Anda di halaman 1dari 25

WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK

INDONESIA
DITUJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
“PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN”

DOSEN PENGAMPU:
FARUQ ABDUL MUID, M.Pd.

DISUSUN OLEH
1. AHMAD MUWAFIQ ROSYADI (G94218152)
2. AMELIA RISKI FAIDAH (G94218154)
3. DEWI SETYA RAHMAWATI (G94218163)

PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami ucapkan rasa syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah kami yang berjudul “Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik
Indonesia” dengan tepat waktu.

Makalah ini telah kami susun secara maksimal dan tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada berbagai pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
penyusunan makalah ini, sehingga kami dapat mengatasi kesulitan dan hambatan
selama pembuatan makalah ini.

Makalah kami ini membahas tentang Wawasan Nusantara syang merupakan


geopolitik Indonesia. Wawasan Nusantara adalah salah satu pembahasan paling
penting dalam Pendidikan kewarganegaraan, sebab Wawasan Nusantara
mengandung nilai-nilai dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang harus
diterpakan oleh warga Indonesia di berbagai aspek kehidupan.

Kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Kami sangat menyadari


bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, terdapat beberapa kekurangan
baik dari segi penulisan maupun materi. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan karya kami di
masa mendatang.

Surabaya, 10 Desember 2018

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

A. Pengertian Geopolitik ............................................................................................... 3


B. Pengertian Wawasan Nusantara ............................................................................... 5
C. Latar Belakang Konsepsi Wawasan Nusantara ........................................................ 7
D. Unsur-Unsur Wawasan Nusantara.......................................................................... 10
E. Asas-Asas Wawasan Nusantara.............................................................................. 11
F. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan Wawasan Nusantara ........................................... 14
G. Implementasi Wawasan Nusantara ......................................................................... 16

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 20

A. Penutup ................................................................................................................... 20
B. Saran ....................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara konsepsional, Wawasan Nusantara merupakan wawasan nasional


bangsa Indonesia. Perumusan wawasan nasional bangsa Indonesia yang
selanjutnya disebut Wawasan Nusantara, itu merupakan salah satu konsepsi
politik dalam ketatanegaraan Republik Indonesia. Wawasan Nusantara sebagai
wawasan nasional bangsa Indonesia dibangun atas pandangan Geopolitik
bangsa. Pandangan bangsa Indonesia didasarkan pada konstelasi lingkungan
tempat tinggalnya yang menghasilkan konsepsi Wawasan Nusantara. Jadi,
Wawasan Nusantara merupakan penerapan dari teori Geopolitik bangsa
Indonesia.

Konsep geopolitik Indonesia berlandaskan pada pandangan kewilayahan


dan kehidupan bangsa. Sebagai negara yang sangat luas dengan berbagai
keragaman di dalamnya, Indonesia memiliki wawasan nusantara sebagai dasar

Pengembangan wawasan nasional. Tak hanya faktor geografi, Wawasan


Nusantara juga mengutamakan kepentingan masyarakat dalam aspek lain
seperti sosial budaya, politik, pertahanan dan keamanan, dan ekonomi.

Kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bermartabat dengan


mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Pemahaman dan pelaksanaan
Wawasan Nusantara yang lebih baik dalam ranah kehidupan pribadi maupun
kolektif serta dalam wilayah publik sangat menentukan kelangsungan hidup
bangsa dan negara. Dibutuhkan kesadaran warga negara dan penyelanggara
negara yang memadai di dalam melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab.
Di tengah tekanan berbagai masalah yang menghimpit bangsa.

Hal ini merupakan bagian integral yang menjamin eksitensi bangsa dan
negara dalam mewujudkan cita-cita nasional sekaligus manifestasi cita-cita

1
leluhur kita, dengan tetap menghargai kebhinekaan itu sebagai anugerah Tuhan
dan aset bangsa.

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai keterkaitan antara Wawasan


Nusantara dan Geopolitik, penulis mencoba membahasnya melalui sebuah
makalah yang berjudul “Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Geopolitik?


2. Apa pengertian Wawasan Nusantara?
3. Apa latar belakang konsepsi Wawasan Nusantara?
4. Apa saja asas-asas Wawasan Nusantara?
5. Apa saja unsur-unsur dasar Wawasan Nusantara?
6. Bagaimana kedudukan, fungsi, dan tujuan Wawasan Nusantara?
7. Bagaimana implementasi Wawasan Nusantara di Indonesia?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Geopolitik.


2. Untuk mengetahui pengertian Wawasan Nusantara.
3. Untuk mengetahui latar belakang konsepsi Wawasan Nusantara.
4. Untuk mengetahui asas-asas Wawasan Nusantara.
5. Untuk mengetahui unsur-unsur dasar Wawasan Nusantara.
6. Untuk mengetahui kedudukan, fungsi, dan tujuan Wawasan Nusantara.
7. Untuk mengetahui implementasi Wawasan Nusantara di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Geopolitik

Kata Geopolitik berasal dari kata geo dan politik. “Geo” berarti bumi, dan
“politik” berasal dari Bahasa Yunani politeia, yang berarti kesatuan masyarakat
yang berdiri sendiri, (yaitu, negara) dan teia, berarti urusan. Sementara dalam
Bahasa Inggris, politics adalah suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan, cara,
dan alat yang digunakan untuk mencapai cita-cita atau tujuan tertentu. Dalam
Bahasa Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai makna kepentingan
umum warga negara suatu bangsa. Politik merupakan suatu rangkaian asas,
prinsip, keadaan, jalan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu yang kita kehendaki.1

Geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan negara yang setiap


kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah atau tempat
tinggal suatu bangsa. Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari hubungan
antara faktor-faktor geografis, strategi, dan politik suatu negara, sedang untuk
implementasinya diperlukan suatu strategi yang bersifat nasional. Berdasarkan
hal ini, maka kebijakan penyelenggaraan bernegara didasarkan atas keadaan
atau tempat tinggal negara itu. Istilah geopolitik pertama kali diartikan oleh
Frederich Ratzel sebagai ilmu bumi politik (political geography), yang
kemudian diperluas oleh Rudolf Kjellen menjadi geographical politic,
disingkat Geopolitik.2

Untuk dapat mempertahankan negara kita, kita sebagai bangsa harus


mempunyai kesatuan cara pandang yang dikenal sebagai Wawasan Nasional.
Konsep Wawasan Nasional setiap bangsa berbeda. Hal ini berkaitan dengan

1
Srijanti, A. Rahman H. I., dan Purwanto S. K., Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Mahasiswa
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 133.
2
Wandhi Pratama Putra Sisman dan Ruslan Rauf, Pendidikan Kewarganegaraan Bingkai NKRI
(Bogor: Mitra Wacana Media, 2016), h. 230–231.

3
profil dari bangsa, sejarah, pandangan hidup, ideologi, budaya, politik, dan
geografi. Kedua unsur pokok, yaitu profil bangsa dan kondisi geografi sebuah
bangsa inilah yang harus diperhatikan dalam membuat konsep geopolitik suatu
negara. Konsep geopolitik ini memainkan peran yang sangat penting dalam
pembinaan kerja sama dan penyelesaian konflik antarnegara yang mungkin
muncul dalam proses pencapaian tujuan.3

Ditinjau dari tataran pemikiran/konsepsi yang berlaku di Indonesia,


Wawasan Nusantara adalah geopolitik Indonesia yang merupakan prasayarat
bagi terwujudnya cita-cita nasional yang tertuang dalam UUD 1945 dan
Pancasila. Konfigurasi Indonesia adalah unik dengan ciri-ciri demografi,
antropologi, meteorologi, dan latar belakang sejarah yang memberi banyak
peluang munculnya disintegrasi bangsa.

Tidaklah mengherankan apabila pendiri Republik sejak dini telah


meletakkan dasar-dasar geopolitik Indonesia yaitu melalui ikrar sumpah
pemuda, dimana amanatnya adalah satu nusa, yang berarti keutuhan ruang
nusantara; satu bangsa yang merupakan landasan kebangsaan Indonesia; satu
bahasa yang merupakan faktor pemersatu seluruh ruang nusantara bersama
isinya.

Kebangsaan Indonesia terdiri dari 3 unsur geopolitik, yaitu:


1. Rasa kebangsaan
2. Paham kebangsaan
3. Semangat kebangsaan

Ketiga-tiganya menyatu secara utuh menjadi jiwa bangsa Indonesia dan


sekaligus pendorong tercapainya cita-cita proklamasi. Rasa kebangsaan adalah
suplimasi dari sumpah pemuda dan menyatukan tekad menjadi bangsa yang
kuat, dihormati dan disegani diantara bangsa-bangsa di dunia ini. Paham

3
Srijanti, A. Rahman H. I., dan Purwanto S. K., Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Mahasiswa,
h. 133–134.

4
kebangsaan yang merupakan pengertian yang mendalam tentang apa dan
bagaimana bangsa itu serta bagaimana mewujudkan masa depannya.4

B. Pengertian Wawasan Nusantara

Istilah Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan Nusantara. Kata
Wawasan berasal dari kata wawas (bahasa Jawa) yang berarti pandangan,
tatapan, tinjauan atau penglihatan indrawi. Selanjutnya muncul kata mawas
yang berarti memandang, menatap, meninjau, atau melihat. Sehingga istilah
wawasan dapat berarti cara pandang, cara menatap, dan cara meninjau. Istilah
Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau kesatuan
kepulauan. Antara artinya menunjukkan letak antara dua unsur. Jadi, Nusantara
artinya kesatuan kepulauan yang terletak di antara dua benua yaitu benua Asia
dan benua Australia, dan dua samudera/lautan yaitu samudera Hindia dan
samudera Pasifik. Jika ditinjau dari letaknya secara nyata Nusantara berada di
Asia Tenggara yang dilewati garis khatulistiwa/ garis equator atau bisa juga
disebut terletak di bawah Geostationary Satelite Orbit (GSO). Bentuknya
kepulauan. Karena beberapa faktor tersebut di atas maka kata “nusantara” dapat
digunakan sebagai pengganti nama Indonesia.5

Dalam Desain Induk Pemantapan Wawasan Kebangsaan Tahun 2012-2024


yang disusun oleh Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan
Keamanan (Menko Polhukham) dijelaskan bahwa Wawasan Nusantara adalah
kesamaan persepsi pada segenap komponen bangsa Indonesia sebagai dasar
bagi terbangunnya rasa dan semangat nasional yang tinggi dalam semua aspek
kehidupan nasional, sebagai faktor pendorong untuk berbuat dan berprestasi
bagi kejayaan negara dan bangsa. Wawasan Nusantara mencakup bagaimana
implementasi dari realitas konstelasi geografis dan keragaman yang dimiliki

4
Muhammad Junaidi, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 118.
5
Marsono, Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi (Bogor: IN
Media, 2015), h. 62.

