Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI

DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA

DOSEN PENGAMPU

Drs. H. Mhd. Arif, M.M.

OLEH :

KELOMPOK VII

ADITIA IPAL KRISNANDA ( 23.23.1217)

ABDUL HAFIZ (23.23.1218)

M. HENDRI RIZKY MU’ARIF (23.23.1219)

JURUSAN / SEMESTER :

EKONOMI SYARIAH / I D

SEKOLAH TIINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH KUALA TUNGKAL

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Adapun makalah
ini berjudul “ Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi dalam berbangsa dan
bernegara”.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan –


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan
yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang


setimpal pada mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai Ibadah, Aamiin Yaa Robbal ’Alamiin.

Kuala Tungkal, September 2023

Kelompok VII

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3

A. Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa dan Negara Indonesia............................3

B. Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara (Philosofische Grondslag)..........4

C. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia..........................8

D. Pancasila Sebagai Asas Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia..........12

E. Pancasila Sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia............................................14

BAB III PENUTUP............................................................................................17

A. Kesimpulan................................................................................................17

B. Saran..........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................19

iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terdapat berbagai macam pengertian kedudukan dan fungsi pancasila yang
masing-masing harus dipahami sesuai dengan konteks kualitasnya, dalam
pengertian proses terbentuknya pancasila secara kausalitas. Misalnya, Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar Filsafat bangsa
Indonesia, sebagai Ideologi bangsa dan negara Indonesia, dan masih banyak lagi
kedudukan serta fungsi pancasila yang lainnya.

Seluruh fungsi dan kedudukan pancasila itu tidak berdiri sendiri-sendiri


namun bila mana kita kelompokan maka akan kembali pada dua kedudukan dan
fungsi pokok pancasila, yaitu sebagai dasar Filsafat negara dan sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia.

Sebelum pancasila dirumuskan dan disahkan sebagai dasar Filsafat negara,


nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebenarnya sudah ada pada bangsa
Indonesia yang merupakan pandangan hidup yaitu berupa nilai-nilai adat-istiadat
dan kebudayaan, serta sebagai kausa materialis pancasila.

Dalam pengertian inilah maka antara pancasila dengan bangsa Indonesia


tidak dapat dipisahkan sehingga pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia.
Sebagai suatu bangsa dan negara, Indonesia memiliki cita-cita yang dianggap
paling sesuai dan benar sehingga segala cita-cita, gagasan-gagasan, ide-ide
tertuang dalam pancasila. Maka dalam pengertian inilah pancasila berkedudukan
sebagai Ideologi bangsa dan negara Indonesia dan sekaligus sebagai Asas
persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

Dengan demikian pancasila sebagai dasar filsafat negara, secara objektif


diangkat dari pandangan hidup yang sekaligus juga sebagai dasar Filsafat hidup
bangsa Indonesia yang telah ada dalam sejarah bangsa Indonesia sendiri. Jadi jika
disimpulkan berbagai kedudukan dan fungsi pancasila diantara satu dengan yang
lainnya berhubungan dalam hubungan kausalitas.
Karena latar belakang inilah penulis bermaksud melakukan kajian mengenai
Pancasila: Sebagai Dasar Negara dan Ideologi dalam Berbangsa dan Bernegara.

B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada makalah ini
adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Pancasila sebagai Filsafat Bangsa & Negara


Indonesia ?

2. Bagaimana Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara (Philosofische


Grondslag) ?

3. Bagaimana Pancasila sebagai Ideologi Bangsa & Negara Indonesia ?

4. Bagaimana Pancasila sebagai Asas Persatuan & Kesatuan Bangsa


Indonesia ?

5. Bagaimana Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia ?

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa dan Negara Indonesia.


