Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

KELOMPOK 10
Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai
Sistem Filsafat

NAMA KELOMPOK :
NOVITA JUNIAR 211010550530
YUNITA NUR ROHMAH 211010550686

MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG

Jalan Surya Kencana No.1, Pamulang Barat, Pamulang, Tangerang Selatan


Banten, Indonesia 15417. (021) 7412566
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam penyelesaian laporan ini. Dalam penyusunan laporan materri ini, tidak sedikit
hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan laporan ini tidak lain berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak,
sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi. Oleh karna itu penulis
mengucapkan terimakasih, semoga laporan hasil materi pembelajaran ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan khususnya bagi kami selaku penulis.

Tangerang Selatan, ………....… 2022

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Dinamika Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.......................................................3


B. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat...........5
C. Rangkuman Tentang Pengertian dan Pentingnya Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
..............................................................................................................................6
D. Argumen Tentang Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa...........................7
E. Esensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa...................................................7
F. Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa……………………………….7

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................................9
B. Saran....................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dinamika Pancasila sebagai ideology Negara dalam sejarah bangsa Indonesia
memperlihatkan adanya pasang surut dalam pelaksanaan nilain-nilai Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi Negara dalam masa pemerintahan Presiden Soekarno,
sebagaimana diketahui bahwa Soekarno termasuk salah seorang perumus pancasila,
bahkan penggali dan memberi nama untuk dasar Negara. Pancasila seagai ideologi
dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto diletakkan pada kedudukan yang sangat
kuat melalui TAP MPR No. II/1978 tentang pemasyarakatan P-4. Pada masa Soeharto
ini pula, ideologi Pancasila menjadi asas tunggal bagi semua organisasi politik (Orpol)
dan organisasi masyarakat (Ormas).
Bahkan pada masa reformasi masih mengalami pasang surut karna enggannya para
penyelenggara Negara mewacanakan tentang Pancasila. Bahkan berujung pada
hilangnya pancasila di kurikulum Nasional. Meskipun pada akhirnya timbul kesadaran
penyelenggara Negara tentang pendidikan pancasila di Perguruan tinggi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pancasila dan Filsafat?
2. Apa pengertian Pancasila sebagai suatu filsafat?
3. Bagaimana landasan Pancasila sebagai sistem Filsafat?
4. Bagaimana sumber Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila sebagai
sistem Filsafat?
5. Apa Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai sistem Filsafat?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat menguasai kompetensi bersikap inklusif, toleran dan gotong
royong.
2. Mengembangkan karakter pancasila yang teraktualisasi dalam sikap jujur, disiplin,
tanggung jawab.
3. Untuk memahami mengenai pancasila sebagai filsafat.
4. Untuk mengetahui pengertian pancasila dan filsafat.
5. Untuk mengetahui landasan Pancasila sebagai sistem filsafat

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Dinamika Pancasila sebagai Sistem Filsafat


1. Dinamika Pancasila sebagai Filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat mengalami dinamika sebagai berikut. Pada
era pemerintahan Soekarno, Pancasila sebagai sistem filsafat dikenal dengan
istilah “Philosofische Grondslag”. Gagasan tersebut merupakan perenungan
filosofis Soekarno atas rencananya berdirinya negara Indonesia merdeka. Ide
tersebut dimaksudkan sebagai dasar kerohanian bagi penyelenggaraan kehidupan
bernegara. Ide tersebut ternyata mendapat sambutan yang positif dari berbagai
kalangan, terutama dalam sidang BPUPKI pertama, persisnya pada 1 Juni 1945.
Namun, ide tentang Philosofische Grondslag belum diuraikan secara rinci,
lebih merupakan adagium politik untuk menarik perhatian anggota sidang, dan
bersifat teoritis. Pada masa itu, Soekarno lebih menekankan bahwa Pancasila
merupakan filsafat asli Indonesia yang diangkat dari akulturasi budaya bangsa
Indonesia.
Pada era Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat berkembang ke
arah yang lebih praktis (dalam hal ini istilah yang lebih tepat adalah
weltanschauung). Artinya, filsafat Pancasila tidak hanya bertujuan mencari
kebenaran dan kebijaksanaan, tetapi juga digunakan sebagai pedoman hidup
sehari-hari. Atas dasar inilah, Soeharto mengembangkan sistem filsafat Pancasila
menjadi penataran P-4.
Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem filsafat kurang terdengar
resonansinya. Namun, Pancasila sebagai sistem filsafat bergema dalam wacana
akademik, termasuk kritik dan renungan yang dilontarkan oleh Habibie dalam
pidato 1 Juni 2011. Habibie menyatakan bahwa: “Pancasila seolah-olah
tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu yang tidak lagi relevan untuk
disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila seolah hilang dari memori
kolektif bangsa Indonesia. Pancasila semakin jarang diucapkan, dikutip, dan
dibahas baik dalam konteks kehidupan ketatanegaraan, kebangsaan maupun

