Disusun oleh:
1. Irvan Gunawan
2. Muhammad Bahrul Ulum
3. Risa Destriani
4. Siti Aisyah
5. Gina Awaliah
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seluruh negara-negara didunia ini pasti memiliki suatu landasan atau dasar
yang kita kenal dengan Ideologi. Karena ideologi merupakan merupakan dasar atau
ide atau citacita negara tersebut untuk semakin berkembang dan maju.Presiden
dalam memimpin bangsa Indonesia dia tidak bisa mengandal visi dan misinya
sendiri untuk mencapai cita-cita bangsa, oleh karena itu harus memiliki suatu dasar
atau landasan yang dapat dijadikan sebagai patokan. Ideologi negara Indonesia
adalah Pancasila, pancasila bukan Ideologi negara bagi sebagian atau daerah-daerah
tertentu saja tetapi menyuluruh, terkadang perbedaan pendapat dalam mengartikan
dasar negara maka terjadilah pertikaian.
Bangsa Indonesia telah bersepakat menjadikan Pancasila sebagai ideologi
negara. Oleh karenanya, Pancasila dijadikan sebagai seperangkat nilai yang
digunakan oleh bangsa Indonesia untuk menata dan mengatur warga negaranya.
Ideologi Pancasila bukan hanya sebuah permasalahan yang berkadar kefilsafatan
karena bersifat cita-cita dan normatif namun juga bersifat praksis karena
menyangkut operasionalisasi dan strategi. Hal ini karena ideologi Pancasila juga
menyangkut hal-hal yang mendasarkan suatu ajaran yang menyeluruh tentang
makna dan nilai-nilai hidup tentang bagaimana manusia harus bertindak.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pancasila dan Ideologi?
2. Apa pengertian Pancasila sebagai Ideologi Negara?
3. Bagaimana karakteristik Pancasila Sebagai Ideologi Nasional?
4. Apa saja nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi Nasional?
5. Apa yang di maksud Pancasila sebagai Ideologi Terbuka?
6. Apa yang di maksud Pancasila sebagai Sumber Nilai dan Paradigma
Pembangunan.
7. Bagaimana Tinjauan Sosiologis Pancasila sebagai Ideologi?
8. Bagaimana Tinjauan Politis Pancasila sebagai Ideologi?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Pancasila dan Ideologi.
2. Mengetahui pengertian Pancasila sebagai Ideologi Negara.
3. Mengetahui karakteristik Pancasila sebagai Ideologi Nasional.
4. Mengetahui nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi Nasional.
5. Mengetahui apa yang di maksud Pancasila sebagai Ideologi Terbuka.
6. Mengetahui apa yang di maksud Pancasila sebagai Sumber Nilai dan Paradigma
Pembangunan.
7. Mengetahui Tinjauan Sosiologis Pancasila sebagai Ideologi.
8. Mengetahui Tinjauan Politis Pancasila sebagai Ideologi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila dan Ideologi
Pancasila adalah ideologi dasar dalam kehidupan bagi negara Indonesia.
Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti
prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa
dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila
adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
dan tercantum pada alinea ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-Undang Dasar
1945. Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun
1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
Ideologi merupakan suatu ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri
diciptakan oleh Antoine Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk
mendefinisikan “sains tentang ide”. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang
komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu secara umum dan beberapa
arah filosofis atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada
seluruh anggota masyarakat. Tujuan utama di balik ideologi adalah untuk
menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem
pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada
masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit
setiap pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan
sebagai sistem berpikir yang eksplisit. (definisi ideologi Marxisme).
Dalam konteks bernegara, ideologi dapat menjadi ciri atau identitas. Melalui
ideologi, solidaritas kelompok akan meningkat dan mengangkat berbagai
perbedaan ke-dalam tata nilai yang lebih tinggi. Ideologi diformulasikan dan
disajikan untuk dipelajari pada tataran abstrak di alam pikiran jiwa manusia,
sehingga ideologi mampu membentuk struktur kognitif, yaitu landasan dasar yang
menjadi cara pandang masyarakat untuk memahami dan menafsirkan dunia.
