Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA INDONESIA


Disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Pancasila dan
Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu: Zsa zsa Nur Azizah, M.Pd.

Disusun oleh:
1. Irvan Gunawan
2. Muhammad Bahrul Ulum
3. Risa Destriani
4. Siti Aisyah
5. Gina Awaliah

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL BADAR CIPULUS PURWAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kita semua sehingga kita sehat wal
‘afiyat. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan terhadap gusti kita
sebagai madinatul ilmi Nabi Muhamad SAW. Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk memberikan wawasan mengenai mata kuliah Pancasila dan
Pendidikan Kewarganegaraan yang berfokus dalam membahas tentang Pancasila
sebagai ideologi Negara Indonesia.
Dengan tulisan ini, kami harapkan mahasiswa mampu untuk memahami
tentang Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia. Dengan segala kerendahan
hati, kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.
Kami berharap, semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna
bagi pembacanya, terutama mahasiswa, supaya lebih memahami dengan yang apa
yang ada di dalam makalah ini.

Cipulus, November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
3. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
1. Pengertian Pancasila dan Ideologi ............................................................ 3
2. Pengertian Pancasila sebagai Ideologi Negara ......................................... 4
3. Bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam Tri-Prakara .... Error! Bookmark
not defined.
4. Karakteristik Pancasila sebagai Ideologi Nasional .................................. 7
5. Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi Nasional ....................................... 9
6. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka ....................................................... 11
7. Pancasila sebagai Sumber Nilai dan Paradigma Pembangunan ......... 13
8. Sumber Historis Pancasila sebagai Ideologi Negara .......................... 14
9. Tinjauan Sosiologis Pancasila sebagai Ideologi ................................. 15
10. Tinjauan Politis Pancasila sebagai Ideologi........................................ 16
BAB III ................................................................................................................. 17
PENUTUP ............................................................................................................. 17
1. Kesimpulan ......................................................................................... 17
2. Saran ................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seluruh negara-negara didunia ini pasti memiliki suatu landasan atau dasar
yang kita kenal dengan Ideologi. Karena ideologi merupakan merupakan dasar atau
ide atau citacita negara tersebut untuk semakin berkembang dan maju.Presiden
dalam memimpin bangsa Indonesia dia tidak bisa mengandal visi dan misinya
sendiri untuk mencapai cita-cita bangsa, oleh karena itu harus memiliki suatu dasar
atau landasan yang dapat dijadikan sebagai patokan. Ideologi negara Indonesia
adalah Pancasila, pancasila bukan Ideologi negara bagi sebagian atau daerah-daerah
tertentu saja tetapi menyuluruh, terkadang perbedaan pendapat dalam mengartikan
dasar negara maka terjadilah pertikaian.
Bangsa Indonesia telah bersepakat menjadikan Pancasila sebagai ideologi
negara. Oleh karenanya, Pancasila dijadikan sebagai seperangkat nilai yang
digunakan oleh bangsa Indonesia untuk menata dan mengatur warga negaranya.
Ideologi Pancasila bukan hanya sebuah permasalahan yang berkadar kefilsafatan
karena bersifat cita-cita dan normatif namun juga bersifat praksis karena
menyangkut operasionalisasi dan strategi. Hal ini karena ideologi Pancasila juga
menyangkut hal-hal yang mendasarkan suatu ajaran yang menyeluruh tentang
makna dan nilai-nilai hidup tentang bagaimana manusia harus bertindak.

