Anda di halaman 1dari 22

TEORI PENAWARAN ISLAM

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“EKONOMI MIKRO ISLAM”

Dosen Pengampu :

M. Syaukin Muttaqin, ME

KELOMPOK 10 :

1. Tifany Faizzah Dhiba (G74218139)

2. Cindy Ananda Putri (G94218161)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2018
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim...........

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Teori Penawaran Islam”  ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan

untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata

kuliah Ekonomi Mikro Islam Bpk M. Syaukin Muttaqin, ME.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan materi-materi yang penulis

peroleh dari buku panduan, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada

pengajar mata kuliah Ekonomi Mikro Islam atas bimbingan dan arahan dalam

penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah ikut andil

dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat

pada waktunya.

Kami berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi

kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Teori

Penawaran Islam khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari

sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Surabaya, 24 November 2018

Penulis

(Kelompok 10)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Teori Penawaran dalam Perspektif Islam...............................................................3
B. Kurva Penawaran Jangka Pendek...........................................................................8
C. Marginal Cost dan Kurva Penawaran...................................................................10
D. Producer Surplus..................................................................................................12
E. Pengaruh Zakat terhadap Penawaran....................................................................15
BAB III............................................................................................................................17
PENUTUP.......................................................................................................................17
A. Kesimpulan..........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori mikro ekonomi selalu didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi

sebagai suatu bidang studi dalam ilmu ekonomi yang menerangkan tentang

kegiatan dalam bagian-bagian kecil dari keseluruhan perekonomian, salah

satunya teori penawaran.

Penawaran (supply), dalam ilmu ekonomi adalah banyaknya barang

atau jasa yang tersedia dan dapat ditawarkan oleh produsen kepada konsumen

pada setiap tingkat harga selama periode waktu tertentu. Teori penawaran

yaitu teori yang menerangkan sifat penjual dalam menawarkan barang yang

akan dijual.

Pada dasarnya terdapat garis harga yang tak terbatas jumlahnya di atas

titik perpotongan antara kurva biaya variabel rata-rata, dan dari sinilah kita

dapat menemukan kuantitas yang dapat ditawarkan pada setiap tingkat harga.

Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat

hubungan antara harga suatu jumlah barang dan jumlah barang tersebut yang

ditawarkan pada penjual. Gerakan sepanjang dan pergeseran kurva

penawaran, perubahan di dalam jumlah yang ditawarkan dapat berlaku

sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran. Satu aspek penting yang

memberikan suatu perbedaan dalam pespektif ini kemungkinan besar berasal

dari landasan filosofi dan moralitas yang didasarkan pada premis nilai-nilai

1
Islam. Penawaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain harga barang,

tingkat teknologi, jumlah produsen di pasar, harga bahan baku serta harapan

dan spekulasi.

Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana konsep dari penawaran,

hukum penawaran, teori penawaran dalam Islam, serta kurva penawaran.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teori penawaran dalam perspektif Islam?

2. Bagaimana kurva penawaran jangka pendek?

3. Apa yang dimaksud marginal cost dan kurva penawaran?

4. Apa yang dimaksud dengan producer surplus?

5. Bagaimana pengaruh zakat terhadap penawaran?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui teori penawaran dalam perspektif Islam.

2. Untuk mengetahui kurva penawaran jangka pendek.

3. Untuk mengetahui maksud dari marginal cost dan kurva penawaran.

4. Untuk mengetahui maksud dari producer surplus.

5. Untuk mengetahui pengaruh zakat terhadap penawaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Penawaran dalam Perspektif Islam

Imam Ghazali membicarakan tentang penawaran dan permintaan,

bahwa harga berlaku seperti yang ditentukan dalam praktik pasar, sebuah

konsep yang kemudian dikenal sebagai as-tsaman al-adil (harga yang adil).

