Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam sebagai sistem hidup (way of life) dan merupakan

agama yang universal sebab memuat segala aspek kehidupan

baik yang terkait dengan aspek ekonomi, social, politik dan

budaya. Seiring dengan maju pesatnya kajian tentang

ekonomi islam dengan menggunakan pendekatan filsafat dan

sebagainya mendorong kepada terbentuknya suatu ilmu

ekonomi berbasis keislaman yang terpokus untuk mempelajari

masalah masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai

nilai islam.
Adapun bidang kajian yang terpenting dalam

perekonomian salah satunya adalah distribusi. Distribusi

menjadi posisi penting dalam kegiatan ekonomi baik dalam

ekonomi islam maupun ekonomi konvensional/kapitalis sebab

pembahasan dalam bidang distribusi ini tidak hanya berkaitan

aspek ekonomi belaka tetapi juga aspek social dan politik

sehingga menjadi perhatian bagi aliran pemikir ekonomi islam

dan konvensional sampai saat ini.


Pada saat ini realita yang tampak adalah telah terjadi

ketimpangan dan ketidak adilan dalam pendistribusian

pendapatan dan kekayaan baik di Negara maju maupun

berkembang yang mempergunakan sistem kapitalis, sehingga


2

menciptakan kemiskinan. Sehingga timbullah ekonomi islam

yang merupakan solusi mengatasi ketidak adilan tersebut.


Dari permasalahan diatas kami ingin membahas tentang

distribusi dalam makalah ini dilihat dalam perspektif islam

dengan melalui hadis hadis Rasulullah SAW. Oleh karena itu

kami akan membahas materi Distribusi berdasrkan hadis

hadis ekonomi.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka

rumusan masalah dalam makalah ini, adalah :


1. Bagaimanakah definisi dan pengertian dari distribusi ?
2. Bagaiman distribusi menurut hadis hadis nabi

Muhammad SAW ?
3. Bagaimanakah tujuan dari distribusi ?
4. Bagaimana prinsip prinsip distribusi dalam ekonomi

islam ?
3

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Distribusi
Secara bahasa distribusi berasal dari bahasa inggris

distribution yang berarti penyaluran dan pembagian, yaitu

penyaluran, pembagian, atau pengiriman barang atau jasa

kebeberapa orang atau tempat. Distribusi adalah suatu proses

penyaluran atau penyampaian barang atau jasa dari produsen

ke konsumen dan para pemakai. Penyaluran barang dan jasa

ke konsumen dan pemakainya mempunyai peran penting

dalam kegiatan produksi dan komsumsi. Tanpa adanya

distribusi barang atau jasa ke konsumen dan produsen maka

kegiatan produksi dan komsumsi tidak akan lancar. Sebagai

jembatan antara produsen dan konsumen, distribusi

mempunyai peran signifikan dalam perputaran roda

perekonomian masyarakat ataupun Negara.


Terdapat perbedaan antara sistem ekonomi konvensional

dengan sistem ekonomi islam dalam membahas mengenai

distribusi. Karena itu, pembahasan mengenai pengertian dan

makna distribusi tidak lepas dari konsep moral ekonomi yang

dianut. Dalam sistem kapitalisme, permasalahan distribusi

terkait dengan adanya perbedaan yang mencolok pada

kepemilikan, pendapatan, dan harta peninggalan. Sistem

sosialisme lebih melihat kepada kerja sebagai basic dari


4

distribusi pendapatan. Hasil yang akan diperoleh tergantung

pada usaha mereka. Oleh karena itu, kapabilitas dan bakat

seseorang sangatlah berpengaruh pada distribusi pendapatan.

Untuk mewujudkan kebersamaan, alokasi produksi dan cara

pendistribusian kekayaan alam serta sumber sumber ekonomi

lainnya diatur oleh Negara.


Dalam ekonomi konvensional, distribusi diartikan dengan

klasifikasi pembayaran pembayaran berupa sewa, upah,

bunga modal dan laba yang berhbungan dengan tugas tugas

yang dilaksanakan oleh tanah, tenaga kerja, modal dan

pengusaha pengusaha.
Menurut Yusuf al Qhardawi, distribusi dalam ekonomi

kapitalis berfokus pada pasca produksi, yaitu pada proses

produksi bagi setiap proyek dalam bentuk uang ataupun nilai,

lalu hasil tersebut didistribusikan pada komponen komponen

produksi yang berandil dalam memproduksinya, 4 komponen

tersebut yaitu upah, bunga, ongkos, dan keuntungan.


