Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BANGSA

DISUSUN OLEH :
SYARIFAH MUNAWARAH (2305902020143)

DOSEN PENGAMPU :
SAMWIL S.Pd.I.,MA

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
ACEH BARAT
2023
KATA PENGANTAR
Puji syuku rpenyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah Pancasila sebagai Filsafat Bangsa ini dapat diselesaikan dengan
baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Pancasila. Saya ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah Pancasila sebagai
Filsafat Bangsa ini. Dan saya juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi
internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah
ini.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah Pancasila sebagai
Filsafat Bangsa ini sehingga saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini. Dan saya mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah Pancasila sebagai
Filsafat Bangsa ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Meulaboh, 14 September 2023


Penyusun

i
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................. ............. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ ............. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... ............. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... ............. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. ............. 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... ............. 3
2.1 Konsep Pancasila sebagai Filsafat Bangsa ......................................................... ............. 3
2.2 Urgensi Pancasila sebagai Filsafat Bangsa .................................................................... ............... 4
2.3 Landasan Pancasila sebagai Filsafat Bangsa ..................................................................... 4
2.4 Sumber Pancasila sebagai Filsafat Bangsa ......................................................... ............. 6
2.4.1 Sumber Historis ................................................................................... ............. 6
2.4.2 Sumber Sosiologis ............................................................................... ............. 7
2.4.3 Sumber Politis ...................................................................................... ............. 8
2.5 Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Filsafat Bangsa ............. 9
2.6 Esensi Pancasila sebagai Filsafat Bangsa ......................................................................... 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................. ............. 12
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... ............. 12
3.2 Saran ................................................................................................................... ............. 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. ............. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya di dunia ini terdapat berbagai macam dasar negara yang menyokong
negara itu sendiri agar tetap berdiri kokoh, tuguh, serta tidak terombang ambing oleh persoalan
yang muncul pada masa kini. Pada hakikatnya ideologi merupakan hasil refleksi manusia berkat
kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka terdapat sesuatu yang
bersifat diakletis antara ideologi dengan masyarakat negara. Ideologi mencerminkan cara
berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju cita-
citanya. Indonesa pun tak terlepas dari hal itu, Indonesia memiliki dasar negara yaitu Pancasila.
Setiap negara atau bangsa di dunia ini mempunyai sistem nilai (filsafat) tertentu yang
menjadi pegangan bagi anggota masyarakat dalam menjalankan kehidupan dan
pemerintahannya. Filsafat negara merupakan pandangan hidup bangsa yang diyakini
kebenarannya dan diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat yang mendiami Negara tersebut.
Pandangan hidup bangsa merupakan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap bangsa. Nilai-nlai
tersebut akan mempengaruhi segala aspek suatu bangsa. Nilai adalah suatu konsepsi yang secara
eksplisit maupun implisit menjadi milik atau ciri khas seseorang atau masyarakat. Pada konsep
tersembunyi bahwa pilihan nilai merupakan suatu ukuran atau standar yang memiliki kelestarian
yang secara umum digunakan untuk mengorganisasikan sistem tingkah laku suatu masyarakat
(Prayitno,1989:1).
Sistem filsafat atau nilai yang dianut suatu bangsa merupakan filsafat masyarakat budaya
bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku
dalam suatu masyarakat , bangsa, dan negara. Oleh karena itu, flsafat berfungsi dalam
menentukan pandangan hidup suatu masyarakat dalam menghadapi suatu masalah, hakikat dan
sifat hidup, hakikat kerja, hakikat kedudukan manusia, etika dan tata karma pergaulan dalam
ruang dan waktu, serta hakikat hubungan manusia dengan manusia lainnya (Praytino,1989:2).
Indonesia merupakan salah satu Negara yang juga memiliki filsafat seperti bangsa-bangsa
lain. Filsafat tak lain adalah yang dikenal dengan nama Pancasila yang terdiri dari lima sila.
Pancasila merupakan filsafat hidup bangsa Indonesia.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Pancasila sebagai filsafat bangsa?
2. Apa urgensi Pancasila sebagai filsafat bangsa?
3. Apa saja landasan Pancasila sebagai filsafat bangsa?
4. Apa saja sumber Pancasila sebagai filsafat bangsa?
5. Bagaimana argumen tentang dinamika dan tantangan Pancasila sebagai filsafat bangsa?
6. Bagaimana esensi Pancasila sebagai filsafat bangsa?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep Pancasila sebagai filsafat bangsa
2. Untuk mengetahui urgensi Pancasila sebagai filsafat bangsa
3. Untuk mengetahui landasan Pancasila sebagai filsafat bangsa
4. Untuk mengetahui sumber Pancasila sebagai filsafat bangsa
5. Untuk mengetahui argumen tentang dinamika dan tantangan Pancasila sebagai filsafat
bangsa
6. Untuk mengetahui esensi Pancasila sebagai filsafat bangsa?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pancasila sebagai filsafat Bangsa
Filsafat adalah suatu usaha untuk mencari kebenaran tentang segala sesuatu yang ada di
alam semesta dengan menggunakan akal budi dan logika. Filsafat juga merupakan sekumpulan
sikap dan kepercayaan terhadap hidup, alam, dan Tuhan. Filsafat mencakup berbagai cabang
ilmu, seperti metafisika, epistemologi, etika, estetika, logika, politik, dan lain-lain.
Sistem filsafat adalah suatu cara pandang atau pandangan hidup yang menyeluruh,
terpadu, konsisten, dan koheren tentang segala sesuatu yang ada di alam semesta. Sistem filsafat
mencerminkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar yang menjadi landasan bagi pemikiran dan
tindakan manusia. Sistem filsafat juga berfungsi sebagai pedoman atau arah bagi perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan masyarakat.
Pancasila adalah dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia yang terdiri dari lima sila,
yaitu ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila merupakan hasil perumusan dari nilai-
nilai luhur yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia sejak zaman pra-kolonial
hingga zaman kemerdekaan.
Pancasila sebagai filsafat bangsa adalah suatu cara pandang atau pandangan hidup bangsa
Indonesia yang menyeluruh, terpadu, konsisten, dan koheren tentang segala sesuatu yang ada di
alam semesta. Pancasila mencerminkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar yang menjadi
landasan bagi pemikiran dan tindakan bangsa Indonesia dalam hubungannya dengan Tuhan,
manusia, alam, negara, dan dunia. Pancasila juga berfungsi sebagai pedoman atau arah bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan masyarakat Indonesia.
Pancasila sebagai filsafat dapat dilihat dari dua aspek, yaitu genetivus objectivus dan
genetivus subjectivus. Genetivus objectivus berarti nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai objek
yang dicari landasan filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang
berkembang di Barat. Genetivus subjectivus berarti nilai-nilai Pancasila dipergunakan untuk
mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang, baik untuk menemukan hal-hal yang sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila maupun untuk melihat nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.