Ideologi Pancasila tidak hanya menuntut, misalnya, agar setiap warga


negara bertindak adil, saling tolong-menolong. saling menghormati antarsesama
manusia, lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi
atau kepentingan golongan dan sebagainya, melainkan juga ideologi Pancasila akan
menuntut ketaatan kongkrit, harus melaksanakan ini dan itu, dan bahkan seringkali
menuntut dengan mutlak orang harus bersikap dan bertindak tertentu.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pancasila dan Ideologi?
2. Apa pengertian Pancasila sebagai Ideologi Negara?
3. Bagaimana karakteristik Pancasila Sebagai Ideologi Nasional?
4. Apa saja nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi Nasional?
5. Apa yang di maksud Pancasila sebagai Ideologi Terbuka?
6. Apa yang di maksud Pancasila sebagai Sumber Nilai dan Paradigma
Pembangunan.
7. Bagaimana Tinjauan Sosiologis Pancasila sebagai Ideologi?
8. Bagaimana Tinjauan Politis Pancasila sebagai Ideologi?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Pancasila dan Ideologi.
2. Mengetahui pengertian Pancasila sebagai Ideologi Negara.
3. Mengetahui karakteristik Pancasila sebagai Ideologi Nasional.
4. Mengetahui nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi Nasional.
5. Mengetahui apa yang di maksud Pancasila sebagai Ideologi Terbuka.
6. Mengetahui apa yang di maksud Pancasila sebagai Sumber Nilai dan Paradigma
Pembangunan.
7. Mengetahui Tinjauan Sosiologis Pancasila sebagai Ideologi.
8. Mengetahui Tinjauan Politis Pancasila sebagai Ideologi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila dan Ideologi
Pancasila adalah ideologi dasar dalam kehidupan bagi negara Indonesia.
Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti
prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa
dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila
adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
dan tercantum pada alinea ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-Undang Dasar
1945. Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun
1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
Ideologi merupakan suatu ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri
diciptakan oleh Antoine Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk
mendefinisikan “sains tentang ide”. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang
komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu secara umum dan beberapa
arah filosofis atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada
seluruh anggota masyarakat. Tujuan utama di balik ideologi adalah untuk
menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem
pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada
masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit
setiap pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan
sebagai sistem berpikir yang eksplisit. (definisi ideologi Marxisme).
Dalam konteks bernegara, ideologi dapat menjadi ciri atau identitas. Melalui
ideologi, solidaritas kelompok akan meningkat dan mengangkat berbagai
perbedaan ke-dalam tata nilai yang lebih tinggi. Ideologi diformulasikan dan
disajikan untuk dipelajari pada tataran abstrak di alam pikiran jiwa manusia,
sehingga ideologi mampu membentuk struktur kognitif, yaitu landasan dasar yang
menjadi cara pandang masyarakat untuk memahami dan menafsirkan dunia.

3
Sehingga ideologi diharapkan mampu menjadi harapan dalam beberapa
hal, diantaranya:
1. Pemandu tindakan sosial manusia.
2. Menjadi inspirasi norma dan nilai sosial.
3. Menjadi jalan bagi manusia untuk menemukan identitas dirinya.
4. Memberikan motivasi untuk mengejar cita-cita dan tujuan hidup.
B. Pengertian Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai ideologi berarti Pancasila merupakan
landasan/ide/gagasan yang fundamental dalam proses penyelenggaraan tata
pemerintahan suatu negara, mengatur bagaimana suatu sistem itu dijalankan.visi
atau arah dari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah terwujudnya
kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan serta nilai keadilan. Visi atau arah dari kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia ialah terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi
ketuhanan, nilai kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta nilai keadilan. seluruh
warga negara Indonesia menjadikan Pancasila sebagai dasar sistem kenegaraan.
seluruh warga negara Indonesia menjadikan pancasila sebagai dasar sistem
kenegaraan.
Terkait dengan ideologi negara, Prof. Notonegoro (1905- 1981)
mengemukakan bahwa ideologi negara dalam arti cita- cita negara atau cita-cita
yang menjadi dasar bagi suatu sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa
yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas kerohanian yang antara lain
memiliki ciri: 1) mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan
dan kenegaraan, dan; 2) mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia,
pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan,
dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan
kesediaan berkorban.

4
Sebagai ideologi nasional bangsa Indonesia, pancasila (Oesman, 1992,
144) dapat memainkan peran sebagai berikut:

1. Mempersatukan bangsa, memelihara dan mengukuhkan persatuan dan


kesatuan.
2. Membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya.
3. Memberikan tekad untuk memelihara dan mengembangkan identitas bangsa.
4. Menyoroti kenyataan yang ada dan kritis terhadap upaya perwujudan cita-cita
yang terkandung dalam pancasila itu.

