Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

MATA KULIAH: PENDIDIKAN PANCASILA

Oleh:

NAMA: WULAN AJENG PRATIWI


NIM:C1D323140
DOSEN PENGAMPU: Fari Aus, S.Sos.,M.Hum

PROGRAM STUDI JURNALISTIK


FAKLUTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Kami mengucapkan syukur
kepada Allah SWT atas nikmat sehat-Nya baik itu berupa sehat fisik maupun pikiran, sehingga
kami mampu menyelesaikan makalah dengan judul “Pancasila Sebagai Ideologi Negara”

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna karena sempurna hanya
milik Allah SWT. Sehingga masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan
didalamnya untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran untuk makalah ini agar makalah ini
akan menjadi lebih baik lagi. Apabila terdapat kesalahan kami mohon maaf sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalammualaikum wr. Wb
DAFTAR ISI
JUDUL ...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I.PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 latar belakang.......................................................................................................1
1.2 rumusan masalah..................................................................................................2
1.3 tujuan dan manfaat ..............................................................................................2
BAB II.PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Arti pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara.............................................3
2.2 perjalanan pancasila sebagai ideologi dari masa ke masa....................................5
2.3 nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara
Indonesia....................................................................................................................7
2.4 fungsi pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia.........................7
BAB III. PENUTUP……………......................................................................................10
3.1 kesimpulan ..........................................................................................................10
3.2 saran.....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari bermacammacam suku, bangsa,
adat-istiadat, dan budaya. Tentu lebih sulit dibandingkan mempersatukan bangsa yang suku, adat
istiadat maupun budayanya sejenis atau relatif sama. Untuk memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa maka diperlukan adanya Pancasila.

Pancasila merupakan Dasar Negara Indonesia. Dasar negara merupakan pedoman dalam
mengatur penyelenggaraan ketatanegaraan suatu negara yang mencakup berbagai aspek
kehidupan. Setiap negara yang merdeka dan berdaulat memiliki dasar negara, meskipun dasar
negara antara negara yang satu dan yang lainnya tentu berbeda-beda.

Sebuah konsepsi kenengaraan yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu lahirnya
Pancasila. Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya, baik sebagai
pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup
kerukunan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari.

Sejarah Indonesia sudah mencatat bahwa diantara tokoh perumus Pancasila itu adalah Mr.
Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, serta Ir. Soekarno. Bisa dikemukakan Pancasila itu sakti
serta senantiasa bisa bertahan dari guncangan politik di negara ini, yakni pertama adalah lantaran
dengan cara instrinsik dalam pancasila itu memiliki kandungan toleransi, serta siapa yang
menantang pancasila bermakna dia menantang toleransi.

Adapun ilmu yang membahas tentang pendidikan pancasila dan kewarganegaraan itu sering
kita jumpai sejak sekolah dasar dan bukan suatu hal yang baru untuk kita pelajari. Tanpa kita
sadari beberapa hal penting pula sudah kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, namun dari
sekian banyak yang iv mengetahui ada pula yang tidak menerapkan dan mengetahui tujuan
sebenarnya dari pendidikan kewarganegaraan dan dasar negara tersebut.

Mempelajari Pancasila adalah hal penting yaitu membentuk manusia seutuhnya sebagai
perwujudan kepribadian Pancasila, yang mampu melaksanakan pembangunan masyarakat
Pancasila. Secara umum fungsi Pancasila adalah meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan yang
Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian,
dan semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Ideologi Pancasila


2. Apa yang dimaksud dengan Pancasila Sebagai Ideologi Negara
3. Bagaimana Nilai-nilai Pancasila Sebagai Ideologi Negara

1.3 Tujuan dan Manfaat

1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Ideologi Pancasila


2. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Pancasila Sebagai Ideologi Negara
3. Bagaimana Nilai-nilai Pancasila Sebagai Ideologi Negara
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Arti pancasila sebagai Ideologi bangasa dan Negara Indonesia


Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Pengertian Ideologi – Ideologi berasal dari kata yunani yaitu iden yang berarti melihat,
atau idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi yang berarti
ajaran. Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau
science des ideas (AL-Marsudi, 2001:57).
Puspowardoyo (1992 menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai komplek
pengetahuan dan nilai secara keseluruhan menjadi landasan seseorang atau masyarakat untuk
memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya.
Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar
dan tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Menurut pendapat Harol H. Titus. Definisi dari ideologi adalah: Aterm used for any
group of ideas concerning various political and aconomic issues and social philosophies often
applied to a systematic scheme of ideas held by groups or classes, artinya suatu istilah yang
digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai bebagai macam masalah politik ekonomi
filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang suatu cita-cita
yang dijalankan oleh kelompok atau lapisan masyarakat.
Bila kita terapkan rumusan ini pada Pancasila dengan definisi-definisi filsafat dapat kita
simpulkan, maka Pancasila itu ialah usaha pemikiran manusia Indonesia untuk mencari
kebenaran, kemudian sampai mendekati atau menanggap sebagai suatu kesanggupan yang
digenggamnya seirama dengan ruang dan waktu.
Hasil pemikiran manusia yang sungguh-sungguh secara sistematis radikal itu kemuduian
dituangkan dalam suatu rumusan rangkaian kalimat yang mengandung suatu pemikiran yang
bermakna bulat dan utuh untuk dijadikan dasar, asas, pedoman atau norma hidup dan kehidupan
bersama dalam rangka perumusan satu negara Indonesia merdeka, yang diberi nama Pancasila.
Kemudian isi rumusan filsafat yang dinami Pancasila itu kemudian diberi status atau
kedudukan yang tegas dan jelas serta sistematis dan memenuhi persyaratan sebagai suatu sistem
filsafat. Termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat maka filsafat
Pancasila itu berfungsi sebagai Dasar Negara Republik Indonesia yang diterima dan didukung
oleh seluruh bangsa atau warga Negara Indonesia.
Demikian isi rumusan sila-sila dari Pancasila sebagai satu rangkaian kesatuan yang bulat
dan utuh merupakan dasar hukum, dasar moral, kaidah fundamental bagi peri kehidupan
bernegara dan masyarakat Indonesia dari pusat sampai ke daerah-daerah.
Sebagai ideologi suatu bangsa yang menjadi pandangan dan pegangan hidup
masyarakatnya, Pancasila haruslah bersifat universal mencakup segala macam nilai-nilai sosial
dan budaya Indonesia serta menjadi orientasi dalam hidup oleh seluruh masyarakatnya. Sebagai
ideologi bangsa, maka keberadaannya selalu diimplementasikan ke dalam perilaku kehidupan
dalam rangka berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Kalau dikaji dari butir-butir kelima sila
dalam ideologi Pancasila tersebut, sebenarnya sudah mencakup gambaran pembentukan karakter
manusia Indonesia yang ideal, sebagai mana yang diharapkan para penggali dari pancasila itu
sendiri. Gambaran pembentukan manusia Indonesia seutuhnya itu, dapat diilustrasikan Pada sila
pertama tersirat bagaimana manusia Indonesia berhubungan dengan Tuhannya atau
kepercayaannya. Pada sila kedua tergambar bagaimana manusia Indonesia harus bersikap hidup
dengan orang lain sebagaimana layaknya manusia yang punya pikiran dan ahklak hingga dia bisa
bersikap sebagai mahkluk yang tertinggi dibandingkan dengan mahkluk lainnya yaitu binatang.
Sila ketiga menerangkan bagaiama manusia Indonesia menciptakan suatu pandangan betapa
pentingnya arti persatuan dan kesatuan bangsa dari pada bercerai berai seperti pada pepatah
bersatu kita teguh dan bercerai kita runtuh. Sila keempat telah menegaskan bagaimana manusia
Indonesia mengimplementasikan cara bersikap dan berpendapat serta memutuskan sesuatu
menyangkut kepentingan umum secara bijak demi kelangsungan kehidupan berdemokrasi yang
terlindungi antara menyuarakan hak dan kewajibannya berimbang dalam
mengimplementasikannya.
Pada sila kelima dijabarkan bagaimana manusia Indonesia mewujudkan suatu keadilan
dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat Indonesia itu sendiri. Dari penjabaran kelima sila
tersebut di atas, maka sudah sepantasnya bahwa Pancasila beserta kelima silanya itu layak
dijadikan sebagai pandangan dan pegangan hidup serta dijadikan sebagai pembimbing dalam
menciptakan kerangka berpikir untuk menjalankan roda demokratisasi dan diimplementasikan
dalam segala macam praktik kehidupan menyangkut berbangsa, bernegara dan bermasyarakat di
dalam Negara kesatuan Republik Indonesia tercinta ini.maka mengamalkan dan mengamankan
Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa, artinya setiap warga
Negara Indonesia harus tunduk dan taat kepadanya. Siapa saja yang melangggar Pancasila
sebagai dasar Negara, harus ditindak menurut hukum yakni hukum yang berlaku di Indonesia.
Dengan kata lain pengamalan Pancasila sebagai dasar Negara disertai sanksi-sanksi hukum.
Sedangkan pengamalan Pancasila sebagai weltanschuung, yaitu pelaksanaan Pancasila dalam
hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai sifat mengikat, artinya
setiap manusia Indonesia terikat dengan cita-cita yang terkandung di dalamnya untuk
mewujudkan dalam hidup dan kehidupanya, sepanjang tidak melanggar peraturan perundang-
undangan yang barlaku di Indonesia.
Jadi, jelaslah bagi kita bahwa mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai dasar
Negara Republik Indonesia mempunyai sifat imperatif memaksa. Sedangkan pengamalan atau
pelaksanaan Pancasila sebagai pandangan hidup dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-
sanksi hukum tetapi mempunyai sifat mengikat.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara dihubungkan fungsinya sebagai dasar Negara, yang
merupakan landasan idiil bangsa Indonesia dan Negara Republik Indonesia dapatlah disebut pula
sebagai ideologi nasional atau ideologi Negara.
2.2 Perjalanan Pancasila Sebagai Ideologi dari Masa ke Masa

