iptek pada hakekatnya tidak bebas nilai namun terikat
oleh nilai. Dan dalam pengembangannya juga dapat membawa dampak
positif yaitu memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia. Contohnya yang
tadinya berhubungan menggunakan surat dengan adanya kemajuan IPTEK,
berhubungan jarak jauh bisa menggunakan telepon,jika dulunya membajak sawah
menggunakan alat tradisional kini bisa menggunakan peralatan dari mesin karena
kemajuan IPTEK. Selain itu juga mempermudah meluasnya berbagai informasi.
Serta bertambahnya pengetahuan dan wawasan karena dulu komputer, internet
dan handphone merupakan peralatan yang sangat canggih dimana hanya orang –
orang tertentu yang mampu membelinya dan menggunakannya, namun karena
perkembangan IPTEK peralatan elektronik tersebut menjadi benda yang menjamur
dimana tidak hanya orang – orang tertentu yang mampu menggunakannya bahkan
anak – anak dibawah umurpun menggunakannya.

Kita juga harus waspada dan memiliki sikap positif terhadap Pancasila
agar kita dapat menyaring dan memilih mana yang baik untuk dicontoh dan
menghindari yang buruk. Karena dengan perkembangan komunikasi memudahkan
hubungan antarbangsa di dunia dengan intensitas yang cukup tinggi sehingga
menyebabkan proses akulturasi dan saling mempengaruhi antara nilai – nilai dan
kebudayaan antarbangsa.

Selain itu seharusnya dalam penyajian siaran di televisi maupun di Radio


atau diberbagai media elektronik harus yang bermanfaat karena sekarang ini
banyak menyajikan yang kurang bermanfaat bagi masyarakat yang dapat
mempengaruhi pola pikir masyarakat itu sendiri dan bisa mempengaruhi pola
berfikir anak. Sangat tidak baik jika anak – anak diberi siaran yang kurang
bermanfaat karena tidak baik untuk perkembangan dan pertumbuhan anak. Jika
siaran televisi tersebut menyajikan tayangan orang berkelahi bisa saja anak
tersebut ikut – ikutan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari – harinya.

Oleh karena itu dalam menonton harus didampingi oleh orang tua agar anak
tersebut diarahkan ke hal yang positif sehingga nantinya anak itu tidak terjerumus
ke pergaulan bebas. Sebab sekarang ini banyak anak – anak dan remaja yang
terjerumus pergaulan bebas hanya karena terpengaruh temannya, tidak adanya
bimbingan dan perhatian dari orang tuanya atau bisa juga karena mendapat kiriman
video porno melalui handphone sehingga ada keinginan untuk menirukan apa yang
ada di video tersebut. Apalgi diperkuat oleh rayuan temannya yang sudah
terjerumus ke hal yang negatif.

Untuk itu anak – anak maupun remaja boleh – boleh saja di beri handphone,
tetapi harus selalu dikontrol agar dengan adanya handphone tersebut tidak untuk
hal – hal yang buruk tetapi untuk digunakan hal – hal yang positif seperti untuk
alat komunikasi sebagaimana mestinya.

H. Pancasila Sebagai Paradigma Perkembangan IPTEK

Pancasila bukan merupakan ideologi yang kaku dan tertutup, namun justru
bersifat reformatif, dinamis, dan antisipatif. Dengan demikian Pancasilan mampu
menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) yaitu dengan tetap memperhatikan dinamika aspirasi
masyarakat. Kemampuan ini sesungguhnya tidak berarti Pancasila itu dapat
mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung, tetapi lebih menekan pada
kemampuan dalam mengartikulasikan suatu nilai menjadi aktivitas nyata dalam
pemecahan masalah yang terjadi (inovasi teknologi canggih). Kekuatan suatu
ideologi itu tergantung pada kualitas dan dimensi yang ada pada ideologi itu
sendiri.
Dengan memasuki kawasan IPTEK yang diletakan diatas Pancasila sebagai
paradigmanya, perlu dipahami dasar dan arah peranannya, yaitu :

1) Aspek ontologi
Bahwa hakekat IPTEK merupakan aktivitas manusia yang tidak mengenal titik
henti dalam upayanya untuk mencari dan menentukan kebenaran dan kenyataan.

1. Aspek Epistemologi, bahwa pancasila dengan nilai–nilai yang terkandung


didalamnya dijadikan metode berpikir.

2. Aspek Askiologi, dengan menggunakan nilai-nilai yang terkandung didalam


pancasila sebagai

2) Sila-sila pancasila yang harus menjadi sistem etika dalam pengembangan


IPTEK :

 Sila ketuhanan yang maha esa mengkomplementasikan ilmu pengetahuan


mencipta, keseimbangan antara rasional dan irasional, antara akal dan
kehendak. Berdasarkan sila ini IPTEK tidak hanya memikirkan apa yang
ditemukan dibuktikan dan diciptakan tetapi juga dipertimbangkan maksud
dan akibatnya apakah merugikan manusia disekitarnya atau tidak.
Pengolahan diimbangi dengan melestarikan.

 Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar moralitas


bahwa manusia dalam mengembangkan IPTEK harus bersikap beradab
karena IPTEK adalah sebagai hasil budaya manusia yang beradab dan
bermoral. Oleh karena itu, pengembangan Iptek harus didasarkan pada
hakikat tujuan demi kesejahteraan umat manusia. Iptek bukan untuk
kesombongan dan keserakahan manusia. Namun, harus diabdikan demi
peningkatan harkat dan martabat manusia.

 Sila persatuan Indonesia mengkomplementasikan universalitas dan


internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Pengembangan
IPTEK hendaknya dapat mengembangkan rasa nasionalisme,
kebesaran bangsa serta keluhuran bangsa sebagai bagian umat manusia di
dunia.
 Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan mendasari pengembangan IPTEK secara
demokratis, artinya setiap ilmuan harus memiliki kebebasan untuk
mengembangkan IPTEK juga harus menghormati dan menghargai
kebebasan orang lain dan juga memiliki sikap yang terbuka untuk dikritik
dikaji ulang maupun di bandingkan dengan penemuan lainnya.

 Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengkomplementasikan


pengembangan IPTEK haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam
kehidupan kemanusiaan yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannnya
dengan dirinya senndiri maupun dengan Tuhannya, manusia dengan manusia,
manusia dengan masyarakat bangsa dan negara, serta manusia dengan alam
lingkungannya.

T.Jacob (2000) (dalam internet) berpendapat bahwa Pancasila mengandung hal-hal


yang penting dalam pengembangan iptek, yaitu:

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengingatkan manusia bahwa ia hanyalah


makhluk Tuhan yang mempunyai keterbatasan seperti makhluk-makhluk
lain, baik yang hidup maupun yang tidak hidup. Ia tidak dapat terlepas dari
alam, sedangkan alam raya dapat berada tanpa manusia.

2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, usaha untuk mensejahterakan


manusia haruslah dengan cara-cara yang berprikemanusiaan. Desain,
eksperimen, ujicoba dan penciptaan harus etis dan tidak merugikan uamat
manusia zaman sekarang maupun yang akan datang. Sehingga kita tidak
boleh terjerumus mengembangkan iptek tanpa nilai-nilai perikemanusiaan.

3. Sila Persatuan Indonesia, mengingatkan pada kita untuk mengembangkan


iptek untuk seluruh tanah air dan bangsa. Dimana segi-segi yang khas
Indonesia harus mendapat prioritas untuk dikembangkan secara merata
untuk kepentingan seluruh bangsa, tidak hanya atau terutama untuk
kepentingan bangsa lain.

4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan perwakilan, membuka kesempatan yang sama bagi semua
warga negara untuk mengembangkan iptek, dan mengenyam hasilnya, sesuai
kemampuan dan keperluan masing-masing.

5. Sila Keadilan sosial, memperkuat keadilan yang lengkap dalam alokasi dan
perlakuan, dalam pemutusan, pelaksanaan,perolehan hasil dan pemikiran
resiko, dengan memaksimalisasi kelompok-kelompok minimum dalam
pemanfaatan pengembangan teknologi.

Pemahaman pancasila melalui kelima silanya secara universal dapat


masuk kedalam tatanan pembangunan Indonesia melalui perkembangan IPTEK.
Pentingnya keselerasan diantara keduanya menjanjikan hubungan yang harmonis
dalam membangun sebuah negara yang dicita-citakan. Namun, pada kenyataanya
sangat sulit untuk menyeimbangkan keduanya, karena masyarakat Indonesia
adalah masyarakat yang plural, tidak jarang di antara masyarakat tersebut tidak
memiliki etika dalam menggunakan teknologi. Hal tersebut sangat tergantung
kepada tingkah laku manusia. Tidak setiap tingkah laku itu memberikan jaminan.
Hanya tingkah laku tertentu saja yang dapat menjamin, yaitu tingkah laku yang
bertanggung jawab. Artinya, yang berdasarkan pada prinsip keadilan, yakni
melakukan perbuatan sebagai kewajiban atas hak yang layak bagi seseorang
menurut posisi, fungsi dan keberadaannya.

Peraturan perundangan, sebagai salah satu teknik bernegara, harus mampu


menghidupi warganya dalam suasana tenteram damai, dan bahagia karena hal ini
merupakan wujud ketentraman, kedamaian, dan kebahagiaan negara itu sendiri.
Dengan demikian cara-cara pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
seharusnya berkiblat kepada kelima sila pancasila yang dapat dijadikan pedoman
dalam menjalankan hak dan kewajiban sebagai basis ketenteraman bernegara.

