Anda di halaman 1dari 14

PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 9

Febbi [10011282025040]

Nadia Rahma Safira [10011282025047]

Muti’ah Dinillah [10011282025052]

Adeltha Apriani Wandari [10011282025057]

Nony Larustin Fitriah [10011382025144]

DOSEN PENGAMPU

DR.H.Amir Syarifudin SH.,M.M.Hum.

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PANCASILA
SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL” tepat waktu.

Makalah “PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL” disusun guna


memenuhi tugas dari Bapak DR.H.Amir Syarifudin SH.,M M Hum pada mata
kuliah Pancasila di Universitas Sriwijaya. Selain itu, penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang “Pancasila sebagai
Identitas Nasional”.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak DR.H.Amir


Syarifudin SH.,M M Hum selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan
ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Indralaya, 30 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................1
C. TUJUAN..................................................................................................................2

BAB 2

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PANCASILA.................................................................................3
B. PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL.............................................................4
C. FAKTOR PEMBENTUKAN IDENTITAS NASIONAL.......................................6
D. PENERAPAN PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL.....................8

BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN......................................................................................................10
B. SARAN..................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia sebelum
disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai – nilainya telah
ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum Indonesia
mendirikan suatu Negara. Nilai – nilai itu berupa adat istiadat, kebudayaan
serta nilai – nilai religius. Nilai – nilai tersebut telah ada dan melekat serta
teramalkan dakam kehidupan sehari – hari sebagai pandangan hidup dan
nilai – nilai luhur yang dicita – citakan. Nilai – nilai tersebut kemudian
diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri bangsa ini untuk
selanjutnya dijadikan dasar filsafat Indonesia. Berdasarkan kenyaraan
tersebut, Pancasila selain merupakan dasar Negara Republik Indonesia,
merupakan suatu ideologi, pandangan hidup, jiwa dan kepribadian bangsa
yang identitas nasional bangsa Indonesia.
Identitas Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang
dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa
tersebut dengan bangsa yang lain. Berdasarkan pengertian yang demikian
ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri –
sendiri sesuai dengan keunikan,sifat, ciri – ciri serta karakter dari bangsa
tersebut. Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional sebagai mana
di jelaskan di atas maka identitas nasional suatu Bangsa tidak dapat di
pisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut dengan
kepribadian suatu bangsa.
Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang
mempunyai persamaan nasib dalam proses sejarahnya,sehingga
mempunyai persamaan watak atau karakter yang kuat untuk bersatu dan
hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu
kesatuan nasional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pengertian Pancasila?

1
2. Apa itu Pengertian Identitas Nasional?
3. Apa saja Faktor pembentukan Identitas Nasional?
4. Bagaimana Penerapan Pancasila sebagai Identitas Nasional?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Pancasila
2. Untuk mengetahui Pengertian Identitas Nasional
3. Untuk mengetahui Apa saja faktor pembentuk Identitas Nasional
4. Untuk mengetahui Bagaimana penerapan Pancasila sebagai
Identitas Nasional

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila
Pancasila adalah merupakan pedoman bagi semua warga bangsa
Indonesia untuk berinteraksi dalam konteks kebersamaan untuk
mengokohkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila sebagai
filsafat bangsa Indonesia telah dipilih berdasarkan perenungan yang
mendalam oleh the founding futhers Bangsa Indonesia. Oleh sebab itu,
keyakinan terhadap Pancasila sebagai falsafah bangsa merupakan akar
kebenaran untuk memahami eksistensi Bangsa Indonesia. Di mana pun
berada, dalam arti kendatipun tidak dalam wilayah Indonesia, namun
manakala dirinya adalah warga Bangsa Indonesia maka Pancasila menjadi
filsafat hidupnya.
Pengertian Pancasila sebagai dasar negara yang dimaksud sesuai
dengan bunyi pembukaan pada Undang – Undang Dasar 1945 Alinea IV
yang menyatakan kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang –
Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang membentuk dalam suatu
susunan negara Indonesia yang membentuk dalam suatu susunan negara
Indonesia yang berkedaulatan rakyat yang berdasarkan kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. norma hukum pokok yang disebut
pokok kaidah fundamental dari negara itu dalam hukum mempunyai
hakikat dan juga kedudukan yang kuat, tetap, dan tidak berubah bagi
negara yang terbentuk dengan perkataan lain. Dengan jalan hukum tidak