Sistem ekonomi kapitalisme memberikan kebebasan

kepemilikan pribadi dan memperbolehkan pemindahan

kekayaan dengan cara pewarisan atau hibah, tetapi tidak

membuat aturan yang terkait dengan penentuan hal tersebut.

Kapitalisme juga didasari dengan sistem nilai (value based)

yang berupa sekularisme dan materialism.


Berbeda dengan itu, distribusi dalam ekonomi islam

dimaknai lebih luas yang mencakup pengaturan kepemilikan


5

unsur unsur produksi dan sumber sumber kekayaan. Islam

memperbolehkan kepemilikan umum dan kepemilikan pribadi,

dan meletakkan keduanya pada msing masing aturan aturan

untuk mendapatkan, menggunakan, dan memlikinya serta

aturan aturan tentang warisan , hibah dan wasiat.


Ekonomi islam menghendaki agar suatu barang

didistribusikab kepada pihak yang berhak menerimanya.

Ekonomi islam memiliki kebijakan dalam distribusi pemasukan,

baik antara unsur unsure produksi maupun antara individu

masyarakat dan kelompoknya, disamping pengembalian

distribusi dalam system jaminan social yang diatur dalam

islam. Islam menggariskan bahwa dalam harta pribadi

terdapat hak hak orang lain yang harus ditunaikan dan ini

tidak dikenal dalam ekonomi konvensional. Sebagaimana

firman Allah :


Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin

yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat

bagian.(Qs. Adz Dzariyat : 19)


Ayat diatas menunjukkan bahwa umat islam yang

memiliki harta tidak selayaknya menggunakan harta untuk

pemenuhan kebutuhan pribadi semata, sebab di dalam harta

itu terdapat hak masyarakat. Bagi umat islam yang berharta


6

ada kewajiban untuk mendistribusikan harta itu kepada orang

lain, khususnya mereka yang berkekurangan. Dalam ayat lain

firman Allah SWT :



Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan

haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam

perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan

(hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros

itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah

sangat ingkar kepada Tuhannya.(Qs, al Isra : 26 27)

B. Distribusi Menurut Hadis Nabi


Rasulullah sangat menganjurkan umat islam

mendistribusikan sebagian harta dan penghasilan mereka

untuk membantu saudara saudara mereka yang

berkekurangan dibidang ekonomi. Distribusi yang dimaksud


7

nabi terbagi menjadi dua jenis, yaitu distribusi barang dan jasa

yang berupa penyaluran atau penyampaian barang atau jasa

dari produsen ke konsumen dan para pemakai dan penyaluran

sebagian harta kepada orang orang yang membutuhkan

sebagai wujud solidaritas social. Keduanya ada yang

berorentasi keuntungan (profit taking) dan yang kedua non

profir ( bukan keuntungan) atau dengan tujuan tolong

menolong.
Kedua jenis distribusi tersebut sama sama dianjurkan

oleh Rasulullah SAW. Untuk distribusi jenis pertama, misalnya

rasulullah melarang umat islam menimbun barang dan tidak

mendistribusikannya ke pasar. Penimbunan barang (ikhtikar)

bisasanya dilakukan dengan tujuan untuk dijual ketika barang

sudah langka sehngga harganya mahal. Penmbunan termasuk

aktivitas ekonomi yang mengandung kedzaliman dan

karenanya berdosa. Rasulullah SAW bersabda :



:








Ma'mar berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Barangsiapa menimbun barang, maka dia berdosa."
(HR. Muslim)

Jenis distribusi kedua dapat berupa zakat, nafkah,

shadaqah, wasiat hibah dsb. Rasulullah sangat menganjurkan

agar distribusi kategori ini dilakukan oleh setiap muslim yang


8

mampu. Dalam sebuah hadis, Nabi menganjurkan agar umat

islam segera mendistribusikan sebagian hartanya sebelum

dating suatu masa ketika tidak ada orang yang mau

menerimanya, sebagaimana sabdanya :



























"Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah
menceritakan kepada kami Yahya dari Syu'bah telah
menceritakan kepada kami Ma'bad aku mendengar Haritsah
bin Wahb mengatakan; aku mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Bersedekahlah kalian, sebab akan
Datang kepada manusia suatu zaman yang ketika itu
seseorang berjalan membawa sedekahnya namun dia tidak
menemukan seseorang yang mau menerima sedekahnya." )
HR. al Bukhari)

Rasulullah menyatakan bahwa mendistribusikan harta

dengan cara memberikannya kepada orang lain dapat

mencegah pelakunya dari siksa api neraka, sebagaimana

sabdanya :










Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah
menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abu Ishaq berkata, aku
mendengar 'Abdullah bin Ma'qil berkata, aku mendengar 'Adiy
bin Hatim radliallahu 'anhu berkata, aku mendengar Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Jagalah kalian dari
neraka sekalipun dengan (bershadaqah) sebutir kurma(HR. al
Bukhari)

Jenis distribusi kedua tersebut bermacam macam, antra

lain sedekah, nafakah, zakat, warisan, udhiyah (kurban), infak,

aqiqah, wakaf, wasiat, dan musaadah (bantuan). Pertama,

sedekah, yaitu memberikan sebagian harta kepada orang lain

baik pemberinya kaya ataupun tidak. Ayat ayat yang

menganjurkan bersedekah atau berinfaq cukup banyak,karena

berkaitan dengan cirri cirri orang beriman dan bertakwa

kepada Rabbnya. Sudah sepantasnya orang orang yang

beriman dan bertakwa senang bershadaqah atau

membelanjakan sebagian hartanya dijalan Allah. Sebagaimana

firman Allah Swt :1

1
10



(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang
kami anugerahkan kepada mereka.

Konsep sedekah menurut Rasulullah SAW, ada dua yaitu

pemberian harta kepada orang lain yang membutuhkan dan

melalui amalan ibadah yang lain. Sebagaimana sabada

Beliau :

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad bin


Asma` Adl Dluba'i Telah menceritakan kepada kami Mahdi bin
11

Maimun Telah menceritakan kepada kami Washil maula Abu


Uyainah, dari Yahya bin Uqail dari Yahya bin Ya'mar dari Abul
Aswad Ad Dili dari Abu Dzar bahwa beberapa orang dari
sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada
beliau, "Wahai Rosulullah, orang-orang kaya dapat memperoleh
pahala yang lebih banyak. Mereka shalat seperti kami shalat,
puasa seperti kami puasa dan bersedekah dengan sisa harta
mereka." Maka beliau pun bersabda: "Bukankah Allah telah
menjadikan berbagai macam cara kepada kalian untuk
bersedekah? Setiap kalimat tasbih adalah sedekah, setiap
kalimat takbir adalah sedekah, setiap kalimat tahmid adalah
sedekah, setiap kalimat tahlil adalah sedekah, amar ma'ruf
nahi munkar adalah sedekah, bahkan pada kemaluan seorang
dari kalian pun terdapat sedekah." Mereka bertanya, "Wahai
Rasulullah, jika salah seorang diantara kami menyalurkan nafsu
syahwatnya, apakah akan mendapatkan pahala?" beliau
menjawab: "Bagaimana sekiranya kalian meletakkannya pada
sesuatu yang haram, bukankah kalian berdosa? Begitu pun
sebaliknya, bila kalian meletakkannya pada tempat yang halal,
maka kalian akan mendapatkan pahala."( HR.Muslim

Kedua, nafaqah atau nafkah yaitu sesuatu yang

diberikan seseorang kepada orang orang atau sesuatu yang

menjadi tanggungannya. Nafkah ditujukan untuk enam hal :

diri sendiri, istri, saudara, pembantu wanita, budak, dan

hewan pelihraan.Rasulullah SAW. Bersabda :










12

Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Ufair ia berkata;


Telah menceritakan kepadaku Al Laits ia berkata; Telah
menceritakan kepadaku Abdurrahman bin Khalid bin Musafir
dari Ibnu Syihab dari Ibnul Musayyab dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baik
sedekah adalah setelah kecukupan terpenuhi. Dan mulailah
dari orang yang menjadi tanggunganmu." (HR. al Bukhari)

Hadis diatas menganjurkan agar seseorang memberikan

nafkah kepada orang yang menjadi tanggungannya.

pemberian nafkah tersebut didahulukan dari yang lain.

