Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“PENDIDIKAN PANCASILA”
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN
NKRI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 11
IRHAS SITI PADILA
SITI IMAS. M

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya.
Sehingga makalah ini dapat saya selesaikan. Makalah ini merupakan syarat untuk
melengkapi nilai tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Keberhasilan makalah ini tidak lain juga disertai referensi-referensi serta
bantuan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Makalah ini juga masih memiliki
kekurangan dan kesalahan, baik dalam penyampaian materi atau dalam
penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah ini juga dimaksudkan untuk
menambah wawasan mahasiswa mengenai materi ini. Juga menjadikan pedoman
untuk  bertindak dan bertingkah laku tidak melanggar UUD yang berlaku.
Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

                                                                                                                       
 Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem ketatanegaraan RI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945........3
1. Pengertian, Kedudukan Sifat dan Fungsi UUD 1945.....................5
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.......................................9
3. Pasal-Pasal UUD 1945...................................................................15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................16
B. Saran.....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang
mengatur seluruh struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam
pemerintahan Indonesia, masih banyak bahkan sangat benyak anggota-
anggotanya dan juga sistem pemerintahannya yang tidak sesuai dengan nila-
nilai yang ada dalam setiap sila Pancasila. Padahal jika membahas negara dan
ketatanegaraan Indonesia mengharuskan ingatan kita meninjau dan
memahami kembali sejarah perumusan dan penetapan Pancasila, Pembukaan
UUD, dan UUD 1945 oleh para pendiri dan pembentuk negara Republik
Indonesia.
Dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari
nilai-nilai Pancasila, pembentukan karakter bangsa dilihat dari sistem
ketatanegaraan Indonesia harus mencerminkan nilai-nilai dari ideologi bangsa
yaitu Pancasila. Namun jika dalam suatu pemerintahan terdapat banyak
penyimpangan dan kesalahan yang merugikan bangsa Indonesia, itu akan
membuat sistem ketatanegaraan Indonesia berantakan dan begitupun dengan
bangsanya sendiri.
Untuk itulah dalam makalah ini, kami mengambil judul “Pancasila dalam
Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia”

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kami merumuskan beberapa masalah, yaitu :
1. Apa sistem   ketatanegaraan RI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945?
2. Apa pengertian dari kedudukan sifat dan fungsi UUD 1945 ?
3. Apa pembukaan UUD 1945?
4. Apa pasal-pasal UUD 1945?

1
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan serta
menjelaskan sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuannya yaitu :
1. Untuk mengetahui sistem   ketatanegaraan RI berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945?
2. Untuk mengetahui pengertian dari kedudukan sifat dan fungsi UUD
1945 ?
3. Untuk mengetahui pembukaan UUD 1945?
4. Untuk mengetahui pasal-pasal UUD 1945?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem ketatanegaraan RI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945


Pancasila sebagai dasar negara yang merupakan suatu asas kerohanian
dalam ilmu kenegaraan. Pancasila merupakan sumber nilai dan norma dalam
setiap aspek  penyelenggaraan negara maka dari itu semua peraturan
perundang-undangan serta penjabarannya berdasarkan nilai-nilai pancasila.
Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, yang berdasarkan atas
hukum, oleh karena itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara diatur dalam suatu sistem peraturan perundang-undangan. Pancasila
dalam kontek ketatanegaraan Republik Indonesia adalah pembagian
kekuasaan lembaga lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban, keadilan
sosial, dan lainnya diatur dalam undang undang dasar negara. Pembukaan
undang- undang dasar 1945 dalam kontek ketatanegaraan, memiliki
kedudukan yang sangat penting merupakan staasfundamentalnom dan berada
pada hierarkhi tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.
Sistem Konstitusi (hukum dasar) republik Indonesia, selain tersusun
dalam hukum dasar yang tertulis yaitu UUD 1945, juga mengakui hukum
dasar yang tidak tertulis. Perlu diperhatikan bahwa kaidah-kaidah hukum
ketatanegaraa terdapat juga pada berbagai peaturan ketatanegaraan lainnya
seperti dalam TAP MPR, UU, Perpu, dan sebagainya.
Hukum dasar tidak tertulis yang dimaksud dalam UUD 1945 adalah
konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan dan bukan hukum adat (juga tidak
tertulis), terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara.
Meminjam rumusan (dalam teori) mengenai konvensi dari AV. Dicey :
adalah ketentuan yang mengenai bagaimana seharusnya mahkota atau menteri
melaksanakan “discretionary powers”
Directionary Powers adalah kekuasaan untuk bertindak atau tidak
bertindak yang semata-mat didasarkan kebijaksanaan atau pertimbangan dari
pemegang kekuasaan itu sendiri.