3
kemasyarakatan. Pancasila seperti tersandar di sebuah lorong sunyi justru di
tengah denyut kehidupan bangsa Indonesia yang semakin hiruk-pikuk dengan
demokrasi dan kebebasan berpolitik” (Habibie, 2011: 1--2).

2. Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Beberapa bentuk tantangan terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat muncul
dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:
1. kapitalisme, yaitu aliran yang meyakini bahwa kebebasan individual pemilik
modal untuk mengembangkan usahanya dalam rangka meraih keuntungan
sebesar-besarnya merupakan upaya untuk menyejahterakan masyarakat. Salah
satu bentuk tantangan kapitalisme terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat
ialah meletakkan kebebasan individual secara berlebihan sehingga dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti monopoli, gaya hidup
konsumerisme, dan lain-lain.
2. komunisme adalah sebuah paham yang muncul sebagai reaksi atas
perkembangan kapitalisme sebagai produk masyarakat liberal. Komunisme
merupakan aliran yang meyakini bahwa kepemilikan modal dikuasai oleh
negara untuk kemakmuran rakyat secara merata. Salah satu bentuk tantangan
komunisme terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat ialah dominasi negara
yang berlebihan sehingga dapat menghilangkan peran rakyat dalam kehidupan
bernegara.

B. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat

1. Esensi (hakikat) Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Hakikat (esensi) Pancasila sebagai sistem filsafat terletak pada hal-hal sebagai
berikut:
Pertama;
hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan
sebagai prinsip utama dalam kehidupan semua makhluk. Artinya, setiap makhluk
hidup, termasuk warga negara harus memiliki kesadaran yang otonom (kebebasan,
kemandirian) di satu pihak, dan berkesadaran sebagai makhluk Tuhan Yang Maha

4
Esa yang akan dimintai pertanggungjawaban atas semua tindakan yang dilakukan.
Artinya, kebebasan selalu dihadapkan pada tanggung jawab, dan tanggung jawab
tertinggi adalah kepada Sang Pencipta.

Kedua;
hakikat sila kemanusiaan adalah manusia monopluralis, yang terdiri atas 3
monodualis, yaitu susunan kodrat (jiwa, raga), sifat kodrat (makhluk individu,
sosial), kedudukan kodrat (makhluk pribadi yang otonom dan makhluk Tuhan)
(Notonagoro).

Ketiga,
hakikat sila persatuan terkait dengan semangat kebangsaan. Rasa kebangsaan
terwujud dalam bentuk cinta tanah air, yang dibedakan ke dalam 3 jenis, yaitu
tanah air real, tanah air formal, dan tanah air mental. Tanah air real adalah bumi
tempat orang dilahirkan dan dibesarkan, bersuka, dan berduka, yang dialami
secara fisik sehari-hari. Tanah air formal adalah negara bangsa yang berundang-
undang dasar, yang Anda, manusia Indonesia, menjadi salah seorang warganya,
yang membuat undang-undang, menggariskan hukum dan peraturan, menata,
mengatur dan memberikan hak serta kewajiban, mengesahkan atau membatalkan,
memberikan perlindungan, dan menghukum, memberikan paspor atau surat
pengenal lainnya. Tanah air mental bukan bersifat territorial karena tidak dibatasi
oleh ruang dan waktu, melainkan imajinasi yang dibentuk dan dibina oleh ideologi
atau seperangkat gagasan vital (Daoed Joesoef, 1987: 18-20)

Keempat,
hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah. Artinya, keputusan yang
diambil lebih didasarkan atas semangat musyawarah untuk mufakat, bukan
membenarkan begitu saja pendapat mayoritas tanpa peduli pendapat minoritas.

Kelima, hakikat sila keadilan terwujud dalam tiga aspek, yaitu keadilan distributif,
legal, dan komutatif. Keadilan distributif adalah keadilan bersifat membagi dari
negara kepada warga negara. Keadilan legal adalah kewajiban warga negara

5
terhadap negara atau dinamakan keadilan bertaat. Keadilan komutatif adalah
keadilan antara sesama warga negara (Notonagoro dalam Kaelan, 2013: 402).

C. Rangkuman tentang Pengertian dan Pentingnya Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Pancasila sebagai sistem filsafat sudah dikenal sejak para pendiri negara
membicarakan masalah dasar filosofis negara (Philosofische Grondslag) dan
pandangan hidup bangsa (weltanschauung). Meskipun kedua istilah tersebut
mengandung muatan filsofis, tetapi Pancasila sebagai sistem filsafat yang mengandung
pengertian lebih akademis memerlukan perenungan lebih mendalam. Filsafat Pancasila
merupakan istilah yang mengemuka dalam dunia akademis. Ada dua pendekatan yang
berkembang dalam pengertian filsafat Pancasila, yaitu Pancasila sebagai genetivus
objectivus dan Pancasila sebagai genetivus subjectivus. Kedua pendekatan tersebut
saling melengkapi karena yang pertama meletakkan Pancasila sebagai aliran atau
objek yang dikaji oleh aliran-aliran filsafat lainnya, sedangkan yang kedua meletakkan
Pancasila sebagai subjek yang mengkaji aliran-aliran filsafat lainnya.
Pentingnya Pancasila sebagai sistem filsafat ialah agar dapat diberikan
pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam Pancasila
sebagai prinsip-prinsip politik; agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi
operasional dalam penyelenggaraan negara; agar dapat membuka dialog dengan
berbagai perspektif baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; dan agar dapat
menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut paut dengan
kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat.

D. Argumen tentang Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa


Dinamika Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia memperlihatkan adanya pasang surut
dalam pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Misalnya pada masa pemerintahan
presiden Soekarno, terutama pada 1960- an NASAKOM lebih populer daripada Pancasila.
Pada zaman pemerintahan presiden Soeharto, Pancasila dijadikan pembenar kekuasaan melalui
penataran P-4 sehingga pasca turunnya Soeharto ada kalangan yang mengidentikkan Pancasila
dengan P-4. Pada masa pemerintahan era reformasi, ada kecenderungan para penguasa tidak
respek terhadap Pancasila, seolah-olah Pancasila ditinggalkan

6
E. Essensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Pancasila pada hakikatnya merupakan Philosofische Grondslag dan Weltanschauung.
Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat negara (Philosofische Grondslag) karena
mengandung unsur-unsur sebagai berikut: alasan filosofis berdirinya suatu negara; setiap
produk hukum di Indonesia harus berdasarkan nilai Pancasila. Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa (Weltanschauung) mengandung unsur-unsur sebagai berikut: nilai-nilai agama,
budaya, dan adat istiadat.

F. Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa


Hasil Survei yang dilakukan KOMPAS yang dirilis pada 1 Juni 2008 menunjukkan bahwa
pengetahuan masyarakat tentang Pancasila merosot secara tajam, yaitu 48,4% responden
berusia 17 sampai 29 tahun tidak mampu menyebutkan silai-sila Pancasila secara benar dan
lengkap. 42,7% salah menyebut sila-sila Pancasila, lebih parah lagi, 60% responden berusia 46
tahun ke atas salah menyebutkan sila-sila Pancasila. Fenomena tersebut sangat
memprihatinkan karena menunjukkan bahwa pengetahuan tentang Pancasila yang ada dalam
masyarakat tidak sebanding dengan semangat penerimaan masyarakat terhadap Pancasila (Ali,
2009: 2). Selain data tersebut, pentingnya Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia
dikarenakan hal-hal berikut: pengidentikan Pancasila dengan ideologi lain, penyalahgunaan
Pancasila sebagai alat justifikasi kekuasaan rezim tertentu, melemahnya pemahaman dan
pelaksanaan nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

7
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa berfilsafat adalah berpikir


secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat
adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama antara
sila yang satu dengan sila yang lain untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh yang mempunyai beberapa inti sila, nilai dan
landasan yang mendasar.

B. Saran

Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca agar ikut
peduli dalam mengetahui sejauh mana kita mempelajari tentang filsafat, filsafat pancasila,
dan pancasila sebagai sistem filsafat. Semoga dengan makalah ini para pembaca dapat
menambah cakrawala ilmu pengetahuan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dewantara, Agustinus Wisnu. 2017. Diskursus Pancasila Dewasa Ini. Yogyakarta : PT.
Kansius

Fasawwa, Syaima Sabine. 2022. “Pengertian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat, Makna &
Penjelasannya”, https://tirto.id/pengertian-pancasila-sebagai-sistem-filsafat-makna-
penjelasannya-grQe, diakses pada 14 September 2022 pukul 19.51

Fadhilah. 2022. “Pancasila Sebagai Sistem Filsafat”,


https://iqipedia.com/2022/01/23/menelusuri-konsep-dan-urgensi-pancasila-
sebagai-sistem-filsafat/, diakses pada 14 September 2022 pukul 23.11

Fuaddah, Muflika Nur. 2021. “Memahami Pancasila sebagai Sistem Filsafat Bangsa
Indonesia, Berikut Penjelasannya!”,
https://intisari.grid.id/read/032707467/memahami-pancasila-sebagai-sistem-
filsafat-bangsa-indonesia-berikut-penjelasannya?page=all, diakses pada 16
September 2022 pukul 22.22

Hulu, Silferius. 2020. “Pancasila Sebagai Sistem Filsafat”,


https://pustakabergerak.id/artikel/pancasila-sebagai-sistem-filsafat, diakses pada 15
September 2022 pukul 23.02

Khaerunisa. 2021. “Pancasila sebagai Sistem Filsafat, Apa Maksudnya?”,


https://intisari.grid.id/read/033006252/pancasila-sebagai-sistem-filsafat-apa-
maksudnya?page=all, diakses pada 14 September 2022 pukul 22.53

Nafisah, Sarah. 2020. “Filsafat Pancasila : Pengertian, Fungsi, dan Tujuan”,


https://bobo.grid.id/read/082425465/filsafat-pancasila-pengertian-fungsi-dan-
tujuan?page=all, diakses pada 16 September 2022 pukul 13.29

Putri, Vanya Karunia Mulia. 2022. “4 Pengertian Pancasila Menurut Para Ahli”,
https://www.kompas.com/skola/read/2022/08/03/083000869/4-pengertian-
pancasila-menurut-para-ahli?page=all#:~:text=Ruslan%20Abdul
%20Ghani,menyejahterakan%20rakyat%20serta%20bangsa%20Indonesia, diakses
pada 14 September 2022 pukul 13.56

9
Reynaldi, Brian Johanes. 2019. “Pancasila Sebagai Sistem Filsafat”,
https://www.kompasiana.com/brianjohanes7627/5ceb56e195760e301c7e64f2/
pancasila-sebagai-sistem-filsafat, diakses pada 15 September 2022 pukul 22.49

UGM, Humas. 2006. “Merekatkan Tiga Kekuatan Untuk Masa Depan Bangsa”,
https://ugm.ac.id/id/berita/1805-merekatkan-tiga-kekuatan-untuk-masa-depan-
bangsa, diakses pada 16 September 2022 pukul 21.35

10

Anda mungkin juga menyukai