Secara etimologis istilah “filsafat” atau bahasa Inggrisnya disebut
“philosophi” berasal dari bahasa Yunani “philien” (cinta) dan “sophos”
(hikmah/kearifan) atau bisa juga diartikan “cinta kebijaksanaan”.
Pancasila adalah dasar Filsafat Negara Republik Indonesia yang secara
resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam
UUD 1945, di undangkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tahun II No. 7
bersama dengan UUD 1945.
Nilai-nilai yang tertuang dalam rumusan sila-sila Pancasila adalah landasan
filosofis yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan,
norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling
baik dan paling sesuai sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bentuk
Filsafat Pancasila sendiri digolongkan sebagai berikut :
1. Bersifat religius yang berarti dalam hal kebijaksanaan dan
kebenaran mengenal adanya kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan
Yang Maha Esa (kebenaran religius) dan sekaligus mengakui keterbatasan
kemampuan manusia.
2. Memiliki arti praktis yang berarti dalam proses pemahamannya
tidak sekedar mencari kebenaran dan kebijaksanaan, serta hasrat ingin tahu,
tapi hasil pemikiran yang berwujud filsafat pancasila tersebut dipergunakan
sebagai pedoman hidup sehari-hari (way of life / weltanschaung) agar
mencapai kebahagiaan lahir dan bathin (Pancasilais).
Keberadaan Pancasila telah terbukti mampu mempersatukan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari perpecahan. Dengan konsep Bhinneka
Tunggal Ika, Pancasila menjadi nilai rujukan kebersamaan atas beragam budaya
dan etnis dari Sabang sampai Merauke. Dari kenyataan inilah maka fungsi dan
peranan Pancasila meliputi:
1. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia.
2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia.

3
3. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.
4. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.
5. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia.
6. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan bangsa
Indonesia.
7. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.
8. Pancasila sebagai moral pembangunan.
9. Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.
Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia adalah
kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki bangsa itu sendiri, yang diyakini
kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya

menjadi negara yang sejahtera (Wellfare State).

Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur


pemerintahan negara atau dengan kata lain Pancasila merupakan suatu dasar untuk
mengatur penyelenggaraan negara. Pancasila merupakan sumber dari segala
sumber hukum, Pancasila merupakan sumber kaidah hukum negara yang secara
konstitusional mengatur negara Republik Indonesia beserta seluruh unsur-
unsurnya yaitu rakyat, wilayah serta pemerintahan negara.
B. Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara (Philosofische Grondslag).
Pancasila sebagai Dasar Filsafat setidaknya dapat dijelaskan melalui aspek
sebagai berikut1 :

1. Aspek Biologis.

Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak


monopluralis, oleh karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis.
Subyek pendukungnya adalah manusia, yakni : yang berketuhanan, yang
berperikemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan yang
berkeadilan pada hakikatnya adalah manusia.

2. Aspek Epistemologi.
1
Edy Prihartono, S,Sos.,MMSi, Pancasila, Universitas Gunadharma, Jakarta, hal 22

4
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem
pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila menjadi pedoman
dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta,
manusia, masyarakat, bangsa, dan negara tentang makna hidup serta dasar
bagi manusia Indonesia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
dalam hidup dan kehidupan. Aspek Aksiologi Kehidupan manusia sebagai
makhluk subjek budaya, pencipta, dan penggerak nilai berarti manusia
secara sadar mencari, memilih, dan melaksanakan (menikmati) nilai. Jadi
nilai merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Pancasila dalam hal ini
menjadi nilai, sumber nilai, hakikat nilai, termasuk membingkai etika,
ketuhanan, dan agama.

Reaktualisasi Pancasila sebagai filsafat dasar bangsa Indonesia diperlukan


mengingat beberapa waktu terakhir Pancasila menjadi terpinggirkan seolah-olah
turut bersalah atas kegagalan Orde Baru. BJ. Habibie dalam pidatonya
mengatakan bahwa Pancasila seperti tersandar di sebuah lorong sunyi, justru di
tengah denyut kehidupan bangsa Indonesia yang semakin hiruk-pikuk dengan
demokrasi dan kebebasan berpolitik. Salah satu faktor penyebab mengapa
Pancasila seolah terlupakan menurut BJ Habibie adalah salah satunya dikarenakan
penolakan segala hal yang berhubungan dengan orde baru. Harus diakui di masa
lalu memang terjadi mistisisasi Pancasila secara sistematif, terstruktur, dan massif.
Pancasila menjadi alat penguasa untuk melanggengkan kekuasaan, maka etika
kepemimpinan berganti, Pancasila ikut dijustifikasi menjadi bagian Orde Baru dan
seperti menjadi sebuah trauma sejarah, mucullah demistifikasi dan dekonstruksi
Pancasila yang dianggapnya sebagai simbol, dari rezim politik rezim sebelumnya.
Pancasila ikut dipersalahkan karena dianggap menjadi ornamen sistem politik
yang represif dan bersifat monolitik sehingga membekas sebagai trauma sejarah
yang harus dilupakan2. Ada tiga kesalahan besar ‘Orde Baru’ dalam memandang
kelima prinsip Pancasila. Yang pertama adalah membuat Pancasila hampir-hampir
keramat. Yang kedua, membuat Pancasila bagian dari bahasa, bahkan simbol