Kemudian diungkapkan secara konsepsional pengertian penawaran adalah

banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu,

pada periode tertentu dan pada tingkat harga tertentu. Atau dengan kata lain

penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang tersedia untuk dijual pada

berbagai tingkat harga dan situasi. Sebagaimana halnya dengan permintaan,

maka pada teori penawaran juga dikenal apa yang dinamakan jumlah barang

yang ditawarkan dan penawaran. Penawaran adalah gabungan seluruh jumlah

barang yang ditawarkan oleh penjual pada pasar tertentu, periode tertentu, dan

pada berbagai macam tingkat harga tertentu (Karim, 2004:325)1

Berbagai factor yang mempengaruhi produsen dalam menawarkan

produknya pada suatu pasar diantaranya sebagai berikut:

a. Harga barang itu sendiri.

b. Harga barang-barang lain.

Dalam membahas teori permintaan bahwa barang-barang ada yang

saling bersaingan (barang-barang pengganti) satu sama lain dalam


1
Ismail Nawawi, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam (Jakarta: Dwiputra
Pustaka Jaya, 2010), hlm. 34.

3
memenuhi kebutuhan masyarakat. Barang-barang seperti itu dapat

menimbulkan pengaruh yang penting kepada penawaran sesuatu barang.

Sebagai contoh, oleh karena kenaikan biaya produksi di luar negeri maka

buku tulis yang diimpor bertambah mahal harganya. Beberapa konsumen

buku tulis impor sekarang lebih suka membeli buku tulis buatan dalam

negeri dan menaikkan permintaan terhadapnya. Kenaikan permintaan ini

akan memberi dorongan kepada produsen dalam negeri untuk menaikkan

produksi dan penawaran buku tulis.

c. Ongkos dan biaya produksi.

Pembayaran kepada faktor-faktor produksi merupakan pengeluaran

yang sangat penting dalam proses produksi berbagai perusahaan.

Pengeluaran tersebut mempunyai peranan yang sangat besar dalam

menentukan biaya produksi. Tanpa adanya kenaikan produktivitas dan

efisiensi, kenaikan harga faktor-faktor produksi akan menaikkan biaya

produksi. Di beberapa perusahaan kenaikan pengeluaran untuk

memperoleh faktor-faktor produksi akan menyebabkan biaya produksi

melebihi hasil penjualannya dan mereka mengalami kerugian. Ini dapat

menimbulkan penutupan usaha tersebut dan jumlah penawaran barang

menjadi berkurang.

d. Tujuan produksi dari perusahaan.

4
Dalam teori ekonomi selalu dimisalkan perusahaan berusaha

memaksimumkan keuntungan. Dengan pemisalan ini tiap perusahaan tidak

berusaha untuk menggunakan kapasitas memproduksinya secara

maksimal, tetapi akan menggunakannya pada tingkat kapasitas yang

memaksimumkan keuntungannya. Tetapi dalam prakteknya perusahaan-

perusahaan banyak yang mempunyai tujuan lain. Tujuan yang berbeda-

beda tersebut menimbulkan efek yang berbeda terhadap penentuan tingkat

produksi. Dengan demikian penawaran sesuatu barang akan berbeda

sifatnya sekiranya terjadi perubahan dalam tujuan yang ingin dicapai

perusahaan.

e. Teknologi yang digunakan.

Tingkat teknologi memegang peranan penting dalam menentukan

banyaknya jumlah barang yang dapat ditawarkan. Kemajuan teknologi

telah dapat mengurangi biaya produksi, mempertinggi produktifitas,

mempertinggi mutu barang dan menciptakan barang-barang yang baru.

Dalam hubungannya dengan penawaran suatu barang, kemajuan teknologi

menimbulkan dua efek, yaitu (1) produksi dapat ditambah dengan lebih

cepat, dan (2) biaya produksi semakin murah. Dengan demikian

keuntungan menjadi bertambah tinggi.