Menurut rasulullah SAW nafkah itu termasuk kategori sedekah

sebagaimana sabdanya :

Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Mu'adz Al


Ambari Telah menceritakan kepada kami bapakku telah
menceritakan kepada kami Syu'bah dari Adi, yaitu putranya
Tsabit dari Abdullah bin Yazid dari Abu Mas'ud Al Badri dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Apabila seorang
muslim memberi nafkah kepada keluarganya karena Allah,
13

"maka pahala nafkahnya itu sama dengan pahala sedekah.


)(HR. Muslim

Ketiga, zakat menurut sulaiman rasyd (2005) adalah

kadar harta tertentu yang deberikan kepada yang berhak

menerimanya dengan beberapa syarat ( 8 golongan). Perintah

zakat dalam rukun islam menunjukan betapa pentingnya

ibadah ini. Menurut ulama ahli tafsir telah berfirman didalam

al quran sebanyak 82 ayat yang meneyebutkan perintah zakat

brsamaan dengan shalat.2

Disisi lain zakat adalah pajak resmi yang wajib dijalankan

oleh pemerintahan islam yang diambil dari orang kaya untuk

diberikan kepada pihak yang berhak menerimanya. 3 Rasululla

SAW berssabda :

2 prinsip

3 yusuf
14

Telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim Adh-Dlohhak bin


Makhlad dari Zakariya' bin Ishaq dari Yahya bin 'Abdullah bin
Shayfiy dari Abu Ma'bad dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma
bahwa ketika Nabi Shallallahu'alaihiwasallam mengutus Mu'adz
radliallahu 'anhu ke negeri Yaman, Beliau berkata,: "Ajaklah
mereka kepada syahadah (persaksian) tidak ada ilah yang
berhak disembah kecuali Allah dan bahwa aku adalah utusan
Allah. Jika mereka telah mentaatinya, maka beritahukanlah
bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari
semalam. Dan jika mereka telah mena'atinya, maka
beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka
shadaqah (zakat) dari harta mereka yang diambil dari orang-
orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang faqir
mereka".

Sabda Rasulullah tersebut sejalan dan/ memperkuat

terhadap firamn Allah Swt. Berikut:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu


kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar
lagi Maha Mengetahui.(QS. At Taubah: 103)
15

Keempat, Warisan yaitu pembagian harta yang

ditinggalkan oleh orang yang sudah meninggal kepada para

ahli warisnya. Pembagian harta warisan diwajibkan

berdasarkan ayat al quran dan hadis nabi. Rasulullah

memerintahkan agar harta warisan itu didistribusikan kepada

yang berhak menerimanya, sbagaimana sabdanya :

Telah menceritakan kepada kami Abdul A'la bin Hammad


-yaitu An Narsi- telah menceritakan kepada kami Wuhaib dari
Ibnu Thawus dari Ayahnya dari Ibnu Abbas dia berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Berikanlah
harta warisan kepada yang berhak mendapatkannya,
sedangkan sisanya untuk laki-laki yang paling dekat garis
keturunannya." (HR. Muslim)

Kelima, Udhiyyah yaitu kurban binatang ternak pada saat

hari raya idul dan hari tasyrik. Rasulullah menganjurkan agar

umat islam menyembelih hewan kurban setelah dilaksanakan

sholat id al Adha dan bagi yang menyembelihnya seebelum

shalat dilaksanakan, maka hendaklah ia mengulangi

sembelihannya lagi sebagai gantinya jika ia mau berkurban.

Sebagamiana hadis berikut :


16

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah


menceritakan kepada kami Zuhair telah menceritakan kepada
kami Al Aswad bin Qais. (dalam jalur lain disebutkan) Telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya telah
mengabarkan kepada kami Abu Khaitsamah dari Al Aswad bin
Qais telah menceritakan kepadaku Jundab bin Sufyan dia
berkata, "Saya pernah ikut hadir shalat Idul Adlha bersama
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tidak lama setelah
selesai shalat, beliau melihat daging kurban yang telah
disembelih, maka beliau bersabda: "Siapa yang menyembelih
hewan kurban sebelum shalat, hendaknya ia mengulanginya
sebagai gantinya. Dan siapa yang belum menyembelih
hendaknya menyembelih dengan menyebut nama Allah."(HR.
Muslim)

Keenam, Infak yaitu sedekah yang diberikan kepada

orang lain jika kondisi keuangan rumah tangganya sudah

berada diatas nisab. Jadi seorang muslim tidak dituntut untuk

mendistribusikan hartanya untuk infak sebelum memenuhi

kewajiban zakat. Infak dianjurkan dalam islam. Sebagaimana

firman Allah dalam surah al imran ayat 92 yang artinya


17

kamu sekali kali tidak sampai kepada kebaikan yang

sempurna sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang

kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah

mengetahuinya.