3
Sehingga ideologi diharapkan mampu menjadi harapan dalam beberapa
hal, diantaranya:
1. Pemandu tindakan sosial manusia.
2. Menjadi inspirasi norma dan nilai sosial.
3. Menjadi jalan bagi manusia untuk menemukan identitas dirinya.
4. Memberikan motivasi untuk mengejar cita-cita dan tujuan hidup.
B. Pengertian Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai ideologi berarti Pancasila merupakan
landasan/ide/gagasan yang fundamental dalam proses penyelenggaraan tata
pemerintahan suatu negara, mengatur bagaimana suatu sistem itu dijalankan.visi
atau arah dari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah terwujudnya
kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan serta nilai keadilan. Visi atau arah dari kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia ialah terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi
ketuhanan, nilai kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta nilai keadilan. seluruh
warga negara Indonesia menjadikan Pancasila sebagai dasar sistem kenegaraan.
seluruh warga negara Indonesia menjadikan pancasila sebagai dasar sistem
kenegaraan.
Terkait dengan ideologi negara, Prof. Notonegoro (1905- 1981)
mengemukakan bahwa ideologi negara dalam arti cita- cita negara atau cita-cita
yang menjadi dasar bagi suatu sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa
yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas kerohanian yang antara lain
memiliki ciri: 1) mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan
dan kenegaraan, dan; 2) mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia,
pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan,
dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan
kesediaan berkorban.
4
Sebagai ideologi nasional bangsa Indonesia, pancasila (Oesman, 1992,
144) dapat memainkan peran sebagai berikut:
5
1. Pancasila sebagai asas kebudayaan, bahwasanya unsur-unsur Pancasila
sebelum disahkan menjadi dasar filsafat Negara secara yuridis sudah dimiliki
bangsa Indonesia sebagai asas- asas dalam adat istiadat dan kebudayaan yang
telah ada dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum
membentuk negara. Nilai-nilai tersebut yaitu: nilai ketuhanan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
2. Pancasila sebagai asas religius, berarti bahwa unsur-unsur Pancasila telah
terdapat pada bangsa Indonesia sebagai asas- asas dalam berbagai agama yang
berkembang di Indonesia. Asas religius adalah asas yang menekankan pada
pentingnya tanggung jawab dalam menghormati kaidah-kaidah keagamaan dan
tidak menyudutkan suatu agama ataupun kepercayaan orang lain. Pelaksanaan
asas religius ini dapat dilakukan dengan cara menghormati agama,
kepercayaan, dan keyakinan agama lain.
3. Pancasila sebagai asas kenegaraan. Dari kedua unsur tadi kemudian diolah,
dibahas dan dirumuskan secara seksama oleh para pendiri negara dalam sidang
BPUPKI. Panitia Sembilan, dan setelah Indonesia merdeka.
6
Semua sila dipersatukan oleh cinta kasih. Semangat cinta kasih itulah yang
dalam kata kerjanya disebut oleh Soekarno dengan istilah “gotong royong.”
Menurutnya, gotong-royong adalah paham yang dinamis, lebih dinamis daripada
kekeluargaan.
7
1. Tuhan Yang Maha Esa. Ini berarti pengakuan bangsa Indonesia akan eksistensi
Tuhan sebagai pencipta dunia dengan segala isinya. Tuhan sebagai kausa
prima. Oleh karena itu sebagai umat yang bertuhan, dengan sendirinya kita
harus taat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Terlebih persoalan agama tidak
berhenti pada apa yang kita percaya, tetapi terutama pada apa yang kita perbuat.
Untuk itu, agama tidak perlu meninggalkan kepercayaan dan ritualnya, tetapi
perlu lebih menekankan pentingnya komitmen etis dengan menempatkan
moralitas agama pada jantung kehidupan spiritual dan kehidupan publik.
2. Penghargaan kepada sesama umat manusia apapun suku bangsa dan
bahasanya. Sebagai umat manusia, kita adalah sama di hadapan Tuhan Yang
Maha Esa. Hal ini sesuai dengan sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Adil
dan beradab berarti bahwa adil adalah perlakuan yang sama terhadap sesama
manusia, dan beradab berarti perlakuan yang sama itu sesuai dengan derajat
kemanusiaan. Atas dasar perlakuan ini, maka kita menghargai akan hak-hak
asasi manusia seimbang dengan kewajiban-kewajibannya. Dengan demikian,
harmoni antara hak dan kewajiban adalah penjelmaan dari kemanusaiaan yang
adil dan beradab. Adil dalam hal ini adalah seimbang antara hak dan kewajiban.
Dapat dikatakan hak timbul karena adanya kewajiban.
3. Bangsa Indonesia menjunjung tinggi persatuan bangsa. Di dalam persatuan
itulah dapat dibina kerja sama yang harmonis, yakni suatu konsepsi kebangsaan
yang mengekspresikan persatuan dalam keragaman dan keragaman dalam
persatuan (unity in diversity; diversity in unity); yang dalam slogan negara
dinyatakan dalam ungkapan “Bhinneka Tunggal Ika.” Dalam hubungan ini,
maka persatuan Indonesia kita tempatkan di kepentingan pribadi dan golongan.