Pengembangan dan penguasaan dalam IPTEK (ilmu pengetahuan dan


teknologi) merupakan salah satu syarat menuju terwujudnya kehidupan masyarakat
bangsa yang maju dan modern. Pengembangan dan penguasaan IPTEK menjadi
sangat penting untuk dikaitkan dengan kehidupan global yang ditandai dengan
persaingan. Namun pengembangna IPTEK bukan semata-mata untuk mengejar
kemajuan material melainkan harus memperhatikan aspek-aspek spiritual, artinya
pengembangan IPTEK harus diarahkan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan
batin.
Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-sila yang merupakan sumber
nilai, kerangka pikir serta asas moralitas bagi pembangunan IPTEK. Sehingga
bangsa yang memiliki pengembangan hidup pancasila, maka tidak berlebihan
apabila pengembangan IPTEK harus didasarkan atas paradigma pancasila.

Hasil iptek harus dapat dipertanggungjawabkan akibatnya, baik pada masa


lalu, sekarang, maupun masa depan. Oleh karena itu, diperlukan suatu aturan yang
mampu menjadikan pancasila sebagai roh bagi perkembangan iptek di
Indonesia.Dalam hal ini pancasila mampu berperan memberikan beberapa prinsip
etis pada iptek sebagai berikut :

 Martabat manusia sebagai subjek, tidak boleh diperalat oleh iptek

 Harus dihindari kerusakan yang mengancam kemanusiaan

 Iptek harus sedapat mungkin membantu manusia melepaskan kesulitan-


kesulitan hidupnya

 Harus dihindari adanya monopoli iptek

 Harus ada kesamaan pemahaman antara ilmuwan dan agamawan. Bahwa


iman dalam agama harus memancar dalam ilmu dan ilmu menerangi jalan
yang telah ditunjukkan oleh iman.

I. Teknologi sebagai Bom Waktu

Kita ketahui bahwa sebenarnya sejak dulu teknologi sudah ada atau manusia
sudah menggunakan teknologi. Seseorang menggunakan teknologi karena manusia
berakal. Dengan akalnya ia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih
aman dan sebagainya. Perkembangan teknologi terjadi karena seseorang
menggunakan akalnya dan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang
dihadapinya.

Pada satu sisi, perkembangan dunia IPTEK yang demikian mengagumkan


itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban
umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik
yang cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin
otomatis, Demikian juga ditemukannya formulasi-formulasi baru kapasitas
komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam
berbagai bidang ilmu dan aktifitas manusia.

Bagi masyarakat sekarang, iptek dianggap sebagai solusi dari permasalahan


yang ada, bahkan memuja iptek sebagai liberator yang akan membebaskan mereka
dari kungkungan kefanaan dunia. Iptek diyakini akan memberi umat manusia
kesehatan, kebahagiaan dan imortalitas. Sumbangan iptek terhadap peradaban dan
kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula
menipu diri akan kenyataan bahwa iptek mendatangkan malapetaka dan
kesengsaraan bagi manusia. Dalam peradaban modern yang muda, terlalu sering
manusia terhenyak oleh disilusi dari dampak negatif iptek terhadap kehidupan
umat manusia. Teknologi dapat dikatakan bom waktu, karena lama kelamaan kita
akan menjadi budak dari teknologi yang kita ciptakan sendiri. Contohnya, dengan
ditemukannya robot yang digunakan untuk membantu pekerjaan manusia, itu
artinya robot tersebut dapat menggantikan peran manusia dan mengurangi
lapangan pekerjaan, karena pekerjan yang biasanya dikerjakan oleh 2 orang atau
lebih dapat dikerjakan oleh satu robot yang sangat canggih. Akibatnya tugas-tugas
kita akan diambil alih oleh robot dan membuat kita semakin malas untuk bekerja.
Selain itu dengan berkembangnya teknologi membuat kita lupa waktu dan malas
belajar karena kita di manjakan oleh teknologi tersebut sehingga memnbuat kita
kecanduan seperti facebook, twiter, game online dan lain sebagainya. Dan masih
banyak contoh lain yang tidak bisa di pungkiri bahwa makin berkembangnya
teknologi, makin buruk perilaku manusia. Dan itu juga berarti teknologi sebagai
bom waktu, yang bila tepat saatnya, saat semua tidak terkendali akan membuat kita
menjadi hancur dan mungkin kita akan menjadi budak dari teknologi yang kita
ciptakan sendiri.

II. Pancasila Sebagai Paradigma Seni Dan Budaya


A. Hubungan Antara Pancasila Dengan Keanekaragaman Budaya di
Indonesia

Indonesia memiliki budaya yang unik dan berbeda-beda. Namun tanpa alat
pemersatu bangsa yaitu Pancasila, maka perbedaan tersebut akan membuat bangsa
Indonesia terpecah belah. Oleh karena itu Pancasila dijadikan sebagai paradigma
pengembangan kebudayaan Indonesia. Artinya, Pancasila dijadikan asumsi-asumsi
dasar dalam pengembangan kebudayaan Indonesia. Sehingga Pancasila merupakan
inti kebudayaan Indonesia yang mengandung nilai-nilai budaya Indonesia.