2
BJ Habibie, Reaktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Pidato Hari
Kesaktian Pancasila 1 Juni 2011, Republika.co.id

5
eksklusif, si berkuasa. Yang ketiga, mendukung Pancasila dengan ancaman
kekerasan. Reaktualisasi Pancasila atau seperti kata Bung Karno yang dikutip oleh
Gunawan Mohammad ‘Menggali Pancasila Kembali’ perlu memberhatikan
beberapa hal berikut :

1. Pancasila jangan dimutlakkan dan harus terbuka.

Seperti pada saat pertama kali diusulkan. Pancasila bukanlah


sesuatu yang kaku dan mutlak. Pancasila justru mesti terbuka, bahkan
sejak dahulu Pancasila adalah Ideologi terbuka. Yang juga tampak dalam
keterbukaan untuk kreatifitas itu adalah sifatnya yang tak bisa mutlak.
Tiap ‘sila’ mau tak mau harus diimbangi oleh ‘sila’ yang lain: bangsa ini
tak akan bisa hanya menjalankan ‘sila’ keberagamaan (‘Ketuhanan Yang
Maha Esa’) tanpa juga diimbangi ‘sila’ kesatuan bangsa (‘kebangsaan
Indonesia’), dan sebaliknya. Kita juga tak akan patut dan tak akan bisa bila
kita ingin menerapkan ‘sila’ Nasionalisme tanpa diimbangi
perikemanusiaan, dan begitulah seterusnya. Memutlakkan satu ‘sila’ saja
akan melahirkan kesewenangwenangan juga tak akan berhasil. Ideologi
Pancasila bukanlah pseudo religi. Oleh karena itu, Pancasila perlu
dijabarkan secara rasional dan kritis agar membuka iklim hidup yang
bebas dan rasional pula. Konsekuensinya, bahwa Pancasila harus bersifat
terbuka. Artinya, peka terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan
manusia dan tidak menutup diri terhadap nilai dan pemikiran dari luar
yang memang diakui menunjukkan arti dan makna yang positif bagi
pembinaan budaya bangsa, sehingga dengan demikian menganggap proses
akulturasi sebagai gejala wajar

2. Pancasila dipandang sebagai Ideologi yang dinamik

Ideologi Pancasila dipandang sebagai ideologi yang menunjukkan


sifatnya yang dinamik, yaitu memiliki kesediaan untuk mengadakan
pembaharuan yang berguna bagi perkembangan pribadi manusia dan
masyarakat. Untuk menghadapi tantangan masa depan perlu didorong

6
pengembangan nilai-nilai Pancasila secara kreatif dan dinamik. Kreativitas
dalam konteks ini dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyeleksi
nilai-nilai baru dan mencari alternatif bagi pemecahan masalah-masalah
politik, sosial, budaya, ekonomi, dan pertahanan keamanan. Ideologi
Pancasila tidak apriori menolak bahan- bahan baru dan kebudayaan asing,
melainkan mampu menyerap nilai-nilai yang dipertimbangkan dapat
memperkaya dan memperkembangkan kebudayaan sendiri, serta
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia,
sebagai pengemban ideeologi Pancasila, tidak defensif dan tertutup
sehingga sesuatu yang berbau asing harus ditangkal dan dihindari karena
dianggap bersifat negatif. Sebaliknya tidak diharapkan bahwa bangsa
Indonesia menjadi begitu kaku, sehingga segala sesuatu yang menimpa
dirinya diterima secara buta tanpa pedoman untuk menentukan mana yang
pantas dan mana yang tidak pantas untuk diintegrasikan dalam
pengembangan dirinya.3

Nilai-nilai Pancasila diungkapkan dan dirumuskan dari sumber nilai utama yaitu :

1. Nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan abadi


dari Tuhan YME tercermin dalam inti ajaran-ajaran agama dalam kitab
suci.

2. Nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan intisari


dari nilai-nilai yang luhur budaya masyarakat yang tersebar di seluruh
nusantara.