4. Kehidupan kita dalam kemasyarakatan dan bernegara berdasarkan atas sistem
demokrasi. Demokrasi yang dianut adalah demokrasi Pancasila. Hal ini sesuai
dengan sila ke empat yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Sila ini mengandung
beberapa ciri dari alam pemikiran demokrasi di Indonesia yang meliputi: 1)
cita kerakyatan (daulat rakyat); 2) permusyawaratan (kekeluargaan), dan; 3)
hikmat kebijaksanaan. Oleh karenanya, dalam pelaksanaan demokrasi, kita
8
lebih mengutamakan dan mementingkan musyawarah. Musyawarah tidak
didasarkan atas kekuasaan mayoritas maupun minoritas, kesepakatan bersama
yang namun berdasar pada dihasilkan dalam suatu musyawarah, sebagai
pantulan dari semangat kekeluargaan dari pluralitas kebangsaan Indonesia
dengan mengakui adanya “kesederajatan/persamaan dalam perbedaan.”
Demokrasi Indonesia juga mengndung ciri “hikmat kebijaksanaan,”
sebagaimana dikehendaki oleh Pembukaan UUD 1945.
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan dalam kemakmuran
adalah cita-cita bangsa kita sejak masa lampau. Menurut John Raws (1921-
2002), sumber persatuan dan komitmen kebangsaan dari negeri multikultural
adalah “konsepsi keadilan bersama (a share conception of justice).” Lebih
lanjut menurutnya, “meskipun suatu masyarakat bangsa terbagi dan pluralistik,
kesepakatan publik atas persoalan-persoalan keadilan sosial dan politik
mendukung persaudaraan sipil dan menjamin ikatan-ikatan asosiasi.” Sistem
pemerintahan yang kita anut bertujuan untuk “mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Prinsip keadilan adalah inti dari moral
ketuhanan, landasan pokok perikemanusiaan, simpul persatuan dan muara
kedaulatan rakyat.
9
tersebut pada hakikatnya menggunakan dasar filsafat dari nilai-nilai Pancasila,
meskipun tidak menggunakan Pancasila sebagai dasar negaranya.
10
Indonesia merefleksikan kesatuan dalam keragaman serta kebaruan dalam
kesilaman.” Sebagaimana ungkapan Clifford Geertz (1926- 1996), yang
mengatakan bahwa “Indonesia ibarat anggur tua dalam botol baru, alias gugusan
masyarakat lama dalam negara baru.” Nama Indonesia sebagai “proyek
nasionalisme” (political nationalisme) memang baru diperkenalkan sekitar tahun
1920-an. Namun ia tidaklah muncul dari ruang hampa, tetapi berakar pada tanah air
beserta elemen-elemen sosial budaya yang ribuan bahkan jutaan tahun lamanya
hadir di nusantara. Oleh karenanya, nilai-nilai Pancasila akan selalu berkembang
mengikuti perkembangan masyarakat Indonesia. Sebagai ideologi yang tidak
diciptakan, Pancasila juga merupakan sumber nilai, asas kerohanian bagi tertib
hukum Indonesia, dan meliputi suasana kebatinan (geistlichen hintergrund) dari
UUD 1945 serta mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara.
11
bukan cita-cita yang hidup di masyarakat; 2) bersifat totaliter, menguasai semua
bidang kehidupan masyarakat; 3) tidak ada keanekaragaman, baik pandangan
maupun budaya, dan; 4) rakyat dituntut memiliki kesetiaan total pada ideologi
mutlak, konkret, nyata, keras, dan total.
Perbedaan dari kedua ideologi ini adalah ideologi terbuka bersifat inklusif,
tidak totaliter, dan tidak dapat dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok orang,
artinya bahwa sistem ini bersifat demokratis dan terbuka. Sedangkan ideologi
tertutup bersifat otoriter (negara berlaku sebagai penguasa) dan totaliter.
12
Menurut Moerdiono (1934-2011), faktor-faktor yang mendorong pemikiran
Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah: (1) perkembangan dinamika masyarakat
Indonesia yang cepat sehingga tidak semua persoalan hidup dapat ditemukan
jawabannya secara ideologis; (2) runtuhnya ideologi tertutup. seperti Marxisme-
Leninisme/komunisme; (3) pengalaman sejarah politik Indonesia dengan pengaruh
komunisme, dan; (4) tekad bangsa Indonesia untuk menjadikan Pancasila sebagai
satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
13
H. Sumber Historis Pancasila sebagai Ideologi Negara
1. Pada masa pemerintahan Soekarno: digunakan sebagai alat pemersatu bangsa.
Periode 1945-1950 yang menggunakan sistem pemerintahan presidensil,
namun dalam praktek kenegaraan sistem tersebut tidak dapat diwujudkan.
Periode 1950-1959 mencampur ideologi Pancasila dengan ideologi liberal,
sehingga berpengaruh terhadap stabilitas pemerintahan. Priode 1956-1965
yang dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin dikarenakan menganut
supremasi Presiden.
2. Pada masa pemerintahan Soeharto: Pemerintah ingin melaksanakan Pancasila
dan juga UUD 1945 secara murni serta konsekuen sebagai kritik kepada Orde
Lama yang menyimpang dari Pancasila melalui program andalannya yaitu P4
(Pedoman Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila). Adapun nilai dan norma-
norma yang terkandung dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) berdasarkan ketetapan tersebut meliputi
34 butir. Namun sayangnya pada keberlanjutannya, Pancasila dijadikan
sebagai asas Organisasi Politik dan Organisasi Kemasyarakatan.
3. Pada masa pemerintahan Habibie: Pemerintahan Habibie menghapus P4 dan
tidak menjadikan Pancasila sebagai program prioritas dikarenakan dikarenakan
disibukan dengan ketidakstabilan kehidupan bidang politik baik di dalam dan
diluar negeri. (Nurwardani, dkk : 2017). Penghapusan P4 disertai pula dengan
pembubaran BP7 (Badan Penyelenggara Pelaksanaan Pedoman Penghayatan
Pengamalan Pancasila) sebagai lembaga yang bertanggungjawab memberikan
penataran P4, melalui Keppres No 27 tahun 1999 tentang pencabutan Keppres
No. 10 tahun 1979.
4. Pada masa pemerintahan Abdurrachman Wahid: Presiden Abdurachman
Wahid memandang Pancasila dalam dua aspek yaitu Pancasila sebagai ideologi
bangsa dan falsafah negara berstatus sebagai kerangka berpikir yang harus
diikuti oleh undang-undang dan produk-produk hukum yang ada. pada masa
pemerintahan Abdurrahman Wahid, aliran kepercayaan Kong Hu Cu diakui
dan diberikan ruang untuk menjalankan peribadatannya. Pada masa
14
pemerintahan beliau, diwarnai konflik Gerakan separatis di Aceh, Maluku, dan
Papua.
5. Pada masa pemerintahan Megawati: Menitikberatkan pemerintahannya kepada
masalah ekonomi. Namun Pendidikan Pancasila memiliki posisi lemah
dikarenakan tidak dicantumkan sebagai mata pelajaran wajib di jenjang
pesekolahan.
6. Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono: belum adanya lembaga
yang bertugas untuk mengawal Pancasila seperti yang diamanatkan dalam
Keppres No 27 Tahun 1999. Namun SBY menandatangani Undang-Undang
No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang menginstruksikan
Pendidikan Pancasila sebagai mata kuliah wajib di Perguruan Tinggi.
(Nurwardani, 2016).
15
J. Tinjauan Politis Pancasila sebagai Ideologi
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa diwujudkan dalam toleransi umat beragama
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab diwujudkan dalam perlindungan
Hak Asasi Manusia
3. Sila Persatuan Indonesia: mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
dibandingkan kepentingan pribadi dan golongan.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan: mengutamakan musyawarah dalam
mencapai kata mufakat.
5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: tidak menyalah
gunakan kekuasaan untuk memperkaya diri atau kelompok.
(Belmawadikti).
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia berarti Pancasila merupakan
landasan/ide/gagasan yang fundamental dalam proses penyelenggaraan tata
pemerintahan suatu negara, mengatur bagaimana suatu sistem itu dijalankan.visi
atau arah dari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah terwujudnya
kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan serta nilai keadilan.
B. Saran
Kami harap pembaca tidak terfokus pada makalah ini saja, karena kami
menyadari makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
pembaca di harapkan membaca lagi dari referensi lain guna menambah lagi
wawasannya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Gesmi, Irwan dan Yun Hendri. 2018. Pendidikan Pancasila. Uwais Inspirasi
Indonesia: Ponorogo.
Rohani, Edi. 2019. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Gema Media:
Jawa Tengah.
Tomalili, Rahmanuddin. 2019. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. CV
BUDI UTAMA: Yogyakarta.
Zainuddin, Muhammad. 2020. Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai
Pancasila dan Ahlussunnah Wal Jama’ah. UNISNU Press: Jepara.
18