Ideologi merupakan suatu pilihan yang jelas membawa komitmen atau


keterikatan untuk mewujudkannya. Semakin mendalam kesadaran ideologis
seseorang, maka akan semakin tinggi pula komitmennya untuk melaksanakannya.
Komitmen itu tercermin dalam sikap seseorang yang meyakini ideologinya sebagai
ketentuan yang mengikat, yang harus ditaati dalam kehidupannya. baik dalam
kehidupan pribadi ataupun masyarakat. Dengan demikian, ideologi berintikan pada
seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan
dipegang oleh seseorang atau suatu masyarakat sebagai wawasan atau pandangan
hidup mereka. Melalui rangkaian nilai itu, mereka mengetahui bagaimana cara yang
paling baik, yaitu secara moral atau normatif dianggap benar dan adil, dalam
bersikap dan bertingkah laku untuk memelihara, mempertahankan dan membangun
kehidupan duniawi bersama dengan berbagai dimensinya.

C. Bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam Tri Prakara

Proses terbentuknya Pancasila memerlukan proses yang cukup panjang


dalam konsep kesejarahan bangsa Indonesia. Sebelum disahkan sebagai dasar
negara, unsur-unsur Pancasila telah melekat dalam bangsa Indonesia dalam
kehidupan sehari- hari berupa nilai-nilai adat-istiadat, kebudayaan, serta nilai-nilai
religius. Dengan demikian Pancasila sebagai dasar negara terwujud dalam tiga asas
atau Tri Prakara yaitu:

5
1. Pancasila sebagai asas kebudayaan, bahwasanya unsur-unsur Pancasila
sebelum disahkan menjadi dasar filsafat Negara secara yuridis sudah dimiliki
bangsa Indonesia sebagai asas- asas dalam adat istiadat dan kebudayaan yang
telah ada dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum
membentuk negara. Nilai-nilai tersebut yaitu: nilai ketuhanan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
2. Pancasila sebagai asas religius, berarti bahwa unsur-unsur Pancasila telah
terdapat pada bangsa Indonesia sebagai asas- asas dalam berbagai agama yang
berkembang di Indonesia. Asas religius adalah asas yang menekankan pada
pentingnya tanggung jawab dalam menghormati kaidah-kaidah keagamaan dan
tidak menyudutkan suatu agama ataupun kepercayaan orang lain. Pelaksanaan
asas religius ini dapat dilakukan dengan cara menghormati agama,
kepercayaan, dan keyakinan agama lain.
3. Pancasila sebagai asas kenegaraan. Dari kedua unsur tadi kemudian diolah,
dibahas dan dirumuskan secara seksama oleh para pendiri negara dalam sidang
BPUPKI. Panitia Sembilan, dan setelah Indonesia merdeka.

Ketiga asas tersebut tidak dapat dipertentangkan karena merupakan unsur-


unsur yang membentuk Pancasila. Soekarno dan para pendiri bangsa mengatakan
bahwa Pancasila lebih memenuhi kebutuhan manusia dan lebih menyelamatkan
manusia daripada Declaration of Independence-nya Amerika Serikat atau
Manifesto Komunis. Declaration of Independence tidak mengandung keadilan
sosial; adapun Manifesto Komunis tidak mengandung Ketuhanan Yang Maha Esa.

Secara historis, kelima sila Pancasila merupakan perpaduan (sintesis) dari


keragaman keyakinan, paham, dan harapan yang berkembang di negeri ini. Sila
pertama merupakan rumusan sintesis dari segala aliran agama dan kepercayaan.
Sila kedua merupakan rumusan sintesis dari segala paham dan cita-cita sosial-
kemanusiaan yang bersifat transnasional. Sila ketiga merupakan rumusan sintesis
dari kebhinekaan (aspirasi identitas) kesukuan ke dalam kesatuan bangsa. Sila
keempat merupakan rumusan sintesis dari segala paham mengenai kedaulatan. Sila
kelima merupakan rumusan sintesis dari segala paham keadilan sosial-ekonomi.

