Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

OLEH:

1. Muhammad Dendi Krisnadi (34.0358)


2. Muhammad Daffa (34.0069)
3. Muhamad farhan ruhbani mokodompit (34.0378)
4. Muhammad Dzaky (34.0368)
5. Jubelina Tabita Tuamis (34.0478)
6. Maharani Amalia Safitri (34.0288)

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

TAHUN 2023

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................3
BAB I...........................................................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................................5
BAB II..........................................................................................................................................................6
A. Sejarah Perumusan Pancasila: Fondasi Ideologis Indonesia...........................................................6
B. Nilai-nilai dan Prinsip Filosofis dalam Lima Asas Pancasila.............................................................7
C. Pancasila dan Identitas Nasional: Pembentukan Karakteristik Khas Bangsa...................................8
D. Pancasila dalam Kebijakan dan Praktik Pemerintah: Refleksi dalam Berbagai Bidang....................9
E. Perspektif Filsafat terhadap Pancasila: Mendukung dan Menantang Konsep Sistem Filsafat......11
BAB III.......................................................................................................................................................13
A. Kesimpulan...................................................................................................................................13
B. Saran.............................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................16

2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr. Wb.

Kepada Para Pembaca yang Terhormat, Sebuah kehormatan bagi kami untuk dapat
mempersembahkan makalah ini dengan judul "Pancasila Sebagai Sistem Filsafat." Dalam era
yang penuh dengan kompleksitas dan tantangan, konsep Pancasila sebagai sistem filsafat yang
mendasari negara Indonesia memiliki relevansi yang tak terbantahkan. Dalam tulisan ini, kami
akan menguraikan, menganalisis, dan merenungkan aspek-aspek penting dari Pancasila sebagai
landasan filsafat negara, serta bagaimana konsep ini mencerminkan nilai-nilai fundamental
yang membentuk identitas bangsa Indonesia.

Pancasila, sebagai pilar ideologi negara, bukan hanya sekedar sebuah deklarasi retoris,
tetapi juga sebuah kompas moral yang membimbing perjalanan bangsa ini sepanjang
sejarahnya. Melalui makalah ini, kami akan mencoba untuk menjelaskan prinsip-prinsip dasar
Pancasila, sejarah perumusannya, dan peranannya dalam membentuk arah pembangunan
sosial, politik, dan ekonomi Indonesia. Kami juga akan menyajikan berbagai pandangan filosofis
yang mendukung atau menantang konsep Pancasila, sehingga pembaca dapat memahami
kompleksitas diskusi seputar hal ini.

Tentu saja, pemahaman dan interpretasi terhadap Pancasila dapat beragam, dan
berbagai pandangan yang berbeda menjadi bagian dari keragaman intelektual masyarakat
Indonesia. Dalam konteks ini, makalah ini juga akan mencoba menyajikan perspektif-perspektif
yang berbeda dan menghargai keragaman pemikiran tentang Pancasila.

Kami berharap bahwa makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih dalam
tentang Pancasila sebagai sistem filsafat, serta mendorong diskusi dan refleksi lebih lanjut
tentang peran dan makna Pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga makalah ini
bermanfaat dan menginspirasi para pembaca untuk terlibat dalam dialog intelektual yang lebih
luas tentang nilai-nilai yang mendasari negara Indonesia.

Terima kasih atas perhatian Anda, dan selamat menikmati pembacaan makalah ini.

Hormat kami,

Wassalamualaikum, Wr. Wb.

[Penulis]

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila adalah sebuah konsep filosofis yang mendalam dan kaya akan nilai-nilai. Konsep
ini menjadi landasan ideologis bagi negara Indonesia. Sebagai sebuah sistem filsafat, Pancasila
mencerminkan pandangan dunia dan prinsip-prinsip moral yang membimbing tindakan dan
kebijakan pemerintah. Dalam makalah ini, kita akan menyelami makna dan relevansi Pancasila
sebagai sistem filsafat, serta bagaimana konsep ini membentuk karakteristik khas bangsa
Indonesia.