Kedua nilai tersebut diharapkan menjadikan Pancasila benar-benar


menjadi filsafat dasar (philoshophisce gronslag) yang mewadahi perbedaan
faham, agama, dan latar belakang budaya Bangsa Indonesia serta membingkainya
dalam persatuan yang dinamis, tidak kaku, namun penuh nilai. Inilah rasanya
yang oleh Bung Karno dikatakan bahwa Pancasila adalah Weltanchauung, sebuah
pandangan tentang dunia dan kehidupan, ia sebenarnya sedang meniti buih untuk

3
Mulyono, Dinamika Aktualisasi Nilai Pancasila dalam kehidupan, UNDIP, hal 5

7
selamat sampai ke seberang.4

C. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia.


1. Pengertian Ideologi.

Ideologi berasal dari kata ’idea’ dan dari bahasa Yunani ’eidos’,
yang berarti ’gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita’ dan logos yang
berarti ilmu. Kata Ideologi pertama sekali diperkenalkan oleh filsuf
Prancis Destutt de Tracy pada tahun 1796. Kata ini berasal dari bahasa
Prancis idéologie, merupakan gabungan 2 kata yaitu, idéo yang mengacu
kepada gagasan dan logie yang mengacu kepada logos, kata dalam bahasa
Yunani untuk menjelaskan logika dan rasio. Destutt de Tracy
menggunakan kata ini dalam pengertian etimologisnya, sebagai "ilmu
yang meliputi kajian tentang asal usul dan hakikat ide atau gagasan".

Ideologi adalah ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan


oleh Antoine Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk
mendefinisikan "sains tentang ide". Ideologi dapat dianggap sebagai visi
yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu (bandingkan
Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi dalam kehidupan sehari
hari) dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi politis), atau sekelompok
ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota
masyarakat.

Tujuan utama di balik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan


melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran
abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada
masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara
implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak
diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit. Hal ini menyangkut
bidang politik, sosial, kebudayaan, dan keagamaan.

Menurut Wibisono bahwa unsur ideologi ada tiga, yaitu :

4
Ir. Soekarno, Op.Cit, hal 7

8
a. Keyakinan, dalam arti bahwa setiap ideologi selalu
menunjuk adanya gagasan-gagasan vital yang sudah diyakini
kebenarannya untuk dijadikan dasar dan arah strategik bagi
tercapainya tujuan yang telah ditentukan.
b. Mitos, dalam arti bahwa setiap kosep ideologi selalu
memitoskan suatu ajaran yang secaraoptimik dan determistik pasti
akan menjamin tercapanya tujuan melalui cara-cara yang telah
ditentukan pula.
c. Loyalitas, dalam arti bahwa setiap ideologi selalu menuntut
keterlibatan optimal atas dasar loyalitas dari para subjek
pendukungnya.
Secara umum ideologi adalah seperangkat gagasan atau pemikiran
yang berorientasi pada tindakan yang diorganisir menjadi suatu sistem
yang teratur. Dalam ideologi terkandung tiga unsur,yaitu:

a. Adanya suatu penafsiran atau pemahaman terhadap


kenyataan.
b. Memuat seperangkat nilai-nilai atau preskripsi moral.
c. Memuat suatu orientasi suatu tindakan, ideologi merupakan
sustu pedoman kegiatan untuk mewujudkan nilai-nilai yang
termuat di dalamnya.

Makna ideologi Pancasila adalah sebagai keseluruhan pandangan,


cita-cita, keyakinan dan nilai bangsa Indonesia yang secara normatif perlu
diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pancasila dinyatakan sebagai Ideologi negara Republik Indonesia


dengan tujuan bahwa segala sesuatu dalam bidang pemerintahan ataupun
semua yang berhubungan dengan hidup kenegaraan harus dilandasi dalam
titik tolaknya, dibatasi dalam gerak pelaksanaannya, dan diarahkan dalam
mencapai tujuannya dengan Pancasila.

9
Masalah ideologi negara dalam arti cita-cita negara pada
hakikatnya merupakan asas kerohanian yang antara lain memiliki ciri:
Pertama, mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan
dan kenegaraan; Kedua, mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan
dunia, pandangan hidup, pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara,
dikembangkan, diamalkan, delestarikan kepada generasi berikutnya,
diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.5

Ideologi juga terbagi menjadi dua macam, yakni ideologi terbuka


dan ideologi tertutup. Ideologi terbuka adalah suatu sistem pemikiran
terbuka, dan sebaliknya ideologi tertutup adalah suatu pemikiran yang
tertutup.

2. Hubungan antara Filsafat dan Ideologi.

Filsafat sebagai pandangan hidup pada hakikatnya merupakan


sistem nilai yang secara epistemologis kebenarannya telah diyakini
sehingga dijadikan dasar atau pedoman bagi manusia dalam memandang
realitas semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan negara. Filsafat dalam
pengertian yang demikian ini merupakan suatu sistem cita-cita atau
keyakinan-keyakinan yang telah menyangkut praktis karena dijadikan
landasan bagi cara hidup manusia atau organisasi dalam masyarakat dalam
berbagai bidang di kehidupannya. Hal ini berarti bahwa filsafat telah
menjelma menjadi ideologi.

Tiap ideologi sebagai satu kesatuan cita-cita yang mendasar dan


menyeluruh yang jalin menjalin menjadi suatu sistem pemikiran yang
logis, adalah bersumber kepada filsafat. Dengan kata lain, ideologi sebagai
system of thought mencari nilai dan norma yang bersumber pada filsafat
yang bersifat mendasar dan nyata untuk diaktualisasikan, artinya secara
potensial mempunyai kemungkinan pelaksanaan yang tinggi, sehingga

5
Notonagoro, Pancasila Yuridis Kenegaraan, tanpa tahun, hal 2-3.

10
dapat memberi pengaruh yang positif krena mampu membangkitkan
dinamika msyarakat tersebut secara nyata kearah kemajuan.

Ideologi dapat juga dikatakan sebagai konsep operasionalisasi dari


suatu pandangan atau filsafat hidup akan norma ideal yang melandasi
ideologi, karena norma itu akan dituangkan kedalam perilaku, juga dalam
kelembagaan sosial, politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan. Jadi
filsafat sebagai dasar perumusan ideologi yang juga menyangkut strategi
dan doktrin, dalam menghadapi permasalahan yang timbul didalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dari uraian di atas maka permasalahan ideologi merupakan


permasalahan yang disamping berkadar kefilsafatan juga sekaligus
menyangkut praksis. Ideologi menganduung kadar kefilsafatan karena
ideologi merupakan cita-cita dan norma, dan sekaligus praksis kaarena
menyangkut operasionalisasi, doktrin dan stategi. Sebab ideologi juga
menyangkut hal-hal yang berdasarkan satu ajaran yang menyeluruh
tentang makna dan nilai-nilai hidup, ditentukan secara konkret, bagaimana
manusia harus bersikap dan bertindak. Dari tradisi filsafat Barat dapat
dibuktikan bahwa tumbuhnya ideologi seperti liberalisme, kapitalisme,
marxisme, leninisme, maupun nazisme dan faisme, adalah bersumber pada
aliran-aliran filsafat yang berkembang disana. Persepsi mengenai
kebebasan yang tumbuh pada zaman naisance dan aufklarung
mengakibatkan tumbuhnya dan berkembangnya ideologi liberal dan
kapitalis di Barat.

Demikian pula dengan pemikiran-pemikiran Karl Marx dan Engels


yang historis materialistik dan dialektik telah menumbuhkan ideologi
marxisme atau komunisme di negara-negara sosialis komunis. Begitu pula
dengan pemikiran Nietzche tentang Ulbermenshc (superman) dan Wille
zur Macht (kehendak untuk berkuasa). Hitler adalah salah satu tokoh yang
mengembangkan Naziisme yang militeristik. Namun harus dikemukakan

11
pula bahwa ada aliran-aliran filsafat terutama yang timbul di Barat yang
tidak berfungsi sebagai ideologi dalam suatu negara.

Begitu pula ada juga negara-negara yang tidak menganut pada


suatu ideologi tertentu. Hanya unsur-unsur suatu aliran filsafat yang
dikembangkan secara aktif, sitematik, dan diaksanakan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

D. Pancasila Sebagai Asas Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia.


Telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebelum pancasila ditentukan
sebagai dasar filsafat negara Indonesia, nilai-nilai yang telah ada pada
bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala yaitu sejak lahirnya bangsa
Indonesia sebelum proklamasi tanggal 17 Agustus 1945. Namun demikian
keberadaan bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa yang hidup mandiri di
antara bangsa-bangsa lain di dunia tidak hanya ditentukan oleh ciri-ciri
etnis, melainkan oleh sejumlah unsur khas yang ada pada bangsa
Indonesia, yang membedakan dengan bangsa lain.

Pengertian bangsa pada mulanya berasal dari kata nation, natie


yang ditinjau secara ilmiah pada tahun 1882 oleh Ernest Renan dalam
ceramahnya di Universitas Sorbone yang berjudul “Qu’est ce que c’es un
Nation?” yang berarti “Apakah bangsa itu?”, menurut Renan bangsa
adalah:

1. Suatu jiwa, suatu asas kerohanian.


2. Suatu solidaritas yang besar.
3. Suatu hasil sejarah, karena sejaarah itu terus berjalan. Sejarah tidak ada
yang abadi, bergerak secara dinamis dan berubah-ubah untuk maju.
4. Bangsa bukanlah soal abadi.
Selain itu juga terdapat “geopolitik” yang dipelopori oleh Frederich
Ratzel dalam bukunya yang berjudul “Politic Geography” pada tahun
1987 yang menyatakan bahwa: negara merupakan suatu organisme yang

12
hidup, dan supaya dapat hidup subur dan kuat maka diperlukan ruang
untuk hidup.

Bagi bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa memiliki ciri-ciri sebagai


berikut:

1. Dilahirkaan dari satu nenek moyang, sehingga kita memiliki satu


kesatuan darah;
2. Memiliki suatu wilayah dimana kita dilahirkan, hidup bersama dan
mencari sumber-sumber kehidupan;
3. Memiliki kesatuan sejarah, yaitu bangsa Indonesia dibesarkan dibawah
gemilangnya kerajaan-kerajaan seperti Sriwijaya, Majapahit, Mataram,
Kutai, dan lain sebagainya;
4. Memiliki kesamaan nasib yaitu berada di dalam kesenangan dan
kesusahan, dijajah oleh Belanda, Jepang, Portugis, dan lain sebagainya;
5. Memiliki satu ide, cita-cita satu kesatuan jiwa atau asas kerohanian, dan
satu tekad untuk hidup bersama dalam suatu negara Republik Indonesia.
Dengan kata lain bangsa Indonesia memiliki satu asas kerohanian,
satu pandangan hidup, dan satu ideologi yaitu pancasila. Bagi bangsa
Indonesia adanya suatu kesatuan asas kerohanian, keatuan pandangan
hidup, kesatuan ideologi menjadikan hal ini amat sangat sentral, karena
suatu bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui tujuan kearah mana
bangsa itu ingin dicapai maka bangsa itu harus memiliki suatau pandangan
hidup, ideologi maupun suatu asas kerohanian.

Bangsa indonesia yang terdiri atas berbagai macam suku bangsa


yang sendirinya memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang berbeda-bed
pula. Namun demikian bangsa Indonesia menyadari bahwa perbedaan itu
harus dijadikan sebagai sesuatu yang memang sejatinya ada pada setiap
manusia atau suku bangsa. Dengan adanya kesatuan asas rohani yang kita
miliki, maka perbedaan itu harus dibina kearah yang lebih baik melalui
kerjasama untuk memperoleh kesejahteraan bersama.

13
Dengan adanya kesamaan dan asas kerohanian dan keatuan
ideologi, maka perbedaan itu perlu diarahkan ke arah persatuan dan
kesatuan. Maka disinilah letak fungsi dan kedudukan pancasila sebagai
asas kerohanian, asaass persatuan dan kesatuan, serta asas kerjasama
bangsa Indonesia. Dalam masalah ini maka membina, membangkitkan,
memperkuat dan mengembangkan persatuan dalam suatu pertalian
kebangsaan menjadi sangat penting. Artinya, persatuan dan kesatuan tidak
hanya bersifat statis namun harus juga bersifat dinamis. Perbedaan adalah
merupakan sifat dasar manusia sebagai makhluk pribadi. Namun demikian
bahwa sifat manusia adalah sebagai individu dan makhluk ssial dan
keduanya tidak dapat dipisahkan dari kodrat manusia.

Hal inilah yang sering disebut sebagai asas gotong royong atau
kekeluargaan. Maka perbedaan itu tidaklah akan mempengaruhi persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia jika asas kekeluargaan itu benar-benar
diamalkan oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Maka bagi bangsa Indonesia dalam filsafat yang merupakan asas


kerohanianpancasila, merupakan asas pemersatu dan asas hidup bersama.
Dalam masalah ini pancasila dalam kenyataannya yang secara objektifnya
merupakan suatu pemersatu dan kesatuan yang telah ditentukan bersama
setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia sebagai dasar filsafat negara.