3
Hal di atas yang mula-mula mengemukakan adalah Dicey di kalangan
sarjana di Inggris, pendapat tersebut dapat diterima, lebih lanjut beliau
memerinci konvensi ketatanegaraan merupakan hal-hal sebagai berikut:
a) Konvensi adalah bagian dari kaidah ketatanegaraan (konstitusi) yang
tumbuh, diikuti dan ditaai dalam praktek penyelenggaraan negara.
b) Konvensi sebagai bagian dari konstitusi tidak dapat dipaksakan oleh
(melalui) pengadilan.
c) Konvensi ditaati semata-mata didorong oleh tuntutan etika, akhlak atau
politik dalam penyelenggaraan negara.
d) Konvensi adalah ketentuan-ketentuan mengenai bagaimana seharusnya
discretionary powers dilaksanakan.
Menyinggung ketatanegaraan adalah tak terlepas dari organisasi negara,
di sini meuncul pertanyaan yaitu : “apakah negara itu?” Untuk menjawab
pertanyaan tersebut kita pinjam “Teori Kekelompokan” yang dikemukakan
oleh Prof. Mr. R. Kranenburg adalah sebagai berikut:
“Negara itu pada hakikatnya adalah suatu organissasi kekuasaan yang
diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa dengan tujuan
untuk menyelenggarakan kepentingan mereka bersama”.
Tentang negara muncul adanya bentuk negara dan sistem pemerintahan,
keberadaan bentuk negara menurut pengertian ilmu negara dibagi menjadi
dua yaitu: Monarki dan Republik, jika seorang kepala negara diangkat
berdasarkan hak waris atau keturunan maka bentuk negara disebut Monarki
dan kepala negaranya disebut Raja atau Ratu. Jika kepala negara dipilih untuk
masa jabatan yang ditentukan, bentuk negaranya disebut Republik dan kepala
negaranya adalah Presiden.
Bentuk negara menurut UUD 1945 baik dalam Pembukaan dan Batang
Tubuh dapat diketahui pada  pasal 1 ayat 1, tidak menunjukkan adanya
persamaan pengertian dalam menggunakan istilah bentuk negara (alinea ke-
4), “...... maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang berkedaulan rakyat dengan

4
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,...... dan seterusnya. Negara
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.”
Dalam sistem ketatanegaraan dapat diketahui melalui kebiasaan
ketatanegaraan (convention), hal ini mengacu pengertian Konstitusi,
Konstitusimengandung dua hal yaitu : Konstitusi tertulis dan Konstitusi tidak
tertulis, menyangkut konstitusi sekelumit disampaikan tentang sumber hukum
melelui ilmu hukum yang membedakan dalam arti material adalah sumber
hukum yang menentukan isi dan substansi hukum dalam arti formal adalah
hukum yang dikenal dari bentuknya, karena bentuknya itu menyebabkan
hukum berlaku umum, contoh dari hukum formal adalah Undang-Undang
dalam arti luas, hukum adat, hukum kebiasaan, dan lain-lain.
Konvensi atau hukum kebiasaan ketatanegaraan adalah hukum yang
tumbuh dalam praktek penyelenggaraan negara, untuk melengkapi,
menyempurnakan, menghidupkan mendinamisasi kaidah-kaidah hukum
perundang-undangan. Konvensi di Negara Republik Indonesia diakui
merupakan salah satu sumber hukum tata negara.
Pengertian Undang-Undang Dasar 1945 terdiri dari 2 kelompok yaitu:
Pembukaan, Batng Tubuh yang memuat pasal-pasal, dan terdiri 16 bab, 37
pasal, 3 pasal aturan peralihan dan aturan tambahan 2 pasal. Mengenai
kedudukan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai sumber hukum tertinggi,
Pancasila merupakan segala sumber hukum. Dilihat dari tata urutan peraturan
perundang-undangan menurut TAP MPR No. III/MPR/2000, tentang Sumber
Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan.
1. Pengertian, Kedudukan Sifat dan Fungsi UUD 1945
a. Pengertian UUD/Konstitusi
Dalam ketatanegaraan, istilah UUD sering digunakan pula dengan
istilah konstitusi dalam pengertian yang berbeda atau untuk saling
menggantikan. Secara harfiah, istilah konstitusi dari bahasa Perancis
“konstituer” yang berarti membentuk, dan diartikan sebagai
“pembentuk suatu negara”. Sedangkan Indonesia menggunakan istilah
UUD yang disejajarkan dengan istilah Grondwet dari belanda yang