Rasulullah SAW menganjurkan agar seseorang

menginfakkan sebagian hartanya secara ikhlas, dengan

sembunyi sembunyi sehingga orang lain tidak

mengetahuinya yang diibaratkan tangan kanan memeberi

infak tangan kiri tidak mengetahuinya. Orang seperti ini nanti

pada hari kiamat akan bersama dengan enam golongan lain

yang kan mendapatkan naungan. Sebagaimana sabda

Rasulullah SAW :

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar


Bundar berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari
'Ubaidullah berkata, telah menceritakan kepadaku Khubaib
bin 'Abdurrahman dari Hafsh bin 'Ashim dari Abu Hurairah dari
18

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ada tujuh


golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada
hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; pemimpin
yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan
'ibadah kepada Rabbnya, seorang laki-laki yang hatinya
terpaut dengan masjid, dua orang sahabat yang saling
mencintai karena Allah; mereka tidak bertemu kecuali karena
Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak
berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu dia
berkata, 'Aku takut kepada Allah', dan seorang yang
bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan
kanannya, serta seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah
dengan mengasingkan diri hingga kedua matanya basah
karena menangis."(HR al- Bukhari)

Ketujuh, Aqiqah, yaitu kegiatan pemotongan kambing

untuk anak yang dilahirkan; satu ekor untuk anak permepuan

dan dua ekor untuk anak laki laki. Yang mengadakan Aqiqah

adalah orang tua dari anak itu. Rasulullah SAW bersabda :

Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah


menceritakan kepada kami Sufyan dari 'Amr bin Dinar, dari
'Atho`, dari Habibah binti Maisarah, dari Ummu Kurz Al
19

Ka'biyyah, ia berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu


wa'alaihi wa sallam bersabda: "(akikah) Untuk anak laki-laki
dua kambing yang sama dan untuk anak perempuan satu
kambing." Abu Daud berkata; saya mendengar Ahmad, ia
berkata; mukafiatani yaitu yang sama atau saling
berdekatan.(HR. Abu Dawud)

Kedelapan, Wakaf, yaitu menahan suatu benda untuk

diambil manfaatnya untuk kepentingan umum sesuai dengan

ajaran islam. Berwakaf dianjurkan oleh islam dalam rangka

untuk memberikan manfaat pada masyarakat islam, misalnya

wakaf untuk tempat ibadah , sekolah, panti asuhan dsb.

Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda :

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At Tamimi


telah mengabarkan kepada kami Sulaim bin Ahdlar dari Ibnu
'Aun dari Nafi' dari Ibnu Umar dia berkata, "Umar mendapatkan
bagian tanah perkebunan di Khaibar, lalu dia datang kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan meminta saran mengenai
bagian tersebut, dia berkata, "Wahai Rasulullah, saya
mendapat bagian tanah perkebunan di Khaibar, dan saya
belum pernah mendapatkan harta yang sangat saya
20

banggakan seperti kebun itu, maka apa yang anda perintahkan


mengenai kebun tersebut?" beliau menjawab: "Jika kamu mau,
peliharalah pohonnya dan sedekahkanlah hasilnya." Ibnu Umar
berkata, "Kemudian Umar mensedekahkannya, tidak dijual
pohonnya dan hasilnya, tidak diwariskan dan tidak
dihibahkan."(HR. Muslim)

Kesembilan, Wasiat, yaitu pendistribusian harta kepada

orang lain setelah pemilik harta tersebut meninggal, maksimal

1/3 harta yang ditinggalkan (warisan), berwasiat juga

dianjurkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana dalam

hadisnya :

Telah menceritakan kepada kami Abu Khaitsamah Zuhair bin


Harb dan Muhammad bin Al Mutsanna Al 'Anazi dan ini adalah
lafadz Ibnu Mutsanna, keduanya berkata; telah menceritakan
kepada kami Yahya -yaitu Ibnu Sa'id Al Qatthan- dari
'Ubaidullah telah mengabarkan kepadaku Nafi' dari Ibnu Umar,
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak
halal bagi seorang Muslim bermalam selama dua malam,
padahal ia mempunyai sesuatu yang harus ia wasiatkan,
kecuali wasiat tersebut tertulis di sisinya."(HR. Muslim)
21