E. Pancasila Sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia.


Pancasila Sebagai Jatidiri Bangsa Indonesia sudah merupakan
kesimpulan jika dan hanya jika orang tersebut memahami betul arti sebuah
PRINSIP. Prinsip merupakan pokok pangkal, landasan, sumber
pertimbangan berkait dengan sebuah tindakan yang akan diambil.Dalam
bernegara tentunya dibutuhkan prinsip agar negara tersebut dapan berdiri
sendiri dan memeiliki ciri yang membedakanya dengan bangsa lain.

Tanggal 1 Juni 1945 Bung Karno almarhum mantan presiden RI


pertama mengatakan kalau sila-sila dalam PANCASILA itulah prinsip-

14
prinsip kehidupan bangsa Indonesia. THE FIVE PRINCIPLES dalam
bahasa inggrisnya. Dengan demikian maka sila-sila dalam Pancasila
memberikan corak pada pola fikir dan pola tindak bangsa Indonesia dalam
menghadapi segala permasalahannya. Adapun ke lima prinsip beserta
perwujudan terhadap jati diri bangsa adalah :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia bukan hanya


pengorbanan dari para pahlawan tetapi juga atas berkat dan rahmad
ALLAH Swt.Hal ini tertuang di pembukaan UUD 1945 alinia ke tiga.Hal
ini semakin menegaskan bahwa Negara Indonesia adalah negara yang
berlandaskan agama.Selain itu pmerintah juga mengakui 6 agama yang
boleh dianut oleh masyarakat Indonesia yaitu
Islam,Kristen,Katolik,Hindu,Budha,dan Kongwuchu. Sejatinya semua
tertuju pada satu Tuhan hanya berbeda kepercayaan.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.


Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk.Terdapat berbagai
suku,ras,adat dan kebudayaan yang berbeda.Selain itu juga banyak
pendatang asing yang mulai menjadi penduduk di Indonesia.Tetapi
perbedaan ini bukanlah permasalahan yang harus diberbincangkan
melainkan suatu keistimewaan yang harus disikapi dengan jiwa besar yaitu
saling menghormati satu sama lain.

3. Persatuan Indonesia.

Penggambaran simbol Bhineka Tunggal Ika yang terdapat dalam


Kitab Sutasoma,dengan maksud walau berbeda –beda tetap satu
jua.Negara dengan tradisi dan adat istiadat yang beraneka ragam berbudi
pekerti luhur penuh sopan santun dengan semangat kebersamaan dan
gotong royong.Negara yang sarat dengan kemajemukan yang terdiri dari
Sabang sampai Merauke tidak menjadi penghalang untuk bersatu dalam
satu jiwa Tanah Air Indonesia.

15
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Dalam Permusyawaratan
Perwakilan.

Pengambilan keputusan dalam bermusyawarah merupakan cara


yang benar dalam menyelesaikan masalah.Tidak hanya dalam lingkungan
terkecil seperti keluarga tetapi pengambilan kebijakan publik yang
menyangkut hajat hidup oarang banyak juga melalui
musyawarah.Pengambilan keputusan melui suara terbanyak ini juga sesuai
dengan pasal 20 ayat 2 yaitu setiap RUU dibahas oleh DPR dan Presiden
untuk mendapat persetujuan bersama.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Pemerintah sebagai lembaga yang mengatur kehidupan


bermasyarakat sesuai UU yang berlaku agar keadilan berlaku secara
merata.Misalnya perusahaan yang menyangkut kepentingan orang banyak
dikuasai oleh negara,seperti Perusahaan Listrik Negara(PLN) yang
melayani bidang perlistrikan dibawah naungan Mentri ESDM.Dalam hal
ini kita sadrai bahwa listrik merupakan hal yang sangat vital dalam
hidup,oleh karenanya bila cabang produksi ini dikuasai oleh orang-orang
tertentu.Tentu hanya mereka yang dapat merasakan keuntunganya dan
tentu memberatkan bagi rakyat pada umumnya.Keikutsertaan pemerintah
dalam perekonomian ini diatur dalam pasal 33 ayat 2 yang berbunyi
“Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

The founding fathers pada waktu merancang berdirinya negara Republik


Indonesia membahas dasar negara yang akan didirikan. Ir. Soekarno mengusulkan
agar dasar negara yang akan didirikan itu adalah Pancasila, yang merupakan
prinsip dasar dan nilai dasar yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
Indonesia, yang mempribadi dalam masyarakat dan merupakan suatu living
reality. Pancasila ini sekaligus merupakan jatidiri bangsa Indonesia.