6
Semua sila dipersatukan oleh cinta kasih. Semangat cinta kasih itulah yang
dalam kata kerjanya disebut oleh Soekarno dengan istilah “gotong royong.”
Menurutnya, gotong-royong adalah paham yang dinamis, lebih dinamis daripada
kekeluargaan.

Gotong-royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat


bersama, perjuangan bantu-membantu bersama. Amal semua buat kepentingan
semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat
kepentingan bersama.

Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila harus dipandang sebagai norma


dasar bernegara (Grundnorm/Staat fundamental norm) yang menjadi sumber dari
segala sumber hukum di Indonesia.

D. Karakteristik Pancasila sebagai Ideologi Nasional


Pancasila dapat dikatakan sebagai ideologi komprehensif tentang inklusi
sosial yang menyatukan keragaman agama dan kepercayaan, asal-usul manusia,
ragam etnis dan adat istiadat, serta aliran politik dan kelas sosial dalam kehidupan
publik.

Sejak disahkan secara konstitusional pada 18 Agustus 1945, Pancasila dapat


dikatakan sebagai dasar (falsafah) negara, pandangan hidup, ideologi nasional dan
ligatur (pemersatu) dalam peri kehidupan kebangsaan dan kenegaeaan Indonesia.
Singkat kata, Pancasila adalah dasar statis yang mempersatukan sekaligus bintang
penuntun (leitstar) yang dinamis, yang mengarahkan bangsa Indonesia dalam
mencapai tujuannya. Dalam posisi seperti itu, Pancasila merupakan sumber jati diri,
kepribadian, moralitas, dan haluan keselamatan bangsa.

Oleh karenanya, Pancasila memiliki karakteristik khusus yang


membedakannya dengan ideologi dunia manapun. Karakteristik ini berhubungan
dengan sikap positif bangsa Indonesia yang memiliki Pancasila. Adapun
karakteristik tersebut adalah:

7
1. Tuhan Yang Maha Esa. Ini berarti pengakuan bangsa Indonesia akan eksistensi
Tuhan sebagai pencipta dunia dengan segala isinya. Tuhan sebagai kausa
prima. Oleh karena itu sebagai umat yang bertuhan, dengan sendirinya kita
harus taat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Terlebih persoalan agama tidak
berhenti pada apa yang kita percaya, tetapi terutama pada apa yang kita perbuat.
Untuk itu, agama tidak perlu meninggalkan kepercayaan dan ritualnya, tetapi
perlu lebih menekankan pentingnya komitmen etis dengan menempatkan
moralitas agama pada jantung kehidupan spiritual dan kehidupan publik.
2. Penghargaan kepada sesama umat manusia apapun suku bangsa dan
bahasanya. Sebagai umat manusia, kita adalah sama di hadapan Tuhan Yang
Maha Esa. Hal ini sesuai dengan sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Adil
dan beradab berarti bahwa adil adalah perlakuan yang sama terhadap sesama
manusia, dan beradab berarti perlakuan yang sama itu sesuai dengan derajat
kemanusiaan. Atas dasar perlakuan ini, maka kita menghargai akan hak-hak
asasi manusia seimbang dengan kewajiban-kewajibannya. Dengan demikian,
harmoni antara hak dan kewajiban adalah penjelmaan dari kemanusaiaan yang
adil dan beradab. Adil dalam hal ini adalah seimbang antara hak dan kewajiban.
Dapat dikatakan hak timbul karena adanya kewajiban.
3. Bangsa Indonesia menjunjung tinggi persatuan bangsa. Di dalam persatuan
itulah dapat dibina kerja sama yang harmonis, yakni suatu konsepsi kebangsaan
yang mengekspresikan persatuan dalam keragaman dan keragaman dalam
persatuan (unity in diversity; diversity in unity); yang dalam slogan negara
dinyatakan dalam ungkapan “Bhinneka Tunggal Ika.” Dalam hubungan ini,
maka persatuan Indonesia kita tempatkan di kepentingan pribadi dan golongan.
4. Kehidupan kita dalam kemasyarakatan dan bernegara berdasarkan atas sistem
demokrasi. Demokrasi yang dianut adalah demokrasi Pancasila. Hal ini sesuai
dengan sila ke empat yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Sila ini mengandung
beberapa ciri dari alam pemikiran demokrasi di Indonesia yang meliputi: 1)
cita kerakyatan (daulat rakyat); 2) permusyawaratan (kekeluargaan), dan; 3)
hikmat kebijaksanaan. Oleh karenanya, dalam pelaksanaan demokrasi, kita

