DISUSUN OLEH;
KELOMPOK I
KELAS C
TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM ( IAIN) METRO
T.A 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahnya kepada kita semua, sehingga kami dapat Menyusun tugas ini dengan
nabi kita Muhammad SAW,yang telah memberikan keteladanan dan petunjuk jalan
yang baik dan benar kepada umatnya. Dengan keteladanan dan petunjuk tersebut
FILSAFAT ini masih sangat sederhana dan jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan pengalaman dan wawasan yang kami miliki. Oleh karena itu kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik supaya makalah ini
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI .................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Makalah ................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat ................................................................................ 6
B. Rumusan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem ............................ 7
C. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat ........................................................ 9
D. Penerapan Sila- Sila Di Lingkungan .................................................... 10
BAB III
A. Kesimpulan .......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
Indonesia merdeka, mereka sadar sepenuhnya untuk menjawab suatu pertanyaan
yang fundamental “di atas dasar apakah Negara Indonesia merdeka ini didirikan?”
jawaban atas pertanyaan mendasar ini akan selalu menjadi dasar dan tolak ukur
utama bangsa ini meng-Indonesia. Dengan kata lain, jati diri bangsa selalu bertolak
ukur pada nilai-nilai pancasila sebagai filsafat bangsa. Pancasila yang terdiri atas
lima sila pada hakikatnya merupakan sistim filsafat. Pemahaman demikian
memerlukan pengkajian lebih lanjut menyangkut aspek ontology, epistemology,
dan aksiologi dari kelima sila pancasila.
B. Rumusan masalah
1. apa pengertian filsafat?
2. Bagaimana rumusan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem?
3. bagaimana Pancasila sebagai sistem filsafat?
4. bagaimana penerapan sila- sila di lingkungan?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian Pancasila
2. Mengetahui rumusan sila sila Pancasila sebagai suatu sistem
3. Mengetahui Pancasila sebagai sistem filsafat
4. Mengetahui penerapan sila-sila Pancasila
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani, yakni “philein” yang
artinya “cinta” dan “Sophos” yang artinya “hikmah”, “kebijaksanaan” atau
“wisdom”. Jadi secara harfiah “filsafat” mengandung makna cinta kebijaksanaan.
Dan nampaknya hal ini sesuai dengan sejarah timbulnya ilmu pengetahuan yang
sebelumnya dibawah naungan filsafat. Namun demikian jika kita membahasa
pengertian filsafat dalam hubungannya dengan lingkup bahasannya maka
mencakup banyak bidang bahasan antara lain tentang manusia, alam, pengetahuan,
etika, logika dan lain sebagainya. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
maka muncul pula filsafat yang berkaitan dengan bidang-bidang ilmu tertentu
antara lain filsafat politik, social, hukum, bahasa, ilmu pengetahuan, agam dan
bidang-bidang ilmu lainnya.
Kata filsafat untukpertama kali digunakan oleh Phythagoras (582 - 496 SM).
Dia adalah seorang ahli piker dan pelopor matematika yang menganggap bahwa
intisari dan hakikat dari semesta ini adalah bilangan. Namun demikian, banyaknya
pengertian filsafat sebagaimana yang diketahui sekarang ini adalah sebanyak
tafsiran para filsuf itu sendiri. Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk
berfilsafat, yaitu:
a. Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran merupakan
asal dari filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki.
b. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang akan
menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk menemukan titik
pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.
c. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa
dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam
sekelilingnya, Kemudian muncul kesadaran akan keterbatasan bahwa di luar
yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.
6
B. Rumusan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakekatnya merupakan suatu
sistem filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yaitu
saling berhubungan, saling bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Sistem lazimnya memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Suatu kesatuan bagian-bagian.