5
mempunyai pengertian suatu undang-undang yang menjadi dasar
(Grond) dari segala hukum dalam suatu negara.
Istilah konstitusi dan UUD di Indonesia sering disejajarkan,
namun istilah konstitusi dimaknai dalam arti yang luas (materiil) yang
lebih luas dari UUD. Konstitusi yang dimaksudkan adalah hukum
dasar, baik yang tertulis (UUD) maupun yang tidak tertulis (convensi).
Dengan demikian konstitusi memuat peraturan pokok yang
fundamental mengenai sendi-sendi yang pertama dan utama dalam
menegakan bangun yang disebut “negara”.
b. Kedudukan UUD 1945
Undang-Undang dasar mempunyai peranan penting sebab
merupakan landasan structural dalam penyelenggaraan pemerintahan
Negara. Sebagai landasan structural dalam penyelenggaraan
pemerintahan Negara yang berisi aturan atau ketentuan pokok
ketatanegaraan, bahkan lebih dari itu, yaitu untuk menjamin suatu
system atau bentuk Negara serta cara penyelenggaraannya  beserta
hak-hak dan kewajiban rakyatnya maka UUD harus merupakan
hukum Negara tertinggi.
Dalam pembahasan ini tidak dapat dilepaskan dengan eksistensi
Pembukaan UUD 1945, yang merupakan deklarasi bangsa dan Negara
Republik Indonesia, yang memuat pancasila sebagai dasar Negara,
tujuan Negara serta bentuk Negara Republik Indonesia. Oleh karena
itu, Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik
Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena merupakan
staasfundamentalnorm (kaidah Negara yang fundamental), dan berada
pada hierarki tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.
c. Sifat UUD 1945
UUD 1945 merupakan hukum tertinggi, norma dasar dan norma
sumber dari semua hukum yang berlaku dalam negara di Indonesia, ia
berisikan pola dasar dalam berkehidupan di Indonesia. Negara dengan
segala fungsi dan tujuannya berusaha untuk dapat mewujudkannya

6
dengan berbagai cara, oleh karena itu sebagai pengintegrasian dari
kekuatan politik,  negara mempunyai bermacam-macam sifat, seperti
memaksa, memonopoli, dan mencakup semuanya. Dengan sifat
memaksa, negara dapat menggunakan kekerasan fisik secara sah
untuk ditaatinya semua keputusan. Walaupun alasannya untuk
mewujudkan tujuan bersama, sifat memaksa yang dimiliki oleh negara
dapat disalahgunakan ataupun melampaui batas yang mungkin dapat
menyengsarakan rakyatnya. Untuk mencegah adanya kemungkinan
tersebut, konstitusi atau UUD disusun dan ditetapkan.
Dalam teori konstitusi (UUD) dikenal sifat dari UUD yaitu luwes
atau (fleksibel) atau kaku (rigid), tertulis dan tidak tertulis. Untuk
menentukan apakah setiap UUD itu luwes atau kaku dipakai ukuran
sebagai berikut:
1) Cara mengubah konstitusi
Ada dua cara mengubah UUD, pertama, UUD diubah dengan
cara prosedur yang biasa, sebagaiman mengubah dan membuat
UU biasa. dalam hal ini UUD itu memiliki sifat luwes (fleksibel).
Seperti konstitusi inggris. Kedua, perubahan UUD yang
memerlukan prosedur istimewa, maka sifat UUD itu adalah kaku
(rigid).
Seperti orde baru telah menjadi sakral atau suci dengan
memberi yang sangat sulit untuk diubah dengan mengeluarkan
ketetapan MPR tentang Referendum.
2) Tertulis dan tidak tertulis
Suatu konstitusi disebut tertulis apabila iya tertulis dalam
suatu naskah atau beberapa naskah. Sedangkan suatu konstitusi
disebut tidak tertulis, karena ketentuan-ketentuan yang mengatur
suatu pemerintahan tidak tertulis dalam suatu naskah tertentu,
melainkan dalam banyak hal dalam konvensi-konvensi atau UU
biasa.