3
2.2 Urgensi Pancasila sebagai Filsafat Bangsa
Pancasila sebagai filsafat bangsa memiliki urgensi atau pentingnya bagi bangsa Indonesia
dalam beberapa hal, yaitu:
 Pancasila sebagai sistem filsafat memberikan jati diri atau identitas bangsa Indonesia yang
berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Pancasila menunjukkan ciri khas atau
karakteristik bangsa Indonesia yang religius, humanis, nasionalis, demokratis, dan adil.
 Pancasila sebagai sistem filsafat memberikan dasar atau fondasi bagi pembangunan
nasional di semua bidang. Pancasila menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, ekonomi, sosial, politik,
hukum, pertahanan, keamanan, lingkungan hidup, dan lain-lain.
 Pancasila sebagai sistem filsafat memberikan arah atau tujuan bagi bangsa Indonesia
dalam mencapai cita-cita nasional. Pancasila menjadi pedoman atau acuan bagi bangsa
Indonesia dalam menentukan visi, misi, strategi, program, kebijakan, dan aksi-aksi yang
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
 Pancasila sebagai sistem filsafat memberikan nilai atau norma bagi bangsa Indonesia
dalam berperilaku dan bertindak. Pancasila menjadi ukuran atau standar bagi bangsa
Indonesia dalam menilai baik dan buruk, benar dan salah, adil dan tidak adil, layak dan
tidak layak, pantas dan tidak pantas, dan sebagainya.
 Pancasila sebagai sistem filsafat memberikan jiwa atau semangat bagi bangsa Indonesia
dalam menghadapi tantangan dan masalah. Pancasila menjadi sumber kekuatan dan
kepercayaan diri bagi bangsa Indonesia dalam mengatasi berbagai hambatan dan
rintangan, serta memanfaatkan berbagai peluang dan potensi yang ada.

2. 3 Landasan Pancasila sebagai Filsafat Bangsa


Pancasila memiliki 3 landasan pijak filosofis yaitu Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologis. Ontologis dalam filsafat adalah tentang hakikat yang paling mendalam dan paling
umum(mendasar). Epistemologis adalah tentang sifat dasar pengetahuan. Aksiologis adalah
tentang penelitian tentang nilai-nilai.
Landasan Ontologis Pancasila adalah pemikiran filosofis atas sila-sila Pancasila sebagai
dasar filosofis negara Indonesia. Menurut Sephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, ontology
bergadapan dengan sifat makhluk hidup, dimana ada 3 mainstream utama yaitu determinisme,

4
pragmatism, dan kompromisme. Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia sebagai
Ontologis, diantaranya yaitu:
1. Hal kebebasan beragama dan menghormati satu sama lain.
2. Setiap orang memiliki martabat, HAM, keadilan yang sama.
3. Ada perbedaan tapi tetap satu (rasa kebangsaan Indonesia)
4. Sistem demokrasi melalui musyawarah demi tercapainya mufakat untuk menghindari
dikotomi mayoritas dan minoritas.
5. Seharusnya, tidak ada kemiskinan dalam negara merdeka (adil secara sosial)
Landasan Epistemologis Pancasila artinya nilai-nilai Pancasila digali dari pengalaman
bangsa Indonesia yang kemudian disintesiskan melalui pandangan komprehensif kegidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Menurut Littlejohn dan Foss, pengetahuan muncul
melalui rasionalisme dan atau empirisme, yang memiliki 2 tingkatan yaitu pengetahuan mutlak
dan pengetahuan relative.
Berdasarkan Epistemologi (pengetahuan), Filosofi Pancasila sebagai berikut:
1. Pengalaman kehidupan beragama bangsa Indonesia.
2. Pengalaman ditindas penjajah selama berabad-abad.
3. Pengalaman terpecahbelah nya bangsa atas adu domba Belanda melaluit politik Devide et
Impera.
4. Pengalaman budaya turun menurun bangsa Indonesia dalam bermusyawarah mufakat.
5. Pengalaman budaya turun menurun bangsa Indonesia dalam bergotong royong.
Landasan Aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila. Pancasila mengandung spiritualitas, kemanusiaan, solidaritas, musyawarah, dan
keadilan. Pancasila merupakan sumber nilai untuk memahami hidup berbangsa dan bernegara
secara utuh. Nilai-nilai dari Pancasila berdasarkan filosofinya yaitu sebagai berikut:
1. Kualitas monoteis, spiritual, kekudusan, dan sakral.
2. Martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab.
3. Solidaritas dan kesetiakawanan.
4. Demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar.
5. Kepedulian dan gotong royong.

5
2.4 Sumber Pancasila sebagai Filsafat Bangsa
Pancasila adalah dasar negara dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang terdiri dari lima
sila yang saling berkaitan dan melengkapi. Pancasila mencerminkan nilai-nilai dasar dan hakiki
rakyat Indonesia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan. Pancasila
juga merupakan sistem filsafat yang memiliki ciri-ciri, tujuan, dan fungsi tertentu. Berikut
pembahasan tentang sumber historis, sosiologis, dan politis tentang Pancasila sebagai sistem
filsafat.
2.4.1 Sumber Historis
Sumber historis adalah latar belakang sejarah yang melatarbelakangi lahirnya Pancasila
sebagai sistem filsafat. Pancasila merupakan hasil pemikiran mendalam dari para tokoh pendiri
negara (the founding fathers) yang berusaha menggali nilai-nilai dasar dan merumuskan dasar
negara untuk di atasnya didirikan negara Republik Indonesia. Pancasila disahkan secara resmi
bersamaan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) tahun 1945
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945 sebagai Dasar
Filsafat Negara Republik Indonesia.
Proses perumusan dan penetapan Pancasila sebagai dasar negara melalui beberapa tahap, yaitu:
 Pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang mengusulkan lima dasar negara,
yaitu: Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau Perikemanusiaan, Mufakat atau
Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.
 Sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 yang membahas usulan Bung Karno dan
menghasilkan rumusan awal Pancasila, yaitu: 1) Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya; 2) Kemanusiaan yang adil dan
beradab; 3) Persatuan Indonesia; 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan; dan 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 yang menetapkan UUD NRI tahun 1945 dan
mengubah urutan sila-sila Pancasila menjadi: 1) Ketuhanan Yang Maha Esa; 2)
Kemanusiaan yang adil dan beradab; 3) Persatuan Indonesia; 4) Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan; dan 5) Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.

6
Pancasila juga memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai luhur yang hidup dalam masyarakat
Indonesia sejak zaman pra-kolonial. Nilai-nilai tersebut antara lain adalah: gotong royong,
musyawarah, toleransi, kekeluargaan, kesetiaan, kejujuran, keadilan, dan lain-lain. Nilai-nilai
tersebut merupakan sumber inspirasi bagi para tokoh perumus Pancasila dalam menciptakan
sistem filsafat yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.
2.4.2 Sumber Sosiologis
Sumber sosiologis adalah kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia yang beragam dan
heterogen. Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama, adat istiadat, seni
budaya, dan sebagainya. Keberagaman tersebut merupakan potensi sekaligus tantangan bagi
bangsa Indonesia dalam menjaga persatuan dan kesatuan nasional.
Pancasila menjadi alat pemersatu dan perekat bangsa Indonesia yang beraneka ragam.
Pancasila mengandung nilai-nilai universal yang dapat diterima oleh semua golongan dan lapisan
masyarakat Indonesia. Pancasila juga menghargai dan mengakui keberagaman sebagai kekayaan
bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan.
Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki fungsi sosial budaya, yaitu sebagai pedoman
hidup bersama dalam masyarakat yang majemuk. Pancasila memberikan arah dan norma bagi
masyarakat Indonesia dalam berinteraksi, berkomunikasi, dan bekerjasama dengan sesama
manusia. Pancasila juga memberikan landasan moral dan etika bagi masyarakat Indonesia dalam
menjalankan hak dan kewajiban sebagai warga negara.
Beberapa contoh implementasi Pancasila dalam kehidupan sosial budaya masyarakat
Indonesia adalah sebagai berikut:
 Gotong royong, yaitu sikap saling membantu dan bekerja sama dalam menyelesaikan suatu
masalah atau pekerjaan bersama. Gotong royong mencerminkan nilai-nilai sila kedua,
ketiga, dan kelima.
 Musyawarah, yaitu cara pengambilan keputusan secara demokratis dengan mengutamakan
musyawarah untuk mufakat. Musyawarah mencerminkan nilai-nilai sila kedua dan
keempat.
 Toleransi, yaitu sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan pendapat,
keyakinan, atau pilihan hidup orang lain. Toleransi mencerminkan nilai-nilai sila pertama
dan kedua.

7
2.4.3 Sumber Politis
Sumber politis adalah pandangan politik yang melandasi Pancasila sebagai sistem filsafat.
Pancasila merupakan ideologi negara dan bangsa Indonesia yang bersifat terbuka dan dinamis.
Ideologi adalah suatu sistem gagasan atau pemikiran yang menjadi dasar bagi tindakan politik.
Pancasila sebagai ideologi terbuka berbeda dengan ideologi tertutup, seperti komunisme,
fasisme, atau nazisme. Ideologi terbuka adalah ideologi yang tidak kaku, tidak dogmatis, tidak
absolut, tidak eksklusif, tetapi fleksibel, adaptif, inklusif, dan responsif terhadap perkembangan
zaman. Ideologi terbuka juga mengakui adanya pluralisme dan multikulturalisme dalam
masyarakat.
Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki unsur-unsur pokok yang menjadi logos,
pathos, dan ethos dari ideologi tersebut. Logos adalah logika atau rasionalitas dari ideologi
tersebut. Pathos adalah emosi atau perasaan dari ideologi tersebut. Ethos adalah etika atau
moralitas dari ideologi tersebut. Unsur-unsur pokok tersebut adalah sebagai berikut:
 Logos: Pancasila memiliki logika yang kuat dan konsisten dalam merumuskan dasar
negara dan falsafah hidup bangsa Indonesia. Pancasila juga memiliki landasan filosofis
yang mendalam dan komprehensif dalam memandang realitas kehidupan.
 Pathos: Pancasila memiliki emosi yang tinggi dan positif dalam membangkitkan semangat
nasionalisme dan patriotisme bangsa Indonesia. Pancasila juga memiliki cita-cita luhur
yang mulia dan ideal dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia.
 Ethos: Pancasila memiliki etika yang baik dan benar dalam menentukan norma-norma
perilaku politik bangsa Indonesia. Pancasila juga memiliki moralitas yang tinggi dan
bersih dalam menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, hukum, dan lain-
lain.
Pancasila sebagai filsafat bangsa memiliki fungsi politik, yaitu sebagai dasar negara dan
ideologi negara. Pancasila memberikan arah dan tujuan bagi negara Indonesia dalam
menjalankan pemerintahan dan pembangunan nasional.
Beberapa contoh penerapan Pancasila dalam kehidupan politik negara Indonesia adalah
sebagai berikut:

8
 Sistem demokrasi, yaitu sistem pemerintahan yang berdasarkan pada kedaulatan rakyat
dan menghormati hak-hak dasar warga negara. Sistem demokrasi mencerminkan nilai-nilai
sila keempat dan kelima .
 Hak asasi manusia, yaitu hak-hak yang melekat pada setiap manusia tanpa membedakan
suku, agama, ras, atau golongan. Hak asasi manusia mencerminkan nilai-nilai sila pertama
dan kedua .
 Kedaulatan rakyat, yaitu prinsip bahwa rakyat adalah sumber kekuasaan tertinggi dalam
negara. Kedaulatan rakyat mencerminkan nilai-nilai sila ketiga dan keempat .

2.5 Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Filsafat Bangsa
Dalam perkembangannya, Pancasila mengalami dinamika yang cukup signifikan. Hal ini
terlihat dalam perubahan interpretasi yang dilakukan oleh para pemikir dan tokoh-tokoh
Indonesia. Dinamika ini disebabkan oleh perubahan sosial, politik, dan ekonomi yang terjadi di
Indonesia. Sebagai contoh, pada tahun 1965, terjadi perubahan interpretasi Pancasila oleh
pemerintah Orde Baru yang lebih menekankan pada aspek keamanan dan ketertiban.
Pada era pemerintahan Soekarno, Pancasila sebagai sistem filsafat dikenal dengan istilah
“Philosofische Grondslag”. Soekarno memikirkan perihal kemerdekaan bangsa Indonesia. Ide
tersebut disambut baik oleh berbagai kalangan, terutama dalam sidang BPUPKI pertama 1 Juni
1945. Akan tetapi, ide tentang Philosofische Grondslag belum diuraikan secara rinci atau masih
bersifat teoritis. Pada masa itu, Soekarno lebih menekankan bahwa Pancasila merupakan filsafat
asli Indonesia yang diangkat dari akulturasi budaya bangsa Indonesia.
Pada pemerintahan Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat berkembang ke
arah yang lebih praktis melalui istilah weltanschauung. Artinya, filsafat Pancasila tidak hanya
bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tetapi juga digunakan sebagai pedoman hidup
sehari-hari. Atas dasar inilah, Soeharto mengembangkan sistem filsafat Pancasila menjadi
penataran P-4.
Pada era reformasi, Pancasila sebagai filsafat bangsa bergema dalam wacana akademik,
termasuk kritik dan renungan yang dilontarkan oleh Habibie dalam pidato 1 Juni 2011. Habibie
menyatakan bahwa:
“Pancasila seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu yang tidak lagi relevan untuk
disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila seolah hilang dari memori kolektif bangsa

9
Indonesia. Pancasila semakin jarang diucapkan, dikutip, dan dibahas baik dalam konteks
kehidupan ketatanegaraan, kebangsaan maupun kemasyarakatan. Pancasila seperti tersandar di
sebuah lorong sunyi justru di tengah denyut kehidupan bangsa Indonesia yang semakin hiruk-
pikuk dengan demokrasi dan kebebasan berpolitik”.
Adapun dua tantangan Pancasila sebagai filsafat bangsa, yakni kapitalisme dan
komunisme. Pertama, kapitalisme menekankan kebebasan pemiliki modal untuk
mengembangkan usahanya dalam rangka meraih keuntungan sebesar-besarnya, sehingga
menimbulkan berbagai dampak negatif , seperti monopoli, gaya hidup konsumerisme, dan lain-
lain. Kedua, komunisme yang sangat menekankan dominasi negara sebagai pemilik modal,
sehingga menghilangkan peran rakyat dalam kehidupan bernegara.

2.6 Esensi Pancasila sebagai Filsafat Bangsa


Pancasila sebagai filsafat bangsa memiliki esensi, antara lain:
1. Hakikat Sila Ketuhanan terletak pada keyakinan bahwa Tuhan adalah prinsip utama
dalam kehidupan semua makhluk. Setiap orang memiliki kebebasan yang
bertanggungjawab.
2. Hakikat Sila Kemanusiaan terletak pada manusia monopluralis, yang terdiri dari susunan
kodrat (jiwa, raga), sifat kodrat (makhluk individu, sosial), dan kedudukan kodrat
(makhluk pribadi yang otonom dan makhluk Tuhan).
3. Hakikat Sila Persatuan terletak pada semangat kebangsaan. Rasa kebangsaan terwujud
dalam bentuk cinta tanah air, yang dibedakan ke dalam 3 jenis, yaitu tanah air real, tanah
air formal, dan tanah air mental. Tanah air real adalah bumi tempat orang dilahirkan dan
dibesarkan, bersuka, dan berduka, yang dialami secara fisik sehari-hari. Tanah air formal
adalah Negara bangsa yang berundang-undang dasar, yang Anda, manusia Indonesia,
menjadi salah seorang warganya, yang membuat undang-undang, menggariskan hukum
dan peraturan, menata, mengatur dan memberikan hak serta kewajiban,
mengesahkan atau membatalkan, memberikan perlindungan, dan menghukum,
memberikan paspor atau surat pengenal lainnya. Tanah air mental bukan bersifat teritorial
karena tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, melainkan imajinasi yang dibentuk dan
dibina oleh ideologi atau seperangkat gagasan vital.

10
4. Hakikat Sila Kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah. Artinya, keputusan yang
diambil lebih didasarkan atas semangat musyawarah untuk mufakat, bukan membenarkan
begitu saja pendapat mayoritas tanpa peduli pendapat minoritas.
5. Hakikat Sila Keadilan terwujud dalam tiga aspek, yaitu keadilan distributif, legal, dan
komutatif. Keadilan distributif adalah keadilan bersifat membagi dari negara kepada
warga negara. Keadilan legal adalah kewajiban warga negara terhadap negara atau
dinamakan keadilan bertaat. Keadilan komutatif adalah keadilan antara sesama warga
negara.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila merupakan hasil perumusan dari nilai-nilai luhur yang hidup dan berkembang
dalam masyarakat Indonesia sejak zaman pra-kolonial hingga zaman kemerdekaan. Filsafat
adalah suatu usaha untuk mencari kebenaran tentang segala sesuatu yang ada di alam semesta
dengan menggunakan akal budi dan logika. Pancasila mencerminkan nilai-nilai dan prinsip-
prinsip dasar yang menjadi landasan bagi pemikiran dan tindakan bangsa Indonesia dalam
hubungannya dengan Tuhan, manusia, alam, negara, dan dunia. Pancasila juga berfungsi sebagai
pedoman atau arah bagi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
masyarakat Indonesia Filsafat juga merupakan sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap
hidup, alam, dan Tuhan. Filsafat mencakup berbagai cabang ilmu, seperti metafisika,
epistemologi, etika, estetika, logika, politik, dan lain-lain.
Pancasila sebagai filsafat dapat dilihat dari dua aspek, yaitu genetivus objectivus dan
genetivus subjectivus. Pancasila sebagai filsafat bangsa adalah suatu cara pandang atau
pandangan hidup bangsa Indonesia yang menyeluruh, terpadu, konsisten, dan koheren tentang
segala sesuatu yang ada di alam semesta.
3.2 Saran
Agar seluruh masyarakat Indonesia dapat mengetahui seberapa penting Pancasila dan
dapat mengamalkan nilai-nilai sila dari Pancasila dengan baik dan benar, serta tidak melecehkan
arti penting Pancasila.

12
DAFTAR PUSTAKA
Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat –An-nur
https://an-nur.ac.id/blog/konsep-dan-urgensi-pancasila-sebagai-sistem-filsafat.html
Pancasila sebagai Sitem Filsafat –Kompasiana
https://www.kompasiana.com/brianjohanes7627/5ceb56e195760e301c7e64f2/pancasila-
sebagai-sistem-filsafat?page=all#section
Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat –An-nur
https://an-nur.ac.id/blog/sumber-historis-sosiologis-politis-tentang-pancasila-sebagai-
sistem-filsafat.html

13

Anda mungkin juga menyukai