8
lebih mengutamakan dan mementingkan musyawarah. Musyawarah tidak
didasarkan atas kekuasaan mayoritas maupun minoritas, kesepakatan bersama
yang namun berdasar pada dihasilkan dalam suatu musyawarah, sebagai
pantulan dari semangat kekeluargaan dari pluralitas kebangsaan Indonesia
dengan mengakui adanya “kesederajatan/persamaan dalam perbedaan.”
Demokrasi Indonesia juga mengndung ciri “hikmat kebijaksanaan,”
sebagaimana dikehendaki oleh Pembukaan UUD 1945.
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan dalam kemakmuran
adalah cita-cita bangsa kita sejak masa lampau. Menurut John Raws (1921-
2002), sumber persatuan dan komitmen kebangsaan dari negeri multikultural
adalah “konsepsi keadilan bersama (a share conception of justice).” Lebih
lanjut menurutnya, “meskipun suatu masyarakat bangsa terbagi dan pluralistik,
kesepakatan publik atas persoalan-persoalan keadilan sosial dan politik
mendukung persaudaraan sipil dan menjamin ikatan-ikatan asosiasi.” Sistem
pemerintahan yang kita anut bertujuan untuk “mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Prinsip keadilan adalah inti dari moral
ketuhanan, landasan pokok perikemanusiaan, simpul persatuan dan muara
kedaulatan rakyat.

E. Nilai-nilai Pancasila Sebagai Ideologi Nasional


Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai- nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai ini yang merupakan
nilai dasar bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Di dalamnya
juga terkandung nilai kerohanian yang lengkap dan harmonis, baik nilai material,
nilai vital, nilai kebenaran (kenyataan), nilai estetis, nilai etis maupun nilai religius.

Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bersifat objektif dan subjektif, artinya


hakikat nilai-nilai Pancasila bersifat universal (berlaku di manapun), sehingga
dimungkinkan dapat diterapkan oleh negara lain. Dengan kata lain, bila terdapat
suatu negara yang menggunakan prinsip falsafah bahwa negara berketuhanan,
berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan, maka negara

9
tersebut pada hakikatnya menggunakan dasar filsafat dari nilai-nilai Pancasila,
meskipun tidak menggunakan Pancasila sebagai dasar negaranya.

Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif, maksudnya adalah: (1) Rumusan dari


sila-sila Pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam menunjukkan adanya
sifat-sifat yang umum universal dan abstrak karena merupakan suatu nilai; (2) Inti
dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Indonesia, baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun dalam
kehidupan keagamaan, dan; (3) Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD
1945 sebagai pokok kaidah negara yang mendasar, sehingga merupakan sumber
dari segala sumber hukum di Indonesia.

Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif, terkandung maksud


bahwa keberadaan nilai-nilai Pancasila itu bergantung atau terlekat pada bangsa
Indonesia sendiri. Hal ini dapat dijelaskan, karena: (1) Nilai-nilai Pancasila timbul
dari bangsa Indonesia, sehingga bangsa Indonesia sebagai penyebab adanya nilai-
nilai tersebut; (2) Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa
Indonesia, sehingga merupakan jati diri bangsa yang diyakini sebagai sumber nilai
atas kebenaran, kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, dan; (3) di dalam Pancasila terkandung nilai-nilai
kerohanian, kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis, dan nilai
religius yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia dikarenakan bersumber
pada kepribadian bangsa."

Oleh karena nilai-nilai Pancasila yang bersifat objektif dan subjektif


tersebut, maka nilai-nilai Pancasila bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, dasar
serta semangat bagi segala tindakan dan perbuatan dalam menentukan dan
menyusun tata aturan hidup dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara.