7
Dalam teori hukum, sifat konstitusi dibedakan atas fleksibel
dan rigid, yang dalam bahasa Indonesia, diterjemahkan dengan
luwes dan kaku. Ada dua kriteria tolak ukurnya yaitu cara
pembuatan/perubahan dan kemampuan dalam mengikuti
perkembangan zaman (Kusnardi, dan Ibrahim, 1983:75). Suatu
konstitusi disebut luwes apabila pembuatan dan perubahannya
sama dengan pembuatan dan perubahan undang-undang biasa.
Kriteria kedua dilihat dari kemampuan dalam mengikuti
perkembangan zaman. Apabila konstitusi masih tetap mampu
menampung dinamika perkembangan masyarakat, konstitusi
tersebut dapat dikatakan bersifat luwes, dan apabila sebaliknya
maka konstitusi tersebut disebut kaku.

d. Fungsi UUD 1945


Sebagaimana fungsi konstitusi pada umumnya, fungsi Undang-
Undang Dasar 1945 pada umumnya dapat disebutkan antara lain:
membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang-
wenang, untuk melindungi hak asasi manusia, dan sebagai pedoman
dalam penyelenggaraan pemerintahan agar pemerintahan berjalan
dengan tertib dan lancar. Di samping itu, apabila dilihat dari substansi
materi, Undang-Undang Dasar 1945 mengatur kehidupan nasional
yang meliputi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
yang dapat dibedakan atas:
1) Pasal-pasal yang berisi materi pengaturan system pemerintahan
Negara, di dalamnya termasuk pengaturan system pemerintahan
Negara, didalamnya termasuk pengaturan system tentang
kedudukan, wewenang, dan saling hubungan antara kelembagaan
Negara.
2) Pasal-pasal yang berisi materi hubungan antara Negara dan warga
Negara dan penduduknya serta berbagi konsepsi berbagai aspek
kehidupan politik, ekonomi, social budaya, dan hokum.

8
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
a. Makna pembukaan UUD 1945 bagi Perjuangan Bangsa Indonesia
Apabila UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari
hukum yang berlaku di Indonesia, maka Pembukaan UUD 1945
merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan dan tekad
bangsa Indonesia, yang merupakan sumber dari cita hukum dan cita
moral yang ingin ditegakan baik dalam lingkungan nasional, maupun
dalam hubungan pergaulan bangsa-bangsa di Dunia.

b. Makna Alenia-Alenia Pembukaan UUD 1945


“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”
merupakan bunyi alenia pertama pembukaan UUD 1945  yang
menunjukan keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia
menghadapi masalah  “kemerdekaan lawan penjajahan”. Alenia ini
mengungkapkan suatu dalil obyektif, karena dalam alinea pertama
terdapat letak moral luhur dari pernyataan Indonesia. Alenia ini juga
mengandung suatu pernyataan subyektif, yaitu aspirasi bangsa
Indonesia untuk membebaskan diri dari perjuangan. Alasan bangsa
Indonesia menentang penjajahan, karena bertentangan dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan. Hal ini berarti setiap hal atau sifat
yang bertentangan atau bertentangan dengan pernyataan diatas juga
harus secara sadar ditentang oleh Bangsa Indonesia.
“Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepda
saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat
Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia,
yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur” merupakan bunyi
alenia ke dua yang menunjukan kebangsaan dan penghargaan kita atas
perjuangan bangsa Indonesia selama ini. Alenia ini juga menunjukan
adanya ketetapan dan ketajaman penilaian :

9
1) Perjuangan pergerakan di Indonesia telah sampai pada tingkat
yang menentukan
2) Momentum yng telah dicapai tersebut harus dimanfaatkan untuk
menyatakan kemerdekaan.
3) Kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih
harus diisi dengan mewujudkan Negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat adil dan makmur.
“Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan
didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan yang bebas,
maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”
merupakan bunyi dari alenia ke tiga yang menjadi motivasi riil dan
materiil Bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya, tetapi
juga menjadi keyakinan/kepercayaannya, menjadi motivasi
spiritualnya, karena menyatakan kemerdekaan itu diberkati oleh Allah
SWT, serta menunjukan ketaqwaan tehadap Tuhan Yang Maha Esa
serta merupakam suatu pengukuhan dari Proklamasi Kemerdekaan.
“kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban Dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi
dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang dasar Negara Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: ketuhanan Yang
maha dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia” merupakan bunyi dari
alenia ke empat yang merumuskan dengan padat sekali tujuan  dari
prinsip-prinsip dasar untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia setelah
menyatakan dirinya merdeka.

10
Dengan rumusan yang panjang dan padat, alenia keempat
Pembukaan Undang-Undang dasar sekaligus menegaskan :
1) Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi
tujuannya, yaitu seperti yang tertuang dalam alenia ke empat
tersebut.
2) Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan Rakyat.
3) Negara Indonesia mempunyai dasar filsafah Pancasila.
c. Pokok-Pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 mempunyai fungsi atau hubungan
langsung dengan UUD 1945 itu sendiri, bahwa Pembukaan UUD
1945 itu mengandung pokok-pokok pikiran yang diciptakan dan
dijelmakan dalam UUD, yaitu dalam pasal-pasalnya.
Ada 4 pokok pikiran yang sifat dan maknanya sangat dalam,
yaitu:
1) Pokok pikiran pertama menunjukan pokok pikiran persatuan,
dengan pengertian yang lazim, penyelenggara negara dan setiap
warga negara wajib mengutamakan kepentingan negara diatas
kepentingan golongan maupun perorangan.
2) Pokok pikiran yang kedua adalah kesadaran bahwa manusia
Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk
menciptakan keadilan sosial bangsa.
3) Pokok pikiran yang ketiga menyatakan bahwa kedaulatan berad
ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
4) Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa UUD mengandung isi
yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang
teguh cita-cita moral Rakyat yang luhur.

11
d. Hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945
Pancasila mempunyai fungsi dan kedudukan yang sangat penting
dalam kehidupan bernegara dan merupakan unsur penentu berlakunya
tertib hukum Indonesia. Dengan demikian Pancasila merupakan inti
dari Pembukaan UUD 1945, itu terbukti pada alinea keempat yang
menunjukan bahwa pancasila merupakan dasar negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat, yang bentuk dan wujudnya
tertuang dalam UUD. Pembukaan maupun pancasila tidak bisa
dirubah maupun diganti oleh siapapun, karena merubah ataupun
mengganti berarti membubarkan negara Proklamasi 17 Agustus 1945
karena Pancasila merupakan fundamental terbentuknya bangsa
Indonesia.
Pancasila sebagai substansi esensial daripada Pembukaan UUD
1945 adalah sumber dari segala sumber hukum republik Indonesia.
Hal terpenting yang bagi bangsa Indonesia adalah mewujudkan cita-
citanya sesuai dengan Pancasila, artinya cara dan hasilnya tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Sedangkan cita-cita bangsa Indonesia tertuang di dalam Pembukaan
UUD 1945 oleh karena itu Pancasila dan Pembukaan yang memilki
hubungan erat harus dilaksanakan secara serasi, seimbang, dan
selaras.
e. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17
Agustus 1945
Apabila kita hubungkan antara isi pengertian Pembukaan UUD
1945 dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 maka keduanya memiliki
hubungan azasi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Pembukaan UUD 1945, terutama pada alinea ketiga memuat
pernyataan-pernyataan kemerdekaan dan aline keempat memuat
memuat tindakan yang harus dilaksanakan setelah adanya negara.

12
Dengan demikian dapat ditentukan letak dan sifat hubungan
antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17 Agustus 1945
sebagai berikut :
1) Keduanya merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisah-
pisahkan.
2) Ditetapkannya Pembukaan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus
1945 oleh PPKI merupakan realisasi dari alinea/bagian kedua
Proklamasi 17 Agustua 1945.
3) Pembukaan UUD pada hakekatnya merupakan pernyataan
kemerdekaan secara terperinci dengan memuat pokok-pokok
pikiran adanya cita-cita luhur yang menjadi semangat pendorong
ditegakkannya kemerdekaan Indonesia.
Hal ini berarti antara Pembukaan UUD 1945 dan Proklamasi 17
Agustus 1945 merupakan satu kesatuan yang bulat, karena apa yang
terkandung didalam Pembukaan UUD 1945 merupakan amanat
keramat dari Proklamasi 17 Agustus 1945.