Kesepuluh, musaadah, yaitu memberikan bantuan

kepada orang lain yang terkena musibah atau mengalami

kesulitan. Memberikan bantuan kepada orang yang sedang

terkena musibah atau mengalami kesulitan sangat dianjurkan

oleh Nabi SAW bersabda :

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At Tamimi


dan Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Al 'Ala Al
Hamdani -dan lafadh ini milik Yahya- dia berkata; telah
mengabarkan kepada kami, dan berkata yang lainnya, telah
menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy dari
Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam telah bersabda: 'Barang siapa membebaskan
seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan
membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat.
Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada
22

dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di


dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim,
maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah
akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut
menolong saudaranya sesama muslim. Barang siapa
menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan
memudahkan jalan ke surga baginya. Tidaklah sekelompok
orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk
membaca Al Qur'an, melainkan mereka akan diliputi
ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah
akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang
berada di sisi-Nya. Barang siapa yang ketinggalan amalnya,
maka nasabnya tidak juga meninggikannya.

Distribusi harta kekayaan tersebut, menurut rasulullah

seharusnya berasal dari usaha yang baik. Tidak ada gunanya

memberikan sesuatu kepada orang lain, jika sesuatu itu

diperoleh secara haram. Jika seseorang telah mendistribusikan

hartanya, maka harta itu menjadi milik orang yang

menerimanya.

Karena itu rasulullah melarang seseorang terlalu

mencintai hartanya karena harta itu tidak akan dibawa mati.

Menurut beliau harta seseorang tidak lebih dari tiga kategori,

yaitu sesuatu yang dimakan, dipakai, dan diberikan. Menurut

Rasulullah SAW ketika seseorang meninggal dunia ada 3 hal

yang mengikutinya, yaitu keluarga, harta dan amal perbuatan.

Keluarga dan harta akan kembali, tidak ikut kedalam kubur


23

dan yang ikut kedalam kubur hanyalah amal perbuatannya.

Karena harta hanya digunakan seperlunya dan tidak akan

dibawa mati, maka hendaklah sebagiannya didistribusikan

kepada orang orang yang membutuhkannya agar tercipta

keharmmonisan hidup dikalangan masyarakat.begitu

pentingnya distribusi itu sehingga para malaikat senantiasa

berdoa untuk itu. Rasulullah SAW bersabda:



Dan telah menceritakan kepadaku Al Qasim bin Zakariya Telah
menceritakan kepada kami Khalid bin Makhlad telah
menceritakan kepadaku Sulaiman bin Bilal telah menceritakan
kepadaku Mu'awiyah bin Abu Muzarrid dari Sa'id bin Yasar dari
Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Tidaklah seorang hamba memasuki waktu pagi
pada setiap harinya, kecuali ada dua malaikat yang turun.
Salah satunya memohon: 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi
dermawan yang menyedekahkan hartanya.' Dan satu lagi
memohon: 'Ya Allah, musnahkanlah harta si
bakhil.'"(HR.Muslim)
24

C. Tujuan Distribusi
Sebagaimana produksi dan komsumsi, distribusi juga

mempunyai tujuan distribusi yaitu :


Pertama, menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar

masyarakat kebutuhan dasar masyarakat seperti kebutuhan

kepada oksigen, makanan dan minuman merupakan

kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan kalau tidak akan

terjadi kesulitan bahkan kematian. Manusia harus terus

berusaha untuk mempertahankan kehidupannya dengan

melakukan pemenuhan kebutuhan primernya sebatas yang

dibutuhkan dan tidak berlebihan. Mereka juga harus

mendistribusikan barang barang untuk memenuhi kebutuhan

ini.
Kedua, mengurangi ketidaksamaan pendapatan dan

kekayaan dalam masyarakat. Apabila terjadi perbedaan

eknomi yang mencolok antara yang kaya dan miskin akan

mengakibatkan adanya sifat saling benci yang pada akhirnya

melahirkan sikap permusuhan dan perpecahan dalam

masyarakat. Meskipun demikian, islam mengakui adanya

perbedaan jumlah harta dalam individu dalam masyarakat.