3
bisa diubah – ubah. Fungsi dari Pancasila sebagai pokok kaidah yang
fundamental. Hal yang paling penting sekali karena Undang – Undang
Dasar harus berasal dan berada di bawah pokok kaidah negara yang
fundamental itu.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat, memiliki dasar ontologis,
dasar epistemologis dan dasar aksiologis tersendiri, yang membedakannya
dengan sistem filsafat lain. Secara ontologis, kajian Pancasila sebagai
filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakekat dasar dari
sila – sila Pancasila. Notonagoro menyatakan bahwa hakekat dasar
ontologis Pancasila adalah manusia, sebab manusia merupakan subjek
hukum pokok dari Pancasila.1 Dalam pancasila terkandung nilai material,
nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan, nilai kebaikan maupun nilai
kesucian. Jadi pada Pancasila terkandung nilai – nilai secara harmonis dan
sistematis, yang dimulai dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai
‘dasae’ sampai dengan sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
sebagai tujuan.2
B. Pengertian Indetitas Nasional
Identitas sendiri memiliki arti sebagai ciri yang dimiliki setiap
pihak yang dimaksud sebagai suatu pembeda atau pembanding dengan
pihak yang lain. Sedangkan nasional atau Nasionalisme memiliki arti
suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus
diserahkan kepada Negara kebangsaan. Identitas nasional adalah
kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki suatu bangsa
yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lainnya. Identitas
nasional dalam kosteks bangsa cenderung mengecu pada kebudayaan, adat
istiadat, serta karakter khas suatu negara. Sedangkan identitas nasional
dalam konteks negara tercermin dalam simbol-simbol kenegaraan seperti:
Pancasila, Bendera Merah Putih, Bahasa Nasional yaitu Bahasa Indonesia,
Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, Dasar Falsafah negara
yaitu Pancasila, Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945 serta
Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
1
Notonegoro, 2004,7
2
Darmodiharjo dan Sidarta, 1995, 211

4
Pahlawan – pahlawan rakyat pada masa perjuangan nasional seperti
Pattimura, Hasanudin, Pangeran Antasari dan lain – lain. Dengan
terwujudnya identitas bersama sebagai bangsa dan negara Indonesia dapat
mengikat eksistensinya serta memberikan daya hidup. Sebagai bangsa dan
negara yang merdeka, berdaulat dalam hubungan internasional akan
dihargai dan sejajar dengan bangsa dan negara lain. Identitas bersama itu
juga dapat menunjukkan jatidiri serta kepribadiannya. Rasa solidaritas
sosial, kebersamaan sebagai kelompok dapat mendukung upaya mengisi
kemerdekaan. Dengan identitas bersama itu juga dapat memberikan
motivasi untuk mencapai kejayaan bangsa dan negara di masa depan.
Identitas nasional merupakan suatu konsep kebangsaan yang tidak
pernah ada padanan sebelumnya. Perlu dirumuskan oleh suku-suku
tersebut. Istilah Identitas Nasional secara terminologis adalah suatu ciri
yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa
tersebut dengan bangsa lain. Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi
yang sangat kuat terutama karena pengaruh kekuasaan internasional. Ciri
khas suatu bangsa yang merupakan local genius dalam menghadapi
pengaruh budaya asing akan menghadapi challence dan response. Jika
challence cukup besar sementara response kecil maka bangsa tersebut
akan punah dan hal ini sebagaimana terjadi pada bangsa Aborigin di
Australia dan bangsa Indian di Amerika. Namun demikian jika challance
kecil sementara response besar maka bangsa tersebut tidak akan
berkembang menjadi bangsa yang kreatif. Oleh karena itu, agar bangsa
Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap
meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian
bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya
globalisasi. Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam
era globalisasi dengan penuh tantangan yang cenderung menghancurkan
nasionalisme, muncullah kebangkitan kembali kesadaran nasional.

C. Faktor Pembentuk Identitas Nasional

5
Terdapat dua faktor penting dalam pembentukan identitas nasional
yaitu faktor primodial dan faktor kondisional. Faktor primodial atau faktor
objektif adalah faktor bawaan yang bersifat alamiah yang melekat pada
bangsa tersebut seperti geografi, ekologi dan demografi. Kondisi
geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan
yang beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi anta
rwilayah dunia di Asia Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan
kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan kultural bangsa Indonesia.
Sedangkan faktor kondisional atau faktor subyektif adalah keadaan yang
mempengaruhi terbentuknya identitas nasional.
Faktor subyektif meliputi faktor historis, sosial, politik, dan
kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Faktor historis ini
mempengaruhi proses pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia,
beserta identitasnya, melalui interaksi berbagai faktor yang terlibat di
dalamnya. Hasil dari interaksi dari berbagai faktor tersebut. Selain itu
terdapat factor lain yaitu faktor sakral dapat berupa kesamaan agama yang
dipeluk masyarakat atau ideologi doktriner yang diakui oleh masyarakat
yang bersangkutan. Agama dan ideologi merupakan faktor sakral yang
dapat membentuk bangsa negara. Faktor sakral ikut menyumbang
terbentuknya satu nasionalitas baru. Negara Indonesia diikat oleh
kesamaan ideologi Pancasila. Tokoh kepemimpinan dari para tokoh yang
disegani dan dihormati oleh masyarakat dapat pula menjadi faktor yang
menyatukan bangsa negara. Pemimpin di beberapa negara dianggap
sebagai penyambung lidah rakyat, pemersatu rakyat dan simbol pemersatu
bangsa yang bersangkutan. Contohnya Soekarno di Indonesia, Nelson
Mandela di Afrika Selatan, Mahatma Gandhi di India, dan Tito di
Yugoslavia.
Prinsip kesediaan warga bangsa bersatu dalam perbedaan (unity in
deversity) juga menjadi faktor pembentuk identitas nasional. Yang disebut
bersatu dalam perbedaan adalah kesediaan warga bangsa untuk setia pada
lembaga yang disebut negara dan pemerintahnya tanpa menghilangkan
keterikatannya pada suku bangsa, adat, ras, agamanya. Sesungguhnya

6
warga bangsa memiliki kesetiaan ganda (multiloyalities). Warga setia
pada identitas primordialnya dan warga juga memiliki kesetiaan pada
pemerintah dan negara, namun mereka menunjukkan kesetiaan yang lebih
besar pada kebersamaan yang terwujud dalam bangsa negara di bawah
satu pemerintah yang sah. Mereka sepakat untuk hidup bersama di bawah
satu bangsa meskipun berbeda latar belakang. Oleh karena itu, setiap
warga negara perlu memiliki kesadaran akan arti pentingnya penghargaan
terhadap suatu identitas bersama yang tujuannya adalah menegakkan
Bhinneka Tunggal Ika atau kesatuan dalam perbedaan (unity in deversity)
suatu solidaritas yang didasarkan pada kesantunan (civility).
Faktor yang tak kalah penting yaitu sejarah. Persepsi yang sama
diantara warga masyarakat tentang sejarah mereka dapat menyatukan diri
dalam satu bangsa. Persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu,
seperti sama-sama menderita karena penjajahan, tidak hanya melahirkan
solidaritas tetapi juga melahirkan tekad dan tujuan yang sama antar
anggota masyarakat itu. Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan
melahirkan spesialisasi pekerjaan profesi sesuai dengan aneka kebutuhan
masyarakat. Semakin tinggi mutu dan variasi kebutuhan masyarakat,
semakin saling tergantung diantara jenis pekerjaan. Setiap orang akan
saling bergantung dalam memenuhi kebutuhan hidup. Semakin kuat saling
ketergantungan anggota masyarakat karena perkembangan ekonomi, akan
semakin besar solidaritas dan persatuan dalam masyarakat.
Solidaritas yang terjadi karena perkembangan ekonomi oleh Emile
Durkheim disebut Solidaritas Organis. Faktor ini berlaku di masyarkat
industri maju seperti Amerika Utara dan Eropa Barat. Lembaga-lembaga
pemerintahan dan politik. Lembaga-lembaga itu seperti birokrasi,
angkatan bersenjata, pengadilan, dan partai politik. Lembaga-lembaga itu
melayani dan mempertemukan warga tanpa membeda-bedakan asal usul
dan 7 golongannya dalam masyarakat. Kerja dan perilaku lembaga politik
dapat mempersatukan orang sebagai satu bangsa. Faktor persamaan
turunan, bahasa, daerah, kesatuan politik, adat-istiadat dan tradisi, atau
persamaan agama. Akan tetapi teranglah bahwa tiada satupun di antara

7
faktor – faktor ini bersifat hakiki untuk menentukan ada - tidaknya atau
untuk merumuskan bahwa mereka harus seketurunan untuk merupakan
suatu bangsa. Faktor – faktor obyektif itu penting, namun unsur yang
terpenting ialah kemauan bersama yang hidup nyata. Kemauan inilah yang
kita namakan Nasionalisme.
D. Penerapan Pancasila sebagai Identitas Nasional
Bangsa Indonesia sudah terkenal sejak lama memiliki karakter
khas dibanding bangsa lain, yaitu keramahan dan sopan santun
masyarakatnya. Sehingga banyak orang-orang dari negara lain yang turut
merasakan kenyamanan dan kehangatan masyarakat Indonesia pada saat
mereka datang ke Indonesia.
Secara umum sebagian besar suku-suku di Indonesia memiliki
sistem kemasyarakatan kekerabatan, dimana masyarakat mempunyai
ikatan emosional yang kuat dengan kelompoknya etnisnya. Masyarakat
Indonesia mempunyai kecenderungan membuat perkumpulan-
perkumpulan atau paguyuban apabila mereka berada di luar daerah.
Hal ini juga terjadi pada masyarakat Indonesia yang berada di luar
negeri. Masyarakat Indonesia jika berada di luar negeri biasanya akan
membuat organisasi paguyuban Indonesia di mana mereka tinggal. Ikatan
emosional yang terbentuk sudah bukan lagi ikatan kesukuan, namun sudah
menjadi ikatan kebangsaan.
Identitas nasional dalam konteks bangsa cenderung mengacu pada
kebudayaan atau karakter khas bangsa tersebut. Sedangkan identitas
nasional dalam konteks negara tercermin dalam sombol-simbol
kenegaraan. Kedua unsur identitas ini secara nyata terangkum dalam
Pancasila. Pancasila dengan demikian merupakan identitas nasional kita
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Bangsa Indonesia pada dasarnya adalah bangsa yang religius,
humanis, menyukai persatuan dan kekeluargaan, suka bermusyawarah,
dan lebih mementingkan kepentingan bersama. Perlu disadari, konflik-
konflik sosial yang terjadi dan sering diberitakan di media-media tidaklah
mencerminkan watak bangsa Indonesia secara keseluruhan. Secara

8
kuantitas, masyarakat yang rukun dan toleran jauh lebih banyak daripada
yang tidak rukun dan toleran. Kesadaran akan kenyataan bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang majemuk sangatlah penting. Apabila
kesadaran tersebut tidak dimiliki, maka keragaman yang bisa menjadi
potensi untuk maju justru bisa menjadi masalah. Keragaman yang ada
pada bangsa Indonesia semestinya tidak dilihat dalam konteks perbedaan
namun dalam konteks kesatuan.
Pancasila sebagai identitas nasional juga kepribadian bangsa
Indonesia harus mampu mendorong bangsa Indonesia secara keseluruhan
agar tetap berjalan dalam koridornya yang bukan berarti menentang arus
globalisasi, akan tetapi lebih cermat dan bijak dalam menjalani dan
menghadapi tantangan dan peluang yang tercipta. Bila menghubungkan
antara kebudayaan sebagai karakteristik bangsa dengan Pancasila sebagai
kepribadian bangsa, tentunya kedua hal ini merupakan suatu kesatuan
seperti layaknya keseluruhan sila dalam Pancasila yang mampu
menggambarkan karakteristik yang membedakan negara Indonesia dengan
negara lainnya.

9
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila sebagai identitas nasional, yaitu sebagai kepribadian bangsa
yang dapat mendorong bangsa Indonesia agar tetap berjalan sesuai relnya
tetapi tidak melawan arus globalisasi, melainkan bangsa menjadi lebih
cermat dan bijak dalam menjalani dan menghadapi tantangan dan juga
peluang yang ada. Pancasila sebagai identitas nasional, karena bangsa
Indonesia salah satu bangsa dari masyarakat Internasional, yang memiliki
sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa –
bangsa lain di dunia. Pancasila telah terbukti berperan sebagai pandangan
hidup yang satu bagi Indonesia dalam bentuk kesadaran, cita – cita dengan
satu kejiwaan nasionalisme Indonesia.
B. Saran
Kesadaran terhadap identitas nasional pada hakikatnya merupakan
kesadaran tentang diri sendiri. Orang yang memiliki kesadaran berarti
orang tersebut yakin akan cita – cita bangsa yang ingin diraih. Maka,
kesadaran terhadap identitas nasional merupakan keyakinan nilai – nilai
yang terdapat dalam diri manusia tentang identitas bangsanya yang pernah
ada, yang ada dan yang akan ada. Pancasila sebagai identitas nasional juga
kepribadian bangsa Indonesia harus mampu mendorong bangsa Indonesia
secara keseluruhan agar tetap berjalan dalam koridornya yang bukan
berarti menentang arus globalisasi, akan tetapi lebih cermat dan bijak
dalam menjalani dan menghadapi tantangan dan peluang yang tercipta.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/8352416/Pancasila_Sebagai_Identitas_Nasional_Bangsa_Indo
nesia

http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jch/article/download/1784/1148

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/20bb958d430cc7d21ef6c2b58d1
4da41.pdf

https://ilearning.me/2017/10/12/penerapan-pancasila-sebagai-identitas-nasional/

Anda mungkin juga menyukai