B. Pancasila Inti Kebudayaan Indonesia

Dalam artinya yang lengkap kebudayaan adalah keseluruhan pikiran, karya


dan hasil karya manusia sebagai anggota masyarakatnya yang tidak berakar pada
nalurinya dan hanya dapat dikuasai atau dihasilkannya dalam suatu proses belajar.
Dalam arti ini kebudayaan adalah ungkapan kehidupan manusia dan
masyarakatnya yang mengolah alam lingkungannya untuk mempertahankan dan
mengembangkan eksistensinya dan mencakup segala perbuatan manusia. Dengan
demikian kebudayaan bukanlah semata-mata sekumpulan barang dan karya
kesenian, buku, bangunan dan lain sebagainya, melainkan juga dan pertama-tama
kegiatan manusian membuat alat-alat dan benda-benda tersebut, adat-istiadat, tata
cara, cara mengasuh anak, sistem-sistem sosial, pranata-pranata sosial dan lain
sebagainya. Termasuk pula kegiatan manusia mengadakan pembaruan-pembaruan
di segala bidang guna meningkatkan mutu hidupnya. Ciri khasnya ialah
kemampuan manusia untuk belajar dan menemukan sesuatu baru demi perbaikan
hidupnya. Oleh sebab itu kebudayaan dapat dibatasi sebagai keseluruhan
penemuan manusia demi perbaikan hidup manusiawi. Kebudayan harus selalu
mempunyai nilai hidup, artinya harus selalu mengabdi kepada kehidupan
manusiawi. Dalam rangka meningkatkan mutu hidup itu, manusia menciptakan
teknik-teknik dan organisasi-organisasi termasuk negara untuk meningkatkan
efisiensi kerja guna mencapai hasil sebanyak mungkin dengan tenaga yang tersedia.
Manusia selalu berusaha memperbaiki keduanya itu dalam pembaruan-pembaruan
dan penemuan-penemuan baru.
Setiap kebudayaan terdiri atas banyak unsur yang biasa dibagi dalam tujuh
kelompok yang disebut universalia budaya (cultural universals) karena bersifat
universal, yaitu peralatan dan perlengkapan hidup manusia atau teknologi, mata
pencarian dan sistem-sistem ekonomi,sistem-sistem sosial, bahasa, kesenian, ilmu
pengetahuan dan religi termasuk moralnya. Berkat semuanya itu manusia dapat
hidup aman dan mengembangkan dirinya serta mewujudkan kesejahteraan lahir
batinnya.

Dalam penjelasan pasal 32 UUD 1945 ditandaskan bahwa “kebudayaan


bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia
seluruhnya.” Dengan perkataan lain, subyek kebudayaan nasional Indonesia adalah
seluruh bangsa Indonesia, bukan suku bangsa ini atau suku bangsa itu. Secara
tersirat itu berarta bahwa kebudayaan nasional Indonesia baru muncul dengan
terbentuknya bangsa Indonesia. Sebelumnya yang ada ialah kebudayaan-
kebudayaan daerah. Dengan demikian kebudayaan nasional Indonesia masih muda
dan sedang pada tahap penyusunan dan pengembangan, biarpun unsur-unsurnya
sudah tua. “Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak
kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan
bangsa,” demikian penjelasan pasal 32 UUD 1945 tersebut lebih lanjut. Artinya,
kebudayaan nasional Indonesia terdiri atas unsur-unsur kebudayaan daerah yang
dapat dinilai sebagai puncak-puncaknya. Unsur-unsur yang baik diambil alih dan
dikembangkan, sedangkan unsur-unsur yang kurang baik secara berangsur-angsur
disingkirkan. Dalam GBHN 1978 ditetapkan sehubungan dengan Wawasan
Nusantara : “ Bahwa Budaya Indonesia pada hakekatnya adalah satu; sedangkan
corak ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan Budaya Bangsa yang
menjadi modal dan landasan pengembangan Budaya Bangsa seluruhnya.” Dengan
demikian kebudayaan nasional Indonesia adalah bhineka tunggal ika, satu tetapi
beraneka ragam.

Nilai-nilai moral yang tekandung dalam Pancasila adalah bagian inti


kebudayan nasional Indonesia itu. Moral Pancasila bukanlah semata-mata satu
bagian di samping bagian-bagian lain kebudayaan kita, melainkan bagian inti dan
jiwanya. Moral Pancasila mengarahkan kebudayaan kita pada tujuannya dan
memberikan dimensi manusiawi kepadanya. “Bentuk-bentuk kebudayaan sebagai
pengejawantahan Pribadi Manusia Indonesia harus benar-benar menunjukkan nilai
hidup dan makna kesusilaan yang dijiwai Pancasila,” demikian ditetapkan dalam
GBHN 1978 tersebut. Berkat peranan Pancasila itu kebudayaan nasional Indonesia
akan dapat memegang peranan yang diharapkan, yaitu sebagai panglima
kehidupan bangsa Indonesia. Dalam arti ini kebudayaan nasional dapat berfungsi
sebagai strategi kehidupan masyarakat dan negara Indonesia dan secara demikian
menjamin tercapainya tujuan-tujuan nasional kita.