16
Sejak berdirinya Negara Republik Indonesia, Pancasila selalu ditetapkan
sebagai dasar negaranya, hal ini nampak dalam setiap Pembukaan atau
Mukadimah setiap Undang-Undang Dasar yang berlaku di Indonesia, sehingga
Pancasila sebagai jatidiri bangsa memiliki legitimasi atau keabsahan, karena
merupakan kesepakatan bangsa.

Dasar Negara yang menjadi landasan statis bagi Negara-bangsa Indonesia


berkembang menjadi panduan dan dasar dalam mencapai cita-cita bangsa dalam
menjangkau masa depan yang lebih baik. Dasar Negara yang bersifat statis ini
akhirnya menjadi ideologi nasional bangsa Indonesia, suatu landasan dinamis
dalam membangun bangsanya. Akhirnya Pancasila sebagai dasar Negara dan
sebagai ideologi nasional ini menyatu menjadi pegangan kejiwaan rakyat dalam
menghadapi segala permasalahan kehidupan, maka berwujudlah pandangan hidup
bangsa. Pancasila sebagai dasar Negara, ideologi nasional, dan pandangan hidup
bangsa ini membentuk jatidiri bangsa Indonesia.

Dari uraian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jatidiri bangsa,
adalah pandangan hidup yang berkembang dalam masyarakat yang menjadi
kesepakatan bersama, berisi konsep, prinsip dan nilai dasar, yang diangkat
menjadi dasar negara sebagai landasan statis, dan ideologi nasional, dan sebagai
landasan dinamis bagi bangsa yang bersangkutan dalam menghadapi segala
permasalahan menuju cita-citanya. Jatidiri bangsa Indonesia tiada lain adalah
Pancasila yang bersifat khusus, otentik dan orisinal yang membedakan bangsa
Indonesia dengan bangsa yang lain..

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.
Dari berbagai penjelasan yang telah penulis paparkan di bab sebelumnya, penulis
dapat menyimpulkan bahwa:

1. Pancasila adalah lima dasar negara yang dijadikan pedoman dalam


berbagai hal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;

17
2. Pancasila merupakan cita-cita moral bangsa yang memberikan
pedoman dan kekuatan rohaniah bagi bangsa untuk berprilaku luhur dalam
kehidupan sehari-hari;
3. Makna ideologi Pancasila adalah sebagai keseluruhan pandangan,
cita-cita, keyakinan dan nilai bangsa Indonesia yang secara normatif perlu
diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
4. Pancasila dalam kenyataannya yang secara objektifnya merupakan
suatu pemersatu dan kesatuan yang telah ditentukan bersama setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia sebagai dasar filsafat negara.

B. Saran.
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut:

1. Pancasila sebagai ideologi negara harusnya bisa menjadi pedoman


dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia jika saja masyarakatnya
mengamalkan secara penuh nilai-nilai yang terkandung di dalamnya;
2. Kita sebagai warga negara Indonesia harusnya bisa bertingkah laku
atau berprilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila dan menerapkan asas
kekeluargaan serta asas kerohanian agar tujuan pancasila sebagai kesatuan
dan pemersatu bangsa bisa terwujud.

18
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Notosoetarjo. 1962. Kepribadian Revolusi Bangsa Indonesia.


Habibie, BJ. Pidato Hari Lahirnya Pancasila, 1 Juni 2011, Republika.Co.id,
K.Wantjik Saleh 1978. Kitab Kumpulan Peraturan Perundang RI. Jakarta PT.
Gramedia.
Kaelan. (2014). Pendidikan Pacasila. Yogyakarta: Paradigma.
Koesdiyo, R. Poerwanto. (2007). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Notonagoro. Pancasila Dasar Filsafat Negara RI I.II.III.


Salman, Otje, Filsafat Hukum Perkembangan dan Dinamika Masalah, Refika
Aditama, Bandung, 2010
Soekarno, Pantja-sila, Pidato Pengukuhan Pancasila 1 Juni 1949,
Republika.co.id, Diakses Tanggal 23 Desember 2011
Soediman Kartohadiprojo 1970. Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila. Bandung
Alumni.

19

Anda mungkin juga menyukai