5
NKRI sebagai negara kepulauan yang memiliki konsep kesatuan yang padu:
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan.6

Menurut Kelompok Kerja LEMHANAS (Lembaga Pertahanan Nasional)


1999 pengertian wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa
indonesia mengenai diri dan lingkungan yang beragam dan bernilai startegis
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dan kesatuan wilayah
dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
untuk mencapai tujuan nasional.7

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, secara sederhana Wawasan


Nusantara berarti cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan
lingkungannya. Diri yang dimaksud adalah diri bangsa Indonesia sendiri serta
nusantara sebagai lingkungan tempat tinggalnya.

Dalam GBHN disebutkan bahwa hakikat Wawasan Nusantara diwujudkan


dengan menyatakan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik,
kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi, kepulauan Nusantara
sebagai satu kesatuan sosial budaya, kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan
pertahanan keamanan8

Guna memahami maksud dari Wawasan Nusantara dan hakekatnya dapat


dilakukan dengan beberapa pendekatan antara lain: pendekatan kenegaraan dan
pendekatan kebangsaan.

Salah satu persyaratan mutlak harus dimiliki oleh sebuah negara adalah
wilayah kedaulatan, di samping rakyat dan pemerintahan yang diakui. Konsep
dasar wilayah kepulauan telah diletakkan melalui Deklarasi Djuanda 13
Desember 1957. Deklarasi tersebut memiliki nilai sangat strategis bagi bangsa
Indonesia, karena telah melahirkan konsep Wawasan Nusantara yang
menyatukan wilayah Indonesia. Laut Nusantara bukan lagi sebagai pemisah,

6
A. Ubaedillah, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education): Pancasila, Demokrasi, dan
Pencegahan Korupsi (Jakarta: Kencana, 2015), h. 64.
7
Wandhi Pratama Putra Sisman dan Ruslan Rauf, Pendidikan Kewarganegaraan Bingkai NKRI, h.
217.
8
Ibid h. 218.

6
akan tetapi sebagai pemersatu bangsa Indonesia yang disikapi sebagai wilayah
kedaulatan mutlak Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ada bangsa yang secara eksplisit mempunyai cara bagaimana ia memandang


tanah airnya beserta lingkungannya. Cara pandang itu bisa dinamakan wawasan
nasional. Sebagai contoh, Inggris dengan pandangan nasionalnya berbunyi:
“Britain rules the waves”. Ini berarti tanah Inggris bukan hanya sebatas
pulaunya, tetapi juga lautnya. Tetapi cukup banyak juga negara yang tidak
mempunyai wawasan, seperti: Thailand, Perancis, Myanmar dan sebagainya.
Indonesia wawasan nasionalnya adalah Wawasan Nusantara yang disingkat
Wasantara. Wasantara ialah cara pandang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensinya yang
sarwa nusantara dan penekanannya dalam mengekspresikan diri sebagai bangsa
Indonesia di tengah-tengah lingkungannya yang sarwa nusantara itu. 9

Wawasan Nusantara sebagai geopolitik Indonesia dalam wujudnya akan


merupakan sebagai suatu gejala sosial yang bergerak dalam menyelenggarakan
dan menjamin kelangsungan hidup seluruh bangsa dan negara Indonesia untuk
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, dengan dasar persatuan nusa
Indonesia yang telah terkandung dalam ajaran Pancasila10

C. Latar Belakang Konsepsi Wawasan Nusantara

Latar belakang yang mempengaruhi konsepsi Wawasan Nusantara antara


lain adalah aspek falsafah Pancasila, aspek kewilayahan/geografis Nusantara,
aspek sosial budaya, dan aspek sejarah/historis Nusantara.

1. Aspek falsafah Pancasila


Nilai-nilai Pancasila mendasari perkembangan Wawasan Nasional,
antara lain memberi kesempatan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
masing-masing, sebagai wujud nyata penerapan HAM. Mengedepankan
kepentingan masyarakat yang lebih luas harus lebih diutamakan, tanpa

9
Benny Kurniawan, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Mahasiswa (Tangerang: Jelajah Nusa,
2012), h. 37.
10
Noor Ms Bakry, Pendidikan Kewarganegaraan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 279.

7
mematikan kepentingan golongan. Pengambilan keputusan yang
menyangkut kepentingan Bersama diusahakan melalui musyawarah.
Kemakmuran yang hendak dicapai masing-masing warganya tidak
merugikan orang lain. Sikap tersebut mewarnai Wawasan Nasional yang
dianut dan dikembangkan bangsa Indonesia.11

Berdasarkan falsafah Pancasila, manusia Indonesia adalah makhluk


ciptaan Tuhan yang mempunyai naluri, akhlak, daya pikir, dan sadar akan
keberadaannya yang serba terhubung dengan sesamanya, lingkungannya,
alam semesta, dan penciptanya. Kesadaran ini menumbuhkan cipta, karsa,
dan karya untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya
dari generasi ke generasi. Berdasarkan kesadaran yang dipengaruhi oleh
lingkunagnnya, manusia Indonesia memiliki motivasi antara lain untuk
menciptakan suasana damai dan tenteram menuju kebahagiaan serta
menyelenggarakan keteraturan dalam membina hubungan antarsesama.12

2. Aspek Kewilayahan/Geografis
Kondisi dan konstelasi geografi Indonesia mengandung beraneka
ragam kekayaan alam baik yang berada di dalam maupun di atas permukaan
bumi, potensi di ruang udara dan ruang antariksa, dan jumlah penduduk
yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang memiliki budaya, tradisi,
serta pola kehidupan yang beraneka ragam.