C. Pancasila Dasar Pengembangan Kebudayaan

Oleh sebab itu Moral Pancasila adalah juga dasar atau landasan ideal
pengembangan kebudayaan nasional Indonesia. Sesuai dengan itu dalam GBHN
1978 “Kebudayaan nasional terus dibina atas dasar norma – norma Pancasila dan
diarahkan pada penerapan nilai – nilai yang tetap mencerminkan kepribadian
bangsa dan meningkatkan nilai – nilai luhur”.

Pertama – tama hal itu berarti bahwa Moral Pancasila merupakan pedoman
evaluasi dan seleksi atau penyaringan unsur- unsur budaya yang digunakan untuk
menyusun dan mengembangkan kebudayaan kita. Unsur – unsur dari kebudayaan
daerah yng bertentangan dengan Pancasila harus ditolak dan disingkirkan secara
berangsur – angsur, sedangkan unsur – unsurnya yang sesuai dengan sila – silanya
dipelihara dan dikembangkan. Oleh sebab itu ditandaskan dalam GBHN bahwa
“perlu ditiadakan dan dicegah nilai – nilai sosial budaya yang bersifat feudal dan
kedaerahan yang sempit”. Hal itu juga berlaku bagi unsur – unsur kebudayaan –
kebudayaan asing. Dalam pembentukan kebudayaan nasional Indonesia kita harus
terbuka. Dalam penjelasan pasa 32 UUD1945 ditandaskan bahwa usaha
kebudayaan kita “tidak menolak bahan – bahan baru dari kebudayaan asing yang
dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia”. Dengan perkataan lain, kita
harus menolak unsur – unsur yang bertentangan dengan Pancasila tetapi bersedia
menyerap unsur – unsur positif yang sesuai dengan sila – silanya. Sehubungan
dengan itu dalam GBHN 1978 ditandaskan “Dengan tumbuhnya kebudayaan
nasional yang berkeribadian dan berkesadaran maka sekaligus dapat ditanggulangi
pengaruh kebudayaan asing yang negatif, sedang di lain pihak ditumbuhkan
kemampuan masyarakat untuk menyaring dan menyerap nilai – nilai dari luar yang
positif dan yang memang diperlukan bagi pembaharuan dalam proses
pembangunan.

Semuanya itu berarti bahwa kita harus terbuka untuk akulturasi. Dari sejarah
kita tahu bahwa kebudayaan yang menutup dirinya dan menolak pertukaran
dengan kebudayaan – kebudayaan lain biasanya macet dan ketinggalan jaman.
Akulturasi adalah perlu bagi setiap kebudayaan, tidak hany untuk berkembang
tetapi juga untuk bertahan. Pancasila adalah hasil akulturasi serupa itu seperti
ditandaskan oleh Presiden Soeharto pada Hari Ulang Tahun ke-24 Parkindo di
Surabaya tanggal 15 Nopember 1969: “Pancasila sebenarnya bukan lahir secara
mendadak pada tahun 1945, melainkan telah melalui proses yang panjang,
dimatangkan oleh sejarah perjuangan Bangsa kita sendiri, melihat pengalaman
bangsa – bangsa lain, diilhami oleh ide – ide besar dunia, dengan tetap berakar
pada kepribadian Bangsa kita sendiri dan ide besar Bangsa kita sendiri”. Dengan
perkataan lain, Pancasila adalah pusaka lama yang tumbuh dari jiwa dan
kebudayaan bangsa Indonesia, tetapi telah berkembang di bawah ilham ide – ide
besar dunia sehingga dapat menjadi dasar falsafat negara modern, lagi pula
berfungsi sebagai pangkal pembaruan lebih lanjut untuk membangun masadepan
bangsa yang lebih baik. Pancasila menolak pendirian sempit yang enggan
mengambil unsur – unsur asing, tetapi juga menolak pendirian ekstrem lainnya,
yang terlalu bersemangat untuk meniru segala sesuatu yang dating dari dunia Barat
dan mengacaukan modernisasi dengan westernisasi. Hal ini ditandaskan oleh
Presiden Soeharto pada Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun ke-25 Univesitas
Gajah Mada tanggal 19 Desember 1974 sebagai berikut: “Dan jika dikatakan
bahwa pembangunan memerlukan pembaharuan, maka pembaharuan”

D. Nilai-Nilai Kebudayaan yang Terkandung Dalam Sila-Sila Pancasila

Apabila dicermati, sesungguhnya nilai – nilai Pancasila itu memenuhi kriteria


puncak – puncak kebudayaan dengan segala fungsinya. Nilai pertama, Ketuhanan
Yang Maha Esa jelas sangat luas persebarannya di kalangan masyarakat Indonesia
yang majemuk dengan keanekaragaman kebudayaannya. Dapat dikatakan bahwa
tidak satupun suku bangsa ataupun golongan sosial dan komuniti setempat di
Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Mengenai sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab juga merupakan
nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap warga negara Indonesia tanpa
membedakan asal – usul kesukubangsaan, kedaerahan maupun golongannya.

Sila ketiga, Persatuan Indonesia juga merupakan salah satu puncak kebudayaan
yang mencerminkan nilap budaya yang menjadi kebulatan tekad masyarakat
majemuk di kepulauan Nusantara untuk mempersatukan diri mereka sebagai satu
bangsa yang berdaulat.

Sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan Perwakilan menceminkan nilai budaya yang luas persebarannya
di kalangan masyarakat majemuk Indonesia yang menghargai tinggi kedaulatan
rakyat untuk melakukan kesepakatan dalam mencari kebijaksanaan lewat
musyawarah. Nilai-nilai budaya yang menghargai kepentingan kolektif lebih tinggi
daripada kepentingan individu itu merupakan gejala yang universal dan relevan
sebagai kendali dalam menghadapi perkembangan nilai-nilai budaya yang
mendahulukan kepentingan perorangan.

Sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia tidak perlu
dijelaskan lagi, betapa sesungguhnya nilai-nilai keadilan itu menjadi landasan yang
membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan, kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial

Dengan demikian jelaslah bahwa Pancasia itu.harus diperlukan bukan sekedar


sebagai ideologi politik, melainkan sebagai nilai budaya inti (core value) yang
menjiwai kehidupan dan berfungsi sebagai motor serta symbol pengikat persatuan
dalam masyarakat majemuk Indonesia yang sedang mengalami perkembangan.
Sebagai perangkat nilai inti, Pancasila tidak hanya akan berfungsi sebagai
kerangka acuan bagi segenap warga negara dalam menghadapi tantangan,
melainkan juga sebagai kendali yang mengikat arah perkembangan kebudayaan
agar tidak terlepas dari akarnya. Sementara itu sebagai simbol pengikat persatuan,
Pancasila yang terwujud sebagai konfigurasi perangkat nilai budaya inti yang
diyakini kebenarannya sebagai acuan bersama, mempunyai kekuatan integratif
dalam masyarakat majemuk yang mempunyai aneka ragam latar belakang
kebudayaan. Oleh karena itu ia harus diwujudkan secara nyata dalan
pengembangan kebudayaan bangsa yang akan berfungsi sebagai acuan bagi
masyarakat dalam menyelanggarakan kehidupan sehari-hari maupun dalam
menggapai tantangan kemajuan.

Mengingat arti pentingnya Pancasila sebagai kerangka acuan yang


memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, ia harus “dilestarikan” secara aktif
melalui proses pendidikan dalam arti luas. Nilai – nilai Pancasila sebagai satu
kesatuan yang utuh (integrated value) harus diutamakan dan dikukuhkan dalam
kehidupan masyarakat sehari – hari dan bukannya untuk dihafalkan unsur –
unsurnya secara lepas, apabila dipuja – puja sebagai sesuatu yang sakti. Perlakuan
nilai – nilai inti Pancasila secara lepas hanya akan memicu fanatisme dan
memancing konflik sosial, politik dan kebudayaan yang semakin tajam dikalangan
masyarakat majemuk yang cenderung memilih pengutamaan salah satu nila inti
sebagai simbol integratif kelompok sosial masing – masing. Sementara itu pemuja
Pancasila sebagai rumusan etos budaya bangsa yang sakti atau sacral, hanya akan
menambah jauh nilai – nilai budaya inti dari kehidupan nyata para pendukungnya.
Oleh karena itu Pancasila harus diterjemahkan sebagai kerangka acuan bagi
perkembangan pranata sosial dan pengembangan sikap serta pola tingkah laku
masyarakat dalam menghadapi tantangan hidup yang penuh dinamika.

E. Pengaruh Budaya Luar Terhadap Budaya Indonesia.

Kebudayaan Indonesia walau beranekaragam, namun pada dasarnya terbentuk


dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa,
kebudayaan India dan Kebudayaan Arab. Kebudayaan India masuk dari
penyebaran agama Hindu dan Budha di Nusantara jauh sebelum Indonesia
terbentuk.

Dari waktu ke waktu budaya barat semakin marak dan diserap dengan mudah
oleh masyarakat kita. Tidak peduli budaya itu merusak ataukah tidak, namun
nampaknya masyarakat kita lebih suka menghadapi budaya-budaya luar itu
daripada melestarikan budaya tanah airnya sendiri. Hal ini harus bisa disikapi
dengan seksama karena bila kebiasaan ini terus berlangsung tanpa proses
penyaringan dan pengontrolan, maka dapat dipastikan bahwa budaya Indonesia
akan hilang lenyap tinggal nama.

Permasalahan ini timbul bukan karena faktor luar, namun timbul dari diri
pribadi masing-masing warga masyarakat yang seakan malu dan menganggap kuno
budayanya sendiri. Beberapa contoh budaya asing yang sangat negatif namun telah
marak di Indonesia yaitu freesex, pengkonsomsian narkoba, dan abortus. Freesex
ini bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, namun dari golongan remajalah
yang sekarang ini marak diberikan misalnya saja kasus Itenas 1). Pengkonsomsian
narkoba dilakukan orang barat untuk merilekskan pikiran mereka dari berbagai
macam kerumitan hidup, untuk menambah stamina, semangat, dan kreatifitas saat
bekerja itupun dengan dosis aman bagi mereka. Namun di Indonesia
mengkonsumsi narkoba adalah ajang coba-coba dan cara menghilangkan stres
tanpa mengetahui kandungan zat berbahaya yang ada di dalamnya. Sehingga tidak
jarang kasus kematian, tindak kriminal dan kenakalan remaja yang disebabkan
benda haram tersebut. Kasus abortus ini sebenarnya tidak terlalu jauh hubungannya
dengan kasus freesex inilah banyak kaum wanita yang hamil di luar nikah dan
karena rasa malu kebanyakan para wanita itu melakukan aborsi. Selain dibenci
oleh Tuhan, kegiatan ini dapat mencelakai pihak wanita itu sendiri. Namun, selain
mempunyai sisi negatif budaya barat juga memnpunyai pengaruh positif pada
budaya Indonesia, misalnya dalam bidang IPTEK, pembangunan, dsb, yang
tentunya kesemuanya itu tidak terlepas dari pengawasan Pancasila sebagai
paradigma kehidupan di Indonesia 2).

Dalam penjelasan di atas jelas sekali bahwa kebudayaan luar sangat


berpengaruh pada kebudayaan Indonesia, tinggal bagaimana cara kita menyaring
dan menyeleksi budaya-budaya luar itu agar tidak merusak budaya kita. Budaya
luar yang sesuai dengan kepribadian bangsa dapat diterapkan guna memperkaya
budaya Indonesia. Sedangkan budaya luar yang tidak sesuai hendaknya kita buang
jauh-jauh agar tidak menjadi kebiasaan yang buruk di masyarakat.

F. Konflik yang Muncul Akibat Adanya Keanekaragaman Budaya Indonesia


dan Solusi yang Diberikan Pancasila Dalam Mengatasi Konflik
Konflik adalah sesuatu yang hampir tidak mungkin bisa dilepaskan dari
kehidupan masyarakat. Selama masyarakat masih memiliki kepentingan, kehendak,
serta cita-cita konflik senantiasa “mengikuti mereka”. Konflik antarbudaya ataupun
multidimensional yang sering muncul dan mencuat dalam berbagai kejadian yang
memprihatinkan dewasa ini bukanlah konflik yang muncul begitu saja. Akan tetapi,
merupakan akumulasi dari ketimpangan–ketimpangan dalam menempatkan hak
dan kewajiban yang cenderung tidak terpenuhi dengan baik. Konflik merupakan
gesekan yang terjadi antara dua kubu atau lebih yang disebabkan adanya perbedaan
nilai, status, kekuasaan, kelangkaan sumber daya, serta distribusi yang tidak merata,
yang dapat menimbulkan deprifasi relative1 di masyarakat.

Konflik perlu dimaknai sebagai suatu jalan atau sarana menuju perubahan
masyarakat. Keterbukaan dan keseriusan dalam mengurai akar permasalahan
konflik dan komunikasi yang baik dan terbuka antarpihak yang berkepentingan
merupakan cara penanganan konflik yang perlu dikedepankan. Adanya data dan
informasi yang jujur dan dapat dipahami oleh semua pihak yang berkepentingan
merupakan syarat bagi terjalinnya komunikasi di atas. Keragaman budaya yang ada
bisa juga berarti keragaman nilai-nilai. Keragaman nilai bangsa kita seharusnya
dipandang sebagai modal bangsa, bukan sebagai sumber konflik.

G. Konflik yang Muncul Akibat Adanya Keanekaragaman Budaya Indonesia.

Kesalahan budaya sering terjadi di Indonesia masa kini karena banyak


pemimpin Indonesia menggunakan ukuran budaya asalnya sendiri dalam
menghadapi masalah-masalah di wilayah budaya lain. Kesalahpahaman atau
konflik yang timbul akibat adanya keanekaragaman budaya di Indonesia antara
lain konflik Ambon, Poso, Timor-Timor dan konflik Sambas.

