Puji syukur keadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan
rahmat dan karunianya sehingga makalah ini tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
ucapkan begitu banyak terimkasih kepada pak Ibnu Qoyim Selaku dosen pembimbing
matkul Pancasila yang telah membimbing kami dan memberikan ide-ide untuk kami.
Karena keterbatasan ilmu dan pengalaman yang kami miliki, kami percaya
tentu banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat berharap
saran dan kritikan yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila adalah dasar dari falsafah negara Indonesia, sebagaimana tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, setiap warga negara Indonesia wajib
untuk mempelajari dan menerapkan nilai-nilai Pancasila disetiap bidang kehidupan.
Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan kenyataan Pancasila sebagai
kenyataan yang obyektif, yaitu bahwa kenyataan itu ada pada Pancasila sendiri terlepas
dari sesuatu yang lain atau terlepas dari pengetahuan orang. Sehingga Pancasila sebagai
suatu sistem filsafat bersifat khas dan berbeda dari sistem-sistem filsafat yang lain. Hal
ini secara ilmiyah biasa disebut filsafat secara obyektif.
Banyaknya orang yang belum faham apa itu sistem filsafat Pancasila, dan
bagaimana cara menerapkannya dilingkungan masyarakat. Pancasila adalah dasar
filsafat negara Republik Indonesia yang masih resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal
18 Agustus 1945. Pancasila merupakan salah satu dari empat pilar Indonesia merdeka.
Untuk itu pendidikan Pancasila menjadi mata kuliah yang wajib bagi setiap mahasiswa
dalam menempuh jenjang Perguruan Tinggi. Di dalam makalah ini akan di bahas
mengenai pengantar mata kuliah Pancasila secara terperinci.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat dan sistem filsafat Pancasila?
2. Mengapa Pancasila diperlukan sebagai kajian sistem filsafat?
3. Apa saja sumber-sumber Pancasila sebagai sistem filsafat?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi nilai tugas yang diberikan oleh bapak Dr. Ibnu Qayim MSI.
Dalam mata kuliah Pancasila
1
2. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat
3. Untuk menambah pemahaman penulis tentang Pancasila dari aspek filsafat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan yang saling
berhubungan untuk satu tujuan tertentu, dan saling berkualifikasi yang tidak
terpisahkan satu dengan yang lainnya.1
Terdapat 2 statement yang membuktikan bahwa Pancasila adalah merupakan
sistem filsafat. Pertama, dalam sidang BPUPKI, 1 juni 1945. Soekarno memberi
judul pidatonya dengan nama “philosofische grondslag”
Noor bakrie menjelaskan bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan
hasil perenungan yang mendalam dari para tokoh kenegaraan Indonesia. Hasil
perenungan itu semula dimaksudkan untuk merumuskan dasar negara yang akan
merdeka. Selain itu, hasil perenungan tersebut merupakan suatu sistem filsafat
karena telah memenuhi ciri-ciri berfikir kefilsafatan.
Kedua, Pancasila sebagai Weltanschauung, artinya nilai-nilai Pancasila itu
merupakan sesuatu yang telah ada dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia.
Yang kemudian disepakati sebagai dasar filsafat negara (philosofische grondslang).
Welstanchauung merupakan sebuah pandangan dunia (world-view). Hal ini
menyitir pengertian filsafat oleh J.A. Leighton sebagaimana di kutip the Liang Gie.
Ajaran tentang nilai, makna dan tujuan hidup manusia yang terpatri dalam
welstanschauung itu menyebar dalam berbagai pemikiran dan kebudayaan bangsa
Indonesia.
Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat, artinya refleksi filosofis mengenai
Pancasila sebagai dasar Negara. Sastrapratedja menjelaskan makna filsafat
Pancasila yaitu: Pertama, agar dapat diberikan pertanggungjawaban rasional dan
mendasar mengenai sila-sila dalam Pancasila sebagai prinsip politik. Kedua, agar
dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam bidang-bidang
yang menyangkut hidup bernegara. Ketiga, agar dapat membuka dialog dengan
1
Direktorat jenderal pembelajaran dan kemahasiswaan. Materi ajar Mata Kuliah Umum pendidikan
Pancasila. (Jakarta: Direktorat Jenderal pembelajaran dan kemahasiswaan kementrian riset dan
teknologi pendidikan tinggi Republik Indonesia, 2016), hlm 21
4
berbagai perspektif baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keempat, agar
dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut paut
dengan kehidupan bernegara,berbangsa dan bermasyarakat, serta memberikan
perspektif pemecahan terhadap permasalah Nasional [ Sastrapratedja, 2001:3 ].
Pertanggungjawaban rasional, penjabaran operasional, ruang dialog, dan
kerangka evaluasi merupakan beberapa aspek yang di perlukan bagi pengolahan
filosofis Pancasila.
5
- Landasan Ontologis
- Landasan Epistemologis
- Landasan Aksiologis
Menurut Aristoteles, Ontologi merupakan cabang filsafat yang membahas
tentang hakikat segala yang ada secara umum sehingga dapat dibedakan dengan
disiplin ilmu-ilmu yang membahas sesuatu secara khusus.
Menurut Bakker, Ontologi adalah ilmu yang paling universal karena objeknya
meliputi segala-galanya menurut segala bagiannya (ekstensif) dan menurut
segal aspeknya (intensif) (Bakker, 1992:16).
Menurut Stephen W. Littlejohn dan Karen A Foss, dalam Theories of Human
Communication menegaskan bahwa Ontologi merupakan sebuah filosofi yang
berhadapan dengan makhluk hidup.