Dengan demikian nilai-nilai Pancasila menjadi ideologi yang tidak


diciptakan oleh negara melainkan digali dari harta kekayaan rohani, moral dan
budaya masyarakat Indonesia sendiri. Dalam bahasa Yudi Latif, “kebangsaan

10
Indonesia merefleksikan kesatuan dalam keragaman serta kebaruan dalam
kesilaman.” Sebagaimana ungkapan Clifford Geertz (1926- 1996), yang
mengatakan bahwa “Indonesia ibarat anggur tua dalam botol baru, alias gugusan
masyarakat lama dalam negara baru.” Nama Indonesia sebagai “proyek
nasionalisme” (political nationalisme) memang baru diperkenalkan sekitar tahun
1920-an. Namun ia tidaklah muncul dari ruang hampa, tetapi berakar pada tanah air
beserta elemen-elemen sosial budaya yang ribuan bahkan jutaan tahun lamanya
hadir di nusantara. Oleh karenanya, nilai-nilai Pancasila akan selalu berkembang
mengikuti perkembangan masyarakat Indonesia. Sebagai ideologi yang tidak
diciptakan, Pancasila juga merupakan sumber nilai, asas kerohanian bagi tertib
hukum Indonesia, dan meliputi suasana kebatinan (geistlichen hintergrund) dari
UUD 1945 serta mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara.

F. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi, yaitu: dimensi
realita, dimensi idealisme dan dimensi fleksibilitas. Pertama, dimensi realita,
artinya nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu mencerminkan kenyataan hidup
yang ada di dalam masyarakat di mana ideologi itu muncul untuk pertama kalinya.
Kedua, dimensi idealisme, artinya kualitas ideologi yang terkandung dalam nilai
dasar itu mampu memberikan harapan kepada berbagai kelompok dan masyarakat
tentang masa depan yang lebih baik. Ketiga, Dimensi fleksibilitas, artinya
kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan
perkembangan masyarakatnya.

Dengan memandang pengertian ideologi sebagai sebuah ide atau gagasan,


Franz Magnis-Suseno menyatakan bahwa ideologi terbagi menjadi ideologi
tertutup dan ideologi terbuka.

Pertama, ideologi tertutup, adalah ideologi yang nilainya bersifat mutlak,


bersifat dogmatis dan apriori. Dogmatis berarti memercayai suatu keadaan tanpa
data yang valid, sedangkan apriori berarti berprasangka terlebih dahulu akan suatu
keadaan. Di antara ciri-ciri ideologi tertutup adalah: 1) cita-cita sebuah kelompok,

11
bukan cita-cita yang hidup di masyarakat; 2) bersifat totaliter, menguasai semua
bidang kehidupan masyarakat; 3) tidak ada keanekaragaman, baik pandangan
maupun budaya, dan; 4) rakyat dituntut memiliki kesetiaan total pada ideologi
mutlak, konkret, nyata, keras, dan total.

Kedua, ideologi terbuka, adalah ideologi yang pemikirannya terbuka. Ciri-


ciri ideologi ini antara lain: 1) merupakan kekayaan rohani, budaya, dan
masyarakat; 2) tidak diciptakan oleh negara, tetapi digali dari budaya masyarakat;
3) isinya tidak instan atau operasional sehingga tiap generasi boleh menafsirkannya.
dan: 4) menginspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab.

Perbedaan dari kedua ideologi ini adalah ideologi terbuka bersifat inklusif,
tidak totaliter, dan tidak dapat dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok orang,
artinya bahwa sistem ini bersifat demokratis dan terbuka. Sedangkan ideologi
tertutup bersifat otoriter (negara berlaku sebagai penguasa) dan totaliter.