Masyarakat Ambon misalnya, umumnya mereka adalah kelompok masyarakat


yang statis. Mereka lebih suka menjadi pegawai negeri, menguasai lahan tempat
kelahirannya, juga memiliki ladang dan pengolahan sagu. Berbeda dengan
masyarakat Bugis. Sebagai kaum pendatang yang tidak memiliki lahan, mereka
sangat dinamis dan mampu menangkap peluang dengan cepat. Pada umumnya
mereka adalah pedagang. Keadaan ini menyebabkan masyarakat Bugis banyak
menguasai bidang ekonomi di Ambon, lama kelamaan kemampuan finansial
mereka lebih besar yaitu lebih kaya. Sedangkan warga lokal (Ambon) hanya bisa
menyaksikan tanpa mampu berbuat banyak. Akibatnya, kesenjangan ini kian hari
kian bertambah dan menjadi bom waktu yang siap meledak, bahkan sudah meledak.
Sepertinya konflik Poso pun berlatar belakang hampir sama dengan konflik
Ambon. Hal sama juga terjadi di Timor-Timor. Ketika Tim-Tim masih dikuasai di
Indonesia, masyarakat Tim-Tim yang statis tidak bisa berkembang. Sedangkan
warga pendatang, yang umumnya bersuku Batak, Minang, Jawa, penguasa ini
berbagai bidang ekonomi, sehingga terjadi kecemburuan sosial. Kondisi serupa
terjadi di Sambas. Konflik yang terjadi karena suku Madura yang menguasai
sebagian besar kehidupan ekonomi setempat.

Untuk mengantisipasi konflik-konflik di masa yang akan datang, masyarakat


yang berpotensi tunggal seperti itu harus didorong untuk ikut beradaptasi dengan
masyarakat dinamis. Jadi, penyelesaian konflik-konflik perlu cara yang spesifik
bukan dengan cara kekerasan. Pendekatan yang mungkin dilakukan adalah
pendekatan budaya- politik. Pendekatan budaya dapat dilakukan dengan menyerap
dan memahami sari-sari budaya kelomok-kelompok masyarakat yang berupa nilai-
nilai yang mereka yakini, pelihara dan pertahakan, termasuk keinginan-keinginan
yang paling dasar.

Untuk menanamkan nilai-nilai budaya nasional pada generasi penerus bangsa,


instansi-instansi hendaknya menyusun kurikulum tentang pendidikan karakter dan
budi pekerti bangsa di sekolah-sekolah. Tujuannya, untuk menjaga nilai-nilai
budaya nasional dan penangkal masuknya arus globalisasi. Pendidikan budi pekerti
juga diharapkan mampu mencegah timbulnya konflik antar suku bangsa di
Indonesia melalui ketahanan budaya.

H. Solusi yang Diberikan Pancasila dalam Mengatasi Konflik

Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan tuntunan dan


pegangan dalam mengatur sikap dan perilaku manusia Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat Indonesia yang menjadi sumber moral dan menjelma dalam wujud
yang beraneka ragam kebudayaan daerah dapat dikembangkan dalam rangka
memperkaya nilai-nilai pancasila, yang merupakan nilai-nilai luhur bangsa. Nilai-
nilai tersebut adalah nilai baru yang tumbuh dalam kehidupan bangsa Indonesia
yang sedang membangun, yang sedang teruji sebagai nilai luhur yang perlu
dikembangkan. Dalam konteks pengembangan nilai-nilai dasar yang terkandung
dalam pancasila, perlu diperhatikan perubahan sikap masyarakat terhadap nilai-
nilai yang ada sebagai akibat dinamika yang terjadi dalam kehidupan bangsa
Indonesia.

Pancasila yang digali dan dirumuskan para pendiri bangsa ini adalah sebuah
rasionalitas kita sebagai bangsa majemuk, multi agama, multi bahasa, multi budaya,
dan multi ras, yang bergambar dalam Bhineka Tunggal Ika. Kebinekaan Indonesia
harus dijaga sebaik mungkin. Kebhinekaan yang kita inginkan adalah kebhinekaan
yang bermartabat. Untuk menjaga kebhinekaan yang bermartabat itulah, maka
berbagai hal yang mengancam kebinekaan harus ditolak. Namun dengan
kebhinekaan tersebut hingga saat ini bangsa Indonesia belum memiliki identitas
kebudayaan yang jelas. Selama ini Indonesia hanya memiliki identitas semu yang
belum mantap tetapi dipaksakan seolah-olah menjadi ciri khas kebudayaan. Hal
inilah yang mengakibatkan peselisihan dan menimbulkan konflik.

Didalam pancasila terdapat nilai-nilai yang digunakan bangsa Indonesia


sebagai landasan serta motivasi atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-
hari maupun dalam kehidupan kenegaraan. Nilai-nilai tersebut selalu dapat
memberikan solusi atas masalah yang terjadi dalam negara Indonesia kususnya
masalah kemajemukan. Nilai-nilai luhur pancasila tersebut tertuang dalam setiap
butir-butir pancasila.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Darji, Darmodiharjo. 1989. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.


Jamal, D. 1984. Pokok- Pokok Bahasa Pancasila.Bandung : Remaja Karya
CV Bandung.
Kaelan, 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma Yogyakarta
Margono, dkk. 2002. Pendidikan Pancasila Topik Aktual Kenegaraan dan
Kebangsaan. Malang : UM
farahzhaqia.blogspot.com |Pancasila Sebagai Paradigma.

asmitagari.wordpress.com |PancasilaSebagai Paradigma Pembangunan


Iptek.

www.academia.edu |Pancasila Sebagai Pembangunan Iptek.

akhmadrizqysangaji.blogspot.com | Pancasila Sebagai Paradigma.

Anda mungkin juga menyukai