3. Pasal-Pasal UUD 1945


Hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945
Isi UUD 1945 dapat dibagi menjadi dua bagian yang memiliki
kedudukan berbeda, yaitu :
1) Pembukaan UUD yag terdiri dari empat alinea, dimana alinea
terakhir memuat Dasar nagara Pancasila.
2) Pasal-pasal UUD 1945 yang terdiri dari 20 bab, 73 pasal, 3 pasal
Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal-pasal
UUD 1945, dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut :
1) Ditinjau dari isi pengertian yang terkandung di dalam Pembukaan
UUD 1945
a) Dari alinea pertama, kedua, dan ketiga berisi rangkaian
peristiwa dan keadaan yang mendahului terbentuknya negara

13
yang merupakan rumusan dasar-dasar pemikiran yang
mendorong tersusunnya kemerdekaan. Pernyataan tersebut
tidak mempunyai hubungan organis dengan Batang Tubuh
UUD 1945.
b) Dari alenia keempat merupakan pernyataan yang
dilaksanakan setelah negara Indonesia terwujud. Pernyataan
tersebut mempunyai hubungan kausal dan organis dengn
Pasal-pasal UUD 1945 yang mencakup beberapa aspek :
 UUD itu ditentukan akan ada
 Apa yang diatur oleh UUD adalah tentang pembentukan
pemerintahan negara yang memenuhi berbagai
persyaratan
 Negara Indonesia berbentuk Republik yang
berkedaulatan rakyat
 Ditetapkannya dasar kerokhanian (Filsafat Negara
Pancasila)

2) Ditinjau dari pokok-pokok yang terkandung didalam Pembukaan


UUD 1945
Pokok-pokok pikiran yang terkandung didalam Pembukaan UUD
1945 disebutkan sebagai berikut :
a) Negara mengatasi segala paham golongan dan paham
perseorangan, dalam “Pembukaan” itu mengehendaki
persatuan segenap bangsa Indonesia seluruhnya.
b) Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat.
c) Negara berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan.
d) Negara berdasarkan atas  Ketuhanan Yang Maha Esa,
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

14
Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum yang
menguasai hukum dasar negara, UUD menciptakan pokok-
pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya. Itulah hubungan
antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945.
3) Ditinjau dari hakekat dan kedudukan Pembukaan UUD 1945
Pembukaan mempunyai kedudukan sebagai Pokok kaidah
Fundamental negara Republik Indonesia, dengan demikian
Pembukaan memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada
Pasal-pasal UUD 1945.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem ketatanegaraan dengan berdasarkan pada nilai-nilai dan yang
berhubungan dengan Pancasila, dapat menjadikan karakter suatu bangsa
memiliki moral yang sesuai dengan yang tercermin dalam sila-sila Pancasila.
Negara Indonesia dan masyrakat Indonesia dengan ketatanegaraannya
berdasar pada Pancasila akan membawa dampak positif bagi terbentuknya
bangsa Indonesia.
Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam
ilmu kenegaraan popular disebut sebagai dasar filsafat Negara (Philosofische
gronslai). Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan
sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara, termasuk sebagai
sumber tertib hukum di Negara Republik Indonesia. Konsekuensinya seluruh
peraturan perundang-undangan serta penjabarannya senantiasa berdasarkan
nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila.
Dengan menggunakan sistem ketatanegaraan berdasarkan pada nilai-
nilai dan yang berhubungan dengan Pancasila, dapat menjadikan karakter
suatu bangsa memiliki moral yang sesuai dengan yang tercermin dalam sila-
sila Pancasila. Negara Indonesia dan masyarakat Indonesia dengan
ketatanegaraannya berdasar pada Pancasila akan membawa dampak positif
bagi terbentuknya bangsa Indonesia.

B. Saran
Kepada semua pembaca khususnya mahasiswa Universitas Halu Oleo
(UHO) atau siapa saja yang menyempatkan membaca makalah ini bila
mendapat kekeliruan terhadap materi kami harap bisa meluruskannya dan
memakluminya. Maka kami banyak berharap kepada para pembaca untuk
tidak segan memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun kepada
kami.

16
DAFTAR PUSTAKA

Karsadi, dkk.2014. Pancasila di Perguruan Tinggi: Bentuk Moral, Karakter dan


Budaya Bangsa. Kendari: FKIP-Universitas Halu Oleo

Safiun, La Ode. 2014. Modul Pendidikan Pancasila. Kendari : FKIP-Universitas


Halu Oleo

Sugiarto, Ahmad. 2013. Makalah Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan


NKRI. http://pend-pancasila.blogspot.com/2013/12/makalah-pancasila-
dalam-konteks.html.

Tim Pengajar Mata Kuliah Umum. 2014. Buku Ajar Pancasila. Kendari:
Universitas Halu Oleo

17

Anda mungkin juga menyukai