Dengan demikiran, secara kontekstual, wilayah Indonesia


mengandung kelebihan dan kelemahan/kerawanan. Karena itu, kondisi dan
konstelasi geografi ini harus dicermati secara utuh menyeluruh dalam
perumusan kebijaksanaan politik yang disebut Geopolitik Indonesia.
Dengan kata lain, setiap perumus kebijaksanaan nasionak harus memiliki
wawasan kewilayahan atau ruang lingkup bangsa yang diatur oleh politik
kenegaraan. Karena itu, wwasan kebangsaan atau wawasan nasional

11
Srijanti, A. Rahman H. I., dan Purwanto S. K., Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Mahasiswa,
h. 134.
12
S. Sumarsono dkk, Pendidikan Kewarganegaraan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), h.
64.

8
Indonesia yang memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi dan
konstelasi geografis Indonesia mengharuskan tetap terpeliharanya keutuhan
dan kekompakan wilayah, tetap dihargainya dan dijaganya ciri, karakter
serta kemampuan (keunggulan dan kelemahan) masing-masing daerah, dan
diupayakannya pemanfaatan nilai lebih dari geografi Indonesia.13

3. Aspek Sosial Budaya


Budaya dan kebudayaan dalam arti etimologis adalah segala sesuatu
yang dihasilkan oleh kekuatan budi manusia. Karena manusia tidak hanya
bekerj dengan kekuatan budinya, melainkan juga dengan perasaan,
imajinasi, dan kehendaknya, menjadi lebih lengkap jika kebudayaan
diungkapkan sebagai cita, rasa, dan karsa (budi, perasaan, dan kehendak).

Sosial budaya, sebagai salah satu aspek kehidupan nasional di


samping politik, ekonomi, serta pertahanan dan keamanan adalah faktor
dinamik masyarakat yang terbentuk oleh keseluruhan pola tingkah laku lahir
batin yang memungkinkan berlangsungnya hubungan sosial di antara
anggotanya.14

Menurut ahli antropologi, tidak mungkin ada masyarakat kalua tidak


ada kebudayaan, dan sebaliknya. Kebudayaan hanya mungkin ada di dalam
masyarakat. Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang masing-masing
memiliki adat istiadat, Bahasa, agama, dan kepercayaan. Oleh karena itu,
tata kehidupan nasional yang berhubungan dengan interaksi antargolongan
masyarakat mengandung potensi konflik yang besar, terlebih lagi kesadaran
nasional masyarakat masih relatif rendah dan jumlah masyarakat yang
terdidik relatif terbatas.15

4. Aspek Sejarah/Historis
Perjuangan suatu bangsa dalam meraih cita-cita pada umumnya
tumbuh dan berkembang dari latar belakang sejarahnya. Dengan semangat

13
Ibid, h. 73-75.
14
Ibid, h. 75.
15
Srijanti, A. Rahman H. I., dan Purwanto S. K., Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Mahasiswa,
h. 135.

9
kebangsaan yang menghasilkan proklamasi 17 Agustus 1945 di mana
Indonesia mulai merdeka, semangat ini harus tetap dipertahankan dengan
semangat persatuan yang esensinya adalah mempertahankan persatuan
bangsa dan menjaga wilayah kesatuan Indonesia. Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia merupakan wawasan nasional. Indonesia diwarnai oleh
pengalaman sejarah yang tidak menghendaki terulangnya perpecahan dalam
lingkungan bangsa dan negara Indonesia.16

D. Asas-Asas Wawasan Nusantara

Asas wawasan nusantara merupakanketentuan-ketentuan atau kaidah-


kaidah dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara, dan diciptakan demi
tetaptaat dan setianya komponen kesepakatan Bersama. Harus disadari bahwa
jika wawasan nusantara diabaikan, komponen pembentuk kesepakatan Bersama
akan melanggar kesepakatan Bersama tersebut, yang berarti bercerai-berainya
bangsa dan negara Indonesia. Berikut adalah asas-asas Wawasan Nusantara:

1. Kepentingan yang sama


Ketika menegakkan dan merebut kemerdekaan, kepentingan Bersama
bangsa Indonesia adalah menghadapi penjajahan secara fisik dari bangsa
lain. Sekarang bangsa Indonesia harus menghadapi jenis “penjajahan” yang
berbeda dengan negara asing. Misalnya, kehidupan dalam negeri bangsa
Indonesia mendapat tekanan dan paksaan, baik secara halus maupun kasar
dengan cara adu domba dan pecah-belah bangsa dengan menggunakan dalih
HAM, demokrasi, dan lingkungan hidup. Sementara itu, tujuan yang sama
adalah tercapainya kesejahteraan dan rasa aman yang lebih baik daripada
sebelumnya.

2. Keadilan
Keadilan berarti kesesuaian pembagian hasil yang andil, jerih payah usaha,
dan kegiatan-kegiatan, baik orang-perorangan, golongan, kelompok,
maupun daerah.

16
Ibid, h. 135.

10
3. Kejujuran
Kejujuran yang berarti keberanian berpikir, berkata, dan bertindak sesuai
realita serta ketentuan yang benar, meskipun realita atau ketentuan itu pahit
dan kurang enak dengar. Demi kebenaran dan kemajuan bangsa dan negara,
hal ini harus dilakukan.

4. Solidaritas
Solidaritas yang berarti diperlukan rasa setia kawan, mau memberi dan
berkorban bagi orang lain tanpa meninggalkan ciri dan karakter budaya
masing-masing.

5. Kerja sama
Kerja sama berarti adanya koordinasi, saling pengertian yang didasarkan
atas kesetaraan kerja kelompok, baik kelompok yang kecil maupun
kelompok yang besar demi terciptanya sinergi yang lebih baik.

6. Kesetiaan
Kesetiaan yang dimaksud di sini adalah kesetiaan terhadap kesepakatan
Bersama untuk menjadi bangsa dan mendirikan negara Indonesia, yang
dimulai dengan dicetuskannya dan dirintis oleh Budi Utomo pada tahun
1908, Sumpah Pemuda pada tahun 1928, dan proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945. Kesetiaan terhadap kesepakatan ini sangatlah penting dan
menjadi tonggak utama terciptanya persatuan dan kesatuan dalam
kebhinnekaan. Jika kesetiaan terhadap kesepakatan Bersama ini goyah
apalagi ambruk, dapat dipastikan bahwa persatuan dan kesatuan dalam
kebhinnekaan bangsa Indonesia juga akan berantakan pula. Ini berarti
hilangnya negara kesatuan Indonesia.17

E. Unsur-Unsur Dasar Wawasan Nusantara

Konsepsi Wawasan Nusantara terdiri dari 3 unsur dasar, yaitu: wadah, isi,
dan tata laku. Ketiga unsur tersebut diuraikan sebagai berikut:

17
Heri Herdiawanto dan Jumanta Hamdayama, Cerdas, Kritis, dan Aktif Berwarganegara (Jakarta:
Erlangga, 2010), h. 124–125.

11
1. Wadah
Wadah Wawasan Nusantara meliputi tiga komponen, yaitu: wujud wilayah,
tata inti organisasi, dan tata kelengkapan organisasi.

a. Wujud wilayah
Batas ruang lingkup Nusantara ditentukan oleh lautan yang
di dalamnya terdapat gugusan ribuan pulau yang saling dihubungkan
oleh dalamnya perairan. Baik laut maupun selat serta dirgantara di
atasnya yang merupakan satu kesatuan ruang wilayah. Oleh karena
itu, Nusantara dibatasi oleh lautan dan daratan serta dihubungkan
oleh perairan di dalamnya. Setelah bernegara dalam NKRI, bangsa
Indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang merupakan wadah
dari berbagai kegiatan kenegaraan dalam wujud suprastruktur
politik, sementara wadah dalam kehidupan bermasyarakat adalah
Lembaga dalam wujud infrastruktur politik.

b. Tata inti organisasi


Tata inti organisasi negara didasarkan pada UUD 1945 yang
menyangkut bentuk kedaulatan negara, kekuasaan pemerintah,
sistem pemerintahan, dan sistem perwakilan. Negara Indonesia
adalah negara kesatuan yang berbentuk republic. Kedaulatan berada
di tangan rakyat yang dilaksanakan menurut UU. Sistem
pemerintahan menganut sistem presidensial. Presiden memegang
kekuasaan berdasarkan UUD 1945. Indonesia adalah negara hukum
(Rechtsstaat), bukan negara kekuasaan (Machtsstaat). Anggota
DPR dipilih langsung oleh rakyat, sekaligus menjadi anggota MPR.

c. Tata kelengkapan organisasi


Wujud tata kelengkapan organisasi adalah kesadaran
berpolitik dan bernegara yang harus dimiliki oleh seluruh rakyat,
mencakup aparatur negara, partai politi, organisasi masyarakat, dan
kalangan pers. Semua lapisan masyarakat diharapkan dapat

12
mewujudkan demokrasi yang secara konstitusional berdasarkan
UUD 1945 dan secara ideal berdasarkan filsafat Pancasila.18

2. Isi (content)
Isi menyangkut 2 hal yang esensial, yaitu:

a. Aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta


tujuan nasional yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945, tercermin
dalam perspektif kehidupan bangsa Indonesia, meliputi:
1. Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.
2. Rakyat Indonesia yang berkehidupan kebangsaan yang bebas.
3. Pemerintahan negara Indonesia melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kesejahteraan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

b. Untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya bangsa Indonesia


harus mampu menciptakan persatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan
yang meliputi semua aspek kehidupan nasional yang berciri manunggal
dan utuh menyeluruh meliputi:
1. Satu kesatuan wilayah nusantara yang mencakup daratan, perairan,
dan dirgantara secara terpadu.
2. Satu kesatuan politik dalam arti satu UUD dan politik
pelaksanaannya, serta satu ideoogi dan satu identitas nasional.
3. Satu kesatuan sosial budaya, dalam arti satu perwujudan masyarakat
Indonesia atas dasar “Bhinneka Tunggal Ika”, satu tertib sosial dan
satu tertib hukum.
4. Satu kesatuan ekonomi dengan berdasarkan atas asas usaha Bersama
dan asas kekeluargaan dalam satu sistem ekonomi kerakyatan.

18
Paul Sudiyono, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi (Yogyakarta: Thema
Publishing, 2017), h. 236–237.

13
5. Satu kesatuan pertahanan dan keamanan dalam satu sistem terpadu,
yaitu sistem pertahanan keamanan rakyat semesta
(SISHANKAMRATA).
6. Satu kesatuan kebijakan nasional dalam arti pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya yang mencakup aspek kebijakan
nasional.19

3. Tata laku
Tata laku merupakan dasar interaksi antara wadah denga nisi, yang
mencakup dua segi, yaitu: tata laku batiniah dan lahiriah.

a. Tata laku batiniah berlandaskan falsafah bangsa yang membentuk sikap


mental bangsa yang memiliki kekuatan batin. Dalam hal ini wawasan
nusantara berlandaskan pada falsafah Pancasila untuk membentuk sikap
mental bangsa yang meliputi cipta, rasa, dan karsa secara terpadu.
b. Tata laku lahiriah merupakan kekuatan yang utuh, dalam arti
kemanunggalan kata dan karya, leterpaduan pembicaraan dan
perbuatan. Dalam hal ini wawasan nusantara diwujudkan dalam satu
sistem organisasi yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan pengendalian.
Kedua hal tersebut akan mencerminkan identitas jati diri atau kepribadian
bangsa Indonesia berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang
memiliki rasa bangga dan cinta kasih kepada bangsa dan tanah air, sehingga
akan tumbuh semangat nasionalisme yang tinggi dalam segala aspek
kehidupan nasional.20

F. Kedudukan, Fungsi dan Tujuan Wawasann Nusantara

1. Kedudukan Wawasan Nusantara


a. Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional Bangsa Indonesia
merupakan ajaran yang diyakini kebenaran oleh rakyat agar tidak terjadi
penyesatan dan penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan

19
Ibid, h. 237-238.
20
Ibid, h. 238.

14
cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian, Wawasan Nusantara
menjadi landasan visional dalam menyelenggarakan kehidupan
nasional.
b. Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari
spesifikasinya sebagai berikut:
1. Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa, dan dasar negara;
berkedudukan sebagai landasan idiil.
2. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai landasan konstitusi
negara; berkedudukan sebagai landasan konstitusional.
3. Wawasan Nusantara sebagai visi nasional; berkedudukan sebagai
landasan visional.
4. Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional; berkedudukan
sebagai landasan konsepsional.
5. GBHN sebagai politik dan strategi nasional atau sebagai
kebijaksanaan dasar nasional; berkedudukan sebagai landasan
operasional.21

2. Fungsi Wawasan Nusantara


Sebagai wawasan nasional maka secara ideal Wawasan Nusantara
harus berfungsi dan mampu memberikan pedoman, arah dan tuntunan bagi
perjuangan untuk mencapai tujuan nasional. Prafat merumuskan bahwa
Wawasan Nusantara merupakan petunjuk operasional umum tertinggi
dalam penyelenggaraan pemerintahan negara dan kehidupan berbangsa,
serta sekaligus merupakan faktor integrasi dalam penyelenggaraan politik,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan, sehingga daya dan dana
di keempat bidang fungsi itu dapat dipacu secara serentak dan
didayagunakan secara terpadu agar memberikan hasil yang maksimal. 22

21
Arissetyanto Nugroho, Dadan Anugrah, dan Ghazaly Ama La Nora, Etika Berwarganegara:
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), h. 134.
22
Muhammad Erwin, Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia (Bandung: Refika
Aditama, 2010), h. 217.

15
3. Tujuan Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang
tinggi di segala aspek kehidupan rakyat Indonesia dalam segala bidang
kehidupan. Demi tercapainya tujuan nasionaltersebut merupakan pancaran
dari makin meningkatnya rasa, pemahaman, dan semangat kebangsaan
dalam jiwa bangsa Indonesia sebagai hasil pemahaman dan penghayatan
Wawasan Nusantara.23

G. Implementasi Wawasan Nusantara

Implementasi Wawasan Nusantara dimaksudkan menerapkan atau


melaksanakan Wawasan Nusantara dalam kehidupan sehari-hari secara
nasional yang mencakup kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya, serta
sistem pertahanan dan keamanan nasional. Dalam mengimplementasikan
Wawasan Nusantara, maka pemikiran, sikap, dan tindak tanduk warga negara
Indonesia harus bercermin pada Wawasan Nusantara dengan mengutamakan
kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan.

1. Implementasi Wawasan Nusantara dalam bidang politik


a. Pelaksanaan kehidupan politik yang diatur dalam undang-undang,
seperti UU Partai Politik, UU Pemilihan Umum, UU Pemilihan
Presiden, UU Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, DPRD I, dan
DPRD II, serta pelaksanaannya harus sesuai hukum dan mementingkan
kepentingan persatuan bangsa. Pemilihan presiden, disamping
menjalankan prinsip demokratis dan menyebabkan kekecewaan dan
kekurangadilan dalam praktik, tidak diperbolehkan sampai
menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam politik harus
diiringi dengan prinsip kedewasaan, yaitu siap menang, siap kalah, dan
melakukan kompromi.
b. Pelaksanaan kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia harus
berdasarkan hukum yang berlaku. Implementasi dari adanya suatu

23
Arissetyanto Nugroho, Dadan Anugrah, dan Ghazaly Ama La Nora, Etika Berwarganegara:
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, h. 134.

16
hukum, bahwa seluruh Indonesia harus mempunyai dasar hukum yang
sama bagi setiap warga negara, dan tidak ada prinsip pengecualian. Di
Indonesia terdapat banyak produk hukum yang dapat diterbitkan oleh
provinsi dan kabupaten, semua keputusan dalam bentuk peraturan
daerah (perda) tersebut tidak boleh bertentangan dengan hukum yang
berlaku di tingkat nasional, namun dapat mengakomodasi kepentingan
daerah atau hukum adat yang berlaku.
c. Mengembangkan hak asasi manusia dan sikap pluralism untuk
mempersatukan berbagai suku, agama, dan Bahasa yang berbeda-beda.
Dengan mengembangkan hak asasi dan pluralism akan menumbuhkan
rasa toleransi, sikap menghargai terhadap perbedaan sehingga kesatuan
bangsa lebih mudah dipelihara.
d. Memperkuat komitmen politik terhadap partai politik dan lembaga
pemerintahan untuk meningkatkan semangat kebangsaan, dan
pertahanan untuk menjaga kesatuan bangsa yang terdiri atas pulau-
pulau.
e. Meningkatkan peran Indonesia dalam kancah internasional dan
memperkuat korps diplomatic untuk mempertahankan posisi dan
kedaulatan wilayah Indonesia dari upaya pencaplokan wilayah
Indonesia terutama pulau-pulau terluar dan pulau kosong.24

2. Implementasi Wawasan Nusantara dalam bidang ekonomi


a. Wilayah Nusantara merupakan potensi ekonomi yang tinggi. Beberapa
potensi tersebut adalah: (1) posisi di khatulistiwa memungkinkan
matahari muncul setiap hari dan dengan tanah yang subur menjadikan
potensi pertanian yang besar; (2) luas wilayah laut dengan dakuinya
ZEE (Zona Ekonomi Eksekutif), menjadikan Indonesia mempunyai
pantai terpanjang di dunia dan merupakan potensi bagi pengembangan
industri kelautan; (3) Indonesia memiliki luas hutan tropis cukup besar
untuk potensi industri kehutanan; (4) Indonesia mempunyai hasil

24
Ibid, h. 143

17
tambang dan minyak yang relatif besar; dan (5) Indonesia mempunyai
jumlah penduduk yang besar, sehingga menjadi potensi tenaga kerja dan
pasar sekaligus. Melihat potensi yang besar, maka pembangunan
ekonomi harus berdasarkan kondisi alam di Indonesia, oleh sebab itu
fokus pada sector dan industri pertanian menjadi dasar yang kuat bagi
pembangunan ekonomi Indonesia.
b. Pembangunan ekonomi harus memperhatikan keadilan dan
keseimbangan antardaerah. Kepincangan ekonomi akan menyebabkan
adanya disintegrasi bangsa, oleh sebab itu adanya otonomi daerah
merupakan salah satu jawabandalam upaya menciptakan keadilan
ekonomi. Otonomi daerah harus didukung terus dan dilakukan
perbaikan berkelanjutan. Selain itu, untuk menciptakan keadilan,
alokasi dana umum dan dana perimbangan pemerintah pusat dan daerah
harus tetap dijalankan dengan transparan untuk menciptakan keadilan,
karena ada daerah yang kaya dengan sumber daya alam dan ada yang
miskin sumber daya alam.
c. Pengembangan ekonomi harus dirancang dengan melibatkan partisipasi
rakyat, dan karena adanya pengembangan usaha kecil dan menengah
yang jumlahnya sangat besar perlu di dorong dan diberikan fasilitas
seperti kredit mikro, pemberian pelatihan serta prluang pasar.25

3. Implementasi Wawasan Nusantara dalam bidang sosial dan budaya


a. Mengembangkan perikehidupan bangsa yang serasi antara masyarakat
yang berbeda, baik budaya maupun status sosial, dan daerah dengan
tingkat kemajuan yang sama, merata, seimbang dengan kemajuan
bangsa. Hal ini dapat dilakukan dengan pemerataan Pendidikan,
sehingga tingkat pengetahuan antar daerah sama, program wajib belajar
harus berjalan dan diprioritaskan bagi daerah yang masih tertinggal.
Selain program wajib belajar, program pertukaran anggota masyarakat

25
Ibid, h. 143-144.

18
dan siswa perlu dilakukan untuk menciptakan keseimbangan
antardaerah.
b. Pembangunan bidang sosial harus berorientasi pada pengembangan
budaya Indonesia. Di Indonesia terdapat banyak sekali budaya karena
faktor suku dan daerah yang banyak. Budaya ini menjadi kekayaan
Indonesia yang harus dilestarikan. Program pelestarian budaya,
pengembangan museum, dan cagar budaya harus diperhatikan dan
ditingkatkan untuk mengembangkan kebudayaan Indonesia dan dapat
dijadikan kegiatan pariwisata sebagai sumber pendapatan nasional dan
daerah.26

4. Implementasi Wawasan Nusantara dalam bidang pertahanan dan keamanan


a. Kegiatan pembangunan pertahanan dan keamanan harus memberikan
kesempatan pada setiap warga negara untuk berperan aktif. Kegiatan
mempertahankan negara merupakan kewajiban setiap warga negara.
Oleh sebab itu, peran warga negara perlu ditingkatkan, seperti
memelihara lingkungan tempat tinggal, meningkatkan kemampuan
disiplin, melaporkan hal-hal yang mengganggu keamanan kepada
apparat, dan bahkan kegiatan belajar kemiliteran.
b. Membangun rasa persatuan, sehingga ancaman suatu daerah atau pulau
menjadi ancaman bagi daerah lain. Rasa persatuan ini dapat diciptakan
dengan membangun solidaritas dan hubungan erat antara warga negara
yang berbeda daerah dengan kekuatan keamanan. Program seperti
mengikutsertakan siswa dan mahasiswa serta masyarakat dalam
kegiatan operasional TNI dari satu daerah dengan daerah lain dapat
memupuk rasa persatuan.
c. Membangun TNI yang profesional serta menyediakan sarana dan
prasarana yang memadai bagi kegiatan pengamanan wilayah Indonesia
terutama pulau dan wilayah terluar Indonesia.27

26
Ibid, h. 144-145.
27
Ibid, h. 145.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara faktor-faktor
geografis, strategi, dan politik suatu negara, sedang untuk implementasinya
diperlukan suatu strategi yang bersifat nasional. Berdasarkan hal ini, maka
kebijakan penyelenggaraan bernegara didasarkan atas keadaan atau tempat
tinggal negara itu.
2. Wawasan Nusantara adalah kesamaan persepsi pada segenap komponen
bangsa Indonesia sebagai dasar bagi terbangunnya rasa dan semangat
nasional yang tinggi dalam semua aspek kehidupan nasional, sebagai faktor
pendorong untuk berbuat dan berprestasi bagi kejayaan negara dan bangsa.
3. Konsepsi Wawasan Nusantara dilatarbelakangi oleh empat aspek, yaitu
aspek falsafah Pancasila, aspek kewilayahan/geografis, aspek sosial budaya,
dan aspek sejarah/historis.
4. Wawasan Nusantara memiliki 6 asas (prinsip), yaitu asas kepentingan
bersama, asas keadilan, asas kejujuran, asas solidaritas, asas kerja sama, dan
asas kesetiaan.
5. Wawasan Nusantara terdiri dari tiga unsur, yaitu wadah, isi, dan tata laku.
Unsur wadah memiliki 3 komponen: wujud wilayah, tata inti organisasi, dan
tata kelengkapan organisasi. Unsur isi memiliki 2 komponen: Aspirasi
bangsa dan komponen persatuan nasional. Sedangkan unsur tata laku
terbagi menjadi dua, yakni lahiriah dan batiniah.
6. Wawasan nusantara berkedudukan sebagai wawasan nasional sekaligus visi
nasional Indonesia yang juga sebagai landasan konsepsional. Wawasan
Nusantara berfungsi sebagai pedoman, arah dan tuntunan bagi perjuangan
untuk mencapai tujuan nasional. Tujuan dari Wawasan Nusantara adalah
mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan rakyat
Indonesia dalam segala bidang kehidupan.

20
7. Wawasan Nusantara dapat diimplementasikan ke dalam empat bidang,
yakni bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial budaya, serta bidang
pertahanan keamanan.
B. Saran
Sebagai warga negara Indonesia, kita harus memahami konsep Wawasan
Nusantara dan harus mampu mengimplementasikannya di dalam kehidupan
sehari-hari sebab Wawasan Nusantara adalah ilmu geopolitik Indonesia yang
memuat nilai-nilai politik dan geografis yang dapat menjamin kelangsungan
dan eksistensi bangsa dan negara Indonesia, serta merupakan pedoman dan
motivasi untuk mencapai tujuan nasional.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arissetyanto Nugroho, Dadan Anugrah, dan Ghazaly Ama La Nora. Etika


Berwarganegara: Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015.
Erwin, Muhammad. Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia. Bandung:
Refika Aditama, 2010.
Heri Herdiawanto dan Jumanta Hamdayama. Cerdas, Kritis, dan Aktif
Berwarganegara. Jakarta: Erlangga, 2010.
Kurniawan, Benny. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Mahasiswa. Tangerang:
Jelajah Nusa, 2012.
Marsono. Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi.
Bogor: IN Media, 2015.
Junaidi, Muhammad. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013.
Bakry, Noor Ms. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009.
S. Sumarsono dkk. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2002.
Wandhi Pratama Putra Sisman, dan Ruslan Rauf. Pendidikan Kewarganegaraan
Bingkai NKRI. Bogor: Mitra Wacana Media, 2016.
Srijanti, A. Rahman H. I., dan Purwanto S. K. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
Mahasiswa. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Sudiyono, Paul. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Thema Publishing, 2017.
Ubaedillah, A. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education): Pancasila,
Demokrasi, dan Pencegahan Korupsi. Jakarta: Kencana, 2015.

Anda mungkin juga menyukai