Ketiga, untuk menyucikan jiwa dan harta dari segala

bentuk kotoran lahir ataupun batin. Sebagaimana firman Allah

dalam Al Quran :



25

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu


kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar
lagi Maha Mengetahui.(Qs At Taubah : 103)

Keempat, untuk membangun generasi yang unggul

karena generasi muda merupakan penerus dalam sebuah

kepemimpinan suatu bangsa. Dengan ekonomi yang mapan

suatu bangsa dapat membentuk generasi yang unggul.

Kelima, untuk mengembangkan harta dari dua sisi

spiritual dan ekonomi. Dari segi spiritual, akan bertambah nilai

keberkahan harta dan dari segi ekonomi, dengan adnya

distribusi harta kekayaan maka akan mendorong terciptanya

prduktivitas dan daya beli dalam masyarakat akan meningkat.

Keenam, untuk pendidikan dan mengembangkan dakwah

islam melalui ekonomi, misalnya pada pemberian zakat

kepada orang yang baru masuk islam (mualaf) sehingga lebih

mantap dalm menjalankan agama islam yang baru dianutnya.


26

Ketujuh, untuk terbentuknya solidaritas sosial dikalangan

masyarakat. Tujuan distribusi adalah terpenuhinya kebutuhan

orang orang yang kurang mampu sehingga tercipta

solidaritas di dalam masyarakat muslim, terbentuknya ikatan

kasih sayang diantara individu dan kelompok dalam

masyarakat, terkikisnya sebab sebab kebencian dalam

masyarakat yang dapat berdampak pada terealisasinya

keamanan dan ketentraman masyarakat, serta terciptanyan

keadilan dalam distribusi yang mencakup pendistribusian

sumber sumber kekayaan.

D. Prinsip Prinsip Distribusi dalam Ekonomi Islam

Distribusi menempati posisi penting dalam teori ekonomi mikro

islam karena pembahasan distribusi tidak hanya berkaitan

dengan aspek ekonomi tetapi juga aspek social dan politik.

Agar distribusi memberikan signifikansi yang memadai, maka

perlu diperhatikan prinsip distribusi sebagai berikut :

1. Prinsip keadilan dan pemerataan


Prinsip keadilan dan pemerataan dalam distribusi

mengandung maksu. Pertama, kekayaan tidak boleh

dipusatkan pada sekelompok orang saja, tetapi harus

menyebar kepada seluruh masyarakat. Islam menginginkan

persamaan kesempatan dalam meraih harta kekayaan,


27

terlepas dari tingkatan social, kepercayaan dan warna kulit.

Kedua , hasil produksi yang bersumber dari kekayaan nasional

harus dibagi secara adil. Ketiga, islam tidak mengizinkan

tumbuhnya harta kekayaan yang melampaui batas batas

kewajaran apalagi jika diperoleh dengan cara yang tidak

benar. Untuk mengetahui pertumbuhan dan pemusatan, islam

mearang penimbunan harta (ikhtikar) dan memerintahkan

untuk membelanjakan demi kesejahteraan masyarakat.


2. Prinsip persaudaraan dan kasih sayang
Konsep persudaraan (ukhuwah) dalam islam

menggambarkan solidaritas individu dan social dalam

masyarakat islam yang tercermin dalam pola hubungan

sesame muslim. Rasa persudaraan harus ditanam dalam

hati sanubari umat Islam sehingga tidak terpecah belah

oleh kepentingan duniawi. Prinsip persaudaraan dan kasih

sayang ini digambarkan dalam firman Allah SWT :


Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab


itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua
28

saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu


mendapat rahmat.(Qs. Al Hujurat : 10)

Prinsip persaudaraaan dan kasih sayang tersebut tidak berarti

bahwa umat islam tidak boleh melakuka aktivitas ekonomi

dengan non muslim. Islam memperbolehkan umatnya

bertransaksi dengan siapa saja asalkan sejalan dengan prinsip

prinsip transaksi islam tanpa membedakan agama ras dan

bangsa. Islam menganjurkan persaudaraan dan kasih saying

dalam distribusi agar supaya umat islam menjadi kuat baik

secara ekonomi, social, politik, budaya dsb.