Berawal dari sidang pleno BPUPKI pertama yang diadakan pada tanggal 28 Mei 1945
hingga 1 Juni 1945. Ketika itu, dr. Radjiman Widyodiningrat dalam pidato pembukaannya selaku
ketua BPUPKI mengajukan pertanyaan kepada seluruh anggota sidang mengenai dasar negara
apa yang akan dibentuk untuk Indonesia. Pertanyaan ini menjadi persoalan paling dominan
sepanjang 29 Mei-1 Juni 1945 dan memunculkan sejumlah pembicara yang mengajukan gagasan
mereka mengenai dasar filosofis Indonesia.
Pada tanggal 1 Juni 1945, secara eksplisit Ir. Soekarno mengemukakan gagasannya mengenai
dasar negara Indonesia dalam pidatonya yang berjudul “Lahirnya Pancasila”.
Menurut Drs. Mohammad Hatta, pidato tersebut bersifat kompromis dan dapat
meneduhkan pertentangan tajam antara pendapat yang mempertahankan Negara Islam dan
mereka yang menghendaki dasar negara sekuler. Perdebatan tersebut pada akhirnya
dimenangkan kelompok yang menginginkan Islam sebagai dasar negara, terbukti dengan
dikeluarkannya Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945.
Namun, dalam perkembangan selanjutnya, ternyata beberapa rumusan Piagam Jakarta
diganti dan menimbulkan kekecewaan umat Islam terhadap pemerintahan Soekarno dan
Mohammad Hatta dan terus berkembang hingga masa pemerintahan Soeharto, sampai-sampai
Carol Gluck mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang terlalu banyak meributkan
masalah ideologi dibandingkan negara-negara lain. Melihat pada perkembangan perumusan
Pancasia sejak 1 Juni sampai 18 Agustus 1945, dapat diketahui bahwa Pancasila mengalami
perkembangan fungsi. Pada tanggal 1 dan 22 Juni, Pancasila yang dirumuskan Panitia Sembilan
dan disepakati oleh Sidang Pleno BPUPKI merupakan modus kompromi antara kelompok yang
memperjuangkan dasar negara nasionalisme dan kelompok yang memperjuangkan dasar negara
Islam. Akan tetapi, pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila yang dirumuskan kembali oleh
PPKI berkembang menjadi kompromi antara kaum nasionalis, Islam dan Kristen-Katolik dalam
hidup bernegara.
Pada era Orde Lama, dinamika perdebatan ideologi paling sering dibicarakan oleh
kebanyakan orang. Tampak ketika akhir tahun 1950-an, Pancasila sudah bukan lagi merupakan
kompromi atau titik temu bagi semua ideologi. Dikarenakan Pancasila telah dimanfaatkan
sebagai senjata ideologis untuk melegitimasi tuntutan Islam bagi pengakuan negara atas Islam
yang kemudian pada rentang tahun 1948-1962 terjadi pemberontakan Darul Islam terhadap
pemerintah pusat. Setelah pemberontakan berhasil ditumpas, atas desakan AH Nasution, selaku
Pangkostrad dan kepala staf AD, pada 5 Juli 1959 Ir. Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden
untuk kembali pada UUD 1945 sebagai satu-satunya konstitusi legal Republik Indonesia dan
pemerintahannya dinamai dengan Demokrasi Terpimpin.
Pada masa Demokrasi Terpimpin pun ternyata tidak semulus yang diharapkan. Periode
labil ini justru telah membubarkan partai Islam terbesar, Masyumi, karena dianggap ikut andil
dalam pemberontakan regional berideologi Islam. Bahkan, Soekarno membatasi kekuasaan
partai politik yang ada serta mengusulkan agar rakyat menolak partai-partai politik karena
mereka menentang konsep musyawarah dan mufakat yang terkandung dalam Pancasila.
Soekarno juga menganjurkan sebuah konsep yang dikenal dengan NASAKOM yang
berarti persatuan antara nasionalisme, agama dan komunisme. Kepentingan politis dan ideologis
yang saling bertentangan menimbulkan struktur politik yang sangat labil sampai pada akhirnya
melahirkan peristiwa G 30S/PKI yang berakhir pada runtuhnya kekuasaan Orde Lama.
Selanjutnya pada masa Orde Baru, Soeharto berusaha meyakinkan bahwa rezim baru
adalah pewaris sah dan konstitusional dari presiden pertama. Soeharto mengambil Pancasila
sebagai dasar negara dan ini merupakan cara yang paling tepat untuk melegitimasi
kekuasaannya. Berbagai bentuk perdebatan ternyata tidak semakin membuat stabilitas negara
berjalan dengan baik, tetapi justru struktur politik labil yang semakin mengedepan dikarenakan
Soeharto seringkali mengulang pernyataan tegas bahwa perjuangan Orde Baru hanyalah untuk
melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen, yang berarti bahwa tidak boleh ada yang
menafsirkan resmi tentang Pancasila kecuali dari pemerintah yang berkuasa.
Pada masa reformasi (setelah rezim Soeharto runtuh), seolah menandai adanya jaman
baru bagi perkembangan perpolitikan nasional sebagai anti-tesis dari Orde Baru yang dianggap
menindas dengan konfrimitas ideologinya. Pada era ini timbul keingingan untuk membentuk
masyarakat sipil yang demokratis dan berkeadilan sosial tanpa kooptasi penuh dari negara. Lepas
kendalinya masyarakat seolah menjadi fenomena awal dari tragedi besar dan konflik
berkepanjangan. Tampaknya era ini mengulang problem perdebatan ideologi yang terjadi pada
masa Orde Lama, Orde Baru, yang berakhir dengan instabilitas politik dan perekonomian secara
mendasar. Berbagai bentuk interpretasi monolitik selama ini cenderung mengaburkan dan
menguburkan makna substansial Pancasila dan berakibat pada Pancasila yang menjadi sebuah
mitos, selalu dipahami secara politis-ideologis untuk kepentingan kekuasaan serta nilai-nilai
dasar Pancasila menjadi nilai yang distopia, bukan sekedar utopia
2.3 Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan
Negara Indonesia
Nilai nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya merupakan nilai nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan. Ini merupakan nilai dasar bagi kehidupan
kewarganegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai-nilai pancasila tergolong nilai
kerohanian yang di dalamnya terkandung nilai-nilai lainnya secara lengkap dan harmonis, baik
nilai material, vital, kebenaran, atau kenyataan. Estetis, estis maupun religius. Nilai-nilai-nilai
Pancasila bersibat obyektif dan subyektif, artinya hakikat nilai-nilai pancasila bersifat universal
atau berlaku dimanapun, sehingga dapat diterapkan di negara lain.
Nilai –nilai pancasila bersifat objektif, maksutnya :
1. Rumusan dari pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam menunjukkan adanya sifat
umum universal dan abstrak
2. Inti dari nilai pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa Indonesia
3. Pancasila dalam pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia
Sedangkan nilai-nilai pancasila bersifat subjektif bahwa keberadaan nilai-nilai pancasila itu
terlekat pada bangsa Indonesia sendiri karena,
1. Nilai- nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia
2. Nilai-nilai pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia
Nilai-nilai pancasila terkandung nilai kerohanian yang sesuai dengan hati nurani bangsa
Indonesia.

2.4 Fungsi Pancasila sebagai Ideologi bangsa dan Negara Indonesia

Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai dasar Negara kesatuan


republik Indonesia Pancasila berkedudukan juga sebagai ideologi nasional Indonesia
yang dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.
Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya ( cultural
bond) yang berkembangan secara alami dalam kehidupan masyarakat Indonesia bukan
secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang sudah mendarah daging dalam
kehidupanehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah ideologi dapat bertahan atau pudar
dalam menghadapi perubahan masyarakat tergantung daya tahan dari ideologi itu.
Alfian mengatakan bahwa kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi yang
dimiliki oleh ideologi itu, yaitu dimensi realita, idealisme, dan fleksibelitas. Pancasila
sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi tersebut:
1.Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu yang mencerminkan realita
atau kenyataan yang hidup dalam masyarakat dimana ideologi itu lahir atau muncul untuk
pertama kalinya paling tidak nilai dasar ideologi itu mencerminkan realita masyarakat pada awal
kelahira nnya.
2.Dimensi Iidalisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang terkandung dalam nilai dasar itu
mampu memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau golongan masyarakat tentang masa
depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktikkehidupan bersama sehari-hari.
3.Dimensi Fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu kemampuan ideologi
dalam mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya.
Mempengaruhi artinya ikut wewarnai proses perkembangan zamantanpa menghilangkan jati diri
ideologi itu sendiri yang tercermin dalam nilai dasarnya. Mempengaruhi berarti pendukung
ideologi itu berhasil menemukan tafsiran –tafsiran terhadap nilai dasar dari ideologi itu yang
sesuai dengan realita -realita baru yang muncul di hadapan mereka sesuai perkembangan zaman.
Menurut Dr.Alfian Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini sehingga pancasila dapat dikatakan
sebagai ideologi terbuka. Fungsi Pancasila sebagai ideologi Negara, yaitu :
1.Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk.
2.Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta
membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
3.Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan dalam
pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
4.Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai kedaan bangsa dan Negara.
Pancasila jika akan dihidupkan secara serius, maka setidaknya dapat menjadi etos yang
mendorong dari belakang atau menarik dari depan akan perlunya aktualisasi maksimal setiap
elemen bangsa. Hal tersebut bisas saja terwujud karena Pancasila itu sendiri memuat lima prinsip
dasar di dalamnya, yaitu: Kesatuan/Persatuan, kebebasan, persamaan, kepribadian dan prestasi.
Kelima prinsip inilah yang merupakan dasar paling sesuai bagi pembangunan sebuah
masyarakat, bangsa dan personal-personal di dalamnya. Menata sebuah negara itu membutuhkan
suatu konsensus bersama sebagai alat lalu lintas kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa
konsensus tersebut, masyarakat akan memberlakukan hidup bebas tanpa menghiraukan aturan
main yang telah disepakati. Ketika Pancasila telah disepakati bersama sebagai sebuah konsensus,
maka Pancasila berperan sebagai payung hukum dan tata nilai prinsipil dalam penyelenggaraan
kehidupan bernegara.
Dan sebagai ideologi yang dikenal oleh masyarakat internasional, Pancasila juga
mengalami tantangan-tantangan dari pihak luar/asing. Hal ini akan menentukan apakah Pancasila
mampu bertahan sebagai ideologi atau berakhir seperti dalam perkiraan David P. Apter dalam
pemikirannya “The End of Idiology”. Pancasila merupakan hasil galian dari nilai-nilai sejarah
bangsa Indonesia sendiri dan berwujud lima butir mutiara kehidupan berbangsa dan bernegara,
yaitu religius monotheis, humanis universal, nasionalis patriotis yang berkesatuan dalam
keberagaman,demokrasi dalam musyawarah mufakat dan yang berkeadilan sosial. Dengan
demikian Pancasila bukanlah imitasi dari ideologi negara lain, tetapi mencerminkan nilai amanat
penderitaan rakyat dan kejayaan leluhur bangsa. Keampuhan Pancasila sebagai ideologi
tergantung pada kesadaran, pemahaman dan pengamalan para pendukungnya. Pancasila
selayaknya tetap bertahan sebagai ideologi terbuka yang tidak bersifat doktriner ketat. Nilai
dasarnya tetap dipertahankan, namun nilai praktisnya harus bersifat fleksibel. Ketahanan ideologi
Pancasila harus menjadi bagian misi bangsa Indonesia dengan keterbukaannya tersebut.
Pada akhirnya, semoga seluruh bangsa dan negara Indonesia serta Pancasila sebagai
ideologinya akan tetap bertahan dan tidak goyah meskipun dihantam badai globalisasi dan
modernisme. Sebagai generasi penerus, marilah kita menjaga Indonesia dan Pancasila agar saling
berdampingan dan tetap utuh hingga anak cucu kita nantinya sebagai penerus kelangsungan
negara ini. Nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan suatu cerminan dari
kehidupan masyarakat Indonesia (nenek moyang kita) dan secara tetap telah menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Untuk itu kita sebagai generasi penerus
bangsa harus mampu menjaga nilai – nilai tersebut. Untuk dapat hal tersebut maka perlu adanya
berbagai upaya yang didukung oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Upaya–upaya tersebut antara lain :
1.Melalui dunia pendidikan, dengan menambahkan mata pelajaran khusus pancasila pada setiap
satuan pendidikan bahkan sampai ke perguruan tinggi.
2.Lebih memasyarakatkan pancasila.
3.Menerapkan nilai – nilai tersebut dalam kehidupan sehari – hari.
4.Memberikan sanksi kepada pihak – pihak yang melakukan pelanggaran terhadap pancasila.
5.Menolak dengan tegas faham – faham yang bertentangan dengan pancasila.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pancasila sebagai Ideologi bangsa dan negara Indonesia itu sangat penting.Karena
Ideologi merupakan alat yang paling ampuh untuk menciptakan negara Indonesia yang kokoh,
bermartabat dan berbudaya tinggi.
Tanpa Ideologi bangsa akan rapuh dan hilang jati dirinya. Pancasila sebagai sumber
nilai menunjukkan identitas bangsa Indonesia yang memiliki nilai-nilai
kemanusiaan yang luhur, hal ini menandakan bahwa denganPancasila bangsa
Indonesia menolak segala bentuk penindasan, penjajahan dari satu bangsa terhadap
bangsa yang lain. Ideologi bangsa Indonesia itu adalah Pancasila.
Indonesia mempunyai Ideologi Pancasila diharapkan mampu untuk membawa bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang lebih bagus dari sekarang. Ideologi juga diharapkan mampu
untuk membangkitkan kesadaran bangsa. Setiap pengambilan keputusan harus berdasarkan
ideologi negara Indonesia yaitu Pancasila. Supaya dalam pengambilan keputusan keputusan
tidak keluar dari aturan dan kaidah negara Indonesia.
Tidak hanya negara yang menganut ideologi Pancasila, tetapi juga masyarakat Indonesia,
masyarakat Indonesia dalam bertingkah laku juga harus berpedoman teguh pada ideologi
Pancasila supaya cita-cita yang diharapkan oleh masyarakat tersebut dapat terwujud dengan
benar.

3.2 Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan supaya makalah ini bermanfaat bagi pembaca
dan dapat menambah pengetahuan tentang Pancasila sebagai ideology bangsa dan Negara.
DAFTAR PUSTAKA

bing.com/ck/a?!
&&p=9031b62ab2e3268eJmltdHM9MTY5NTE2ODAwMCZpZ3VpZD0wN2YxOTU4ZS01M
DhjLTY0MmItMmJjYi04N2IwNTFkYTY1YmYmaW5zaWQ9NTIwNQ&ptn=3&hsh=3&fclid
=07f1958e-508c-642b-2bcb-
87b051da65bf&psq=contoh+makalah+pancasila+sebagai+ideologi+negara&u=a1aHR0cHM6Ly
9teW5pZGEuc3RhaW5pZGFlbGFkYWJpLmFjLmlkL2Fzc2V0L2ZpbGVfdHVnYXMvZDE2M
GMtbWFrYWxhaF9wYW5jYXNpbGEtc2ViYWdhaS1pZGVvbG9naS1uZWdhcmFfc2l0aS1ud
XJsZWxhX3NlbWVzdGVyLTEucGRm&ntb=1

Anda mungkin juga menyukai