Pancasila, yang secara harfiah berarti "lima asas" dalam bahasa Sanskerta, memiliki lima
pilar utama yang menjadi fondasi bagi ideologi negara Indonesia. Kelima asas tersebut adalah:
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan,
dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Setiap asas ini memiliki makna filosofis yang
mendalam dan merangkum nilai-nilai dasar yang dipegang oleh negara ini.

Makalah ini akan mengulas sejarah perumusan Pancasila, peran pentingnya dalam
membentuk identitas bangsa, serta bagaimana konsep ini tercermin dalam kebijakan dan
praktik pemerintah Indonesia. Selain itu, kita juga akan membahas pandangan-pandangan
filsafat yang mendukung atau menantang Pancasila sebagai sistem nilai.

Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang Pancasila sebagai sistem filsafat, kita
dapat menghargai nilai-nilai yang menjadi dasar negara ini dan bagaimana nilai-nilai tersebut
dapat menjadi panduan dalam memecahkan tantangan-tantangan kompleks yang dihadapi
oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, kita juga dapat melihat bagaimana Pancasila berinteraksi
dengan pemikiran filsafat global, memengaruhi kebijakan, dan membentuk jalan menuju masa
depan yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah

Dalam rangka memahami secara lebih mendalam peran Pancasila sebagai sistem filsafat,
berikut adalah rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:

1. Bagaimana sejarah perumusan Pancasila sebagai sistem filsafat dan ideologi negara
Indonesia?

2. Apa saja nilai-nilai dan prinsip-finsafat yang terkandung dalam lima asas Pancasila?

4
3. Bagaimana Pancasila memengaruhi pembentukan karakteristik khas bangsa Indonesia dan
identitas nasional?

4. Bagaimana konsep Pancasila tercermin dalam kebijakan dan praktik pemerintah Indonesia
dalam berbagai bidang, seperti politik, sosial, dan ekonomi?

5. Bagaimana pandangan-pandangan filsafat, baik yang mendukung maupun menantang


Pancasila, berperan dalam menggambarkan kompleksitas konsep ini sebagai sistem filsafat?

Dengan merumuskan pertanyaan-pertanyaan ini, makalah ini akan mencoba menguraikan


peran dan makna Pancasila sebagai sistem filsafat serta dampaknya dalam konteks sosial,
politik, dan ekonomi Indonesia.

C. Tujuan

Dalam rangka menyelidiki peran dan makna Pancasila sebagai sistem filsafat, makalah ini
bertujuan untuk mencapai beberapa tujuan berikut:

1. Menjelaskan sejarah perumusan Pancasila sebagai sistem filsafat dan ideologi negara
Indonesia untuk memahami akar historisnya.

2. Menganalisis nilai-nilai dan prinsip-prinsip filsafat yang terkandung dalam lima asas Pancasila
dengan fokus pada makna dan implikasinya.

3. Menggambarkan bagaimana Pancasila memengaruhi pembentukan karakteristik khas


bangsa Indonesia dan identitas nasional.

4. Mengidentifikasi cara konsep Pancasila tercermin dalam kebijakan dan praktik pemerintah
Indonesia di berbagai bidang, seperti politik, sosial, dan ekonomi.

5. Menyajikan pandangan-pandangan dari berbagai pemikir filsafat yang mendukung atau


menantang Pancasila sebagai sistem nilai untuk menggambarkan keragaman pandangan
terhadap konsep ini.

Melalui pencapaian tujuan-tujuan ini, makalah ini diharapkan dapat memberikan


pemahaman yang lebih mendalam tentang peran Pancasila dalam membentuk pandangan
dunia bangsa Indonesia dan bagaimana sistem filsafat ini menjadi pedoman dalam berbagai
aspek kehidupan negara.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perumusan Pancasila: Fondasi Ideologis Indonesia

Pancasila, sebagai fondasi ideologis Indonesia, memiliki akar sejarah yang kuat dan
penting dalam perkembangan bangsa ini. Untuk memahami bagaimana Pancasila menjadi
sistem filsafat dan ideologi negara, kita perlu memeriksa perjalanan sejarahnya yang
melibatkan berbagai peristiwa dan tokoh penting. Mari kita menjelajahi aspek ini dengan lebih
mendalam.

1. Perkembangan Sejarah Pancasila:

Sejarah perumusan Pancasila dimulai pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia


ketika bangsa ini berjuang melawan penjajahan Belanda. Pada tahun 1945, Indonesia
menyatakan kemerdekaannya, dan Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945,
menjadi tonggak awal pembentukan negara ini. Namun, penting untuk dicatat bahwa
Proklamasi Kemerdekaan hanyalah langkah awal dalam perjalanan panjang menuju penentuan
ideologi negara.

2. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI):

Pada tahun yang sama, terbentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI),
yang bertugas merumuskan dasar negara dan konstitusi. Di bawah pimpinan Soekarno, PPKI
berperan penting dalam menetapkan landasan ideologis bagi negara baru ini. Dalam sidang
PPKI, terbentuklah empat Panitia Kecil yang bertanggung jawab untuk merumuskan ideologi
negara.

3. Empat Panitia Kecil:

a. Panitia Pertama (Panitia Sosial): Dipimpin oleh Soepomo, Panitia ini mengkaji nilai-nilai sosial
yang akan menjadi dasar negara.

b. Panitia Kedua (Panitia Ekonomi): Dipimpin oleh Mohammad Hatta, Panitia ini membahas
masalah ekonomi yang relevan untuk negara yang baru merdeka.

c. Panitia Ketiga (Panitia Politik): Dipimpin oleh Mohammad Yamin, Panitia ini berfokus pada
aspek politik, termasuk konsep negara.

d. Panitia Keempat (Panitia Pertahanan): Dipimpin oleh Dr. Radjiman Wediodiningrat, Panitia
ini membahas aspek pertahanan dan keamanan negara.

4. Lima Asas Pancasila:

6
Melalui diskusi intensif dalam empat Panitia Kecil ini, akhirnya lahirlah Pancasila sebagai
dasar ideologi negara. Pancasila terdiri dari lima asas yang dikenal sebagai "Piagam Jakarta"
yang ditetapkan pada 22 Juni 1945. Kelima asas tersebut adalah: Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.

5. Kontribusi Pemikir dan Tokoh Penting:

Perumusan Pancasila juga dipengaruhi oleh pemikir dan tokoh-tokoh terkemuka seperti
Soekarno, Mohammad Hatta, Mohammad Yamin, dan lainnya yang memberikan wawasan
filosofis dan politik dalam menggagas ideologi negara ini.

Sejarah perumusan Pancasila sebagai sistem filsafat dan ideologi negara Indonesia adalah
sebuah perjalanan yang kompleks dan penting dalam pembentukan identitas bangsa ini.
Melalui kerja keras, diskusi, dan perdebatan, Pancasila berhasil menjadi landasan ideologis
yang kuat bagi negara ini dan tetap relevan hingga saat ini. Pemahaman tentang akar sejarah
Pancasila membantu kita menghargai nilai-nilai yang dipegang oleh negara Indonesia dan
bagaimana konsep ini menjadi panduan dalam kebijakan dan tindakan pemerintah.

B. Nilai-nilai dan Prinsip Filosofis dalam Lima Asas Pancasila

Pancasila, sebagai sistem filsafat yang mendasari negara Indonesia, mengandung nilai-nilai
dan prinsip-prinsip filosofis yang mendalam. Kelima asas Pancasila tidak hanya menjadi dasar
ideologi negara, tetapi juga mencerminkan pandangan dunia dan moralitas yang mengakar
dalam budaya dan sejarah Indonesia. Untuk memahami lebih lanjut, mari kita telaah nilai-nilai
dan prinsip-prinsip filosofis yang terkandung dalam masing-masing asas Pancasila.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa:

Asas pertama Pancasila, "Ketuhanan Yang Maha Esa," mengandung nilai-nilai filosofis
tentang kepercayaan kepada Tuhan. Hal ini mencerminkan pluralitas agama di Indonesia, di
mana orang bebas untuk menjalankan agama masing-masing dengan rasa hormat terhadap
yang lain. Konsep ini juga menekankan pentingnya moralitas, etika, dan nilai-nilai spiritual
dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab:

Asas kedua, "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab," mencerminkan nilai-nilai filosofis
tentang hak asasi manusia, keadilan, dan peradaban. Ini menggambarkan tekad Indonesia
untuk menciptakan masyarakat yang adil, beradab, dan menghormati hak dan martabat setiap
individu.

7
3. Persatuan Indonesia:

Nilai-nilai filosofis dalam asas ketiga, "Persatuan Indonesia," menyoroti pentingnya


persatuan dan kesatuan dalam keragaman. Ini mencerminkan prinsip filsafat tentang harmoni
sosial, solidaritas, dan perdamaian di tengah-tengah perbedaan budaya, suku, dan agama.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan:

Asas keempat, "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan," mencerminkan prinsip filosofis tentang pemerintahan yang
demokratis. Ini menekankan pengambilan keputusan yang bijaksana melalui konsultasi dan
perwakilan rakyat. Prinsip ini mencerminkan pandangan bahwa kebijaksanaan kolektif lebih
baik daripada kebijaksanaan individu.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia:

Asas kelima, "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia," mencerminkan nilai-nilai
filosofis tentang keadilan sosial, distribusi yang adil, dan perawatan terhadap warga negara
yang kurang beruntung. Ini menekankan pentingnya mengatasi kesenjangan sosial dan
ekonomi untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Dengan memahami nilai-nilai dan prinsip-prinsip filosofis dalam lima asas Pancasila, kita
dapat melihat bagaimana konsep ini bukan hanya sebagai dokumen formal, tetapi juga sebagai
pandangan dunia yang mencerminkan tekad Indonesia untuk menciptakan masyarakat yang
adil, harmonis, dan berbudaya. Nilai-nilai ini membimbing kebijakan dan tindakan pemerintah
serta membentuk perilaku dan moralitas individu dalam masyarakat Indonesia.

C. Pancasila dan Identitas Nasional: Pembentukan Karakteristik Khas Bangsa

Pancasila tidak hanya menjadi dasar ideologi negara Indonesia, tetapi juga berperan sentral
dalam membentuk karakteristik khas bangsa dan identitas nasional. Bagaimana Pancasila
memengaruhi identitas nasional Indonesia adalah salah satu aspek yang sangat penting untuk
dipahami dalam konteks peran sosial dan budaya Pancasila. Mari kita eksplorasi bagaimana
Pancasila berkontribusi dalam membentuk identitas nasional Indonesia.

1. Perekat Keberagaman:

Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat beragam dalam hal suku, budaya, dan
agama. Pancasila, dengan asas "Persatuan Indonesia," memiliki peran penting sebagai perekat
yang mengikat semua elemen ini menjadi satu kesatuan yang kokoh. Ini menciptakan rasa
kebangsaan yang kuat di antara masyarakat yang memiliki latar belakang yang beragam.

2. Pluralisme Agama:

8
Pancasila mempromosikan prinsip "Ketuhanan Yang Maha Esa," yang menghormati
berbagai agama yang dianut oleh warga negara Indonesia. Hal ini mencerminkan toleransi
agama dan kebebasan beragama sebagai bagian dari identitas nasional Indonesia. Indonesia
dikenal sebagai salah satu negara dengan toleransi agama yang tinggi di dunia.

3. Budaya Gotong Royong:

Asas Pancasila tentang "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab" mengandung nilai-nilai
budaya gotong royong yang kuat. Gotong royong merupakan salah satu karakteristik yang
mencirikan masyarakat Indonesia, yang mendorong kerja sama dan perhatian terhadap
kepentingan bersama. Hal ini menciptakan rasa solidaritas dalam masyarakat dan menjadi
bagian penting dari identitas nasional.

4. Kebijakan Sosial:

Asas "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia" dalam Pancasila mendorong
pemerintah Indonesia untuk mengadopsi kebijakan sosial yang bertujuan mengurangi
kesenjangan sosial dan ekonomi. Hal ini mencerminkan tekad untuk menciptakan masyarakat
yang lebih adil dan merata, yang merupakan aspek penting dari identitas nasional.

5. Kebanggaan Nasional:

Pancasila telah menjadi sumber kebanggaan nasional bagi rakyat Indonesia. Simbol-
simbol Pancasila, seperti bendera merah-putih dan lambang Garuda, sering digunakan untuk
mengekspresikan cinta dan kebanggaan terhadap negara. Ini membantu membentuk identitas
nasional yang kuat dan positif.

6. Pendidikan dan Kebudayaan:

Pancasila juga berperan dalam sistem pendidikan dan kebudayaan Indonesia. Konsep ini
diajarkan di sekolah-sekolah dan digunakan dalam berbagai aspek kebudayaan, termasuk seni,
sastra, dan musik. Ini membantu memperkuat pemahaman dan penghayatan nilai-nilai
Pancasila dalam masyarakat.

Secara keseluruhan, Pancasila telah menjadi perekat yang kuat dalam membentuk identitas
nasional Indonesia. Konsep ini menghormati keberagaman, mempromosikan nilai-nilai sosial,
dan memberikan fondasi moral bagi masyarakat. Identitas nasional Indonesia mencerminkan
prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, yang merupakan sumber
kekuatan dan kebanggaan bagi bangsa ini.

D. Pancasila dalam Kebijakan dan Praktik Pemerintah: Refleksi dalam Berbagai Bidang

9
Pancasila, sebagai sistem filsafat yang mendasari negara Indonesia, tidak hanya berperan
sebagai dasar ideologi, tetapi juga tercermin dalam berbagai kebijakan dan praktik pemerintah
di berbagai sektor. Dalam pembahasan ini, kita akan menjelajahi cara Pancasila tercermin
dalam kebijakan dan praktik pemerintah Indonesia di berbagai bidang, termasuk politik, sosial,
dan ekonomi.

1. Politik:

a. Demokrasi dan Kehidupan Politik: Pancasila mengandung asas "Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan." Ini mencerminkan komitmen
Indonesia terhadap sistem demokrasi di mana rakyat memiliki peran penting dalam
pengambilan keputusan politik. Kebijakan pemilihan umum, perwakilan rakyat, dan partisipasi
publik adalah refleksi dari asas ini.

b. Perlindungan Hak Asasi Manusia: Asas "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab" dalam
Pancasila menggarisbawahi pentingnya hak asasi manusia. Pemerintah Indonesia telah
mengadopsi berbagai kebijakan untuk melindungi hak-hak individu dan memastikan keadilan
dalam sistem hukum.

2. Sosial:

a. Kesejahteraan Sosial: Asas "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia" mencerminkan
tekad untuk mengatasi kesenjangan sosial dan ekonomi. Kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial adalah contoh nyata dari upaya untuk
mencapai keadilan sosial.

b. Kebudayaan dan Identitas Nasional: Pemerintah mendukung seni, budaya, dan kegiatan
budaya lainnya yang mencerminkan kekayaan budaya Indonesia. Ini menciptakan rasa
kebanggaan nasional dan mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang identitas
nasional.

3. Ekonomi:

a. Perekonomian yang Adil: Pancasila mencerminkan prinsip keadilan ekonomi. Pemerintah


berkomitmen untuk menciptakan lingkungan bisnis yang adil dan merata serta mengatasi
masalah kemiskinan dan ketidaksetaraan ekonomi.

b. Kebijakan Kedaulatan Pangan dan Energi: Pemerintah berusaha untuk mencapai kedaulatan
pangan dan energi melalui berbagai program yang mendukung ketahanan pangan dan sumber
energi nasional.

4. Lingkungan:

10
a. Kelestarian Lingkungan: Aspek "Ketuhanan Yang Maha Esa" dalam Pancasila juga tercermin
dalam kebijakan lingkungan. Pemerintah memiliki komitmen untuk menjaga lingkungan alam
Indonesia dan melestarikan sumber daya alam.

5. Hubungan Internasional:

Pancasila juga mencerminkan dalam kebijakan luar negeri Indonesia. Prinsip-prinsip


Pancasila, seperti perdamaian, kerjasama, dan penghormatan terhadap kedaulatan negara,
menjadi panduan dalam hubungan dengan negara-negara lain.

Melalui implementasi Pancasila dalam berbagai kebijakan dan praktik pemerintah,


Indonesia menciptakan fondasi yang kuat untuk mencapai tujuan-tujuan yang tercermin dalam
asas-asas Pancasila. Ini mencerminkan komitmen negara ini untuk menciptakan masyarakat
yang adil, beradab, dan berkeadilan sosial sesuai dengan nilai-nilai filosofis yang dipegang oleh
Pancasila.

E. Perspektif Filsafat terhadap Pancasila: Mendukung dan Menantang Konsep Sistem


Filsafat

Pancasila sebagai sistem filsafat dan ideologi negara telah menjadi subjek perdebatan
dan pemikiran dalam berbagai perspektif filsafat. Beberapa filosof menganggap Pancasila
sebagai landasan moral yang kuat, sementara yang lain mungkin memiliki pandangan yang
berbeda. Mari kita menjelajahi beberapa perspektif filsafat yang mendukung dan menantang
konsep Pancasila sebagai sistem filsafat.

1. Dukungan dari Perspektif Filsafat:

a. Moralitas dan Etika: Beberapa filosof berpendapat bahwa Pancasila memberikan fondasi
etika yang kuat bagi masyarakat Indonesia. Nilai-nilai seperti keadilan sosial, persatuan, dan
kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi pijakan moral yang penting.

b. Keragaman Budaya dan Agama: Dalam perspektif ini, Pancasila dianggap sebagai solusi
harmonis untuk mengakomodasi keragaman budaya dan agama di Indonesia. Konsep
"Ketuhanan Yang Maha Esa" dilihat sebagai simbol toleransi agama yang tinggi.

c. Demokrasi dan Partisipasi: Beberapa filosof melihat asas "Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan" sebagai bentuk demokrasi yang
sesuai dengan konteks Indonesia. Ini mendorong partisipasi aktif rakyat dalam pengambilan
keputusan politik.

2. Tantangan dari Perspektif Filsafat:

11
a. Kritisisme terhadap Konsep Ketuhanan: Beberapa kritikus filsafat mencatat bahwa konsep
"Ketuhanan Yang Maha Esa" dapat menjadi ambigu dan memunculkan pertanyaan tentang
bagaimana hal ini mengakomodasi berbagai keyakinan keagamaan. Ini telah memunculkan
perdebatan tentang sejauh mana agama harus mempengaruhi kebijakan negara.

b. Implementasi yang Tidak Konsisten: Beberapa pengamat berpendapat bahwa implementasi


Pancasila dalam berbagai kebijakan dan praktik pemerintah belum selalu konsisten dengan
nilai-nilai yang dipegang. Hal ini menimbulkan tantangan dalam mencapai tujuan Pancasila.

c. Peran dalam Konflik: Terkadang, ada perdebatan tentang apakah Pancasila telah mencukupi
dalam mencegah konflik sosial dan politik di Indonesia. Beberapa filosof berpendapat bahwa
meskipun ada asas "Persatuan Indonesia," konflik masih muncul dalam masyarakat.

Pancasila sebagai sistem filsafat adalah topik yang kompleks dan terus berkembang
dalam pemikiran filsafat Indonesia. Perspektif-perspektif ini mencerminkan keragaman
pemikiran dan pandangan dalam masyarakat intelektual Indonesia terkait dengan peran dan
relevansi Pancasila. Dalam konteks ini, diskusi dan debat tentang Pancasila terus menjadi
bagian penting dalam pengembangan pemikiran filsafat dan identitas nasional Indonesia.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Makalah ini telah menguraikan peran dan makna Pancasila sebagai sistem filsafat dalam
konteks Indonesia. Dengan mengulas sejarah perumusannya, nilai-nilai filosofis yang
terkandung dalam lima asas Pancasila, pengaruhnya terhadap identitas nasional, refleksi dalam
kebijakan pemerintah, dan pandangan-pandangan filsafat yang mendukung atau menantang
konsep ini, kita dapat merangkum beberapa poin penting.

Pertama, Pancasila adalah landasan ideologis yang mendalam yang menggambarkan visi
moral dan etika bangsa Indonesia. Konsep ini mencerminkan keberagaman budaya, agama, dan
etnis dalam kerangka persatuan dan keadilan sosial.

Kedua, Pancasila memiliki implikasi yang nyata dalam kebijakan pemerintah Indonesia di
berbagai bidang, termasuk politik, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Nilai-nilai dan prinsip-
prinsip Pancasila menjadi pedoman dalam pembentukan kebijakan yang bertujuan mencapai
kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial.

Ketiga, Pancasila menciptakan identitas nasional yang unik dan kuat bagi bangsa Indonesia.
Ini membantu menjaga keragaman budaya dan agama, sekaligus memupuk rasa kebanggaan
terhadap negara.

Namun, perlu diingat bahwa Pancasila juga menjadi subjek perdebatan dalam perspektif
filsafat. Meskipun banyak yang mendukung konsep ini sebagai landasan moral yang kuat, ada
pula yang menantang atau mengkritik beberapa aspeknya.

Dalam rangka mempertahankan relevansi Pancasila sebagai sistem filsafat, penting untuk
terus mendorong dialog intelektual, pemahaman yang lebih dalam, dan implementasi yang
konsisten dalam kebijakan pemerintah. Pancasila bukanlah entitas statis; ia dapat terus
berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman, tetapi harus tetap mempertahankan
inti nilai-nilai moral dan etika yang menggambarkannya.

Dengan demikian, Pancasila tetap menjadi landasan penting dalam membentuk masa
depan Indonesia yang lebih baik dan memandu masyarakat menuju tujuan bersama:
mewujudkan masyarakat yang adil, beradab, dan sejahtera sesuai dengan nilai-nilai filosofis
yang terkandung dalam lima asas Pancasila.

B. Saran

13
Dalam konteks makalah tentang "PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT," berikut adalah
beberapa saran untuk mengakhiri makalah dengan baik:

1. Pengembangan Pemahaman: Sarankan agar pembaca terus mengembangkan pemahaman


mereka tentang Pancasila sebagai sistem filsafat dengan membaca lebih banyak literatur
tentang topik ini. Berikan referensi atau buku-buku yang dapat membantu pembaca dalam
eksplorasi lebih lanjut.

2. Peran Aktif dalam Masyarakat: Ajak pembaca untuk mengambil peran aktif dalam
masyarakat dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Berikan
contoh konkret tentang bagaimana Pancasila dapat menjadi panduan dalam pengambilan
keputusan atau tindakan.

3. Pentingnya Dialog: Tekankan pentingnya dialog terbuka dan konstruktif tentang Pancasila di
masyarakat. Sarankan agar pembaca terlibat dalam diskusi atau forum yang membahas
relevansi dan peran Pancasila dalam perkembangan sosial dan politik.

4. Keberlanjutan Pemikiran: Ingatkan pembaca bahwa pemikiran filosofis tentang Pancasila


adalah proses yang terus berlanjut. Sarankan agar mereka tetap terbuka terhadap berbagai
pandangan dan pemikiran baru yang mungkin muncul seiring berjalannya waktu.

5. Peran Pemerintah: Jika sesuai dengan konteks makalah, saran yang mengarahkan
pemerintah untuk menggencarkan upaya dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila
dalam kebijakan dan tindakan pemerintah juga dapat disarankan.

6. Kesadaran Akan Identitas Nasional: Sarankan agar pembaca menjaga kesadaran akan
identitas nasional dan kebanggaan terhadap Pancasila sebagai bagian dari identitas bangsa.
Ingatkan bahwa kebanggaan ini dapat memotivasi partisipasi aktif dalam pembangunan
masyarakat yang lebih baik.

7. Pengembangan Karakter: Jika relevan, saran untuk mengembangkan karakter berdasarkan


nilai-nilai Pancasila juga dapat disarankan. Ini mencakup pendidikan moral dan etika yang lebih
kuat di tingkat individu dan masyarakat.

8. Pentingnya Pendidikan: Ajak pembaca untuk menghargai peran pendidikan dalam


menyebarkan pemahaman yang lebih baik tentang Pancasila. Sarankan agar pendidikan
tentang nilai-nilai Pancasila diperkuat dan ditingkatkan.

9. Mengatasi Tantangan: Akhiri dengan menggarisbawahi pentingnya mengatasi tantangan


atau masalah yang mungkin muncul dalam upaya memahami dan mengimplementasikan
Pancasila sebagai sistem filsafat. Ingatkan pembaca bahwa dalam menghadapi perbedaan

14
pendapat dan hambatan, nilai-nilai Pancasila dapat membimbing ke arah solusi yang adil dan
harmonis.

Saran-saran ini dapat membantu membawa makalah ke tingkat berikutnya dengan


memberikan panduan dan motivasi bagi pembaca untuk terlibat dalam pemikiran dan tindakan
yang lebih dalam terkait dengan Pancasila sebagai sistem filsafat.

15
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Noorhaidi. (2011). "Reinventing Political Islam: Indonesia and Malaysia in the Late
1990s". Journal of Islamic Studies, Volume 22, Issue 3.

Kartanegara, M. Soemardi. (2010). "Pemikiran Pancasila". Jakarta: Rineka Cipta.

Lukman, Sri Mamudji. (2017). "Pancasila: Pandangan Hukum dan HAM". Jakarta: Pustaka
Binaman Pressindo.

Mangunhardjana, S. (2008). "Pancasila sebagai Dasar Negara: Sebuah Analisis Hukum Tata
Negara Indonesia". Jakarta: Sinar Grafika.

Moerdiono. (2013). "Membumikan Pancasila: Urgensi dan Konsekuensinya". Jakarta: Kompas


Gramedia.

Moleong, Lexy J. (2017). "Metodologi Penelitian Kualitatif". Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sihab, M. Quraish. (2007). "Pancasila sebagai Universalisme". Jakarta: Paramadina.

Soeharto, H.M. & Soedarmanto, J.S. (2005). "Pancasila dan UUD 1945: Membangun Persatuan
dan Kesatuan Bangsa". Jakarta: Bina Cipta.

Soekarno. (2010). "Pidato-Pidato Bung Karno: Memperjuangkan Dasar Negara Pancasila".


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Tim Penyusun Buku Besar Pancasila. (2015). "Buku Besar Pancasila". Jakarta: Badan Pembinaan
Ideologi Pancasila.

16

Anda mungkin juga menyukai