Menurut Runes, ontologi ialah bidang filsafat yang menyelidiki jenis dan
hakekat ada, ada khusus, ada individual, ada umum, ada terbatas, ada tidak
terbatas, ada universal, ada mutlak, termasuk kosmolohgi dan metafisika dan
sumber ada (Tuhan), ada sesudah mati.2
Landasan ontologis Pancasila artinya sebuah pemikiran filosofi atau
hakikat dan raison d’etre sila-sila Pancasila sebagai dasar filosofis negara
Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman atas hakikat sila-sila Pancasila itu
diperlukan pengakuan atas modus eksistensi bangsa Indonesia.
Sastrapratedja (2010 ; 147-154) menjabarkan prinsip-prinsip Pancasila
sebagai berikut:
1. Prinsip ketuhanan yang maha esa, saling menghormati dan bersikap
toleran, serta menciptakan kondisi agar kebebasan beragama itu dapat
dilaksanakan oleh masing-masing pemeluk agama.
2
Dr. P Hardono Hadi. Hakikat dan Muatan Filsafat Pancasila.(Yogyakarta: Kanisius, 1994), hlm. 353
6
2. Prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab, mengakui bahwa setiap
orang memiliki martabat yang sama, setiap orang diperlakukan adil sebagai
manusia.3
3. Prinsip persatuan Indonesia mengandung konsep nasionalisme politik
yang mengatakan bahwa perbedaan budaya, etnis,bahasa, dan agama tidak
menghambat atau mengurangi partisipasi perwujudannya sebagai warga
negara kebangsaaan.
4. Prinsip kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan atau perwakilan mengandung makna bahwa sistem
demokrasi diusahakan ditempuh melalui proses musyawarah demo
tercapainya mufakat.
5. Prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana yang
dikemukakan soekarno, yaitu didasarkan pada prinsip tidak adanya
kemiskinan dalam negara Indonesia merdeka, hidup dalam kesejahteraan
(welfare state).4
4
Direktorat jenderal pembelajaran dan kemahasiswaan. Materi ajar Mata Kuliah Umum pendidikan
Pancasila. (Jakarta: Direktorat Jenderal pembelajaran dan kemahasiswaan kementrian riset dan
teknologi pendidikan tinggi Republik Indonesia, 2016), hlm. 152
7
Menurut Runes batasan epistemologis ialah, bidang filsafat yang
menyelidiki sumber, syarat, proses terjadinya ilmu pengetahuan, batas,
validitas dan hakekat ilmu pengetahuan.5
Problem pertama tentang cara mengetahui itu ada dua pendapat yang
berkembang dan saling bersebrangan dalam wacana epistemologi, yaitu
rasionalisme dan empirisisme.
Problem kedua tentang pada tingkatan apa pengetahuan dapat menjadi
suatu yang pasti berkembang menjadi dua pandangan, yaitu pengetahuan yang
mutlak dan pengetahuan yang relatif.
Landasan epistermologis Pancasila artinya nilai-nilai Pancasila digali dari
pengalaman (empiris) bangsa Indonesia.
5
Dr. P Hardono Hadi. Hakikat dan Muatan Filsafat Pancasila.(Yogyakarta: Kanisius, 1994), hlm. 359
8
Yunani yang bernama Cicero (106-43SM) yang mengungkapkan, “Historia
Vitae Magistra”, yang bermakna, “sejarah memberikan keaarifan”. Pengertian
lain dari istilah tersebut yang sudah menjadi pendapat umum (Common-Sense)
adalah “sejarah merupakan guru kehidupan”. Implikasinya, pengayaan materi
perkuliahan Pancasila melalui pendekatan historis adalah amat penting dan
tidak boleh dianggap remeh guna mewujudkan kejayaan bangsa dikemudian
hari. Melalui pendekatan ini, mahasiswa diharapkan dapat mengambil pelajaran
atau hikmah dari berbagai peristiwa sejarah, baik sejarah nasional maupun
sejarah bangsa-bangsa lain.6
9
mewujudkan tata tertib sosial politik yang ideal. Secara spesifik fokus kajian
melalui pendekatan politik tersebut, yaitu menemukan nilai – nilai ideal yang
menjadi kaidah penuntun atau pedoman dalam mengkaji konsep – konsep
pokok dalam politik yang meliputi negara, kekuasaan, pengambilan keputusan,
kebijakan, dan pembagian sumber daya negara baik di pusat maupun di daerah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur
pemerintahan Negara atau dengan kata lain Pancasila merupakan suatu dasar untuk
mengatur penyelenggaraan Negara. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum, Pancasila merupakan kaidah hukum negara yang secara konstitusional megatur
Negara Republik Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah serta
pemerintah Negara.
Oleh karena itu Pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat Negara Indonesia
sebagai landasan. Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar
negara yang terdiri dari lima sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-masing
dan satu tujuan yang sama untuk mengatur dan menyelenggarakan kehidupan
bernegara Indonesia. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat berperan sebagai pedoman
masyarakat dalam bertingkah laku.
.
B. Saran
Sebagai bangsa Indonesia yang menjadikan Pancasila sebagai ideologi negara
sudah sepantasnya kita belajar mata kuliah pendidikan Pancasila, karena salah satu
bukti bela negara yang bisa kita lakukan untuk saat ini adalah belajar sungguh-sungguh
sebagai generasi yang diharapkan dapat memberikan kemajuan ataupun kejayaan bagi
bangsa sendiri yaitu Indonesia.
10
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2016. Materi Ajar Mata Kuliah
Umum Pendidikan Pancasila. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia.
Hardono Hadi, Dr. P. 1994. Hakikat dan Muatan Filsafat Pancasila. Yogyakarta:
Kanisius.
11