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila setiap sila
pada hakekatnya merupakan suatu azas sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
1. Susunan sila-sila pancasila yang bersifat organis.
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan
Dasar Filsafat negara berdasarkan lima sila yang masing-masing
merupakan suatu azas kehidupan. Kesatuan sila-sila Pancasila yang
bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara filosofis bersumber pada
hakikat dasar antologis manusia sebagai pendukung dari inti, isi dari
silasila Pancasila yaitu hakikat manusia “monopluralis” yang memiliki
unsurunsur, susunan kodrat jasmani dan rohani, “sifat kodrat” individu-
makhluk sosial, dan “kedudukan kodrat” sebagai pribadi berdiri sendiri-
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Dasar epistemologi sila-sila Pancasila
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan
suatu sistem pengetahuan. Sebagai suatu ideologi maka Pancasila
memiliki tiga unsur pokok agar dapat menarik loyalitas dari pendukungnya
yaitu: 1) Logos yaitu rasionalitas atau penalaran, 2) Pathos yaitu
penghayatan, dan 3) Ethos yaitu kesusilaan. Dasar epitemologis Pancasila
pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya.
7
Pancasila sebagai ideologi bersumber pada nilai-nilai dasarnya yaitu
filsafat Pancasila. Oleh karena itu dasar epistemologi tidak dapat
dipisahkan dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Kalau
manusia merupakan basis ontologis dari Pancasila maka dengan demikian
mempunyai implikasi terhadap bangunan epistemologi , yaitu bangunan
epistemologi yang ditempatkan dalam bangunan filsafat manusia.
3. Dasar aksiologis sila-sila Pancasila
Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan
dasar aksiologisnya sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Terdapat berbagai
macam teori tentang nilai dan hal ini sangat tergantung pada titik tolak dan
sudut pandangnya masing-masing dalam menentukan tentang pengertian
nilai dan hirarkinya. Misalnya kalangan materialis memandang bahwa
hakikat nilai yang tertinggi adalah nilai material, kalangan hedonis
berpandangan bahwa nilai tertinggi adalah nilai kenikmatan. Namun dari
berbagai macam pandangan tentang nilai dapat kita kelompokkan pada
kedua macam sudut pandang yaitu bahwa sesuatu itu bernilai karena
berkaitan dengan subjek pemberian nilai yaitu manusia. Hal ini bersifat
subjektif namun juga terdapat pandangan bahwa pada hakikatnya sesuatu
itu memang pada dirinya sendiri memang bernilai, ini merupakan
pandangan dari paham objektivisme.
4. Nilai-nilai Pancasila sebagai suatu sistem.
Isi arti sila-sila Pancasila pada hakikatnya dapat dibedakan atas hakikat
Pancasila yang umum universal yang merupakan substansi sila-sila
Pancasila, sebagai pedoman pelaksanaan dan penyelenggaraan negara
Sembilan yaitu sebagai dasar negara yang bersifat umum kolektif serta
realisasi pengalaman Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit. Nilai-
nilai yang terkandung dalam sila satu sampai dengan lingkungan
merupakan cita-cita harapan dan dambaan bangssa Indonesia yang akan
diwujudkannya. Sejak dahulu cita-cita tersebut telah didambakan oleh
bangsa Indonesia agar terwujud dalam suatu masyarakat yang gemah
8
rifahloh junawi, tentram karta raharja. Dengan penuh harapan diupayakan
terealisasi dalam sikap tingkah laku dan perbuatan setiap manusia.
9
sebagai ilmu adalah pengetahuan hidup “atau filsafat Negara republic
Indonesia yang berdasarkan uud-45 dan pancasila.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup
bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat
sistematis. Fundamental, dan menyeluruh. Untuk itu, sila-sila Pancasila
merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat bulat dan utuh, hierarkis, dan
sistematis.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia
mengandung makna bahwa setiap aspek kehidupan kebangsaan,
kemasyarakatan, dan kenegaraan harus berdasarkan pada nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, . kerakyatan, dan keadilan. Pemikiran
filsafat kenegaraan bertolak dari pandangan bahwa negara adalah merupakan
suatu persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyarakatan, yang
merupakan masyarakat hukum (legal society).
Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia adalah
kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki bangsa itu sendiri, yang diyakini
kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk
mewujudkannya menjadi negara yang sejahtera (Wellfare State).
10
Sila ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai
keempat sila yang lainnyaOleh karena itu segala hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan dan penyelenggaran Negara bahkan moral Negara, moral
penyelenggaraan Negara, politik Negara, pemerintahan Negara, hukum dan
peraturan perundang-undangan Negara, kebebasan dan hak asasi warga
Negara harus di jiwai nilai-nilai ketuhanan yang maha esa.contohnya:
Mengajarkan Anak Anak Rukun Islam Dan Rukun Islam,mengahargai dan
saling bertoleransi anatr agama lain.
3. persatuan Indonesia
Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah
penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial. Negara adalah merupakan suatu persekutuan hidup
bersama di antara elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa,
suku, ras, kelompok, golongan maupun kelompok, golongan. Oleh karena itu,
perbedaan adalah merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan
ciri khas elemen-elemen yang membentuk negara. Konsekuensinya negara
adalah beraneka ragam tapi satu, mengikatkan diri dalam persatuan yang
dilukiskan dalam seloka Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaan bukannya untuk
diruncingkan menjadi konflik dan permusuhan, melainkan diarahkan pada
suatu sintesa yang saling menuntungkan yakni persatuan dalam kehidupan
bersama untuk mewujudkan tujuan bersama.
4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
11
Nilai flosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat negara
adalah sebagai penjelmaan sifat kodrati manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial Hakikat rakyat adalah merupakan sekelompok manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang bersatu yangt bertujuan mewujudkan
harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah negara. Rakyat adalah
merupakan subjek pen dukung pokok negara. Negara adalah dari dan oleh
rakyat. Oleh karena itu, rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara. Dalam
sila kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus
dilaksanakan dalam hidup negara, maka nilai-nilai demokrasi yang terkandung
dalam sila kerakyatan di antaranya adalah: a) adanya kebebasan yang disertai
dengan tanggungjawab terhadap masyarakat bangsa maupun moral terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, b) menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan, dan c) menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan
dalam hidup Bersama.
12
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Berfilsafat
adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sedangkan Pancasila
sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain untuk
tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang
mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang mendasar.
Berfilsafat merupakan bernalar secara mendalam dan sungguh-sungguh.
Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan satu kesatuan yang sama-
sama berhubungan, bekerjasama antar sila yang satu dengan sila yang lain dengan
tujuan tertentu dan secara totalitas adalah satu kesatuan yang utuh dan memiliki
beberapa esensi sila, nilai dan prinsip yang mendasar. Kesatuan sila-sila pancasila
pada hakikatnya tidak hanya disebut sebagai kesatuan yang bersifat legal rasional,
akan tetapi berkaitan dengan kesatuan asas ontologis, asas epistimologis, dan asas
aksiologis dari pancasila. Setiap sila pada dasarnya memiliki suatu asas dan tugas
sendiri-sendiri, akan tetapi secara totalitas merupakan satu kesatuan yang
terstruktur. lsi sila pancasila pada hakikatnya yaitu satu kesatuan. Dasar filsafat
negara Indonesia berdasarkan lima sila yang masing-masing merupakan satu dasar
kebudayaan. Namun demikian sila-sila pancasila itu berdasarkan suatu kesatuan
dan integritas, maksudnya setiap sila sebagai bagian yang absolut dari pancasila.
Pancasila yakni asas dan pemikiran bangsa Indonesia yang memiliki tugas dalam
kehidupan bangsa dan negara Indonesia.
13
DAFTAR PUSTAKA
Qistiya, Nur Ihda, et al. "KEGIATAN PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA SILA KE-1 DI
LINGKUNGAN MASYARAKAT SEKITAR." Jurnal Inovasi Penelitian 3.5 (2022): 6267-
6274.
Antari, Luh Putu Swandewi, and Luh De Liska. "Implementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam
Penguatan Karakter Bangsa." Widyadari: Jurnal Pendidikan 21.2 (2020): 676-687.
14