Apabila beberapa factor yang mempengaruhi tingkat penawaran diatas

di anggap tetap selain harga barang itu sendiri (harga barang substitusi tetap,

ongkos dan biaya produksi relative tidak berubah, tujuan perusahaan tetap pada

orientasinya, teknologi yang digunakan tidak berkembang, dan lainnya

5
dianggap tidak berubah), maka penawaran hanya ditentukan oleh

harga.Artinya, besar kecilnya perubahan penawaran di determinasi/ditentukan

oleh besar kecilnya perubahan harga.Dalam hal ini berlaku perbandingan lurus

antara harga terhadap penawaran.Sebagai mana konsep asli dari penemunya

(Alfred Marshall), maka perbandingan lurus antara harga terhadap penawaran

di sebut hukum penawaran.

Hukum penawaran adalah kuantitas barang dan jasa yang bersedia

untuk dijualnya pada berbagai tingkat harga dalam periode waktutertentu.

Dengan demikian, hukum penawaran adalah “perbandingan lurus antara harga

terhadap jumlah barang yang ditawarkan, yaitu apabila harga naik, maka

penawaran akan meningkat, sebaliknya apabila harga turun, penawaran akan

turun”.2

Berdasarkan hukum permintaan dan penawaran yang telah dijelaskan

oleh ekonom Muslim klasik di atas, ternyata Abu Yusuf (113 H – 182 H / 731

M – 798 M), lebih melihat pada realitas yang ada di tengah masyarakat. Abu

Yusuf menyatakan pada kenyataannya tidak selalu terjadi, bahwa bila

2
Ibid., hlm. 35.

6
persediaan barang sedikit, maka harga akan mahal, dan bila persediaan barang

melimpah, harga akan murah. Menurutnya “kadang-kadang makanan

berlimpah, tetapi tetap mahal dan kadang-kadang makanan sangat sedikit tapi

murah”. Ini karena harga tidak tergantung pada permintaan saja, tetapi juga

bergantung pada kekuatan penawaran.

Dalam kitab al-Kharaj, Abu Yusuf menjelaskan tidak ada batasan

tertentu tentang murah dan mahal yang dapat dipastikan. Hal tersebut ada yang

mengaturnya. Prinsipnya tidak bisa diketahui. Murah bukan karena

melimpahnya makanan, demikian juga mahal tidak disebabkan oleh

kelangkaan makanan. Murah dan mahal adalah ketentuan Allah. Terkadang

makanan berlimpah tetapi tetap mahal, dan terkadang makanan sangat sedikit

tetapi murah.

Abu Yusuf membantah kesan umum dari hubungan negatif antara

penawaran dan tingkat harga. Dalam realita di lapangan memang benar bahwa

tingkat harga tidak hanya bergantung pada penawaran semata, sebagaimana hal

yang sama juga terjadi pada hukum permintaan. Kenyataan ini sering dilihat

pada momen Hari Raya Idhul Fitri. Walaupun harga pakaian, makanan, dan

sebagainya mahal, namun permintaan terhadap barang-barang tersebut tetap

tinggi. Walaupun stok barang melimpah menjelang hari raya, namun karena

tingginya permintaan terhadap makanan, pakaian, dan sebagainya harganya

tetap mahal.3

3
Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), hlm. 76.

7
B. Kurva Penawaran Jangka Pendek

Di setiap harga yang diatas P1 berapapun penjualan yang dilakukan

produsen harganya selalu melebihi AVC dengan ini produsen memiliki laba

ekonomis positif. Dimana grafik MC sama dengan AVC ini akan terjadi titik

potong yang dinamakan titik impas jangka pendek (short-run break-even

point). Di titik impas jangka pendek ini produsen tidak mendapat laba yang

ekonomis, tetapi hanya mencapai tingkat BEP saja. Jadi bisa dikatakan bahwa

titik impas akan beroperasi bila harga di atas AVC. Ketika produsen ingin

mengoptimalkan keuntungannya maka produsen akan memproduksi ketika

MC=MR, yang di asumsikan pasar bersifat persaingan sempurna maka harga

berfungsi sebagai MR.

Jadi dengan ini MC = P= MR, pada gambar 7.1 bila harga yang ada di

pasaran berlaku dengan jangka pendek adalah P* maka produsen akan

memiliki keuntungan yang ekonomis yaitu P*E*QS. Dengan demikian kurva

MC yang berada di atas kurva AVC adalah garis yang menjelaskan produsen

bersedia berproduksi. Untuk lebih jelasnya pada gambar 7.1 apabila U1 dan U2

dihubungkan, maka akan mendapat kurva penawaran. Lebih jelasnya pada

gambar 7.1 yaitu fungsi penawaran untuk individu produsen dan bukan fungsi

penawaran untuk industri atau pasar.4

Gambar 7.1

Hubungan antara Kesediaan untuk Berproduksi dengan Kurva

Penawaran

4
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),
hlm. 126.

8
Untuk kurva penawaran jangka pendek dari sektor industri secara

keseluruhan dapat di rumuskan lewat penjumlahan horizontal seluruh kurva

penawaran jangka pendek masing-masing perusahaan. Lebih jelasnya untuk

mengilustrasikan penjumlahan horizontal kurva penawaran dapat dilihat di

gambar 7.2. Kurva marginal untuk dua perusahan di lambangkan dengan MCa

pada panel (a) dan MCb pada panel (b). Dua kurva biaya marginal akan

berlaku bila harga-harga lebih besar dari pada harga variable rata-rata

minimum dari masing-masing produsen. Di panel (a), perusahaan hanya

memproduksi q1, jika harga yang berlaku adalah P1. Dan bila harganya P2

perusahaan akan memproduksi sebesar q2. Ini berlaku untuk produsen kedua

yang berproduksi pada q1b apabila harga yang berlaku P1, begitu juga dengan

bila harga berada di P2 maka produsen kedua akan memproduksi q2b. Jika di

asumsikan industri yang sama hanya produsen a dan b jadi penambahan secara

horizontal merupakan penawaran industry atau Σ MC.

Gambar 7.2 Perumusan Kurva Penawaran Sektor Industri

9
C. Marginal Cost dan Kurva Penawaran

Dalam jangka pendek perusahaan akan memaksimalkan labanya dengan

memilih jumlah output di mana harga sama dengan marginal cost,selama

tingkat harga tersebut lebih besar daripada nilai minimal biaya variabel rata-

rata (average variabel cost, AVC).Jika kedua keadaan tersebut terpenuhi,maka

itulah kurva penawaran.5

Untuk setiap tingkat harga dibawah minimum AVC, jumlah yang

ditawarkan adalah nihil. Pada tingkat harga sama dengan AVC, jumlah yang

ditawarkan adalah  Q2. Untuk setiap tingkat harga di atas AVC, jumlah yang

ditawarkan digambarkan oleh kuva MC. Misalnya, pada tingkat harga sama

dengan ATC, jumlah yang ditawarkan adalah Q3. Jadi kurva penawaran adalah

kurva marginal cost yang diatas AVC.

Perhatikan kurva penawaran,yaitu kurva marginal cost yang dicetak

tebal.Selisih antara kurva ATC dan kurva AVC yang digambarkan dengan
5
Ibid, hlm. 129.

10
celah diantara kedua kurva tersebut, menggambarkan AFC (average fixed

cost).Sekarang perhatikanlah kurva penawaran yang berada diantara kurva

ATC dan AVC. Untuk setiap tingkat harga diatas AVC,namun dibawah ATC

(yaitu antara output Q2 dan Q3),berarti perusahaan mengalami kerugian setiap

output yang dijual karena harga lebih kecil dibanding ATC.

Meskipun harga lebih kecil dibanding ATC, bagi perusahaan lebih baik

untuk tetap menjual outputnya karena pada tingkat harga tersebut perusahaan

telah mampu membayar AVC nya. Kerugian yang masih terjadi adalah sebesar

AFC nya. Ingatlah bahwa FC adalah biaya tetap yang harus dibayar perusahaan

apakah perusahaan berproduksi atau tidak berproduksi..Karena AFC akan tetap

muncul berapapun jumlah output yang berproduksi, maka lebih baik bagi

perusahaan untuk memproduksi output sejumlah Q2 sampai dengan Q3. Dengan

demikian, perusahaan berharap memantapkan keberadaan produknya di

pasar. Bila kemudian tingkat harga melampui ATC, perusahaan ini akan

melakukan laba.

Bagaimana bila perusahaan memilih untuk tidak berproduksi bila harga

di bawah ATC? Kerugian perusahaan akan bertambah besar:

11
1)    Perusahaan harus tetap menanggung AFC.

2)    Perusahaan tidak mempunyai kegiatan operasi yang berarti apabila

para pelaksana perusahaan tidak mempunyai pendapatan. Jadi

sebagai pemilik perusahaan, ia memang tidak bagi hasil dari modal

penyertaannya (atau dividen), namun sebagai pelaksana perusahaan

ia tetap mendapat pendapatan berupa upah kerja bila tetap

berproduksi. Sebaliknya jika perusahaan tidak berproduksi, maka ia

akan kehilangan bagi hasil sebagai pemilik dan juga kehilangan

upah kerja sebagai pelaksana.

D. Producer Surplus

Producer surplus merupakan selisih antara total revenue dengan total

variable yang dapat di hitung dengan dua cara, yakni cara pertama dengan

system matematis total revenue adalah hasil kali P*Q* dan untuk total variable

cost adalah hasil kali AVC dengan Q*. Selisih keduanya dapat di gambarkan

dengan segi empat yang diarsir yaitu hasil kali antara (P*-AVC) dengan Q*.

Inilah yang disebut producer surplus yang secara matematis di tulis dengan:

Produser surplus = TR-TVC = (P x Q)-(AVC x Q)

= (P – AVC) x Q

Surplus Produsen/Quasi Rent (a)

12
Dan cara yang kedua untuk menghitung producer surplus dengan

memperhatikan variable cost untuk memproduksi 1 unit output yang sama

dengan marginal cost pada jumlah output 1 unit. Tetapi jika variable cost

meproduksi 2 unit output yang sama dengan marginal cost di tambah dengan 1

output dan 2 jumlah marginal cost dan seterusnya sehingga menghasilkan VC

(Q) = MC (1) + MC (2) + …+ MC (Q). Yang secara grafis total variable dapat

digambarkan dengan daerah yang tidak di arsir yang berada di bawah kurva

MC. Sedangkan total revenue adalah hasil kali P dengan Q. Sehingga producer

surplus digambarkan dengan daerah yang diarsir yang di bawah P dan di atas

kurva MC.6

Tabel Penawaran

6
Ibid, hlm. 131.

13
Surplus Produsen/Quasi Rent (b)

E. Pengaruh Zakat terhadap Penawaran

Kewajiban zakat mengikat bagi seorang pengusaha muslim, maka

sedini mungkin ia akan mengalokasikan sejumlah dananya untuk digunakan

membayar zakat.7 Sehingga melalui zakat tersebut akan menjadikan suatu

tanggung jawab bagi umat Islam untuk tolong menolong. Dalam kewajiban

zakat terkandung unsur moral, sosial dan ekonomi. Dalam bidang ekonomi,

zakat mencegah terjadinya penumpukan kekayaan pada seseorang dan

mewajibkan orang kaya untuk mendistribusikan harta kekayaannya pada orang

miskin. Sehingga zakat mengurangi pendapatan. Namun zakat lebih baik

7
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Ekonisia, 2007), hlm.
211.

14
daripada pajak, jika dilihat dari kemampuannya mempertahankan tingkat

kesejahteraan masyarakat.8

Zakat yang dikenakan kepada hasil produksi adalah zakat perniagaan.

Pengenaan zakat perniagaan memberikan pengaruh yang berbeda dibandingkan

dengan pengenaan pajak penjualan. Dalam konsep islam, zakat perniagaan

dikenakan bila terpenuhinya dua hal: nisab (batas minimal harta yang menjadi

objek zakat, yaitu setara 96 gram emas) dan haul (batas minimal waktu harta

tersebut dimiliki yaitu satu tahun). Dari pernyataan di atas, dapat diketahui

bahwasanya apabila nisab dan haul sudah terpenuhi, maka perusahaan tersebut

wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 2,5%.

Objek zakat perniagaan itu sendiri adalah berupa barang yang dapat

diperjualbelikan. Dalam ilmu ekonomi, ini berarti yang menjadi objek zakat

perniagaan adalah revenue minus cost. Sedangkan dalam hal komponen biaya,

ulama berbeda pendapat. Sebagian ulama berpendapat bahwa biaya tetap yang

boleh diperhitungkan, sedangkan sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa

hanya biaya variabel saja yang boleh diperhitungkan.99 Pendapat pertama

berarti yang menjadi objek zakat adalah economic rent, lalu pendapat kedua

berarti yang menjadi objek zakat adalah quasi rent atau producer surplus.

Pendapat manapun yang digunakan atas objek zakat ini sama sekali

tidak memberikan pengaruh terhadap ATC, yang berarti pula tidak ada

pengaruh terhadap profit yang dihasilkan. Pengenaan zakat perniagaan juga

sama sekali tidak memberikan pengaruh terhadap MC, yang berarti pula tidak
8
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta atas kerja sama dengan Bank Indonesia, Ekonomi Islam
(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 519.

15
memberikan pengaruh terhadap kurva penawaran. Upaya memaksimalkan

profit berarti memaksimalkan producer surplus, dan sekaligus berarti

memaksimalkan zakat yang harus dibayar. Jadi dengan adanya pengenaan

zakat perniagaan, perilaku memaksimalkan profit berjalan sejalan dengan

perilaku memaksimalkan zakat

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Imam Ghazali membicarakan tentang penawaran dan permintaan,

bahwa harga berlaku seperti yang ditentukan dalam praktik pasar, sebuah

konsep yang kemudian dikenal sebagai as-tsaman al-adil (harga yang adil).

Kemudian diungkapkan secara konsepsional pengertian penawaran adalah

banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu,

pada periode tertentu dan pada tingkat harga tertentu.

Titik impas jangka pendek akan beroperasi bila harga di atas AVC.

Ketika produsen ingin mengoptimalkan keuntungannya maka produsen akan

memproduksi ketika MC=MR, yang di asumsikan pasar bersifat persaingan

sempurna maka harga berfungsi sebagai MR. Kurva MC yang berada di atas

kurva AVC adalah garis yang menjelaskan produsen bersedia berproduksi.

Untuk setiap tingkat harga dibawah minimum AVC, jumlah yang

ditawarkan adalah nihil. kurva penawaran adalah kurva marginal cost yang

diatas AVC.

Producer surplus merupakan selisih antara total revenue dengan total

variable yang dapat di hitung dengan dua cara, yakni cara pertama dengan

system matematis total revenue adalah hasil kali P*Q* dan untuk total variable

cost adalah hasil kali AVC dengan Q*. Dan cara yang kedua untuk menghitung

17
producer surplus dengan memperhatikan variable cost untuk memproduksi 1

unit output yang sama dengan marginal cost pada jumlah output 1 unit.

Pengenaan zakat perniagaan juga sama sekali tidak memberikan

pengaruh terhadap MC, yang berarti pula tidak memberikan pengaruh terhadap

kurva penawaran. Upaya memaksimalkan profit berarti memaksimalkan

producer surplus, dan sekaligus berarti memaksimalkan zakat yang harus

dibayar. Jadi dengan adanya pengenaan zakat perniagaan, perilaku

memaksimalkan profit berjalan sejalan dengan perilaku memaksimalkan zakat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI)

Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali

Pers. 2012.

Karim, Adiwarman A. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: Rajawali Pers. 2010.

Nawawi, Ismail. Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam. Jakarta: Dwiputra

Pustaka Jaya. 2010.

Rozalinda. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi.

Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2015.

Sudarsono, Heri. Konsep Ekonomi Islam. Yogyakarta: Ekonisia. 2007.

19

Anda mungkin juga menyukai