Dosen Pengampu:
Oleh:
2019
1|fiqih Muamalah
KATA PENGANTAR
Kami berharap semoga makalah yang telah kami susun ini bisa memberikan
banyak manfaat serta menambah pengetahuan terutama dalam hal bermuamalah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang
membutuhkan perbaikan, sehingga kami sangat mengharapkan masukan serta
kritikan dari para pembaca.
Penyusun
2|fiqih Muamalah
DAFTAR ISI
3|fiqih Muamalah
BAB I PENDAHULUAN
4|fiqih Muamalah
2. Untuk mengetahui landasan hukum sharf dan jizaf.
3. Untuk mengetahaui rukun-rukun sharf dan jizaf.
4. Untuk mengetahui syarat-syarat sharf dan jizaf.
5. Untuk mengetahui bagaimana implementasi sharf dan jizaf dalam
kehidupan.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat teoritis:
Sebagai rujukan, sumber informasi, dan bahan referensi untuk pemakalah
yang menampilkan bahasan yang sama dengan makalah ini.
5|fiqih Muamalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 SHARF
A. Pengertian Shorf
Secara harfiah atau etimologi sharf (Al-Ziyadah) diartikan sebagai
penambahan, penukaran, penghindaran, pemalingan, atau transaksi jual beli.
Sedangkan secara istilah atau terminologi, terdapat beberapa definisi dari
beberapa ulama sebagai berikut:
1. Ulama Al-Hanafiyah mengatakan sharf adalah perjanjian jual beli suatu
valuta (mata uang) dengan valuta yang lainnya baik yang sejenis maupun
yang tidak sejenis, seperti jual beli emas dengan emas, perak dengan
perak atau emas dengan perak dan perak dengan emas, baik berupa emas
perak perhiasan maupun sebagai alat tukar.1
2. Ulama Al-Hanabilah dan Al-Syafi’iyah sharf adalah perjanjian jual beli
suatu valuta (mata uang) dengan valuta yang lainnya baik yang sejenis
maupun yang tidak sejenis.
3. Ulama Al-Malikiyah membedakan perjanjian jual beli valuta (mata uang)
yang sejenis dengan yang tidak sejenis, perjanjian jual beli valuta yang
sejenis disebut dengan al-murathilah, dan perjanjian jual beli valuta yang
tidak sejenis disebut dengan sharf.2
4. Fuqaha mendefinisikan sharf adalah memperjual belikan uang dengan
uang yang sejenis maupun yang tidak sejenis. 3
Pertukaran mata uang asing dalam istilah bahasa Inggris dikenal dengan
money changer atau foreign exchange, dalam bahasa arab sering disebut
dengan kata al-sharf . Dalam kamus al-Munjid fi al-Lughah disebutkan bahwa
alsharf berarti menjual uang dengan uang lainnya. Dari beberapa definisi di
atas dapat disimpulkan bahawa Al- Sharf adalah perjanjian jual beli satu valuta
1
Ala’u Al-Din Al-Kasany, Bada’iu Al-Shana’iy, Juz V hlm. 215.
2
Mughni Al-Muhtaj Juz III halaman 25 dan Ghayah Al-Muntaha Juz II hlm 59.
3
Wahbah Al-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islam wa Adillatuhu, Juz IV hlm. 356.
6|fiqih Muamalah
dengan valuta lainnya. Al-sharf secara bebas diartikan sebagai mata uang yang
dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain.
Jual beli mata uang merupakan transaksi jual beli dalam bentuk finansial yang
mencakup pembelian mata uang, pertukaran mata uang, pembelian barang
dengan uang tertentu.
4
Al-Qur’an al-Karim
7|fiqih Muamalah
Hadits yang diriwayatkan oleh jama’ah (Ahmad, al-Bukhari, Muslim,
Abu Dawud, Ibnu Majah, at-Tirmidzi, dan an-Nasa-i) dari ‘Ubadah bin ash-
Shamit Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
ير َوالت َّ ْم ُر ِبالتَّ ْم ِر َو ْال ِم ْل ُح ِب ْال ِم ْلحِ ِمثْالً ِب ِمثْ ٍل
ِ ير ِبال َّش ِع َّ ض ِة َو ْالب ُُّر ِب ْالب ُِر َوال
ُ ش ِع َّ ضةُ ِب ْال ِف
َّ ب َو ْال ِف ِ لذَّهَبُ ِبالذَّ َه
ْف ِشئْت ُ ْم ِإذَا َكانَ َيدًا ِب َي ٍد َ َاف فَ ِبيعُوا َكيُ صن ْ َ ت َه ِذ ِه األ ْ َاخت َ َلف
ْ س َواءٍ َيدًا ِب َي ٍد فَإِذَاَ س َوا ًء ِب
َ
“Jika emas dijual dengan emas, perak dijual dengan perak, gandum dijual
dengan gandum, sya’ir (salah satu jenis gandum) dijual dengan sya’ir,
kurma dijual dengan kurma, dan garam dijual dengan garam, maka jumlah
(takaran atau timbangan) harus sama dan dibayar kontan (tunai). Jika jenis
barang tadi berbeda, maka silakan engkau membarterkannya sesukamu,
namun harus dilakukan secara kontan (tunai).” (HR. Muslim no. 1587)5
Dari hadits diatas dapat disimpulkan bahwa al-sharf diperbolehkan
dengan ketentuan dan syarat: apabila barang tersebut sejenis maka
kuantitasnya harus sama, dan apabila barang tersebut tidak sejenis maka
nilainya harus seimbang.
C. Rukun dan Syarat Shorf
Menurut para fuqaha syarat yang harus dipenuhi oleh bank syariah ketika
hendak memberikan jasa jual beli uang terdiri dari sebagai berikut:
a. Nilai tukar yang diperjualbelikan harus telah dikuasai oleh pembeli dan
penjual sebelum keduanya berpisah badan. Penguasaan bisa berbentuk
penguasaan nyata (fisik), ataupun penguasaan secara yuridis.
b. Apabila mata uang atau valuta yang diperjualbelikan itu dari jenis yang
sama, maka jual beli mata uang itu harus dilakukan dalam mata uang
sejenis yang kualitas dan kuantitasnya sama sekalipun model mata uang
itu berbeda
c. Dalam sharf tidak boleh dipersyaratkan dalam akadnya adanya hak
khiyar sayarat bagi pembeli, yaitu hak pilih bagi pembeli untuk
melanjutkan jual beli mata uang tersebut setelah selesai berlangsungnya
jual beli yang terdahulu atau tidak melanjutkan jual beli itu, yang syarat
5
Syekh Abdurrahman as-Sa’adi, dkk. Fiqh al-Bay’ wa asy-Syira’. 2008. Hal. 4-5.
8|fiqih Muamalah
itu diperjanjikan ketika berlangsungnya transaksi terdahulu tersebut.
Hal ini ditujukan untuk menghindari riba.
d. Dalam akad sharf tidak boleh terdapat tenggang waktu antara
penyerahan mata uang yang saling dipertukarkan, karena sharf
dikatakan sah apabila penguasaan objek akad dilakukan secara tunai
atau kurun waktu 2x24 jam (harus dilakukan seketika itu juga dan tidak
boleh dihutang) dan perbuatan saling menyerahkan itu harus telah
berlangsung sebelum kedua belah pihak yang melakukan jual beli
valuta itu berpisah. Akibat hukumnya, jika salah satu pihak
mensyaratkan tenggang waktu, maka akad sharf tersebut tidak sah,
karena berarti terjadi penangguhan kepemilikan dan penguasaan obyek
akad sharf yang saling dipertukarkan.
9|fiqih Muamalah
b. Transaksi penukaran uang untuk mata uang berlainan jenis (valuta
asing) hanya dapat dilakukan dalam bentuk transaksi spot
c. Dalam hal transaksi pertukaran uang dilakukan terhadap mata uang
berlainan jenis dalam kegiatan money changer, maka transaksi harus
dilakukan secara tunai dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat
transaksi dilakukan.6
2.2 JIZAF
A. Pengertian Jual Beli Tebasan (Jizaf)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tebasan (jizaf) berarti
memborong hasil tanaman (misalnya: padi, buah-buahan) ketika belum dituai
atau dipetik.7 Al-jizaf secara bahasa berarti mengambil dalam jumlah banyak.
Sedangkan, dalam ilmu fiqih Al-Jizaf berarti jual beli sesuatu tanpa ditimbang
atau dihitung melainkan dengan cara menaksir atau mengira-ngira jumlah
objek.8
6
Abdul Ghofur Anshori.2009. Perbankan Syariah Di Indonesia. Hal. 175.
7
KBBI.web.id
8
Moh. Adif Rohman dan Homaidi Hamid, S.Ag., M.Ag. Implementasi Jual Beli Padi Dengan Sistem
Tebasan Menurut Fiqih. Hal. 10
9
Ibnu Rusyd. Bidayatul Mujtahid. Hal. 73
10 | f i q i h M u a m a l a h
Hadist lain yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim:
Artinya: Telah menceritakan kepadaku 'Ali bin Al Haitsam telah
menceritakan kepada kami Mu'allaa bin Manshur Ar-Raziy telah
menceritakan kepada kami Husyaim telah mengabarkan kepada kami
Humaid telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik radliallahu 'anhu
dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa Beliau melarang menjual
buah-buahan hingga jelas kebaikan dan (melarang pula menjual) kurma
hinga sempurna. Ada yang bertanya; "Apa tanda sempurnanya?" Beliau
menjawab: "Ia menjadi merah atau kuning".
11 | f i q i h M u a m a l a h
sama. Seperti telor, apel, mangga, semangka, kurma dan sejenisnya.
Jika obyek transaksi bisa dihitung tanpa adanya upaya yang
melelahkan dan rumit, maka tidak boleh ditransaksikan secara jizaf,
dan berlaku sebaliknya.
4. Obyek transaksi bisa ditaksir oleh orang yang memiliki keahlian
dalam penaksiran. Akad jizaf tidak bisa dipraktikkan atas obyek yang
sulit untuk ditaksir. Madzhab Syafiiyyah sepakat atas adanya syarat
ini, mereka menetapkan bahwa kadar shubroh (kumpulan makanan
tanpa ada timbangan dan takarannya) harus bisa diketahui, walaupun
dengan cara menaksir.
5. Obyek akad tidak boleh terlalu banyak sehingga sangat sulit untuk
ditaksir, namun juga tidak terlalu sedikit sehingga sangat mudah
diketahui kuantitasnya.
10
Moh. Adif Rohman dan Homaidi Hamid, S. Ag., M. Ag. Implementasi Jual Beli Padi Dengan
Sistem Tebasan Menurut Fiqih. Hal. 10-11
12 | f i q i h M u a m a l a h
1. Pertama, tahap penawaran barang dari penjual dimana pada tahap ini
biasanya petani akan menghubungi calon penebas dan menawarkan padi
yang sudah terlihat atau muncul, kurang lebih padi yang berumur 3
bulan (ada petani yang menjual pada saat padi masih hijau da nada juga
petani yang menjualnya pada saat padi sudah menguning).
2. Kedua, tahap penaksiran dan penentuan harga dimana pada tahap ini
penebas mendatangi atau mensurvei kondisi padi yang akan dibeli
dengan melihat kualitas padi di sawah tersebut dan mengambil beberapa
sampel.
3. Ketiga, tawar menawar atau negosiasi. Setelah dilakukan proses
pengamatan kualitas padi tersebut barulah ketahap tawar menawar atau
negosiasi mengenai harga yang akan disepakati antara penjual dan
pembeli serta dilakukannya penaksiran.
4. Keempat, tahap perjanjian. Setelah ditentukan kesepakatan harga antara
penebas dan petani biasanya kedua belah pihak melakukan perjanjian
mengenai uang muka sebagai tanda jadi pembelian.
5. Kelima, Tahap pembayaran uang muka atau pelunasan. Biasanya pihak
penjual akan meminta uang muka kepada pembeli dengan tujuan untuk
berjaga-jaga apabila terjadi pelanggaran perjanjian dari masing-masing
pihak. Ketika musim panen tiba dan padi telah ditebas barulah penebas
membayar secara penuh padi yang telah dibelinya. Tetapi ada juga yang
langsung membayar lunas dimuka. Semua tergantung kesepakatan
kedua belah pihak.11
11
Moh. Adif Rohman dan Homaidi Hamid, S. Ag., M. Ag. Implementasi Jual Beli Padi Dengan
Sistem Tebasan Menurut Fiqih. Hal. 12-14.
13 | f i q i h M u a m a l a h
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pertukaran mata uang asing dalam istilah bahasa Inggris dikenal dengan
money changer atau foreign exchange, dalam bahasa arab sering disebut
dengan kata al-sharf . Dalam kamus al-Munjid fi al-Lughah disebutkan
bahwa alsharf berarti menjual uang dengan uang lainnya. Dari beberapa
definisi di atas dapat disimpulkan bahawa Al- Sharf adalah perjanjian jual
beli satu valuta dengan valuta lainnya. Al-sharf secara bebas diartikan
sebagai mata uang yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat
pembayaran yang sah di negara lain. Jual beli mata uang merupakan
transaksi jual beli dalam bentuk finansial yang mencakup pembelian mata
uang, pertukaran mata uang, pembelian barang dengan uang tertentu.
Sedangkan, Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tebasan (jizaf)
berarti memborong hasil tanaman (misalnya: padi, buah-buahan) ketika
belum dituai atau dipetik.12 Al-jizaf secara bahasa berarti mengambil dalam
jumlah banyak. Sedangkan, dalam ilmu fiqih Al-Jizaf berarti jual beli
sesuatu tanpa ditimbang atau dihitung melainkan dengan cara menaksir atau
mengira-ngira jumlah objek
12
KBBI.web.id
14 | f i q i h M u a m a l a h
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kholiq Syafa’at, Rohmatulloh. Jurnal Darussalam ; Jurnal Pendidikan,
Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol. X, No 1: 162-179,
analisis hukum islam terhadap praktik jual beli hasil pertanian padi sistem
tebasan di dusun kelir desa bunder kecamatan kabat kabupaten
banyuwangi
Moh. Adif Rohman dan Homaidi Hamid, S. Ag., M. Ag. Implementasi Jual Beli
Padi Dengan Sistem Tebasan Menurut Fiqih.
As-Sa’adi, Syekh Abdurrahman, dkk. 2008. Fiqh al-Bay’ wa asy-Syira’. Jakarta:
Senayan Publishing.
Shofa, Aizza Alya. 2017. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Padi
dengan Sistem Tebas. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
15 | f i q i h M u a m a l a h