Berdasarkan ciri-ciri yang sudah disebutkan sebelumnya, Pancasila


memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka, sebab: 1) Pancasila adalah pandangan
hidup yang berakar pada kesadaran masyarakat Indonesia: 2) isi Pancasila tidak
langsung operasional, hanya berisi lima dasar, yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan.
Persatuan. Kerakyatan, dan Keadilan. Karena hanya berisi nilai dasar, maka perlu
adanya penafsiran; 3) Pancasila menghargai kebebasan. Hal ini tercermin dalam
makna sila kedua yang tidak saja mengakui kebebasan dan kesedarajatan manusia
Indonesia, tetapi semua bangsa di dunia; 4) Pancasila adalah ideologi politik,
pedoman hidup masyarakat, bangsa, dan Negara, dan; 5) Pancasila menghargai
pluralitas, seperti yang tercermin dalam sila pertama.

Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung makna bahwa nilai-nilai


dasar pancasila itu dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa
Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman secara kreatif dengan memperhatikan
tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat Indonesia sendiri. Menurut
Moerdiono64 menyebutkan beberapa faktor yang mendorong pemikiran Pancasila
sebagai ideologi terbuka, diantaranya.

12
Menurut Moerdiono (1934-2011), faktor-faktor yang mendorong pemikiran
Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah: (1) perkembangan dinamika masyarakat
Indonesia yang cepat sehingga tidak semua persoalan hidup dapat ditemukan
jawabannya secara ideologis; (2) runtuhnya ideologi tertutup. seperti Marxisme-
Leninisme/komunisme; (3) pengalaman sejarah politik Indonesia dengan pengaruh
komunisme, dan; (4) tekad bangsa Indonesia untuk menjadikan Pancasila sebagai
satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

G. Pancasila sebagai Sumber Nilai dan Paradigma Pembangunan


Di dalam Pancasila terkandung nilai-nilai kehidupan berbangsa yang
dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: pertama, Ketuhanan Yang
Maha Esa, berarti percaya dan takwa kepada Tuhan YME, dan membina adanya
kerja sama dan toleransi antara sesama pemeluk agama dan penganut kepercayaan
kepada tuhan YME. Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab, memiliki arti
tidak saling membedakan warna kuit dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Ketiga, Persatuan Indonesia, berarti menempatkan persatuan, kepentingan, dan
keselamatan pribadi atau golongan. Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, memiliki makna
melaksanakan keputusan bersama dengan penuh tanggung jawab dan iktikad baik.
Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bermakna adanya hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dalam pembangunan nasional, Pancasila adalah sebuah paradigma karena


hendak dijadikan sebagai landasan, acuan, metode, nilai dan tujuan yang ingin
dicapai di setiap program pembangunan NKRI. Hakikat pembangunan nasional
adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya. Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan
tujuan nasional, seperti terdapat dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV.

13
H. Sumber Historis Pancasila sebagai Ideologi Negara
1. Pada masa pemerintahan Soekarno: digunakan sebagai alat pemersatu bangsa.
Periode 1945-1950 yang menggunakan sistem pemerintahan presidensil,
namun dalam praktek kenegaraan sistem tersebut tidak dapat diwujudkan.
Periode 1950-1959 mencampur ideologi Pancasila dengan ideologi liberal,
sehingga berpengaruh terhadap stabilitas pemerintahan. Priode 1956-1965
yang dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin dikarenakan menganut
supremasi Presiden.
2. Pada masa pemerintahan Soeharto: Pemerintah ingin melaksanakan Pancasila
dan juga UUD 1945 secara murni serta konsekuen sebagai kritik kepada Orde
Lama yang menyimpang dari Pancasila melalui program andalannya yaitu P4
(Pedoman Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila). Adapun nilai dan norma-
norma yang terkandung dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) berdasarkan ketetapan tersebut meliputi
34 butir. Namun sayangnya pada keberlanjutannya, Pancasila dijadikan
sebagai asas Organisasi Politik dan Organisasi Kemasyarakatan.
3. Pada masa pemerintahan Habibie: Pemerintahan Habibie menghapus P4 dan
tidak menjadikan Pancasila sebagai program prioritas dikarenakan dikarenakan
disibukan dengan ketidakstabilan kehidupan bidang politik baik di dalam dan
diluar negeri. (Nurwardani, dkk : 2017). Penghapusan P4 disertai pula dengan
pembubaran BP7 (Badan Penyelenggara Pelaksanaan Pedoman Penghayatan
Pengamalan Pancasila) sebagai lembaga yang bertanggungjawab memberikan
penataran P4, melalui Keppres No 27 tahun 1999 tentang pencabutan Keppres
No. 10 tahun 1979.
4. Pada masa pemerintahan Abdurrachman Wahid: Presiden Abdurachman
Wahid memandang Pancasila dalam dua aspek yaitu Pancasila sebagai ideologi
bangsa dan falsafah negara berstatus sebagai kerangka berpikir yang harus
diikuti oleh undang-undang dan produk-produk hukum yang ada. pada masa
pemerintahan Abdurrahman Wahid, aliran kepercayaan Kong Hu Cu diakui
dan diberikan ruang untuk menjalankan peribadatannya. Pada masa

14
pemerintahan beliau, diwarnai konflik Gerakan separatis di Aceh, Maluku, dan
Papua.
5. Pada masa pemerintahan Megawati: Menitikberatkan pemerintahannya kepada
masalah ekonomi. Namun Pendidikan Pancasila memiliki posisi lemah
dikarenakan tidak dicantumkan sebagai mata pelajaran wajib di jenjang
pesekolahan.
6. Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono: belum adanya lembaga
yang bertugas untuk mengawal Pancasila seperti yang diamanatkan dalam
Keppres No 27 Tahun 1999. Namun SBY menandatangani Undang-Undang
No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang menginstruksikan
Pendidikan Pancasila sebagai mata kuliah wajib di Perguruan Tinggi.
(Nurwardani, 2016).

I. Tinjauan Sosiologis Pancasila sebagai Ideologi


1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa: mencerminkan kehidupan beragama dan
kepercayaan masyarakat Indonesia sebagai implementasi kepercayaan
terhadap hal gaib diluar keberadaan manusia.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab: kehidupan masyarakat yang
mengutamakan saling menghormati dan menghargai hak orang lain.
3. Sila Persatuan Indonesia: rasa cinta tanah air dan solidaritas.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan: mengutamakan musyawarah dalam mencari
keputusan bersama serta menghargai perbedaan pendapat.
5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: tercermin dalam gaya
hidup sederhana, gemar menolong, dan menempatkan segala sesuatu sesuai
dengan porsinya.

15
J. Tinjauan Politis Pancasila sebagai Ideologi
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa diwujudkan dalam toleransi umat beragama
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab diwujudkan dalam perlindungan
Hak Asasi Manusia
3. Sila Persatuan Indonesia: mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
dibandingkan kepentingan pribadi dan golongan.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan: mengutamakan musyawarah dalam
mencapai kata mufakat.
5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: tidak menyalah
gunakan kekuasaan untuk memperkaya diri atau kelompok.
(Belmawadikti).

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia berarti Pancasila merupakan
landasan/ide/gagasan yang fundamental dalam proses penyelenggaraan tata
pemerintahan suatu negara, mengatur bagaimana suatu sistem itu dijalankan.visi
atau arah dari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah terwujudnya
kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan serta nilai keadilan.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai- nilai ketuhanan,


kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai ini yang merupakan
nilai dasar bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Di dalamnya
juga terkandung nilai kerohanian yang lengkap dan harmonis, baik nilai material,
nilai vital, nilai kebenaran (kenyataan), nilai estetis, nilai etis maupun nilai religius.

B. Saran
Kami harap pembaca tidak terfokus pada makalah ini saja, karena kami
menyadari makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
pembaca di harapkan membaca lagi dari referensi lain guna menambah lagi
wawasannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Gesmi, Irwan dan Yun Hendri. 2018. Pendidikan Pancasila. Uwais Inspirasi
Indonesia: Ponorogo.
Rohani, Edi. 2019. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Gema Media:
Jawa Tengah.
Tomalili, Rahmanuddin. 2019. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. CV
BUDI UTAMA: Yogyakarta.
Zainuddin, Muhammad. 2020. Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai
Pancasila dan Ahlussunnah Wal Jama’ah. UNISNU Press: Jepara.

18

Anda mungkin juga menyukai