3. Prinsip solidaritas social

Prinsip solidaritas social merupakan salah satu prinsip pokok

dalam distribusi harta kekayaan. Islam menghimabau adanya

solidaritas social dan dan menggariskan dan menentukannya

dalam suatu system seperti zakat, sedekah dan lain lain.

Prinsip solidaritas social dalam islam mengandung beberapa

elemen dasar, yaitu: (a) sumberdaya alamharus dinikmati oleh

semua mahkluk Allah SWT, (b) adanya perhatian terhadap fakir

miskin terutama oleh orang orang kaya, (c) kekayaan tidak

boleh dinikmati dan hanya beredar dikalangan orang kaya saja,

(d) adanya perintah Allah untuk berbuat baik kepada orang

lain., (e) umat islam yang tidak punya kekayaan dapat


29

menyumbangkan tenaganya untuk kegiatan social, (f) larangan

berbuat riya,(g) larangan berbuat baik yang disertai dengan

menyakiti, (h) distribusi zakat harus diberikan kepada orang

orang yang berhak menerimanya sesuai dengan yang ada di Al

Quran (ada 8 golongan), (i) anjuran untuk mendahulukan

distribusi harta kepada orang orang yang menjadi

tanggungan kemudian kepada masyarakat, (j) anjuran agar

distribusi disertai dengan doa agar tercapai ketenangan batin

dan kestabilan ekonomi masyarakat, dan (k) larangan berlaku

berlebihan (boros) dalam distribusi ekonomi dikalangan

masyarakat.
30

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah kita menguraikan masalah mengenai Distribusi

maka dapatlah kita mengambil suatu kesimpulan yaitu :

1. Pengertian distribusi Secara bahasa distribusi berasal dari

bahasa inggris distribution yang berarti penyaluran dan

pembagian, yaitu penyaluran, pembagian, atau pengiriman

barang atau jasa kebeberapa orang atau tempat. Distribusi

adalah suatu proses penyaluran atau penyampaian barang

atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai.


2. Distribusi yang dimaksud nabi terbagi menjadi dua jenis,

yaitu distribusi barang dan jasa yang berupa penyaluran

atau penyampaian barang atau jasa dari produsen ke

konsumen dan para pemakai dan penyaluran sebagian

harta kepada orang orang yang membutuhkan sebagai

wujud solidaritas social. Keduanya ada yang berorentasi

keuntungan (profit taking) dan yang kedua non profir

( bukan keuntungan) atau dengan tujuan tolong menolong.

Kedua jenis distribusi tersebut sama sama dianjurkan oleh

Rasulullah SAW. Untuk distribusi jenis pertama, misalnya

rasulullah melarang umat islam menimbun barang dan tidak


31

mendistribusikannya ke pasar. Penimbunan barang

(ikhtikar) bisasanya dilakukan dengan tujuan untuk dijual

ketika barang sudah langka sehngga harganya mahal.

Penmbunan termasuk aktivitas ekonomi yang mengandung

kedzaliman dan karenanya berdosa. Untuk jenis kedua

seperti sedekah, infak, zakat, dsb.


3. Tujuan distribusi yaitu Pertama, menjamin terpenuhinya

kebutuhan dasar masyarakat. Kedua, mengurangi

ketidaksamaan pendapatan dan kekayaan dalam

masyarakat. Ketiga, untuk menyucikan jiwa dan harta.

Keempat, untuk membangun generasi yang unggul. Kelima,

untuk mengembangkan harta dari dua sisi spiritual dan

ekonomi. Keenam, untuk pendidikan dan mengembangkan

dakwah islam. Ketujuh, untuk terbentuknya solidaritas sosial

dikalangan masyarakat.
4. Prinsip distribusi yaitu Prinsip keadilan dan pemerataan;

Prinsip persaudaraan dan kasih saying; Dan Prinsip

solidaritas sosial.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,

kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam

menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber

yang lebih banyak yang tentunnya dapat di pertanggung

jawabkan. Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah

ini, baik pembaca maupun penyusun dapat memahami bahwa


32

distribusi bukan hanya untuk mengejar kebahagiaan dunia

namun juga akhirat agar kegiatan ekonomi dapat berjalan

lancar sesusai apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW . Semua

ini demi mendapatkan ridho Allah SWT.serta kita dapat

meneladani sikap Rasulullah SAW . Walaupun Kita tidak bisa

sesempurna Nabi Muhammad SAW. setidaknya kita termasuk

kedalam golongan kaumnya.

Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai